Anda di halaman 1dari 26

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID

MAKALAH
(CPOB)

Disusun oleh

Kharina syah (NH0519036)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Makalah ini disusun dengan judul ” CPOB’’ untuk memenuhi tugas mata
kuliah TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

Melalui makalah ini penulis berharap makalah ini dapat memberikan


informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam


penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat

Makassar,13 Desember 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis,

mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu

upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang

bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri

untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Industri

farmasi saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi obat-

obatan secara nasional. Perusahaan farmasi sebagai perusahaan pada

umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan

barang yaitu obat-obatan. CPOB merupakan suatu konsep dalam industri

farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam

suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi. CPOB bertujuan

untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup

seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ruang lingkup CPOB edisi

2006 meliputi Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan dan Fasilitas,

Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri

dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali


Produk dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis

Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi.

2. Rumusan Masalah

1.Apa pengertian CPOB?

2.Apakah contoh sediaan CPOB sediaan steril?

3.Bagaimana evaluasi sediaan CPOB sediaan steril?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB)

Adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang

bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan

pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk

selama keseluruhan proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan,

manajemen mutu, produksi, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu,

penanganan keluhan, penarikan obat dan obat kembalian, analisis kontrak

serta validasi dan kualifikasi.Industri obat-obat tradisional juga memiliki

CPOB, yang biasa disebut CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional Baik).

CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat

tradisional dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar

mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin

edar dan Spesifikasi produk. Salah satu cakupan dari CPOTB adalah

pengawasan mutu.Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang

berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta

dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan


bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa

bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum

diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan

memenuhi syarat. Setiap industri obat tradisional hendaklah mempunyai

fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain.

Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa

semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat

diandalkan.Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus

dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan

sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Pada produksi,

peredaran dan penggunaan obat tradisional, di sisi lain dicemari oleh

beredarnya obat tradisional yang tidak terdaftar, obat tradisional yang

mengandung bahan kimia obat atau mengandung bahan-bahan berbahaya

lainnya serta obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu,

sehingga perlu diadakan pengawasan mutu pada pembuatan obat tradisional.

Pengawasan mutu produk dilaksanakan secara ketat oleh bagian Quality

Control (QC) dan juga dilakukan oleh In Process Control pada setiap proses

produksi cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin

obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan

sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi dan pengendalian mutu.UMUM


1. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat

esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang

bermutu tinggi.

2. Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian

pengujian, tetapi yang lebih penting adalah mutu harus dibentuk ke

dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan

pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan,

peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.

3. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada

pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat

dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.

4. CPOB bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan

sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dilakukan

penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang

telah ditentukan telah dicapai.

5. Otoritas pengawasan obat hendaklah menggunakan pedoman ini

sebagai acuan dalam penilaian penerapan CPOB, dan semua

peraturan lain yang berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat

minimal sejalan dengan pedoman in.

6. Pedoman ini dimaksukan untuk digunakan oleh industry farmasi

sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.


7. .Selain aspek umum yang tercakup dalam pedoman ini, dipadukan

juga serangkaian pedoman suplemen untuk aspek tertentu yang hanya

berlaku untuk industry farmasi yang aktivitasnya berkaitan.

8. Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan produksi jenis

yang digunakan manusia.

9. Cara lain selain tercantum di dalam pedoman ini dapat diterima

sepanjang memenuhi prinsip pedoman ini. Pedoman ini bukanlah

bermaksud untuk membatasi pengembangan konsep baru, atau

teknologi baru yang telah di validasi dan memberikan tingkat

pemastian mutu sekurang-kurangnya ekuivalen dengan cara yang

tercantum dalam pedomanini.

B. Contoh sediaan CPOB sediaan steril

Salah satu contoh sediaan obat INJEKSI INFUS RINGER LAKTATA

Indikasi:Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:

gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok

hemoragik, dehidrasi berat, trauma.Komposisi:Setiap liter asering

mengandung:Na 130 mEqK 4 mEqCl 109 mEqCa 3 mEqAsetat (garam) 28

mEqKeunggulan:Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir

pada pasien yang mengalami gangguan hatiPada pemberian sebelum operasi

sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada

neonatusPada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral

pada anestesi dengan isofluranMempunyai efek vasodilatorPada kasus stroke


akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat

meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko

memperburuk edema serebralIndikasi:1.Sebagai larutan awal bila status

elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi

karena asupan oral tidak memadai, demam)< 24 jam pasca operasi2.Dosis

lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya

300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anakBayi prematur

atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

Penjelasan di atas dapat di bahas mengenai secara umumBerikut pembahasan

Formulasi Umum sediaan INFUSR/Zat Aktif Antibakteri Pengisotonis

AntioksidanPendapar

a) .Zat AktifZat aktif merupakan bahan yang diharapkan memberikan efek

terapetik atau efek lain yang diharapkan. Sebagian besar zat aktif yang

digunakan untuk sediaaninjeksibersifat larut air atau dipilih bentuk

garamnya yang larut air.Data zat aktif yang diperlukan, meliputi

:Kelarutan.Terutama data kelarutan dalam air dari zat aktif sangat

diperlukan, karena bentuk larutan air paling dipilih pada pembuatan

sediaan steril. Data kelarutan ini diperlukan untuk menentukan bentuk

sediaan. Zat aktif yang larut air membentuk sediaan larutan dalam air, zat

aktif yang larut minyak dibuat larutan dalam pembawa minyak.

Kelarutan obat akan berpengaruh pada volume injeksi, jika mudah larut

maka volume yang diberikan kecil. Sedangkan zat tidak larut dalam
kedua pembawa tersebut dibuat sediaan suspense atau dengan

kosolven.Jika zat aktif tidak larut dalam air ada beberapa alternatif yang

dapat diambil sebelum memutuskan untuk membuat sediaan suspensi

atau larutan minyak yaitu dengan mencaribentuk garam dari zat aktif,

melakukan reaksi penggaraman, atau dicari bentuk kompleksnya.pH

Stabilita.pH Stabilita adalah pH dimana penguraian zat aktif paling

minimal, sehingga diharapkan kerja farmakologinya optimal. pH stabilita

dicapai dengan menambahkan asam encer, basa lemah atau dapar.

b) Stabilitas Zat AktifBeberapa faktor yang mempengaruhi penguraian zat

aktif adalah :

a. Oksigen (Oksidasi).Pada kasus ini, setelah air didihkan maka

perlu dialiri gas nitrogen dan ditambahkan antioksidan

b. Air (Hidrolisis).Jika zat aktif terurai oleh air dapat dipilih

alternatif :Dibuat pH stabilitanya dengan penambahan asam basa

atau buffer.Memilih jenis pelarut dengan polaritas lebih rendah

daripada air, seperti campuran pelarut air-gliserin-propilenglikol

atau pelarut campur lainnya.Dibuat dalam bentuk kering dan steril

yang dilarutkan saat disuntikkan

c. Suhu.Jika zat aktif tidak tahan panas dipilih metode sterilisasi

tahan panas, seperti filtrasi.

d. Cahaya.Pengaruh cahaya matahari dihindari dari penggunaan

wadah berwarna coklat.


e. Tak tersatukannya zat aktif.Dapat ditinjau dari segi kimia, fisika,

atau farmakologi.

f. Dosis.Data ini dapat menentukan tonsisitas larutan dan cara

pemberian

g. .rute Pemberian.Rute formulasi yang akan digunakan dapat

berpengaruh pada formulasi, dalam hal :Volume maksimal

sediaan yang dapat dibrikan pada rute tersebut.Pemilihan pelarut

dapat disesuaikan dengan rute pemberian.Isotonisitas dri sediaan

juga dipengaruhi oleh rute pemberian. Pada larutan intravena

iotonisitas menjadi kurang penting selama pemberian dilakukan

dengan perlahan untuk memberikan waktu pengenceran dan

adjust oleh darah. Injeksi intraspinal mutlak harus isotonis.

