MAKALAH
DISUSUN OLEH:
Farmasi B 2019
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “OBAT HIGH ALERT”.
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah
ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan teman-teman. Amin…
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar belakang..........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................5
A. Pengertian obat High Alert Medicinal......................................................................6
B. Obat-obat Hight Alert Medicinal..............................................................................7
a. Kalium Klorida.........................................................................................................7
b. Natrium Klorida.......................................................................................................9
c. Bupivacain HCL.....................................................................................................10
d. Ketamine................................................................................................................10
e. Propofol..................................................................................................................11
f. Sevoflurane............................................................................................................13
g. Epinephrin..............................................................................................................15
h. Norephineprine.......................................................................................................16
i. Amiodaron.............................................................................................................17
j. Lidocain.................................................................................................................19
k. Wafarin..................................................................................................................20
l. Heparin...................................................................................................................21
m. Dextrose.............................................................................................................23
n. Glumepirid.............................................................................................................25
o. Acarbose................................................................................................................26
p. Metmorfin..............................................................................................................26
q. digoxin...................................................................................................................27
r. Dopamin.................................................................................................................29
s. Dobutamin..............................................................................................................30
t. Chloralhydrat..........................................................................................................30
BAB III..................................................................................................................................33
PENUTUP.........................................................................................................................33
A. Kesimpulan............................................................................................................33
B. Saran......................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal pokok yang paling
mendasar yang wajib diperhatikan oleh seluruh tenaga medis saat memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Peraturan tentang keselamatan pasien
tertulis dengan jelas dalam PERMENKES RI No. 11 Tahun 2017. Dalam
peraturan ini dijabarkan juga mengenai penyelenggraraan keselamatan pasien,
penanganan kejadian sentinel yang berdampak luas, serta komite nasional
keselamatan pasien. Standar ini bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam
menerima pelayanan kesehatan dari tenaga medis dengan sebagaimana
mestinya tanpa membahayakan keselamatan pasien itu sendiri.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang diberikan rumah sakit yang berorientasi pada keselamatan
pasien yang melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional.
Salah satu pelayanan kefarmasian adalah dalam pengelolaan obat high alert.
Obat ini merupakan kelompok obat-obatan yang dianggap remeh sehingga
dalam proses penanganan dan penyimpanannya masih sering diabaikan.
Akibat yang ditimbulkan jika proses pengelolaan obat high alert ini tidak
ditangani dengan benar dapat menyebabkan meningkatnya insiden Adverse
Drug Events/ADEs, Medication Errors/MEs, dan Adverse Drug
Reaction/ADR yang dapat membahayakan pasien bahkan hingga berujung
kematian (Permenkes, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan
masalah yang timbul adalah “ seperti apakah obat high Alert itu dan
bagaimana contoh-contoh obat High Alert?’
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu obat High Alert dan seperti apa contoh obat
High Alert
BAB II
PEMBAHASAN
a. Kalium Klorida
Kelemahan otot
Parestesia
Gangguan kesadaran
Paralisis flaksid
Aritmia
Blok jantung.
b. Natrium Klorida
NaCl 0.9% memiliki penyebutan natrium klorida. NaCl 0.9% merupakan
sediaan infus steril yang mengandung elektrolit untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang karena beberapa faktor, misalnya dehidrasi, serta
menjaga keseimbangan kadar air dalam tubuh.
Tak hanya itu, NaCl 0.9% juga berfungsi untuk mengatur kerja dan fungsi
otot jantung, mendukung metabolisme tubuh, dan merangsang kerja saraf.
NaCl 0.9% digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena
beberapa faktor. Oleh karena itu, NaCl 0.9% berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan cairan tubuh.
Penggunaan NaCl 0.9% injeksi harus dibantu oleh tenaga ahli medis.
Simpan dalam ruangan dengan temperatur sejuk (25 derajat Celsius) dan
tidak lembap, serta hindari terkena sinar matahari.
c. Bupivacain HCL
Bupivacaine adalah obat bius separuh badan atau hanya untuk salah satu
area tubuh, yang digunakan pada saat tindakan medis, persalinan, atau
operasi. Bupivacaine akan menghambat rangsangan nyeri yang dikirimkan
oleh saraf menuju otak, sehingga seseorang tidak merasakan nyeri.
Dewasa
15-100 mg, tergantung dari nyeri yang dialami, disuntikan di celah tulang
belakang.
d. Ketamine
Ketamine adalah salah satu jenis obat bius total (anestesi umum). Obat ini
diberikan untuk menghilangkan kesadaran pasien yang akan menjalani
suatu prosedur medis, misalnya pembedahan.
