Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN PASIEN SAFETY


MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG DI WASPADAI

Dosen Pengampu : Bapak Sahrir Ramadan, M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 3

1. FIRDA AULIA HASANAH NIM. P07120120010


2. HULIATUL FITRI NIM. P07120120012
3. INDAH RIZKI N. NIM. P07120120013
4. MAHESA SEPTIANDA P. NIM. P07120120017
5. NI MADE PUTRI ARINI NIM. P07120120022
6. RIRIN WINDAWATI NIM. P07120120030
7. YOLA HELMALIA P. NIM. P07120120040

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Meningkatkan Keamanan Obat Yang Di Waspadai”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen pasien safety. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan kita tentang bagaimana cara tenaga kesehatan meningkatkan
keamanan obat yang harus di waspadai.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sahrir Ramadan, M.Kep selaku
dosen mata kuliah manajemen pasien safety yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 30 Agustus 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP OBAT DENGAN KEWASPADAAN TINGGI ............... 3
2.1.1 OBAT LASA/NORUM
2.1.2 ELEKTROLIT KONSENTRAT TINGGI
2.1.3 OBAT EMERGENSI
2.2 KONSEP KEAMANAN DALAM PEMBERIAN OBAT ............... 12

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ................................................................................. 19
3.2 SARAN ............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ............................................................................................. 7


Gambar 1.2 ............................................................................................. 8
Gambar 1.3 ............................................................................................. 9
Gambar 1.4 .............................................................................................. 9
Gambar 1.5 ............................................................................................. 11
Gambar 1.6 ............................................................................................. 11
Gambar 1.7 ............................................................................................. 14
Gambar 1.8 ............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan persediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di rumah sakit haruslah dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir,
dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan
kendali biaya.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit mengharuskan rumah sakit di
Indonesia untuk mengembangakan kebijakan pengelolan obat untuk
meningkatkan keamanan khususnya obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medications). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event)
dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak
Diinginkan (ROTD) (PMK 72 2016).
Banyak fakultas keperawatan dan pendidik di bidang kesehatan menyakini
bahwa perlu untuk mengkaji ulang mengenai pentingnya keamanan dalam
pemberian obat (Didona, 2013).
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas
terpenting perawat. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek
samping yang ditimbulkan memberikan obat yang tepat, memantau respons
klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan
pengetahuan. Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus
memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk
menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan. Pertimbangan perawat
penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman (Potter & Perry, 2005, hal
991).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep obat yang dengan kewaspadaan tinggi?

1
2. Bagaimana konsep keamanan dalam pemberian obat ?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep obat dengan kewaspadaan tinggi.
2. Untuk mengetahui konsep keamanan dalam pemberian obat.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran umum
mengenai konsep obat dengan kewaspadaan tinggi serta konsep keamanan dalam
pemberian obat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP OBAT DENGAN KEWASPADAAN TINGGI


High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-
obat yang secara signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan
dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat. Obat ini sering menyebabkan
kesalahan serius (sentinel event) dan dapat menyababkan reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD). Berdasarkan study yang dilakukan oleh Institute for Safe
Medication Practices (ISMP) di US, obat yang paling sering menyebabkan
ROTD dan sentinel event adalah insulin, opium dan narkotik, injeksi potassium
chloride (phospate) concentrate, intravenous anticoagulants (hepari) dan
sodium chloride solutionlebih besar dari 0,9%.
2.1.1 OBAT LASA/NORUM
Obat LASA atau NORUM adalah obat yang nampak mirip dalam
hal bentuk, tulisan, warna, dan pengucapan. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan perlu menerapkan strategi manajemen risiko
untuk meminimalkannya efek samping dengan obat LASA dan
meningkatkan keamanan pasien. Keberadaan LASA di unit pelayanan
kefarmasian mengharuskan adanya pedoman atau standar dalam
menanganinya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dampak yang
tidak diinginkan melalui identifikasi dan implementasi keselamatan
tindakan pencegahan (Rusli, 2018).
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang dapat terjadi terkait
dengan obat LASA yaitu:
1. Tulisan dokter yang tidak jelas.
2. Pengetahuan tentang nama obat.
3. Produk obat baru yang dibuat pabrik farmasi.
4. Kemasan atau pelabelan yang mirip dari produk obat tersebut.
5. Kekuatan obat, bentuk sediaan, frekuensi pemberian.
6. Penanganan penyakit yang sama.