3. Bahan Pelarut dan Pembawa

Obat SuntikBahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non

aira.Pelarut dan Pembawa Air untuk Obat SuntikSebagian besar produk

parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan

kompabilitas air dengan jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai

rute pemberian, air mempunyai konsta dielektrik tinggi sehingga lebih

mudah untuk melarutkan elektrolit yang terionisasi dan ikatan hidrogen

yang terjadi akan memfalitasi pelrut dari alkohol, aldehid, keton dan

amin.Syarat air untuk injeksi menurut USP, yaitu :Harus dibuat segar dan

bebas pirogen.Tidak mengandung lebih dari 10 ppm dari total zat


padat.pH antara 5-7.Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium

dan amonium, karbondioksida dan kandungan logm berat serta meterial

organik (tanin, lignnin). Partikel berada pada batas yang

diperbolehkan.Jenis pelarut dan pembawa air yang dapat digunakan

untuk obat suntik adalahWFI (Water for Injection)Pelarut yang paling

sering digunakan dalam obat suntik secara besarbesaran adalah air untuk

injeksi atau disebut WFI (Water for Injection).Persyaratan WFI menurut

standar BP (2001) dan EP (2002) tidak boleh mengandung :Total

karbonorganik tidak boleh lebih dari 0,5 mg per liter.Klorin tidak boleh

lebih dari 0,5 ppm.Ammonia tidak boleh lebih dari 0,1 ppm.Nitrat tidak

noleh lebih dari 0,2 ppm.Logam berat (Cu, Fe, Pb) tidak boleh lebih dari

0,1 ppm.Oksidator tidak boleh lebih dari 5 ppm.Bebas pirogen.pH

5,07,0.Penyimpanan air untuk injeksi (WFI) harus disimpan dalam wadah

yang tertutuprapat pada temperature dibawah atau diatas kisaran

temperatureideal mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik bertujuan

dalam waktu 24 jam sesudah penampunganAir Pro Injeksi.Aqua bidest

dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat (timbal, besi,

tembaga), juga tidak boleh mengandung ion Ca, Ck, NO3, SO4,

amonium, NO2, CO3. Harus steril dan penggunaan diatas 10 ml harus

bebas pirogen.Aqua steril pro injeksi adalah air untuk injeksi yang

disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai, tidak mengandung

bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya.Cara pembuatan :


didihkan air selama 30 menit dihitung dari setelah air mendidih di atas

api lalu didinginkan.Air Pro Injeksi Bebas CO2.CO2mampu

menguraikan garam natrium dari senyawa organik seperti barbiturate dan

sulfonamide kembali membentuk asam lemahnya yang mengendap.Cara

pembuatan : mendidihkan air selama20-30 menit lalu dialiri gas nitrogen

sambil didinginkan.Air Pro Injeksi Bebas O2.Dibuat untuk melarutkan

zat aktif yang mudah teroksidasi, seperti apomorfin, klorfenoiramin,

klorpromazin, ergotamine, metilergotamin, proklorperazin, promazin,

promestatin, HCL, sulfamidin, turbokukarin.Cara pembuatan :

mendidihkan air selama 20-30 menit dan pada saat pendinginannya dialiri

gas nitrogen.Bacteriostatic Water for Injection.Merupakan air steril untuk

obat suntik yag mengandungsatu atau lebih zat antimikroba yang

sesuai.Sodium Chloride Injection. Merupakan larutan steril dan isotonic

natrium klorida dalamair untuk obat suntik. Larutan tidak mengandung

zat antimikroba.Bacteriostatic Sodium Chloride Injection.Merupakan

larutan steril dan isotonic natriumklorida dalam air untuk obat suntik.

Larutan mengandung satu atau lebih zatantimikroba yang sesuai dan

harus tertera dalam etiket.

4. Pelarut dan Pembawa Non Aira.

MinyakMerupakan lemak tidak berba uatau hampir tidak berbau, tidak

tengik. Harus memenuhi persyaratan uji paraffin padat seperti yang

tertera pada minyak mineral, tangas pendingin, dipertahankan suhu 10oC,


bilangan penyabunan antara 185-200, bilangan iodium 79-128 seperti

tertera pada lemak dan minyak lemak dan memenuhi persyaratan

sebagaiberikut :Bahan tak tersabunkan : Memenuhi syaratBahan Tak

Tersabunkanseperti tertera dalam lemak dan minyak lemak.a)Asam

lemak bebas : Tidak lebih dari 2,0mL NaOH 0,002 N LV diperlukan

untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 10 gram minyak

lemak.b)Monogliserida dan gliserida sintetik dari asam lemak : Dapat

digunakan jika berupa cairan dan tetap jernih kalau didinginkan pada

suhu 10oC dan bilangan iodium tidak lebih dari 140.Olea neutralisata ad

injectionem. Setiap Farmakope mencantumkan jenis minyak tumbuhan

(nabati) yang berbedabeda. Minyak kacang(Oleum Arachidis),minyak

zaitun(Oleum Olivarum),minyakmendel, minyak bunga matahari, minyak

kedelai, minyak biji kapuk,dan minyakwijen(Oleum Sesami)adalah

beberapa jenis minyak yang digunakan sebagai pembawa injeksi. Minyak

harus netral secara fisiologis dan dapat diterima tubuh dengan baik.