Ketamine bekerja dengan cara mengganggu sinyal di otak yang berperan
terhadap kesadaran dan rasa sakit. Obat ini hanya boleh digunakan di
rumah sakit dan selama penggunaannya akan diawasi penuh oleh dokter.
Hal ini karena penggunaan ketamin berisiko menimbulkan efek samping
berbahaya, seperti meningkatnya tekanan darah, gangguan pernapasan dan
gangguan penglihatan.
Mual
Muntah
Pusing
Penglihatan ganda (diplopia)
Terasa seperti sedang bermimpi
Nafsu makan berkurang
Insomnia
e. Propofol
Propofol adalah obat bius umum yang digunakan untuk memulai dan
mempertahankan anestesi selama prosedur operasi. Propofol tersedia
dalam bentuk sediaan suntik. Penyuntikannya hanya boleh dilakukan oleh
dokter di rumah sakit.
Obat ini digunakan untuk menenangkan, menurunkan kesadaran, dan
membius pasien selama operasi berlangsung. Propofol juga bisa
digunakan sebagai obat penenang bagi pasien ICU yang menggunakan alat
bantu napas (ventilator). Propofol bekerja dengan cara menurunkan
aktivitas otak dan sistem saraf, sehingga mencegah otak untuk memproses
rasa sakit.
Lansia
Anak-anak
Obat emulsi 1% diberikan melalui infus atau intermittent bolus
injection pada anak usia >1 bulan. Sementara, obat emulsi 2%
diberikan melalui infus pada anak usia >3 tahun.
Dosis induksi 2,5–4 mg/kgBB.
Dosis pemeliharaan 9–15 mg/kgBB per jam.
f. Sevoflurane
Midazolam adalah obat penenang yang biasa digunakan sebelum operasi.
Obat ini dapat mengurangi rasa cemas, membuat pasien merasa rileks, dan
mengantuk sehingga tertidur selama operasi. Selain itu, midazolam juga
bisa digunakan untuk meredakan kejang pada status epileptikus.
Midazolam menimbulkan efek menenangkan dengan cara meningkatkan
aktivitas zat kimia alami dalam tubuh yang disebut asam gamma-
aminobutirat (GABA). Selain sebagai obat penenang sebelum operasi,
midazolam juga bisa diberikan kepada pasien ICU yang memerlukan
pemasangan alat bantu napas atau ventilator
Midazolam suntik hanya boleh diberikan di rumah sakit oleh dokter atau
petugas medis di bawah pengawasan dokter
Dosis dan Aturan Pakai Midazolam
Dosis midazolam berbeda-beda pada tiap pasien. Midazolam diberikan
dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena (intravena/IV)
atau ke otot (intramuskular/IM) oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter.
Berikut ini adalah pembagian dosis midazolam berdasarkan tujuan
penggunaannya:
Tujuan: Obat penenang sebelum operasi minor atau operasi gigi
Sakit kepala
Kantuk
Cegukan
Mual atau muntah
Amnesia sementara
Nyeri, kemerahaan, atau bengkak, di area penyuntikan
g. Epinephrin
Epinephrine atau adrenalin adalah obat untuk mengatasi syok anafilaktik
akibat reaksi alergi berat. Syok anafilaktik yang tidak mendapatkan
penanganan yang tepat akan sangat membahayakan nyawa. Selain itu,
epinephrine juga digunakan pada tindakan resusitasi jantung paru (RJP).
Epinephrine bekerja dengan cara melemaskan otot-otot saluran pernapasan
dan meningkatkan ketegangan pada pembuluh darah. Obat ini bekerja
dengan cepat untuk memicu kerja jantung, meningkatkan tekanan darah,
melegakan pernapasan, meredakan ruam, dan mengurangi pembengkakan
di wajah, bibir, dan tenggorokan.
h. Norephineprine
Norepinephrine adalah obat untuk menangani tekanan darah rendah parah
yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini dikenal dengan istilah
syok, dan dapat menyebabkan penurunan fungsi organ-organ tubuh,
bahkan hingga tidak berfungsi sama sekali. Dalam kondisi syok,
khususnya akibat sepsis (reaksi tubuh terhadap infeksi yang parah),
norepinephrine diberikan agar pasokan darah menuju organ tubuh tetap
terjaga.
Dosis norepinephrine pada tiap pasien berbeda-beda. Dosis obat ini akan
ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi kesehatan masing-masing
pasien, disertai pemantauan secara saksama.
