Anda di halaman 1dari 25

BAB II

GAMBARAN UMUM
II.1 Sejarah PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation merupakan perusahan lisensi yang bergerak
di bidang farmasi. Perusahaan ini berasal dari negara Jepang yang memperluas jaringannya di
Indonesia pada tanggal 25 juli 1970 dengan nama PT. Tanabe Abadi yang terletak di
Bandung. Pada tanggal 29 Maret 1986 kantor pusat dan pabrik pindah ke jalan rumah sakit
104 ujungberu, Bandung. Seluruh sahamnya dimiliki oleh PT. Tanabe Seiyaku yang
berkedudukan di Jepang. Industri ini memilki 380 karyawan yang tersebar di seluruh
Idonesia. Secara struktural PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation dipimpin oleh Dewan
Direksi yang terdiri dari seorang Presiden Direktur (Bpk. Hitoshi Mihara..nihon jin ni..alias
orang jepang) dan di bantu oleh 3 orang direktur. Untuk menjalankan kegiatan operasional
manajerial perusahaan Presiden Direktur membawahi 4 Headquarter dan tiap devisi di pimpin
oleh seorang direktur.
Selain memproduksi obat jadi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation juga
memproduksi bahan baku, sejak tahun 1990 yaitu Diltiazem HCl, namun karena tingginya
biaya produksi maka di tahun 2002 produksi dihentikan dan diganti dengan produksi Calcium
L- Asprtat (ASA-Ca) yang dimulai pada tahun 2005.
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan Tanabe Seiyaku Co.,Ltd. di Osaka, Jepang
dengan NV. Pharmacie Nasional di Bandung, Indonesia pada tahun 1986 dengan komposisi
saham 50% dari Tanabe Seiyaku Co.Ltd dari PT. Pharmacie Nasional. Terhitung tanggal 1
juni 2003 saham perusahaan sebesar 99,6% dimiliki Tanabe Seiyaku Co.,Ltd dan 0,4%
dimiliki PT. Intercipta Mitra. Adanya perubahan kepemilikan saham tersebut, maka terjadi
perubahan nama perusahaan dari PT. Tanabe Abadi menjadi PT. Tanabe Indonesia dan
menjadi anak perusahaan PT. Tanabe Seiyaku Co., Ltd (PMA). Pada tanggal 1 Oktober 2007
PT. Tanabe Seiyaku Co., Ltd melakukan kerja sama dengan Mitsubishi Tanabe Pharma
Corporation sehingga mengubah nama menjadi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation.
II.2 Visi dan Misi
II.2.1Visi
Visi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation adalah “Turut serta dalam pelayanan
pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia di bidang obat-obatan yang terjamin mutunya
disertai dengan pelayanan terbarik”.
II.2.2Misi
Misi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation adalah “memproduksi obat yang
bermutu tinggi, menyajikan informasi produk kepada pasien dan rekan profesi kesehatan
dengan benar dan tepat waktu, mendapatkan produk-produk baru dan meningkatkan
penelitian-penelitian, selalu melakukan penyempurnaan agar produknya bisa bersaing dipasar
global dan agar lebih memberikan kepuasan kepada pasien serta peduli terhadap masalah-
masalah lingkungan hidup”.
II.3 Struktur Organisasi
Quality Affair PT. Tanabe Indonesia bertanggung jawab terhadap pengawasan mutu
obat. Pengawasan tersebut dilakukan mulai dari bahan awal (bahan baku dan
bahan pengemasan) dan produk akhir (obat jadi). Quality Affair Department di PT. Tanabe
Indonesia terbagi atas 3 bagian, yaitu Quality Assurance (QA), Quality Control (QC)-1 dan
Quality Control (QC)-2.
a. Quality Control(QC)-1
Ketua departemen Quality Control(QC) di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation
yakni ibu Sri Hartati. Quality Control(QC)-1 bertanggung jawab dalam melakukan uji analisa
(analyzed testing) terhadap produk jadi. Hal ini terutama untuk memastikan bahwa suatu
batch obat memenuhi persyaratan mutu selama peredaran yang telah ditetapkan melalui
program stabilitas.
Uji stabilitas yang dilakukan terhadap produk jadi hanya meliputi longterm condition