Persyaratan untuk tingkat ini adalah tingkat kemurnian yang tinggi dan

menunjukkan bilangan asam dan bilangan peroksida yang rendah.

Minyak setelah disterilkan disebut Olea netralisata ad

injectionem.b.Bukan minyakPelarut dan pembawa bukan minyak yaitu :

Alcohol, Propylenglycol, Glycerine, dan lainlain dicampur air dapat

dipakai sebagai pelarut obat suntik, di samping melarutkan, ternyata

mempertinggi stabilitasobat dan larutannya pula.Pembawa non air


digunakan jika :a)Zat aktif tidak larut dalam airb)Zat aktif terurai dalam

airc)Diinginkan kerja depo dalam sediaan Syarat umum pembawa non

air:a)Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan sesitisasib)Dapat

tersatukan dengan zat aktifc)Inert secara farmakologid)Stabil dalam

kondisi dimana sediaan tersebut biasa digunakane)Viskositasnya harus

sedemikian rupa sehingga dapat disuntikkan dengan mudahf)Harus tetap

cair pada rentang suhu yang cukup lebarg)Mempunyai titik didih yang

tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi dengan panash)Dapat

bercampur dengan air atau cairan tubuh Jenis pelarut non air dan air yang

dapat digunakan sebagai pembawa sediaan injeksi adalaha)Pelarut non

air yang dapat bercampur dengan air.Pelarut organik yang dapat

bercampur dengan air dapat dijadikan kosolven dalam sediaan injeksi.

Bertujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif yang kurang larut

dalam air serta meningkatkan stbilitas zat tertentu yang mudah

terhidrolisis. Pelarut yang dapat digunakan adalah etanol, propilenglikol

dan gliserin. Campuran pelarut yang dapat menyebabkan iritasi atau

peningkatan toksisitas, terutama jika digunakan dalam konsentrasi tinggi.

Larutan yang mengandung etanol dengan konsentrsi tinggi dapat

menimbulkan rasa sakit ketika disuntikkan. Beberapa produk yang dapt

diberikan secara intravena dengan kecepatan injeksi yang terlalu cepat

dapat menyebabkan pengendapan obat di dalam pembuluh

darah.b)Pelarut air yang tidak dapat bercampur dengan air.Penggunaan


pelarut minyak bertujuan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dan

untuk membuat sediaan lepas lambat. Injeki pembawa minyak hanya

diberikan secara intra muskular. Salah satu persyaratan minyak untuk

parenteral adalah harus tetap jernih bila didinginkan sampai 10oC untuk

menjamin kestabilan dan kejernihan selama disimpan di lemari

pendingin.Jenis pembawa non air yang tidak dapat bercampur dengan air

dan dapat digunakan sebagai pembawa sediaan injeksi adalahMinyak

lemak.Karena :Campuran ester asam lemak dan gliserol.Minyak berasal

dari tumbuhan, seperti minyak kacang, biji kapas, jagung, wijen, kenari,

jarak dan zaitun.Pada label sediaan harus dicantumkan jenis pembawa

minyak yang digunakan karena pada beberapa orang dapat menimbulkan

reaksi alergi.Minyak mineral tidak dapat digunakan karena tidak dapat

dimetabolisme oleh tubuh.Minyak yang digunakan harus berbentuk cair

pada suhu kamar dan tidak boleh menjadi tengik. Untuh mencegah

ketengikan akibat oksidasi maka dalam formulas dapat ditambahkan

antioksidan seperti : BHA, BHT, tokoferol, propilgalat, dll.Minyak wijen

(sesame oil) lebih banyak digunakan untuk sebagian besar injeksi

pembawa minyak, karena merupakan minyak yang paling stabil

dibandingkan minyak tumbuhan lain (kecuali terhadap cahaya) dan

didalamnya sudah mengandung antioksidan alami.Minyak tumbuhan

sering menimbiulkan rasa nyeri sehingga perlu penambahan benzil

alkohol 5% sebagai anastetik lokal.Tidak boleh mengandung minyak


mineral atau parrafin cair (karena tidak dapat dimetabolisme dal tubuh

dan dapat menimbulkan rekasi terhadap jaringan atau tumor). Minyak

nabati yang banyak digunakan : Ol. Arachidis (minyak kacang), Ol.