Hipotensi dan syok sepsis
Dewasa 0,01-3 mcg/kgBB/menit, diberikan melalui infus.
Anak 0,05-0,1 mcg/kgBB/menit, diberikan melalui infus.Dosis
maksimal: 1-2 mcg/kgBB/menit
i. Amiodaron
Amiodarone adalah obat untuk mengatasi beberapa jenis aritmia yang
berbahaya dan serius, seperti fibrilasi ventrikular atau takikardia
ventrikular. Pengobatan dengan amiodarone merupakan langkah lanjutan
apabila obat antiaritmia lain tidak memberikan efek pada pasien.
Amiodarone termasuk dalam obat antiritmia kelas IIIa. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat signal elektrik yang menyebabkan
ketidaknormalan denyut jantung. Dengan begitu, irama jantung bisa
teratur kembali.
Dosis dan Aturan Pakai Amiodarone
Dosis amiodarone yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi
kesehatan pasien dan bentuk sediaan obat. Berikut adalah penjelasannya:
Kondisi: Aritmia ventrikel atau supraventrikel
Bentuk: Tablet
Dewasa: Dosis awal 200 mg, 3 kali sehari, selama 1 minggu. Dosis
selanjutnya dapat dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali sehari. Dosis
pemeliharaan ≤200 mg per hari, tergantung respons tubuh pasien.
Bentuk: Suntik
Dewasa: Dosis awal 5 mg/kgBB, melalui infus, selama 20–120
menit. Dosis dapat diulang hingga 1.200 mg per hari. Untuk kasus
darurat, dosisnya 150–300 mg melalui suntikan pelan, selama ≥3
menit, dosis bisa diulang setidaknya 15 menit setelah dosis
pertama.
Kondisi: Pulseless ventricular fibrillation (VF)
atau pulseless ventricular tachycardia (VT)
Bentuk: Suntik
Dewasa: Dosis awal 300 mg atau 5 mg/kgBB dengan suntikan
cepat. Dosis lanjutan 150 mg atau 2,5 mg/kgBB jika kondisi
berlanjut.
Mual atau muntah
Konstipasi
Pusing
Nafsu makan hilang
Gemetar atau lelah yang tidak biasa
Demam
Hipotensi (tekanan darah rendah)
Penglihatan kabur
Gangguan pencernaan
j. Lidocain
Lidocaine adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit atau memberi efek
mati rasa pada bagian tubuh tertentu (obat bius lokal). Obat ini juga bisa
digunakan untuk mengatasi aritmia jenis tertentu, sehingga termasuk juga
dalam golongan obat antiaritmia.
Lidocaine bekerja dengan cara menghambat sinyal penyebab nyeri
sehingga mencegah timbulnya rasa sakit untuk sementara. Lidocaine
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dengan tujuan penggunaan yang
berbeda-beda.
Kondisi: Anestesi spinal
Kondisi: Sakit tenggorokan
Kondisi: Otitis eksterna
Tetes telinga: Dosis 4–5 tetes ke dalam lubang telinga 2–4 kali per
hari.
Kondisi: Aritmia
Kembung
Hilang nafsu makan
Rambut rontok
Nyeri perut
Mual
Mimisan yang mereda dengan sendirinya.
l. Heparin
Heparin adalah obat untuk mengatasi dan mencegah penggumpalan darah
yang disebabkan oleh kondisi atau tindakan medis tertentu. Obat ini
tersedia dalam bentuk gel dan suntik yang penggunaannya harus sesuai
resep dokter.
Heparin bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang berperan
dalam proses pembekuan darah. Sehingga pembentukan bekuan dan
gumpalan darah bisa dicegah. Perlu diingat bahwa obat ini tidak bisa
mengurangi ukuran bekuan darah yang sudah terbentuk.
Heparin suntik sering digunakan dalam pengobatan trombosis vena dalam
(deep vein thrombosis), emboli paru, atau atrial fibrilasi. Selain itu, obat
ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah
setelah operasi, selama hemodialisa, atau selama transfusi.
Dosis dan efektivitas heparin suntik akan dipantau melalui nilai aPTT yang
dlihat lewat pemeriksaan darah.
3. Heparin topikal dalam bentuk gel
Heparin gel dapat digunakan oleh anak-anak, dewasa, dan lansia. Obat ini bisa
digunakan dengan dioleskan ke permukaan kulit yang memar, sebanyak 2–3
kali sehari.
m. Dextrose
Dextrose adalah gabungan antara senyawa gula sederhana dan air, yang
digunakan untuk meningkatkan kadar gula di dalam darah, pada kondisi
hipoglikemia. Hipoglikemia merupakan kondisi kadar gula atau glukosa
darah berada di bawah normal. Kondisi ini dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi otak serta kerja anggota-anggota tubuh lainnya.