dan accelerated condition. Hal ini dilakukan karena kedua kondidi ini telah teruji dalam
mengidentifikasi degradasi produk, membuktikan stabilitas instrinsik dari suatu molekul dan
dalam pengembangannya untuk memvalidadi prosedur analisis yang sesuai.
Pengawasan yang dilakukan selama proses produksi untuk sedian-sediaan obat yang di
produksi PT.Tanabe Indonesia adalah :
1.Sediaan Tablet, meliputi penampilan umum, keseragaman kadar zat aktif,
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kecepatan pelarutan
(disolusi).
2.Sediaan Kapsul, meliputi organoleptik, uji kadar zat aktif dan homogenitas,
keseragaman bobot dan kecepatan disolusi.
3.Sediaan sirup, meliputi organoleptis, viskositas, kejernihan, kadar zat aktif, pH, bobot
jenis, keseragaman volume.
4.Sediaan injeks, meliputi pemeriksaan uji visual kejernihan, kadar zat aktif, pH, uji
pirogenitas, ui sterilitas serta dilakukan uji kebocoran terhadap ampul menggunakan
metilen biru.
b. Quality Control (QC)-2
Quality Control bertanggung jawab melakukan pemeriksaan awal dan analisa terhadap
bahan pengemas (Packaging material), bahan hasil sintesa dan bahan baku (raw material).
Pengambilan sampel untuk bahan baku dan bahan kemas dilakukan berdasarkan
rumus√𝑵 + 𝟏 dimana N adalah jumlah barang.
Bahan pengemas ( packaging material) melalui pemeriksaan analisis dengan alat ukur
meliputi panjang , lebar, bonding strenght; on the spot meliputi jumlah, dimensi warna,
penandaan (Labeling), bentuk kemasan sesuai apa tidak dengan spesifikasi dan estetika.
Pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan hasil sintesa adalah secara visual meliputi
kesesuai label, nama supplier, kondisi wadah dan organoleptis yang di dalamnya termasuk
bau, rasa dan warna. Untuk melaksanakan tugasnya, departemen Quality Control memiliki
fasilitas berupa laboratorium untuk analisa fisika/kimia, laboratorium instrument, dan
laboratorim mikrobiologi.
Hasil dari pemeriksaan Quality Control (QC)-1 dan (QC)-2 section dilaporkan ke
Quality Assurance (QA) section.
c. Quality Assurance (QA)
Ketua departemen Quality Assurance (QA) di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma
Corporation yakni ibu Bonita Makarena. Quality Assurance (QA) merupakan bagian yang
melakukan pemastian terhadap sistem yang dijalankan dan mengaudit mutu agar memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan sebelum di distribusikan.
II.4 Sertifikat
Adapun sertifikat yang dimiliki oleh PT. PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation
adalah sebagai berikut :
1.Sertifikat AMDAL (Environmental Impact Analysis Certificate)
Diberikan oleh Komisi AMDAL Pusat-Depkes RI pada 26 Mei 1992.
2.Sertifikat GMP (CPOB). Diterima pada 11 juni 1993. Direvisi pada 28 juli 2003
kakrena perubahan nama dan logo perusahaan. GMP Mapping diterma pada 5 oktober
2005 dengan status Strata A.
3.Sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
(Occupational Safety and Health Certificate:
- Bendera Emas (Gold Flag) I diterima pada 18 Januari 2002.
- Bendera Emas (Gold Flag) I diterima pada 24 Februari 2005.
- Bendera Emas (Gold Flag) I diterima pada 12 Maret 2008.
4.Sertifikat ISO 14001 (Environmental Management Sistem) yang diaudit oleh PT.TUV
CERT Intenational Indonesia pada :
- I : ISO 14001 : 1996 pada 4 Maret 2004
- II : ISO : 14001 : 2004 pada 8 Maret 2006
- III : ISO :14001 : 2004 pada 16 April 2007
5.Evaluation Program of Company Performance Level on Enviromental Management
by Ministry of Enviroment
- Januari 2004 – Mei 2005 (Blue 3 Agustus 2005)
- Evaluasi dilaksanakan pada 21 Marer 2006 : untuk periode 2005-2006.
II.5 Produk-Produk
Adapun Produk-produk jadi yang dihasilkan oleh PT Tanabe Indonesia sebagai berikut
:
Bentuk Sediaan Merek Dagang Khasiat
Herbesser® Obat kardiovaskular