Gossypii, Ol. Sesami (minyak wijen), Ol. Terebinthinae, Ol. Maydis, Ol.

Olivarium Netral, Ol. Amigdalarum.Isopropil miristat.Ester asam lemak

yang mempunyai viskositas rendah.Sebagai pembawa tunggal atau

kombinasi dengan minyak lemak.Digunakan jenis yang bebas peroksida

karena mencegh teroksidasinya bahan berkhasiat dan minyak yang

digunakan.Benzil benzoate.Merupakan cairan berminyak yang tidak

berwarna dan bau yang khas. Biasanya digunakan bersama dengan

pembawa lain (sebagai kosolven) misal pada injeksi dimerkapol dan

hidroksiprogesteron.Etil oleat.Viskositas lebih rendah dan lebih mudah

diabsorbsi oleh jaringan dibandingkan dengan minyak lemak.Sebagai

pembawa tunggal atau kosolven dalam injeksi hormon seperti injeksi

dioksikortison asetat, estradiol monobenzoat, progesterondan testosteron

propinoat.

5. Zat TambahanZat tambahan pada sediaan steril digunakan untuk

:a)Meningkatkan kelarutan zat aktifb)Menjaga stabilitas zat

aktifc)Menjaga sterilitas untuk sediaan multiple dosed)Mempermudah

dan menjaga keamanan pemberianSyarat bahan tambahan :a)Inert secara

farmakologi , fisika, maupunkimia

b)Tidak toksik dalam jumlah yang diberikan


c)Tidak mempengaruhi pemeriksaan obata.Pengatur TonisitasIsotonisJika

suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel

darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya,

maka larutan tersebut dikatakan isotonis (ekivalen dengan 0,9%

NaCl).Sel darah merah dalam larutan :Hipotonis : mengembang

kemudian pecah, karena air berdifusi ke dalam sel (hemolysis). Keadaan

hipotonis kurang dapat ditoleransi, karena pecahnya sel bersifat

irreversibleHipertonis : kehilangan air dan mengkerut (krenasi), keadaan

ini cukup dapat ditoleransi.Larutan perlu isotonis agar :Mengurangi

kerusakan jaringan dan iritasi.Mengurangi hemolisis sel darah.Mencegah

ketidakseimbangan elektrolit.Mengurangi sakit pada daerah

injeksiLarutan isotonis tidak selalu mungkin karena :Konsentrasi obat

tinggi, tetapi batas volume injeksi kecil.Variasi dosis pemberian.Metode

pemberian.Pertimbangan stabilitas produkIsoosmotikJika suatu larutan

memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah,

maka larutan dikatakan isoosmotik.HipotonisTurunnyatitik bekukecil,

yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serumdarah, sehingga

menyebabkan air akanmelintasi membrane sel darah merah yang semi

permeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan

peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan

pecahnyaselsel darah merah, yang disebut Hemolisa.HipertonisTurunnya

titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum
darah,sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi

membranesemipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan selsel

darah merah, yangdisebut Plasmolisa.

C. evaluasi sediaan CPOB sediaan steril

Beberapa cara dapat menjadikan larutan isotonis :

a)Penurunan titik bekuW = (0,52a) / bW = jumlah (g) bahan pembantu

isotonic dalam 100 ml larutana = turunnya titik beku air akibat zat

terlarut, dihitung denganmemperbanyak nilai untuk larutann 1% b/v.b =

turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan

pembantuisotonis.

b)Kesetaraan dengan garamnatriumklorida.Ekivalensi natrium

kloridamemberikanjumlahnatriumklorida (g) yang menghasilkan tekanan

osmotic sama seperti 1 gram bahan obat dnegan syarat bahwa baik

natrium klorida maupun bahan obat berada dalam larutan bervolume

sama. Maka, 1 gram bahan obat ekuivalen dengan tekanan osmoticdari x

gram natrium klorida. Dengan bantuan ekuivalensi natrium klorida,

kitadapat menghitung volume air yang dibutuhkan untuk membuat

larutan bahanobat isotonik.

c)Kesetaraan volume isotonic.Perhitungan didasarkan pada kenyataan

bahwa larutan isotonic ditambahlarutan isotonic hasilnya larutan

isotonic.Rumus : V = w x E x 111,1V = volume larutan bahan obat

isotonic yang dicari (ml)w = masa bahan obat (g) dan larutan yang
dibuatE = ekuivalensi natrium klorida111,1 = volume larutan isotonic