3
7. Penggunaan klinis dari obat yang akan diberikan kepada pasien.
Dalam penanganan obat yang dikategorikan LASA/NORUM
kiranya perlu dilakukan penggolongan obat yang didasarkan atas ucapan
mirip, kemasan mirip, dan nama obat sama kekuatan berbeda.
A. Ucapan Mirip
Beberapa obat yang dapat digolongkan dalam kategori Ucapan
Mirip, seperti berikut:
Tabel Penggolongan LASA/NORUM berdasarkan Ucapan Mirip
No. NAMA OBAT
1. AlloPURINOL HaloPERIDOL
2. LaSIX LoSEC
3. AmiTRIPTILIN AmiNOPHILIN
4. ApTOR LipiTOR
5. Asam MEFENAmat Asam TRANEKSAmat
6. AmineFERON AmioDARON
7. AlpraZOLAM LoraZEPAM
8. Propranolol BisoPROLOL
9. AZITROmycin ERITROmycin
10. CefEPIM CefTAZIDIM
11. CefoTAXIME CefoROXIME
12. EFEDrin EFINefrin
13. HISTApan HEPTAsan
14. ErgoTAMIN ErgoMETRIN
15. FasTALGIN ForTELYSIN
16. DoPAMIN DobuTAMIN
17. FARgesic FORgesic
18. TRIOfusin TUTOfusion
19. PheniTOYN VenTOLIN
20. PIRAcetam PARAcetamol

4
Sumber: Guide On Handling Look Alike, Sound Alike
Medications, 2012.

Gambar 1.1
Dari dua contoh kemasan obat tersebut tentu kita dapat
membayangkan jika penanganan terhadap obat-obatan dalam
kategori LASA/NORUM tidak dilakukan secara hati-hati dan teliti
yang tentunya bisa saja terjadi kesalahan dalam pengambilan obat
yang dapat berakibat fatal bagi pasien. Oleh karena itu, Permenkes
RI No. 1691 / MENKES / PER / VIII /2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit sangat perlu dicermati dan diperhatikan dengan
baik.
B. Kemasan Mirip
Beberapa obat yang dapat digolongkan dalam kategori Kemasan
Mirip seperti berikut.
Tabel Penggolongan LASA/NORUM berdasarkan Kemasan Mirip
NO. NAMA OBAT
1. Histapan Heptasan
2. Bio ATP Pehavral
3. Tomit Tab Trifed Tab
4. Omeprazole inj Ceftizoxime inj
5. Rhinos sirup Rhinofed sirup
6. Tilflam tab Vaclo tab
7. Ubesco tab Imesco tab

5
8. Ikalep sirup Lactulac sirup
9. Iliadin drop Iliadin spray
10. Mertigo tab Nopres tab
Sumber: Farmasi Komunitas, 2017

Gambar 2.2
C. Nama Obat Sama Kekuatan Berbeda
Beberapa obat yang dapat digolongkan dalam kategori Nama Obat
Sama, Kekuatan Berbeda seperti berikut.
Tabel Penggolongan LASA/NORUM Berdasarkan Kekuatan
Berbeda
NO. NAMA OBAT
1. Amalodipin 5 mg Amlodipin 10mg
2. Neurotam 800mg Neurotam 1200mg
3. Acyclovir 200mg Acyclovir 400mg
4 Ludiomil 10mg Ludiomil 50mg
5. Divask 5mg Divask 10mg
6. Somerol 4 mg Somerol 16mg
7. Lyrica 50mg Lyrica 75mg
8. Flamar 25 Flamar 50mg

6
9. Amoksisilin 250mg Amoksisilin 500mg
10. Na. Diklofenak 25mg Na. Diklofenak 50mg
11. Captopril 12,5mg Captopril 25mg
12. Allopurinol 100mg Allopurinol 300mg
13. Cefat sirup Cefat forte sirup
14 Stesolid 5mg Stesolid 10mg
15. Metformin 500mg Metformin 850mg
Sumber: Farmasi Komunitas, 2017