Herbesser®60 Obat kardiovaskular

Tanapress®5,10 Obat kardiovaskular

Adona® Vasotropic agent

Adona Forte® Vasotropic agent

Inolin® Bronkhodilator
Tablet (Plain Tablet)
Neo-Novapon Plus® Obat flu

Bestocol® Obat flu

Pyronal® Analgetik

Asvex® Obat batuk

Maintate® Obat kardiovaskular

Neuro-Beston® Vitamin
Tablet Salut Gula
(Sugar Coated Tablet) Aspar® Vitamin

Tablet Salut Film Aspar-K® Obat kardiovaskular


(Film Coated Tablet)
Maintate 2,5® Obat kardiovaskular

Herbesser 90 SR® Obat kardiovaskular

Herbesser 180 SR® Obat kardiovaskular


Kapsul Lepas Lambat
(Sustained Release Herbesser CD 100® Obat kardiovaskular
Capsule)

Herbesser CD 200® Obat kardiovaskular

Kapsul Sesden® Antispasmodik

Neo-Novapon® Obat flu

Inolin Pediatric drops® Bronkodilator


Sirup (Syrup)
Chlorpemin® Obat batuk

Herbesser®10 mg, 50 Obat kardiovaskular


mg

Adona® (AC-17) 2 ml, Vasotropic agent


5 ml, 10 ml,

Injeksi (Injection) Inolin® 1 ml, Bronkodilator

Sesden® 1 ml Antispasmodik

Alinamin-F® Injeksi. Obat kardiovaskular

II.6 Penerapan Aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melalukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010. Industri farmasi sebagai industri
penghasil obat, memiliki peran strategis dalam usaha pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakat arti
pentingnya kesehatan, maka industri farmasi dituntut untuk menyediakan obat dalam jenis
dan jumlah yang memadai serta kualitas yang baik. Untuk menghasilkan produk obat yang
bermutu, aman dan berkhasiat diperlukan suatu tahap kegiatan yang sesuai CPOB.
Industri Farmasi merupakan penentu dalam ketersediaan obat di mana Industri Farmasi
berperan dalam memproduksi, dan mendistribusikan obat untuk dapat memenuhi kebutuhan
pasar dan masyarakat. Dalam memproduksi suatu obat, setiap Industri Farmasi harus dapat
memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
produk yang bermutu. Perkembangan yang sangat pesat dan dan teknologi farmasi ini
mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Produk yang bermutu tidak dapat ditentukan
berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja, melainkan setiap komponen yang berhubungan
dengan proses produksi, mulai dari penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses pembuatan,
pengemasan, termaksud bangunan dan personil harus mengikuti Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB).
Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pada bagian kelima belas mengenai sediaan farmasi dan alat kesehatan (pasal 98
ayat 1) menyatakan bahwa sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat atau
bermanfaat dan terjangkau. Penyelenggaraan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau
keamanan dan atau kemanfaatan (UU RI No.36 Th. 2009 Pasal 104 ayat 1). Oleh karena itu,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) mewajibkan industri
farmasi menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). CPOB adalah pedoman bagi
setiap industri farmasi, yang mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu, untuk
menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai
dengan tujuan penggunaan (BPOM RI, 2012).
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi termasuk dalam High Regulatory Industri. Disebut sebagai high
regulatory industri karena produk-produk (misalnya : obat) hasil Industri Farmasi mempunyai
efek yang besar bagi konsumennya. Bahkan dapat dikatakan jika terjadi kesalahan/kerusakan
pada produk-produknya dapat menyebabkan kematian bagi yang mengkonsumsinya.
Industri farmasi harus memberikan jaminan bahwa obat yang diproduksi memenuhi
standar yang ditentukan, berkhasiat dan terjamin keamanannya. Untuk itu maka deperlukan
managemen mutu untuk menghasilkan produk yang terjamin kualitasnya, terjamin
kemanannya, dan memenuhi standar yang ditentukan sesuai dengan penggunaannya.
Kebijakan mutu perusahaan sendiri adalah pernyataan formal dan tertulis dari
management puncak suatu industri farmasi yang menyatakan arahan dan komitmen dalam
mutu produk.
Untuk dapat melaksanakan kebijakan mutu dibutuhkan 2 unsur dasar, yaitu:
a. Infrastruktur atau sistem, mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
b. Pemastian mutu (Quality Assurance/QA), yaitu suatu tindakan sistematis yang diperlukan
untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi (dalam artian :
memastikan apakah produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan standar mutu atau
tidak), sehingga produk yang dihasilkan selalu memenuhi persayaratan mutu yang
ditetapkan.
Quality Assurance adalah suatu konsep yang luas mencakup semua aspek yang secara
kolektif maupun individual mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga produk tersebut
ditangan konsumen. Departemen QA ini memastikan dan bertanggung jawab secara
menyeluruh bahwa CPOB dapat dijalankan di perusahaan dengan baik sehingga selalu
menghasilkan produk sesuai dengan ketentuan. Faktor lain diluar CPOB yang menjadi
tanggungjawab QA adalah desain dan pengembangan produk. Departemen ini berperan
sebagai "polisi" yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai
dari pembelian bahan hingga distribusi obat jadi. Sehingga Departement QA wajib
mengetahui segala proses yang terjadi.
Selain dilakukan pemastian mutu oleh departemen QA dan pengawasan mutu oleh
departemen QC, di dalam sistem manajemen mutu di industri farmasi juga dilakukan proses
pengkajian mutu. Proses pengkajian mutu meliputi :
 Jumlah yang di produksi selama satu tahun
 Presentase produk yang gagal di produksi selama satu tahun
 Terjadinya penyimpangan
 Produk yang direturn
 Status validasi proses, kualifikasi, dan kalibrasi alat
 Data stabilitas produk jadi dan pengawasan proses produksi yang kritis.

2. Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
a. Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam
bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat termasuk:
a) Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
b) Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan
bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
c) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala
bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
d) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi.
e) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
f) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation
b.Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk :
a) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi.
b) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
c) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
d) Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak.
e) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan
mutu.
f) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
g) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
c. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan
tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu, termasuk:
a) Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.
b) Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan
c) Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala
d) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu
e) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap
pemasok)
f) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
g) Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi
h) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets
i) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan
semua faktor terkait.
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation memiliki jumlah personalia sebanyak 333
orang yang terdiri dari 2 general manager, 4 senior manager, 10 manager, 13 asisten manager,
38 supervisor, 45 asisten supervisor, 78 koordinator, 106 staff, dan 37 karyawan. Personalia
pada PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation telah bekerja sesuai dengan tingkat
pendidikan, keterampilan dan kemampuan dengan bidang tugasnya masing-masing.
1. Bangunan-fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat. Di industri PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation area
pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki spesifikasi tertentu yakni
:
 Unclassified Area, Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified
area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau.
Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu
terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang
teknik.
 Black area, Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk
dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area
produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan
wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala).
 Grey area, Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk
dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer,
ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan
inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib
mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey), antara black area dan grey area
dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
 White area, Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan
yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan
bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril
, background ruang filling , laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap
karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik
(pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area
dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dan sarana maka
perlu:
1.Kelas A atau kelas 100, berada di bawah aliran udara laminer dan memiliki efisiensi
saringan udara akhir sebesar 99.995%. Jumlah partikel sebelum operasional sama
dengan jumlah partikel saat operasional yaitu untuk partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚 ialah
≤ 3.520 dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚 ialah ≤ 20 . Sedangkan untuk batasan
cemaran mikroba pada sampel udara yaitu < 1 cfu/𝑚3 , pada cawan papar (dia.
90mm) yaitu < 1 cfu/4jam, pada cawan kontak (dia. 55mm) yaitu < 1 cfu/plate dan
untuk sarung tangan 5 jari yaitu < 1 cfu/sarung tangan.
2.Kelas B atau kelas 100, merupakan ruangan steril, kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona kelas A dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar
99.995%. Jumlah partikel sebelum operasional yaitu untuk partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚
ialah ≤ 3.520 dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚 ialah ≤ 29. Jumlah partikel saat
operasional yaitu untuk partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚 ialah ≤ 352.000 dan partikel
berukuran 5,0 𝜇𝑚 ialah ≤ 2.900. Sedangkan untuk batasan cemaran mikroba pada
sampel udara yaitu 10 cfu/𝑚3 , pada cawan papar (dia. 90mm) yaitu 5 cfu/4jam, pada
cawan kontak (dia. 55mm) yaitu 5 cfu/plate dan untuk sarung tangan 5 jari yaitu 5
cfu/sarung tangan.
3.Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruang bersih, memiliki efisiensi saringan udara
sebesar 99.95 %. Jumlah partikel sebelum operasional yaitu untuk partikel berukuran
0,5 𝜇𝑚 ialah ≤ 352.000 dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚 ialah ≤ 2.900. Jumlah
partikel saat operasional yaitu untuk partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚 ialah ≤ 3.520.000
dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚 ialah ≤ 29.000. Sedangkan untuk batasan cemaran
mikroba pada sampel udara yaitu 100 cfu/𝑚3 , pada cawan papar (dia. 90mm) yaitu 50
cfu/4jam, pada cawan kontak (dia. 55mm) yaitu 25 cfu/plate dan untuk sarung tangan
5 jari tidak ditetapkan.
4.Kelas D atau kelas 100.000, adalah ruangan bersih, memiliki efisiensi saringan udara
sebesar 99.95 % bila menggunakan sistem resirkulasi ditambah make-up air (10-20 %
fresh air). Jumlah partikel sebelum operasional yaitu untuk partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚
ialah ≤ 3.520.000 dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚 ialah ≤ 2.900. Jumlah partikel saat
operasional yaitu untuk partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚 dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚
tidak ditetapkan (NS). Sedangkan untuk batasan cemaran mikroba pada sampel udara
yaitu 200 cfu/𝑚3 , pada cawan papar (dia. 90mm) yaitu 100 cfu/4jam, pada cawan
kontak (dia. 55mm) yaitu 50 cfu/plate dan untuk sarung tangan 5 jari tidak ditetapkan.
5.Kelas E adalah ruangan umum dan ruangan khusus, memiliki efisiensi saringan udara
sebesar 99.95% bila menggunakan sistem resirkulasi ditambah make-up air (10-20 %
fresh air). Jumlah partikel sebelum operasional dan saat operasional yaitu untuk
partikel berukuran 0,5 𝜇𝑚 dan partikel berukuran 5,0 𝜇𝑚 tidak ditetapkan (NS).
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation telah dilengkapi dengan sistem tata udara
dengan menggunakan Penyejuk Udara (Air Conditioner/AC) Sentral yang dilengkapi dengan
saringan udara pada bagian awal dan saringan udara pada bagian akhir sehingga dapat
mencegah pencemaran dari udara sekitarnya.
Tata letak ruangan produksi telah diatur dengan baik sehingga memungkinkan kegiatan
produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain
mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan. Ruang
produksi terbagi atas 2 ruangan yakni :
 Ruangan steril terdiri atas ruang sediaan liquid (pembuatan dan pengisian sirup, pencucian
ampul, sterilisasi ampul kosong, sterilisasi ampul isi, seleksi ampul, penyaringan ampul,
penimbangan bahan-bahan steril, pengisian ampul, pencucian botol sirup), ruang
pembuatan sediaan sustained release.
 Ruangan nonsteril terdiri atas ruang antara (pass room), ruang ganti pakaian, ruang
penimbangan, ruang pembuatan sediaan solid (ruang atomiser), pencampuran, granulasi,