(ml) yang mengandung 1 gram natriumklorida = 111,1 mlPerhitungan

dengan tetapan LisoRumus : Dt f= Liso. CBerlaku bila tidak ada data

pada tabel penurunan titik beku.Tahapan perhitungan :Cari bahan

molekul obat.Berdasarkan struktur kimia senyawa, tentukan tipe

isotoniknya.Cari harga Lisodari tabel berdasarkan tipe isotonic.Hitung

dengan rumus Dt f= Liso. C penurunan titik beku.Hitung selisih

penurunan titik beku.Hitung kekurangan tonisitas.Dengan melihat tabel,

hitung kekurangan zat untuk mencapai isotonic.Cara faktor disosiasi

(Farmakope Belanda VI)Telah ditetapkan bahwa larutan NaCl 0,9% b/v

isotonis dengan cairan tubuh. Tekanan osmosis larutan sebanding dengan

jumlah bagian-bagian dalam larutan. Dalam larutan encer, dapat

dikatakan bahwa garam-garam terdisosiasi sempurna.NaClNa++ Cl-Dari

sebuah molekul NaCl terbentuk 2 (dua) ion. Jadi faktor disosiasi NaCl =

2; lebih tepat sebetulnya 1,8 karena ada sedikit kesetimbangan reaksi.Jadi

faktor isotonisnya adalah:fa= faktor disosiasi zat-zat yang mendekati

keadan yang sebenarnya; untuk zat-zat yang tidak terdisosiasi seperti

glukosa dan gliserin = 1 ; untuk asam lemah dan basa lemah = 1,5 dan

untuk asam kuat dan basa kuat =1,8Ma= bobot molekul zat.a, b, c,.... dan

seterusnya adalah kadar zat dalam larutan dalam satuan g/liter.Jadi

larutan isotonis dapat dihitug dari NaCl 0,9% b/v tersebut, yaitu:=

(f.NaCl/M.NaCl)x kadar NaCl ( dalam satuan gram/liter)= (1,8/ 58,5)x9


= 0,28 (berarti setiap larutan yang mempunyai faktor isontonis= 0,28

adalah isotonis).Dapat kita turunkan rumus sebagai berikutRumus :Untuk

menghitung banyaknya zat penambah (h) dalam membuat larutan

isotonis dapat dirumuskan sebagai berikut:

(fa/Ma)x a +(fb/Mb)x b ............dst + (fh/Mh)x h = 0,28.(fh/Mh)x h

={ 0,28- [(fa/Ma)x a]+[ (fb/Mb)x b]+ ......dst}h= (Mh/fh)x { 0,28-

[(fa/Ma)x a] + [(fb/Mb)x b]+.....dst

} b.Pengatur pH (dapar)Isohidris : kondisi suatu larutan zat yang pH nya

sesuai dengan pH fisiologis tubuhsekitar 7,4.Euhidris : usaha pendekatan

larutan suatu zat secara teknis ke arah pH fisiologistubuh dilakukan pada

zat yang tidak stabil pada pH fisiologis seperti garam alkaloid,vitamin

C.Menurut BP :a)Dalam pembuatan obat suntik, kita perlu menetapkan

pH obat suntik.b)Beberapa obat suntik harus dibuat dalam jarak pH

tertentu.c)Untuk memperoleh pH tertentu, kita menggunakan bantuan

dapar.Fungsi larutan dapar dalam obat suntik adalah :a)Meningkatkan

stabilitas obat, misalnya : injeksi vitamin C dan injeksi

luminal.b)Mengurangi rasa nyeri dan iritasi.c)Dapat pula menghambat

pertumbuhan bakteri (bukan tujuan sebenarnya).d)Meningkatkan

aktivitas fisiologis obat.Pengaturan pH sediaan dapat dilakukan dengan 2

cara yaitu adjustpH dan pemakaian dapar.a.DaparPerubahan pH pada

penyimpanan dapat disebabkan :a)Reaksi degradasi produkb)Interaksi

dengan komponen wadah (kaca atau tutup karet)c)Pelarutan gas dan


uapb.Tujuan Dapar :a)Meningkatkan stabilitas obat.Ket : pada pH

tertentu penguraian obat menjadi minimal, misalnya pada zat aktif

berikut : antibiotic (penisilin, tetrasiklin), basasintetis (adrenalin),

polipeptida) (insulin, oksitocin, vasoprein), alkaloida (senyawa ergot),

vitamin (B12, vit C).b)Mengurangi rasa nyeri, iritasi, nekrosis, saat

penggunaannya.Ket : penambahan larutan dapar dalam larutan ini hanya

dilakukan untuk larutan obat suntik dengan pH 5,5 7,5. Untuk pH I

sebaiknya tidak didapar karena sulit dinetralisasi. Peringatan ini ditujukan

terutama untuk injeksi i.m. dan s.c.c)Menghambat pertumbuhan

mikrooganisme.Ket : bukan tujuan dapar yang sebenarnya, tetapi larutan

dalam suasana sangat asam atau sangat basa dapat digunakan untuk

mencapai maksut-maksut tersebut, misalnya injeksi insulin yang pHnya

diatur antara 3 -3,5 tidak membutuhkan penambahan

antimikroba.d)Meningkatkan aktifitas fisiologi sobat.Ket : sebagai contoh

dapat diketengahkan misalnya campuran kering dan steril dapar pH basa

dengan zat aktif atau obat yang sifatnya asam (prokain adrenalin).

Campuran kering tersebut baru dilarutkan dalam air pro injeksi secara

aseptis sesaat sebelum digunakan. Jadi tampak bahwa peningkatan bahwa

peningkatan pH dilakukan sampai batas waktu tertentu dimana zat aktif

masih stabil dengan aktifitas fisiologis yang maksimal.pH ideal sediaan

adalah 7,4 yang sesuai dengan pH darah, tetapi hal tersebut tidak selalu

dapat dilakukan karena sediaan harus dibuat pada pH yang mendukung


stabilitas dari sediaan (disesuaikan dengan pH stabilitas zat aktif bukan

pH larutan). Dapar yang ideal memiliki kapasitas dapar yang cukup untuk

menjaga pH sediaan selama penyimpanan, namun memungkinkan cairan

tubuh beradaptasi dengan mudah. Rentang pH yang tidak dapat ditolernsi

oleh tubuh:pH > 9 menyebabkan kematian jaringanpH < 3 sanagat

menyakitkan dan menyebabkan flebitisUntuk sediaan parenteral volume

kecil ( 39,8.5.Penetapan Potensi Antimikroba(untuk zat aktif

antibiotik)Bertujuanuntuk mengetahui aktivitas (potensi)

antibioticMetode :Lempeng silinder atau tabung.Prinsip :Metode

lempeng silinder berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang

tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri.sehingga mikroba

yang di tamabahkan di hambat pertumbuhannya pada daerah berupa

lingkaran atau zona di sekeliling silinder yang berisi larutan

antibiotik.6.Uji Endokrin BakteriBertujuanuntuk memperkirakan kadar

endotoksin bakteri yang mungkin ada di dalam atau pada bahan

uji.Prinsip : pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate

(LAL). Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri,

penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung

enceran dari zat uji dengan enceran endotosin baku, dan jumlah

endotoksin dinyatakan dalam unit endotoksin (UE).Sebelum melakukan

pengujian dilakukan persiapan:Uji konfirmasi kepekaan reaksi LAL.Uji

pengambatan atau pemacuan.Pengenceran maksimum yang absah (PMA)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan

dengan pengambilan sempel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan

organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa

pengujian yang diperlukanYa dan relefan telah dilakukan daan bahwa

bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum

diluluskan tidak dijual atau dipassok sebelum mutunya dinilai dan

dinyatakan memenuhu syarat. Tujuan pokok dari pengendaian mutu itu

sendiri adaah untuk mengetahui sampai seberapa jauh proses hasil produk

dan jasa yang dibuat sesuai dengan standar yanag ditetapkan perusahaan.

Inpeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek,

mulai dari pengadaan bahan sampai dengan produk jadi dan penetapan

tindakan perbaikan yang akan dilakukan sehingga seluruh aspek

pembuatan Obat Tradisional dalam Industri Obat tersebut selalu

memenuhi CPOB. Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi

apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi

memenuhi kriteria CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang

untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk

menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Tim inspeksi ditunjuk

oleh manajemen perusahaan terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang


yang ahli di bidang pekerjaannya dan paham mengenai CPOB. Inspeksi

diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang

kompeten dari perusahaan


DAFTAR PUSTAKA

www.scribd.com/aspek/cpob www.ilmufarmasi.com/aspek-aspek-cpob

Anda mungkin juga menyukai