Gambar 1.3

Gambar 1.4
.
2.1.2 ELEKTROLIT KONSENTRASI TINGGI
Elektrolit konsentrasi tinggi (konsentrat/pekat) adalah sediaan obat
yang mengandung ion elektrolit yang sebelum digunakan terlebih dahulu

7
diencerkan. Penggunaan elektrolit konsentrat di rumah sakit sesuai
standar operasional prosedur penggunaan adalah:
1. Sebelum digunakan harus terlebih dahulu diencerkan.
2. Harus dicek berulang penggunaannya dengan orang yang berbeda.
3. Dibuang di tempat sampah khusus.
4. Disimpan di lemari terkunci dalam kotak hitam.
5. Diberikan label obat dengan kewaspadaan tinggi dan elektrolit
konsentrat.
Tabel Bentuk Sediaan Obat Konsentrat (konsentrasi tinggi)

No. NamaObat Kekuatan Sediaan Kemasan


MagnesiaumSulfat
MagnesiaumSulfat Vial 25
1 10 Injeksi
40% ml
gram
MagnesiaumSulfat
MagnesiaumSulfat Vial 25
2 5 Injeksi
20% ml
gram
NatriumKlorida 30
NS (Normal
miligram Flabot
3 Saline) Infus
Natrium 5,133 500 ml
NatriumKlorida
mm/ml
NatriumBikarbonat
84
Vial 25
4 Meylon 84-BP miligram Injeksi
ml
Natrium 1 mm
Bikarbonat 1 mm
KaliumKlorida
7,46% Vial 25
5 KCl
Kalium 1meq/ml ml
Klorida 1 mg/mg
Vial 25
6 Dekstrose 40% Dekstrose 10 gram
ml

8
Gambar 1.5

Gambar 1.6
2.1.3 OBAT EMERGENSI
Obat emergensi adalah obat yang pengelolaannya termasuk dalam
kategori kewaspadaan tinggi. Dalam upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, rumah sakit wajib memiliki sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang dapat digunakan dalam penanganan kasus emergensi.
9
Sediaan emergensi yang dimaksud adalah obat-obat yang bersifat life
saving (obat yang digunakan untuk kondisi kegawatdaruratan) atau life
threatening beserta alat kesehatan yang mendukung kondisi emergensi.
Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Selain
itu, dalam pengelolaan obat emergensi rumah sakit seharusnya memiliki
kebijakan maupun prosedur agar lebih mudah dan tertata dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan
terkait dengan pengelolaan obat emergensi, di antaranya adalah
penentuan jenis serta jumlah sediaan emergensi, penyimpanan,
penggunaan, dan penggantian sediaan emergensi.
Pengelolaan obat emergensi yang ditangani oleh rumah sakit
hendaknya harus menjamin ketentuan-ketentuan berikut ini, yaitu:
1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang
telah ditetapkan.
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan
lain.
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Obat emergensi harus selalu terjaga stok obatnya agar selalu siap
dipakai. Oleh karena itu, petugas yang ada di unit terkait harus segera
melaporkan penggunaan obat emergensi tersebut kepada petugas farmasi
untuk dilakukan penggantian stok dan penyegelan kembali untuk
menjaga keamanan dan kelengkapan obat tersebut. Penggantian harus
dilakukan sesegera mungkin, dan rumah sakit perlu menetapkan standar
waktu maksimal penggantian obat agar obat selalu siap digunakan pada
saat dibutuhkan. Apabila ada keterbatasan kemampuan maupun jumlah
petugas farmasi, penggantian obat emergensi bisa diprioritaskan untuk
unit yang rawan/sering terjadi kasus emergensi terlebih dahulu. Bisa juga