pengayakan, pengeringan, pencetakan tablet, pengisian kapsul, coating tablet, dan seleksi
tablet (intermediate solid).
Ruangan dalam gedung produksi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation telah
memenuhi persyaratan CPOB meliputi dinding, lantai, dan langit- langit terbuat dari epoxy
dengan permukaan yang halus, rata, dan licin, serta pertemuan antara dinding dengan lantai
tidak membentuk sudut sehinga lebih mudah dibersihkan, tidak menyerap lembab serta tidak
menahan debu. Area produksi selalu dipantau suhu dan kelembabannya secara teratur baik
selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi dan dilengkapi dengan penerangan yang
memadai terutama dimana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan. Area
produksi juga memiliki pintu yang langsung berhubungan dengan area luar dan hanya dapat
digunakan pada saat keadaan darurat.
Area penyimpanan gudang bahan baku, gudang bahan pengemas dan gudang obat jadi
telah didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjamin stabilitas bahan dan produk yang
disimpan, dengan kapasitas dan penerangan yang memadai dan dikendalikan secara khusus
dan didokumentasikan. Untuk menjamin keamanannya bahan label di simpan di tempat
terkunci.
Area Pengawasan Mutu (QC) di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation dibangun
terpisah dari area produksi, yang terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya: ruangan
instrumen, kimia, mikrobiologi dan ruangan contoh pertinggal sehingga dapat mencegah
campur baur dan pencemaran silang pada saat analisis.
Sarana pendukung lain seperti kantin, dapur, mushola terletak terpisah dari area
produksi dan laboratorium pengawasan mutu, selain itu juga tersedia toilet dengan jumlah
yang cukup dan didesain tidak langsung berhubungan dengan ruangan produksi dan
penyimpanan. Selain itu, adapun sarana penunjang yang dimiliki PT. Mitsubishi Tanabe
Pharma Corporation terdiri atas sumber PLN dan generator, Sistem penanganan air
menggunakan sumber air dari sumur artesis, sistem pembangkit uap digunakan steam boiler
sedangkan untuk pengaturan udara menggunakan Package Air Conditioner (PAC) sentral.
2. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran
dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
Peralatan yang digunakan di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation merupakan
peralatan yang telah memenuhi kualifikasi, baik peralatan di Bagian Produksi maupun
peralatan yang berada di Bagian Pengelolaan Mutu (Pengawasan Mutu atau Pemastian
Mutu). Peralatan selalu dijaga kebersihan dan kinerjanya, sehingga diharapkan selalu
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Kualifikasi bukan hanya dilakukan terhadap
peralatan baru melainkan juga dilakukan terhadap peralatan yang sedang digunakan.
Kualifikasi dilakukan secara berkala dan secara rutin.
Peralatan dan kebutuhan non produksi seperti alat tulis serta kebutuhan administrasi
disimpan di dalam gudang varia. Alat-alat produksi yang sering digunakan serta spare part
dari mesin-mesin produksi disimpan di dalam gudang teknik. Peralatan yang digunakan
dengan bahan inert yang digunakan untuk bagian yang bersentuhan dengan bahan baku,
produk antara atau produk ruahan antara lain :
 Stainless steel AISI (American Iron and Steel Institute) 304 sebagai bagian luar
peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan produk (non contact part).
 Stainless steel AISI (American Iron and Steel Institute) 316 yang digunakan untuk
bagian mesin yang kontak dengan produk. Stainless steel AISI 316 dan 304 terdiri dari
2 tipe yaitu tipe L (Low Carbon) dan tipe biasa.
3. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation umumnya melakukan sanitasi dengan
menggunakan alkohol. Adapun sanitasi dan higiene yang dijalankan oleh PT. Mitsubishi
Tanabe Pharma Corporation sebagai berikut :
a.Personalia
 Setiap personalia yang masuk ke area industri harus disinfeksi tangan dan harus
diperiksa temperatur atau suhu tubuh dengan alat yang tersedia apabila suhu tubuh lebih
dari 38°C maka personil dilarang masuk.
 Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat merugikan kualitas produk
dilarang menangani bahan-bahan sampai sembuh kembali.
 Semua karyawan melaporkan keadaan yang dapat merugikan produk.
 Pemakaian sarung tangan untuk menghindari sentuhan langsung antara tangan dengan
bahan dan produk.
 Karyawan menggunakan pakaian pelindung untuk keamanan sendiri.
 Hanya petugas yang berwenang yang boleh memasuki bangunan dan fasilitas daerah
terbatas.
 Karyawan diinstruksikan agar mencuci tangan lalu mengeringkannya menggunakan
hand dryer kemudian dianjurkan menggunakan alkohol 80% ke seluruh bagian tangan
sebelum memasuki daerah produksi.
 Merokok, makan, dan minum dilarang di daerah produksi, laboratorium, dan daerah lain
yang dapat merugikan produk.
 Untuk memasuki ruang bersih bersih kelas E, setiap orang harus menggunakan personal
vacum.
b.Sanitasi bangunan dan fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi
dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Toilet dengan ventilasi baik tersedia
dengan cukup dan mudah di akses. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan
dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di
luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan
saniter. Hendaklah ada Prosedur tertulis yang disusun dan dipatuhi untuk mencegah
pencemaran terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas
dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tidak
digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
c.Pembersihan dan sanitasi peralatan
Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Udara
bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan bila mungkin dihindarkan
karena menambah risiko pencemaran produk.
Setiap industri farmasi diwajibkan memiliki suatu Sistem Tata Udara atau AHS (Air
Handling System). AHS akan mengontrol suhu ruangan, kelembaban relatif, tingkat
kebersihan dari partikel (sesuai yang dipersyaratkan untuk setiap ruangannya), serta tekanan
udara. Sistem tata Udara atau AHS yang biasanya digunakan dalam industri farmasi sendiri
adalah HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning) yang dapat mengontrol suhu,
partikel, kelembapan maupun laju aliran udara. Sistem tata udara yang digunakan oleh PT.
Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation yaitu menggunakan udara dari luar yang berguna
sebagai sumber udara. Udara dari luar ini akan melalui system pre-filter , dari pre-filter akan
melewati Air Handling Unit (AHU) sehingga udara yang dihasilkan akan memenuhi antara
temperatur dan kelembaban (RH) yang telah ditetapkan pada ruangan. Adapun temperatur
yang digunakan pada setiap ruangan industri di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation
250C. Penetapan temperatur ini sudah mengikuti persyaratan CPOB dan untuk kenyamanan
karyawan dari industri tersebut. Sedangkan untuk kelembaban (RH) juga mengikuti ketetapan
CPOB dan mengaturnya sesuai dengan keperluan masing-masing produk, dengan alasan
kelembaban tidak terlalu berpengaruh terhadap karyawan tetapi lebih berfokus untuk produk.
Beberapa produk berbeda-beda kelembabannya, ada produk yang mengharuskan <50 dan
untuk produk jadi persyaratan kelembabannya yaitu <65. Selanjutnya tekanan udara, hal ini
juga penting dalam sistem tata udara diproduk farmasi. Tekanan udara terbagi atas dua
pilihan yaitu penggunaan udara yang Clear dari koridor atau sebaliknya. Dari PT. Mitsubishi
Tanabe Pharma Corporation sendiri menerapkan sistem tekanan udara yang lebih
mengutamakan kebersihan koridor dari pada ruangan. Tetapi beberapa ruangan juga
menerapkan sistem yang mengutamakan kebersihan dari ruangan dari pada koridor, yang
berarti tekanan udara dalam ruangan lebih tinggi dari pada tekanan udara pada koridor.
Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktivitas manusia
maupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai
nilai ekonomi yang negatif. Pengolahan limbah di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma
Corporation terbagi menjadi 4 yaitu :

