Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH tentang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR

Dibimbing Oleh : AL-Chiffary Feriyanto, S.Kep,NS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
KETUA KELOMPOK : GUNAWAN
ANGGOTA :
1. NURUL BAITI
2. HUSNUL HATIMA
3. WULANDARI
4.
YAYASAN AL-YAHYA KALAMPA
SMK KESEHATAN YAHYA BIMA
TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuhan Keperawatan
Pada Klien Luka Bakar”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut Asuhan Keperawatan Pada Klien Luka Bakar.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Bima, Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka Bakar B.
Etiologi Luka Bakar
C. Klasifikasi Luka Bakar
D. Patofisiologi Luka Bakar
E. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
F. Penatalaksanaan Luka Bakar
G. Pengkajian Luka Bakar

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan. Seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan
mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal
ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas
luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar
biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup
pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus
yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka
bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke
jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar
yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas
(scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang
sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan
kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik
(elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko
nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan
memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar
sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan
berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ
yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan,
seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya.
Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik
untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar
tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Luka Bakar?
2. Bagaimana Etiologi Luka Bakar?
3. Bagaimana Klasifikasi Luka Bakar?
4. Bagaimana Patofisiologi Luka Bakar?
5. Bagaimana Indikasi Rawat Inap Luka Bakar?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Luka Bakar?
7. Bagaimana Pengkajian Luka Bakar?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk menjelaskan tentang Pengertian Luka Bakar
2. Untuk menjelaskan tentang Etiologi Luka Bakar
3. Untuk menjelaskan tentang Klasifikasi Luka Bakar
4. Untuk menjelaskan tentang Patofisiologi Luka Bakar
5. Untuk menjelaskan tentang Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
6. Untuk menjelaskan tentang Penatalaksanaan Luka Bakar
7. Untuk menjelaskan tentang Pengkajian Luka Bakar
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Luka Bakar ditimbulkan panas kering atau panas basah, terkena bahan
kimia, arus listrik, dan radiasi.(Long Barbara.C;1996;640)
Luka Bakar adalah kerusakan/ kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak langsung dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi.
(Moenajat;2000)

B. ETIOLOGI
Penyebab luka bakar bervariasi antara lain :
Terpapar benda/ sumber panas akibat kontak langsunf denagn api, cairan
panas, semiliquit,steam ,semisoloid
Terpapar zat kimia, seperti : asam kuat, basa kuat, dan zat kimia lainnya
Sengatan listrik
Radiasi

C. KLASIFIKASI
Luka bakar digambarkan dengan kedalaman, keparahan, dan gen
penyebab. Keparahan cedera luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada
resiko mortilitas dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keparahan cedera termasuk sebgai berikut :
1. Kedalaman luka bakar
Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak sama. Setiap
area mempunyai tiga zona cedera yaitu: zona koagulasi terjadi kematian
seluler zona statis disebut are pertengahan, tempat terjadinya gannguan
suplay darah, inflamasi, dan cedera jaringan

zona hiperemia merupakan area terluar, berhubungan dengan luka bakar


derajat I yang seharusnya sembuh dalam seminggu.
Klasifikasi kedalaman luka bakar antara lain :
Tabel Derajat Luka Bakar

Jaringan
Kedalaman Penyebab Karakteristik Nyeri Penyembuhan
terkena
Ketebalan Kerusakan Sinar matahari Kering, tidak Nyeri Sekitar 5 hari
superfisial epitel ada lepuh,
(derajat I) minimal merah-pink,
memutih
dengan
tekanan

Ketebalan Epidermis, Kilat, Basah, pink Nyeri Sekitar 21 hari


partial dermis cairan atau merah, hipeestetik jaringan parut
superfisial minimal hangat lepuh, minimal
(derajat IIA) sebagian
memutih

Ketebalan Keseluruhan Keing, pucat, Sensitif Berkepanjangan,


partial epidermis, Benda panas, berlilin, tidak pada membentuk
dermal sebgaian nyala api, memutih tekanan jaringan
dalam dermis cedera radiasi hipertrofik,
(derajat IIB) pembentukan
kontraktur