10
dengan menetapkan standar waktu yang berbeda untuk penggantian obat
emergensi pada unit yang sering dengan yang jarang pemakaiannya.
Sediaan emergensi perlu dilakukan monitoring dan pengecekan
secara berkala untuk memastikan kualitas obat di dalamnya. Oleh karena
itu, rumah sakit juga harus menetapkan jangka waktu monitoring obat
emergensi. Apabila terdapat obat yang rusak atau hampir kadaluarsa
maupun obat yang sudah kadaluarsa ditemukan, maka harus segera
dilakukan penggantian. Setelah dilakukan penggantian stok obat, perlu
dilakukan kembali penyegelan dengan menggunakan segel dengan
nomor register yang baru oleh petugas farmasi. Dalam melakukan
monitoring obat-obat emergensi perlu adanya lembar catatan yang berisi
mengenai catatan pengecekan pengambilan, pemakaian dan penggantian
obat emergensi yang berfungsi untuk memastikan obat emergensi dalam
keadaan utuh dan siap dipakai.

Tabel Daftar Obat Emergensi


No. NamaObat
1 Diazepam inj 5mg/ml
2 Deksametahasoninj 5mg/ml
3 DifenilhydraminHClinj 10mg/ml
4 Dextrose infuse 5%
5 Efinefrin (adrenalin) inj 0,1%
6 NaCl infuse 0,9%
7 Stesolid rectal 5mg/ml
8 Ringer Laktat infuse
9 Lidocainjinj
10 Heparin Inj
11 Dopamininj
12 AtropinSulfatinj
13 Aminofilininj
14 Luminal inj

11
15 Magnesium Sulfatinj
16 Morfininj
17 Furosemidainj

Gambar 1.7

Gambar 1.8

2.2 KONSEP KEAMANAN DALAM PEMBERIAN OBAT


Pengobatan yang aman perlu dijamin dalam setiap langkah pemberian
obat, yaitu pada saat peresepan obat, pemberian obat, dan pemantauan efek
obat. Beberapa terminologi penting terkait pemberian obat:
1. Side-effect/efek yang diketahui, yaitu efek tambahan dari efek primer obat
yang diharapkan. Efek ini terkait dengan efek farmakologis dari sediaan
obat tersebut. Contoh: opiat analgesia sering menyebabkan mual
2. Adverse reaction: bahaya atau efek yang tidak diinginkan yang terjadi
karena tindakan pemberian obat yang benar, dan proses yang benar. Contoh:

12
reaksi alergi yang tidak diharapkan pada pasien yang baru pertama kali
menggunakan obat tersebut.
3. Error: kegagalan untuk melaksanakan rencana penatalaksanaan atau
pemberian obat, atau kesalahan dalam penatalaksanaan. Contoh: kesalahan
pemberian obat pada pasien.
4. Adverse event: kejadian tidak diinginkan yang membahayakan pasien

Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat.
Pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-alert) di ruang perawatan, antara
lain:
a. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat
lain harus melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara
independen dengan menerapkan prinsip 8 Benar, yaitu:
1) Benar obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni: sebelum
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat
penyimpanan.
2) Benar dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat
standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit
atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain.
Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan ke
pasien.
3) Benar pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan. Hal ini dilakukan oleh perawat yaitu dengan
memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang
dicocokan dengan gelang identitas pasien.
4) Benar rute pemberian

13
Kesalahan rute pada pemberian obat dapat menimbulkan efek
sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, apabila sebuah instruksi
obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengkonsultasikannya kepada dokter.
5) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang
diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.
6) Benar Informasi
Berikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, fungsi
danjuga efek samping dari obat tersebut.
7) Benar respons
Pastikan obat yang diberikan menghasilkan respon yang sesuai
dengan apa yang diharapkan dari pemberian obat tersebut.
8) Benar dokumentasi
Lakukan pencatatan yang meliputi tanggal dan jam pemberian, nama
obat, dosis dan rute, sert berikan ceklis pada daftar terapi obat dan
paraf pada kolom yang tersedia.
b. Obat high alert infus harus dipastikan: Ketepatan kecepatan pompa infus
(infuse pump). Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada
syringe pump dan disetiap ujung jalur selang.
c. Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai
perhitungan standar yang telah baku, yang berlaku di semua ruang
perawatan.
d. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan
kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert,
dan menyerahkan formulir pencatatan obat.
e. Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan
tindakan pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat
mengakibatkan tertundanya pemberian terapi dan memberikan dampak
yang buruk pada pasien, maka dokter dan perawat harus memastikan

14
terlebih dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan terapi segera
(cito) sehingga double check dapat tidak dilakukan, namun sesaat sebelum
memberikan obat, perawat harus menyebutkan secara lantang semua jenis
obat yang diberikan kepada pasien sehingga diketahui dan
didokumentasikan dengan baik oleh perawat yang lainnya.

