MAKALAH
FARMASI KOMUNITAS
JAMINAN MUTU PELAYANAN
Disusun oleh :
KHARINA SYAH (NH0519036)
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya
saya dapat menyelesaikan makalah ini di waktu yang tepat.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas harian Farmasi Komunitas
Saya berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu sebagian mahasiswa
dan mahasisiwi Farmasi yang membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam
pembelajaran dan mata kuliah Farmasi Komunitas. Saya juga mengharapkan makalah ini
sudah tersusun dengan baik dan benar. Walaupun Saya menyadari banyak kekurangan yang
harus saya perbaiki di makalah ini. Semoga saya bisa terus menjadi mahasiswi yang ingin
belajar dari kesalahan.
Tidak lupa juga saya ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam proses pengerjaan makalah ini.
penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle)
dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi
salah satu hal terpenting dalam kehidupan. Kesehatan memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia sebagai salah satu aspek penunjang kegiatan atau aktivitas
dan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Hal ini tertuang dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 huruf H ayat (1) serta dalam Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pengertian kesehatan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 yaitu keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika pada zaman sekarang banyak orang mulai berinvestasi kesehatan
seperti mengikuti asuransi, BPJS, dan lain-lain sehingga dapat menjamin kesehatan di
masa yang akan akan datang. Adanya hal tersebut bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan
meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang wajib
dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat. Selain dengan adanya upaya
kesehatan secara pribadi, perlu adanya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memadai dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
Berdasarkan KepMenKes No.35 Tahun 2014, apotek adalah tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyalur sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pelayanan apotek saat ini harus berubah
orientasi dari drug oriented menjadi patient oriented dengan berasaskan
pharmaceutical care.
a. Standar dan Indikator Pelayanan di Apotek
Indikator dalam mengevaluasi mutu pelayanan farmasi berdasarkan Keputusan
Menteri Keputusan No. 35 Tahun 2014 adalah :
Model yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan produk dan jasa
meliputi lima dimensi penilaian yaitu :
a. Responsiveness (ketanggapan)
Kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Dalam pelayanan
apotek adalah pemberian informasi obat oleh petugas apotek.
b. Assurance (jaminan)
Kemampuan memberikan kepercayaan dan kebenaran atas pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah kelengkapan obat dan kemurahan
harga obat.
c. Emphaty (empati)
Kemampuan membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan pelanggan.
Dalam pelayanan apotek adalah keramahan petugas apotek.
d. Tangibles (bukti langsung)
Sarana dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh pelanggan. Dalam
pelayanan apotek adalah kecukupan tempat duduk di ruang tunggu apotek, kebersihan
ruang tunggu, kenyamanan ruang tunggu dengan kipas angin dan AC, serta ketersediaan
televisi (TV)
Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja
yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki. Oleh karena itu, audit
merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan Pelayanan
Kefarmasian secara sistematis.
Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap
proses dan hasil pengelolaan.
Contoh:
audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai lainnya
(stock opname)
Audit kesesuaian SPO
Audit Keuangan ( cash flow, neraca, laporan rugi laba)
Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian
tanpa dibandingkan dengan standar. Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan
hasil monitoring terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan seluruh sumber daya
yang digunakan.
Contoh:
Pengkajian terhadap Obat fast/slow moving
Perbandingan harga Obat
Observasi
Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap
seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
Contoh :
observasi terhadap penyimpanan Obat
proses transaksi dengan distributor
ketertiban dokumentasi
BAB II
PEMBAHASAN
b. Dispensing
1. Apoteker lupa memperkenalkan diri dan memastikan resep kepada pasien
2. Pada resep tidak tercantum identitas pasien secara lengkap (Berat badan,
umur, alamat dll).
3. Terdapat interaksi bahan obat yang signifikan
4. Terdapat ketidaksesuaian dosis pada resep dengan dosis seharusnya
5. Kebersihan alat tidak dicek lagi, sehingga memungkinkan adanya zat lain
yang ikut masuk dalam sediaan sehingga dapat mengurangi stabiitas obat
yang diinginkan.
b. Dispensing
1. Apoteker yang melayani pasien harus selalu ingat untuk memperkenalkan diri
terlebih dahulu dalam keadaan apapun, bila perlu SOP ditempelkan didekat tempat
kerja agar tidak ada yang terlewatkan.
2. Apoteker diharapkan untuk teliti dan menanyakan langsung kepada pasien saat resep
ditebus.
3. Sebelum obat diracik, apoteker harus melakukan konfirmasi dengan dokter penulis
resep.
4. Kebersihan alat-alat harus selalu dicek untuk menjamin mutu sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Kepmenkes No. 35 TAHUN 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/32-pharmaceutical-information/36-
perkembangan-praktek-kefarmasian.html, diakses pada tanggal 23 November 2014.
Supardi Sudibyo, et al. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan dan Rawat Ina psi Puskesmas (Analisis Data SKRT 2004). Buletin
Penelitian Kesehatan 3: 135-144.
Apoteker menyimpan obat yang telah sesuai yang pesanan dengan prinsip
Farmakologi – Alfabetis – FEFO.
C. Kasus Apoteker – Dokter