Dextrose merupakan gula yang dihasilkan dari jagung, yang juga
digunakan sebagai pemanis di dalam makanan olahan yang dipanggang
atau sirop jagung.
Dextrose yang masuk ke dalam tubuh akan menjadi bahan bakar bagi sel
tubuh untuk menciptakan energi, sehingga berguna bagi sel tubuh untuk
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Dosis Dextrose
Suntik atau infus
Hipoglikemia :Bayi usia kurang dari 6 bulan: 0,25-0,5 g/kgBB per hari.
Dosis maksimal adalah 25 gram per satu kali pemberian.Balita usia lebih
dari enam bulan: 0,5-1 g/kgBB. Dosis maksimal adalah 25 gram per satu
kali dosis.Remaja hingga dewasa: 10-25 g per hari
Kekurangan cairan : Anak-anak dan dewasa: Diskusikan kepada dokter
mengenai dosis yang tepat.
Sakit kepala
Demam
Cemas
Berkeringat
Lemah
Kulit pucat
Sulit konsentrasi
Batuk kronis
Kejang
Halusinasi
Denyut jantung kian cepat atau tidak beraturan
Sesak napas atau napas berbunyi (mengi)
Hiperglikemia: kadar gula darah berada di atas normal
Hipokalemia: kadar kalium di dalam darah berada di bawah
normal
Lokasi bekas suntikan terasa sakit, merah, bengkak
Reaksi alergi obat.
n. Glumepirid
Glimepiride adalah obat untuk mengendalikan kadar gula darah yang
tinggi pada penderita diabetes tipe 2. Untuk meningkatkan efektivitasnya,
penggunaan glimepiride harus disertai dengan pengaturan pola makan dan
olahraga yang teratur.
Glimepiride termasuk ke dalam obat antidiabetes golongan sulfonylurea.
Obat ini bekerja dengan cara mendorong pankreas untuk memproduksi
insulin dan membantu tubuh memaksimalkan kerja insulin. Dengan
begitu, kadar gula darah dapat lebih terkontrol dan risiko komplikasi
akibat diabetes tipe 2 dapat dikurangi
Keringat berlebihan
Gemetar
Lapar
Detak jantung terasa cepat
Penglihatan kabur
Pusing
Kesemutan
Otot melemah
Kebingungan
Pingsan
o. Acarbose
Acarbose adalah obat untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes tipe 2. Agar pengobatan lebih efektif, penggunaan acarbose harus
diimbangi dengan penerapan pola makan yang sehat dan olahraga teratur.
Acarbose bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan dan
penyerapan karbohidrat di usus. Dengan begitu, obat ini dapat mengurangi
kenaikkan kadar gula darah setelah makan. Dalam pengobatan diabetes
tipe 2, acarbose dapat dikombinasikan dengan obat antidiabetes lainnya,
seperti metformin atau insulin.
Perut kembung
Sering buang angin
Sakit perut
Diare
p. Metmorfin
Metformin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah yang meningkat pada penderita diabetes. Obat ini dapat digunakan
sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat penurun gula darah
yang lain.
Pada diabetes tipe 2, hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas untuk
mengatur kadar gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh secara
optimal. Akibatnya, kadar gula darah mengalami peningkatan
Metformin bekerja dengan cara meningkatkan efektivitas tubuh dalam
menggunakan insulin untuk menekan peningkatan kadar gula darah.
Namun perlu diketahui, obat ini tidak dapat diberikan pada penderita
diabetes tipe 1 yang organ pankreasnya sudah tidak memproduksi insulin.
Pada beberapa kasus, metformin juga digunakan untuk mengatasi penyakit
PCOS. Akan tetapi penggunaan metformin pada penderita PCOS masih
perlu diteliti lebih lanjut.
Dewasa
Dosis awal 500-850 mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal 3000 mg
per hari, dibagi ke dalam 3 kali minum.
Batuk
Demam dan menggigil
Diare
Sakit perut
Mual dan muntah
Nafsu makan menurun
Rasa logam di mulut
Sakit punggung
Nyeri otot
q. digoxin
Digoxin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis
aritmia, salah satunya atrial fibrasi (AF) dan gagal jantung. Obat ini tidak
boleh digunakan sembarangan dan hanya boleh digunakan sesuai dengan
resep dokter.