PROSEDUR PENGECEKAN GANDA (DOUBLE CHECK) SEBELUM


PEMBERIAN DAN PEMBERIAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
ASSESSMENT (A)
1. Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
2. Persiapan perawat
3. Persiapan alat : obat high alert, alat kesehatan yang diperlukan, Status Pasien;
4. Persiapan Lingkungan
5. Bina hubungan saling percaya: Beri salam; Perkenalkan diri perawat (Nama,
jabatan, tempat tugas, jam tugas);
6. Tanyakan nama dan tanggal lahir klien
7. Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
8. Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
9. Anda dan Perawat lain melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara
independen, tentang:
10. 1) Benar obat (kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter)
11. 2) Benar waktu dan frekuensi pemberian
12. 3) Benar dosis (ketepatan perhitungan dosis obat)
13 4) Benar rute pemberian
14 5) Benar identitas pasien
15. 6) Benar informasi
16 7) Benar respon
17 8) Benar dokumentasi
18 Setelah semua sesuai dan tepat, Perawat memberikan obat high alert kepada
pasien dengaan hati-hati

15
19 Perawat memastikan Obat high alert infuse diberikan dengan tepat:
20 Perawat memastikan ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
21 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan
di setiap ujung jalur selang.
EVALUATION (E)
22 Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
23 Berikan reinforcement positif
24 Tentukan rencana tindak lanjut
25 Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
26 Catat hasil tindakan memberikan obat high alert
Jumlah Nilai

Keterangan:
0= tidak dilakukan
1= dilakukan tetapi tidak sempurna
2= dilakukan dengan sempurna

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-
obat yang secara signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan
dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat. Obat ini sering menyebabkan
kesalahan serius (sentinel event) dan dapat menyababkan reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD).
Pemberian high-alert medications harus teliti. Hal-hal yang dilakukan
untuk meningkatkan keamanan high alert medications adalah perawat harus
melakukan pengecekan ganda (double check) terhadap semua high alert
medications sebelum diberikan kepada pasien. Persiapan dan penyimpanannya
pun harus jelas. High alert medications harus disimpan di pos perawat di dalam
troli atau kabinet yang terkunci dan diberi label yang jelas (Obat high alert
disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label High alert).
Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan
mulai dari peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan
dan pemberian obat

3.2 SARAN
Setelah membahas dan memperdalam mengenai segala hal yang
bersangkutan dengan konsep obat yang harus di waspadai serta keamanan
dalam pemberian obat ini tentunya, kita sebagai perawat mempunyai saran
maupun harapan tersendiri yaitu janganlah mengkonsumsi obat tanpa resep
dokter dan jika obat tersebut jenis obat umum yang aman dikonsumsi tetaplah
jangan mengkonsumsi terlalu banyak karena tentunya berpengaruh pada
sistemik kita. Selain itu, hindari mengkonsumsi obat-obat terlarang karena efek
atau akibatnya sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh.

19
DAFTAR PUSTAKA

Didona, Nancy. 2013. SEDIAAN & DOSIS OBAT: Panduan Perhitungan Dosis dan
Dasar-dasar Pemberian Obat. Jakarta: Erlangga.
Katzung, Bertram G, dkk. 2012. Farmakologi Dasar & Klink, ed. 12, vol. 1. Jakarta:
EGC.
Mardiatun, Desty Emilyani. 2020. Modul Bahan Ajar Keperawatan: MANAJEMEN
KESELAMATAN PASIEN. Mataram.
Potter, Patricia A, Anne Graffin Perry. 2005. Buku Ajar FUNDAMENTAL
KEPERAWATAN: Konsep, Proses, dan Praktik ed. 4, vol. 1. Jakarta: EGC.
Rusli. 2018. Modul Bahan Ajar Farmasi: FARMASI KLINIK. Jakarta: P2M2.

20

Anda mungkin juga menyukai