Ketebalan Semua yang Kulit Sedikit Tidak dapat


penuh diatas, dan Nyala api yg terkelupas, nyeri beregenerasi
(derajat III) bagian berkepanjangan avaskular, sendiri,membutu
lemak , listrik, kimia, pucat, kuning hkan
subkutan, dan uap panas sampai coklat tandur
dapat kulit
mengenai
jaringan ikat
otot, tulang
2. Keparahan luka bakar
Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai luka bakar
masif derajat III. Luka bakar dikategorikan kedalam luka bakar :
Cedera luka bakar minor/ ringan
Cedera ketebalan partial <15% dari luas permukaan tubuh total
orang dewasa, <10% luas permukaan tubuh total anak-anak, atau cedera
ketebalan penuh <2% luas permukaan tubuh total.Biasanya mendapat
perawatan awal di UGD,kemudian dipulangkan dengan instruksi
dibagian rawat jalan.
Cedera luka bakar sedang/ moderat/ pertengahan
Cedera ketebalan partial dengan 15% sampai 25% dari luas
permukaan tubuh total (LPTT) pada orang dewasa, 10% sampai 20% LPTT
pada anak-anak, atau cedera dengan ketebalan penuh kurang dari 10%LPTT
yang tidak berhubungan dengan komplikasi. Umumnya ditangani dibagian
rawat inap. Cedera luka bakar berat/mayor
Biasanya dibawa ke fasilitas perawatan luka bakar khusus, setelah
mendapatkan perawatan kedaruratan ditempat kejadian.Cedera luka
bakar mayor adalah :
cedera ketebalan partial >25%LPTT orang dewasa atau 20%LPTT
anak-anak
cedera ketebalan penuh 10%LPTT atau lebih
Luka bkar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki, dan
perineum cedera inhalasi cedera listrik luka bakar yang berkaitan
dengan cedera lain misalnya: cedera
jaringan lunak, fraktur, trauma lain.(long.C Barbara,1996)

3. Lokasi luka bakar


Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali berkaitan dengan
komplikasi akar wajah menyebabkan abrasi kornea.Luka bakar telinga
membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap infeksi
serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan
persendian sering membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan
memberikan dampak kecacatan fisik menetap.Luak bakar pada perineum
membuat midah terserang infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan
feses.Luka bakar sirkumferensial ekstremitas dapat menyebabkan efek
seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan
vaskular distal. Luka bakr sirkumferensial toraks dapat mengarah kpada
inadekuat ekspansi dinding dada da nfinsufisiensi pulmonal.

4. Agen penyebab luka bakar


Pada situasi misalnya kebakaran, gunung meletus,atau ledakan mobil
akan mengakibatkan pasien tidak hanya mengalami luka bakar, tetapi
juga menghirup udara panas/ keracunan monoksida (CO) sehingga
mengakibatkan pasien mengalami gangguan pada saluran napas yang
dapat menyebabkan kegagalan pernapasan sehingga menimbulkan
kematian.
Luka bakar pada trauma inhalasi dibagi menjadi 3 kategori (Meyer &
Salber):
Trauma panas pad saluran napas karena luka bakar pada wajah termasuk
bibir dan rambut hidung dan leher aka nmenunjukkan tanda-tanda sulit bicara
an menelan serta mengalami dipsnea, stridor karena adanya edema pada
saluran napas aas yang menyebabkan obstruksi jalan napas. Trauma kimia
pada saluan napas da nparenkim paru Keracunan kimia sistemik biasanya
keracunan CO dala mruan gtertutup karena CO mengikat hb lebih cepat dari
pada O2 sehingga mengakibatka hipoksia yang cepat pada otak.

5. Ukuran luka bakar


Ukuan luka bakar (presentase cedera pada kulit) ditentuka ndengan dua
metode yaitu :
Rule of nine
Digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuan luka bkar
yang cepat.Dasar dari perhitungan ini denga nmembagi tubuh kedalam
bagian-bagia nanatomi,yang setiap bagian mencerminkan 9% dari
LPT,tidak membutuhka ndiagram untuk menentukan presentaseLPT
yang mengalami cedera.
Diagram bagan Lund & Browder
Ditujukan untuk menetukan keluasan luka bakar yang terjadi pada
anakanak dan bayi dimana dalam bagian ini usia yang berbeda
mempunya ikeluasan yang berbeda.Bagan ini memberikan penilaian
yang lebih akuat.
6. Usia korban luka bakar
Usia klien mempengaruhi keparaha ndan keberhasilan dalam perawatan
luak bakar.