Digoxin merupakan obat glikosida jantung yang bekerja dengan cara
memengaruhi beberapa jenis mineral yang penting dalam kerja jantung,
yaitu natrium dan kalium. Cara kerja ini akan membantu mengembalikan
irama jantung yang tidak normal dan memperkuat detak jantung.
Cemas
Muntah
Kebingungan
Sakit kepala
Penglihatan kabur
Mual
Pusing
Diare
r. Dopamin
Dopamin adalah obat untuk membantu kerja jantung dalam memompa
darah saat terjadi syok, yaitu kondisi di mana pasokan darah, oksigen, dan
nutrisi ke jaringan serta organ tubuh berkurang (hipoperfusi). Kondisi ini
bisa dipicu oleh gagal jantung, sepsis, atau cedera.
Efek dopamin atau dopamine ini sangat tergantung pada dosis yang
diberikan. Jika diberikan dalam dosis yang rendah, dopamine akan bekerja
melebarkan pembuluh darah (vasodilator). Dalam dosis yang sedang,
dopamine akan bekerja memperbaiki kontraksi otot jantung, sehingga
dapat meningkatkan kekuatan pompa jantung.
s. Dobutamin
Dobutamin adalah obat untuk membantu kerja jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh pada orang yang mengalami gagal jantung atau
syok kardiogenik. Untuk mengobati syok kardiogenik, obat ini bisa
digunakan bersama dopamin.
Dobutamin bekerja dengan cara merangsang reseptor beta-1 jantung
sehingga meningkatkan kontraksi jantung dan kemampuan pompa
jantung. Cara kerja ini akan meningkatkan tekanan darah, denyut jantung,
dan jumlah darah yang akan dipompa oleh jantung (cardiac output)
Sakit kepala
Demam
Mual atau muntah
Merasa gelisah
Kram kaki
Nyeri, bengkak, atau perubahan warna kulit di area suntikan
t. Chloralhydrat
Chloral hydrate adalah obat yang digunakan untuk menenangkan Anda
sebelum operasi atau prosedur lain dan untuk pengobatan jangka pendek
insomnia. Obat ini termasuk kelas obat yang dikenal sebagai hipnotik dan
sedatif. Ia bekerja dengan mempengaruhi bagian-bagian tertentu dari otak
yang menyebabkan ketenangan. Obat ini juga dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit setelah operasi dan untuk mengobati
penghentian penggunaan alkohol.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal pokok yang paling
mendasar yang wajib diperhatikan oleh seluruh tenaga medis saat memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien, Salah satu pelayanan kefarmasian adalah
dalam pengelolaan obat high alert. Obat ini merupakan kelompok obat-obatan
yang dianggap remeh sehingga dalam proses penanganan dan
penyimpanannya masih sering diabaikan. Akibat yang ditimbulkan jika proses
pengelolaan obat high alert ini tidak ditangani dengan benar dapat
menyebabkan meningkatnya insiden Adverse Drug Events/ADEs, Medication
Errors/MEs, dan Adverse Drug Reaction/ADR yang dapat membahayakan
pasien bahkan hingga berujung kematian (Permenkes, 2014).
High Alert Medication adalah obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) dan
obat yang beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan
(ROTD)
Yang termasuk dalam kelompok High Alert Medication diantaranya;
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat, Rupa Dan
Ucapan Mirip/ NORUM atau Look Alike Sound Alike/ LASA); elektrolit
kensentrasi tinggi dan obat-obat sitostatika. Untuk sediaan yang tergolong,
dalam High Alert Medication pada setiap instansi mempunyai ketentuan
masing-masing. High Alert Medication di Rumah Sakit biasanya mengikuti
Formularium Rumah Sakit yang bersangkutan dimana Formularium Rumah
Sakit di susun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah
Sakit berisi daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi
Dan Terapi (TFT) yang di tetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Pengelolaan High Alert Medication sama dengan pengelolaan sediaan
farmasi lainnya mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, penarikan hingga pengendalian.
Hanya saja tata cara penyimpanan High Alert Medication dikhususkan dan
pendistribusiannya dilakukan double check atau pengecekan ganda guna
meminimalisasi kesalahan mengingat obat High Alert memiliki resiko lebih
tinggi untuk menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan
B. Saran
Saya berharap pengetahuan mengenai High Alert Medication tidak
hanya diketahui oleh tenaga kefarmasian saja namun oleh tenaga medis
lainnya agar kedepannya pelayanan kesehatan di Indonesia lebih terjamin
mengingat belum semua rumah sakit di Indonesia menerapkan kebijakan High
Alert Medication.
DAFTAR PUSTAKA