 Limbah padat
Limbah padat dibakar dengan alas (incinerator), kemudian gas yang terbentuk
dialirkan ke tabung untuk di buang.
 Limbah gas
Limbah gas yang berupa CO2 langsung di buang tanpa mengalami pengolahan
khusus.
 Limbah Cair
Limbah cair yang dikeluarkan dari ruangan melalui Saluran Masuk ditampung dalam
Bak Penampungan. Selanjutnya dipompakan dengan Mesin Pompa ke Bak
Netralisasi. Selanjutnya limbah cair yang telah netral dialirkan ke Bak Aerasi I untuk
dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan untuk menginjeksikan
udara ke dalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut
dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair
tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke Bak Aerasi II yang juga mendapat perlakuan
yang sama dimana dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan
untuk menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang terdapat
dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat
dalam limbah cair tersebut. Lalu dialirkan ke Bak Sedimentasi dimana limbah cair
tersebut didiamkan/diendapkan beberapa hari selanjutnya dialirkan ke Bak Biokontrol
untuk dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai
BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) bila telah
memenuhi syarat nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical
Oxygen Demand) maka limbah cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke
lingkungan secara aman.
 Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan tidak dapat di olah oleh industri ini sehingga di kirim ke
PPLI (Pusat Pengolahan Limbah Industri).
Pengolahan Air yang terdapat di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation belum
dialirkan secara langsung ke ruangan-ruangan tetapi masih diolah sesuai kebutuhan, dan
kemudian dihantarkan ke setiap ruangan yang membutuhkan sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan. Setiap jam dapat dihasilkan 16 liter air yang telah dimurnikan, dan telah dapat
memenuhi kebutuhan produksi di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation. Air yang
hendak diolah merupakan air yang berasal dari air permukaan, hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa kualitas air permukaan PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation
lebih baik dari kualitas air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Pengolahan air
dilakukan dengan beberapa tahapan, dimana air dikumpulkan terlebih dahulu pada bak
penampungan, selanjutnya disaring melalui Penyaringan Pasir (Sand Filter), guna menyaring
partikel-partikel yang ikut terbawa bersama dengan air, selanjutnya disaring lagi melalui
Penyaringan Karbon (Carbon Filter) untuk menghilangkan bau dan warna pada air. Setelah
dilakukan penyaringan air masuk ke Pemanas (Heater) untuk dipanaskan pada titik didih air
yakni suhu 100°C, sehingga air akan menguap dan uap air kemudian masuk ke pendingin
kapiler untuk mengalami pendinginan dan kemudian mengembun menjadi air kembali. Air
yang telah murni ditampung pada bak penampungan akhir yang berkapasitas 1200 liter.
Selanjutnya distribusi ke bagian-bagian produksi yang membutuhkan dilakukan dengan
jerigen. Penyaringan Pasir (Sand Filter) dan Penyaringan Karbon (Carbon Filter) secara rutin
dibersihkan atau diregenerasi kembali setiap 3 bulan sekali. Sistem pengolahan air dimana
akuades masih disalurkan secara manual ke ruangan produksi melalui jerigen kurang efisien,
karena akan memungkinkan paparan terhadap mikroba sewaktu pendistribusian akuades ke
ruangan produksi yang membutuhkannya.
4. Produksi
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi
ketentuan CPOB yang menjamin guna menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan
prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma corporation memproduksi sediaan tablet, kapsul, krim
dan salep. Produksi obat dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap agar selalu diperoleh obat
jadi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Prosedur tetap pembuatan obat yang diikuti
sudah mengacu pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Kegiatan penimbangan,
pengolahan, pengemasan, pengendalian dan evaluasi, diarsipkan dalam dokumen produksi.
Proses PPIC di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma corporation menggunakan prinsip make
to order (Produksi berdasarkan pesanan) seperti pada industri farmasi umumnya.
Perencanaan produksi dilakukan dengan memperhatikan jenis produk, biaya, jadwal produksi
dan diawasi secara ketat pelaksanna produksi tersebut (inventory control) agar produksi
berjalan secara efisien tepat antara biaya dan produk yang direncanakan meliputi jumlah dan
kualitasnya.
Penanganan bahan dan produk jadi seperti penerimaan, penimbangan, pengolahan
pengemasan dan produksi telah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis dan
didokumentasikan. Selama pengolahan semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan dan
mesin produksi dan ruang kerja diberi label atau penandaan sehingga dapat membantu untuk
menunjukan status misalnya karantina, ditolak, diterima dan lain-lain.
Adapun Produk-produk jadi yang dihasilkan oleh PT. Mitsubishi Tanabe Pharma
corporation sebagai berikut Tablet Herbesser, Herbesser 60, Tanapress 5,10, Adona, Adona
Forte, Inolin, Neo-Novapon Plus, Bestocol, Pyronal, Asvex dan Maintate. Tablet Salut gula
Neuro-Beston dan Aspar, Tablet salut film Aspar-K dan Maintate 2,5, Kapsul lepas lambat :
Herbesser 90 SR, Herbesser 180 SR, Herbesser CD 100, dan Herbesser CD 200, Kapsul
Sesden, Sirup Neo-Novapon, Inolin Pediatric drops dan Chlorpemin, Injeksi : Herbesser 10
mg, 50 mg, Adona (AC-17) 2 ml, 5 ml 10 ml, Inolin 1 ml, Sesden 1 ml dan Alinamin-F
Injeksi.

5. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau
produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain
adalah membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk, memastikan pelabelan yang benar
pada wadah bahan dan produk, memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk,
ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk dan lain-lain.
Pengawasan Mutu atau Quality Control (QC) merupakan bagian yang bertanggung
jawab dalam menjamin mutu obat yang diproduksi agar memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan industri itu sendiri. QC adalah suatu bagian yang
berhak untuk meluluskan atau menolak bahan baku (bahan baku obat maupun bahan baku
kemas) serta produk ruahan.
Pengujian bahan baku dilakukan setiap bahan baku itu datang. Pengujian yang dilakukan
antara lain: memeriksa kelengkapan dokumen, faktur barang dan kemasan yang menyertai
produk yang dilakukan oleh Quality Assurance (QA). Setelah itu, Pengujian yang dilakukan
Quality Control dapat berupa pengujian kadar, sifat kimia dan fisika dari bahan tersebut
untuk menentukan apakah bahan baku tersebut memenuhi syarat yang telah ditetapkan serta
layak digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
Proses PPIC di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma corporation menggunakan prinsip make
to order (Produksi berdasarkan pesanan) seperti pada industri farmasi umumnya.
Perencanaan produksi dilakukan dengan memperhatikan jenis produk, biaya, jadwal produksi
dan diawasi secara ketat pelaksanna produksi tersebut (inventory control) agar produksi
berjalan secara efisien tepat antara biaya dan produk yang direncanakan meliputi jumlah dan
kualitasnya.
Pemeriksaan produk antara dan ruahan dilakukan untuk menjaga kualitas produk yang
dihasilkan dari tahap ke tahap agar selalu sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Pengambilan sampel produk antara dan ruahan dilakukan oleh bagian IPC, pemeriksaan
dilakukan di bagian IPC dan Laboratorium QC.
Pengemasan sekunder obat yang hendak dipasarkan dilaksanakan pada Bagian
Pengemasan Sekunder. Dimana obat yang telah selesai diproduksi dan dilakukan pengemasan
primer dari Bagian Produksi dikirimkan melalui Kotak Hantar (Passing Box) ke Bagian
Pengemasan Sekunder, untuk dikemas. Pada bagian Pengemasan Sekunder ini, kemasan
karton ada yang masih dilakukan Pelabelan (Labelling) secara manual, dan ada yang telah
diproses secara komputerisasi. Demikian pula untuk proses Pencetakan (Printing) terhadap
Nomor Bets (Batch), Kode Produksi dan Tanggal Kadaluarsa ada yang masih dilakukan
Pencetakan (Printing) secara manual, dan ada yang telah dicetak secara komputerisasi.
6. Inspeksi Diri, Audit Mutu Dan Audit & Persetujuan Pemasok
Inspeksi adalah proses pemeriksaan dengan metode pengamatan atau observasi
menggunakan panca indera untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien. Tujuan inspeksi diri
adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri
farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk
mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas
yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.
Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan
minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB
yang mencakup antara lain Personalia, Bangunan termasuk fasilitas untuk personil,
Perawatan bangunan dan peralatan, Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat
jadi, Peralatan, Pengolahan dan pengawasan selama-proses, Pengawasan Mutu,
Dokumentasi, Sanitasi dan hygiene, Program validasi dan revalidasi, Kalibrasi alat atau
sistem pengukuran, Prosedur penarikan kembali obat jadi, Penanganan keluhan, Pengawasan
label dan Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
a. Audit Mutu, Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan
oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini
oleh manajemen perusahaan.
b.Audit dan persetujuan pemasok, Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas
yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Semua pemasok yang ditetapkan
dievaluasi secara teratur.
Pada PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation terdapat program inspeksi diri dan
audit mutu. Dimana program ini dilakukan 2 kali dalam setahun sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan. Program ini dilakukan secara berkala guna untuk menilai kesesuaian
segala aspek yang berkaitan dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan juga untuk
menjamin kualitas produk yang dihasilkan oleh Pada PT. Mitsubishi Tanabe Pharma
Corporation.
7. Penanganan Keluhan Terhadap Produk Dan Penarikan
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani
semua kasus yang mendesak, disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali
produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
a. Keluhan, hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan
dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk
membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan,
penyelidikan atau penarikan kembali produk. Harus prosedur tertulis yang merinci
penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan
kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Setelah
melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu
produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini mencakup tindakan
perbaikan bila diperlukan, penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang
bersang-kutan dan tindakan lain yang tepat.
b.Penarikan kembali produk, Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang
oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan
tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan
dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali.
Pelaksanaan Penarikan Kembali
a) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
b) Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan
dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera.
Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen.
c) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif
dan tuntas.
d) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk
memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan
efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
Industri PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation sebagai salah satu industri
produsen obat-obatan yang mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan
ISO (International Organization for Standardization) maka PT. Mitsubishi Tanabe Pharma
Corporation memiliki Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang baik, sehingga berusaha untuk
menjalankan program untuk penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk
dan produk kembalian. Apabila ada keluhan terhadap produk atau terjadi pengembalian
produk maka langkah awal yang dilakukan PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation yaitu
melakukan investigasi pada produk yang dikeluhkan atau yang telah dikembalikan. Jika
memang terjadi masalah maka dikeluarkan CAPA (Corrective Anda Preventive Action) lalu
akan ditindak lanjuti. Tetapi sejauh ini jarang terjadi pengembalian produk pada PT.
Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation.
8. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah
fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen
Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat
penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau
bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar
untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan
Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi
Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta
menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk
melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat
tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh
pada mutu produk akhir.
a. Dokumen yang diperlukan, berupa :
a) Spesifiksi bahan awal, nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal,
rujukan monografi farmakope, pemasok yang disetujui, standar mikrobiologis,
petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan, persyaratan
kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan, kondisi penyimpanan dan tindakan
pengamanan dan batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
b) Spesifiasi bahan pengemas, Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di
mana diperlukan deskripsi bahan, petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau
prosedur rujukan, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan,
kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan dan batas waktu penyimpanan
sebelum dilakukan pengujian kembali.
c) Spesifikasi produk anatara dan produk ruahan, apabila produk tersebut dibeli atau
dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk mengevaluasi produk
jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi,
sesuai keperluan.
d) Spesifikasi produk jadi, mencakup nama produk yang ditentukan dan kode referen
(kode produk), formula/komposisi atau rujukan, deskripsi bentuk sediaan dan uraian
mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan, petunjuk pengambilan sampel dan
pengujian atau prosedur rujukan, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas
penerimaan, kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, dan masa
edar/simpan.
e) Dokumen produksi, Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
 Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam
bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets.
 Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur
pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan
ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum
mendapat pengesahan untuk digunakan.
 Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.
Kadang-kadang pada Catatan ProduksiBets, prosedur yang tertera dalam Prosedur
Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci.
f). Prosedur dan catatan, Catatan penerimaan hendaklah mencakup nama bahan pada
surat pengiriman dan wadah, nama “internal” dan/atau kode bahan, tanggal
penerimaan, nama pemasok dan, bila mungkin, nama pembuat, nomor bets atau
referen pembuat, jumlah total dan jumlah wadah yang diterima, nomor bets yang
diberikan setelah penerimaan, segala komentar yang relevan (misal, kondisi wadah
saat diterima).
Di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation seluruh proses baik meliputi proses
pembersihan ruangan, proses pembersihan alat, proses Produksi, proses Pengawasan Selama
Proses (In Process Control/IPC), maupun pada proses pengawasan mutu atau pemastian
mutu dilakukan proses dokumentasi secara jelas.
9. Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation melaksanakan kerja sama pembuatan obat
dan analisis obat dengan salah satu industri farmasi di Bandung yakni PT. Meprofarm .
Industri farmasi ini bekerja sama dengan PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation dalam
membuat sediaan injeksi kepada kontrak perjanjian
.
10. Kualifikasi Dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu
produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
Seluruh alat yang digunakan pada PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation telah
melalui tahap kualifikasi, yang meliputi: Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI),
Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK). Semua kualifikasi baik itu
protokol maupun laporan berdasarkan pada Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Selain adanya kualifikasi terhadap alat yang digunakan juga dilakukan
serangkaian tindakan validasi, yang meliputi Validasi Proses (Proses Produksi dan
Pengemasan), Validasi Metode Analisa dan hingga Validasi Pembersihan.

Anda mungkin juga menyukai