D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh, yang mungkin dipindahkan melalui konduksi dan radiasi
elektromagnetik.Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab
dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas tersebut.Dalamnya luka
bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gamgguan integritas kulit dan
kematian sel-sel.
Akibat luka bakar fungsi kulit yang normal hilang, berakibat terjadi
perubahan fisiologis : hilang daya lindung terhadap infeksi cairan
tubuh terbuang hilang kemampuan mengendalikan keringat banyak
kehilangan reseptor sensoris

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan


kesakitan.Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meningkat.Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga
terjadi anemia.Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga air,
natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dalam sel dan menyebabkan
edema dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit.Hal itu akan
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler dan kehilangan
cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan.Jika keadaan berlanjut
akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khasseperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat,nadi kecil an cepat,tekanan darah menurun,serta
produksi urine berkurang.Pembengkakan terjadi pelan-pelan. Maksimal
terjadi setelah 8 jam.Kehilangan cairan tubuh dapat disebabkan beberapa
faktor (Donna;1991):
peningkatan mineralokortikoid
 Retensi air, natrium, klorida
 Ekresi kalium
peningkatan permeabilits pembuluh darah, keluarnya elektrolit dan
protein dari pembuluh darah
perbedaan tekanan osmotik intra-ekstrasel
Bila luka bakar terjadi dimuka kerusakan mukosa jalan napas karena gas,
asap atau uap yang terhisap.Edema laring yang terjadi dapat menyebabkan
gangguan hambatan jalan napas.Gejala yang timbul adalah seseka napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap.
Tingkat hipovolemi dimulai dari terjadinya luka bakar dan berlangsung
sampai 48-72 jam pertam. Kondisi disertai dengan pergeseran cairan dari
kompartemen vaskular keruang interstitium.Bila terjadi syok hipovolemi
dan terjadi penurunan desakan darah yang berat dan etrjadi pengaliran
cairan yang tidak adekuat ke ginjal yang memburuk kondisi syok dan timbul
anuri.Akibat pergeseran cairan bisa mnyebabkan dehidrasi kepada jaringan
yang tidak menderita kerusakan. Jadi menimbulkan banyak cairan dan gara
mhilang dari kapiler pada protein. Perfusi jaringan yang tidak sempurna
menyebabkan metabolisme anaerob dan hasil akhir produk asam ditahan
karena rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya timbul asidosis metabolik.
(Sjamsuhdajat,1998)

E. INDIKASI RAWAT INAP LUKA BAKAR


1. Luka bakar grade II:
2. Dewasa > 20% 3. Anak/orang tua > 15%
4. Luka bakar grade III.
5. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
F. PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi A, B, C.
2. Pernafasan:
a. Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à
Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
3. Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra
vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à
syok à ATN à gagal ginjal.
4. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
5. Resusitasi cairan à Baxter.
a Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

b Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal:


RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.

c Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc ½ à
diberikan 8 jam pertama ½ à
diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
6. Monitor urine dan CVP.
7. Topikal dan tutup luka
8. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
9. Tulle.
10.Silver sulfa diazin tebal.
11.Tutup kassa tebal.
12.Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
13.Obat – obatan:
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu

I. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2016
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas karena luka bakar 3
jam sebelum MRS.
Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka
bakar karena terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis, TD: 100/70
mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg pasien
mengeluh sesak dan nyeri di daerah yang terbakar.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat


masuk rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan
Hipertensi tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC

Pola aktivitas dan latihan : sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari – ahri
seperti makan ,minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri. Sedangkan
selama sakit aktivitas seperti makan atau minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh
keluarga atau perawat.

Pola istirahat tidur : sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-7 jam,
dan jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan tidur
5-6 jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.

Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit pasien mengatakan
mengalami gangguan nyeri pada daerah leher, perut dan punggung sehingga sulit
beratifitas. Karakteristik nyeri yang dirasakan sebagai berikut:
• P: nyeri akibat trauma luka bakar
• Q : nyeri terasa panas
• R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
• S : Skala nyeri 7 dari 10
• T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat tertekan lama
untuk daerah punggung.
Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.
b. Pemeriksaan Fisik:

 Primary survey
Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan (-), suara
napas tidak ngorok.
Breathing : : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-), whezhing (-).
Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.
Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan berkelanjutan
serta menilai luas dan derajat luka bakar.

 Secondary survey Status Generalis


KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt,
reguler
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera :tidak ikterik Konjungtiva
:tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
Telinga
Tidak tampak kelainan.
Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit merah
pucat.

Tekanan vena Jugularis (JVP): 2-5 cmH2O


Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada ringan. Pasien tampak
sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-)
Lain – lain normal.
Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian bawah memanjang ukuran
15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)normal.
Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya merah,
keabu-abuan, sedikit tampak cairan.
Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L

Status luka bakar :


• tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm ( derajat
3 ) = 9% derajat 2
• Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung . Warnanya merah,
keabu-abuan, sedikit tampak cairan. = 18% derajat 3
• Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit
merah pucat. = 4,5% derajat 2
Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3
Penatalaksanaan medis
• Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890

• Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul  Therapy obat :


2. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
3. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri 4. Tab. tramadol
50mg/8jam : anti nyeri
5. Mebo salep.
6. Supratul
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DO:
DS: Klien merasa lemas Luka bakar Permeabilitas kapiler
 meningkat
Turgor kulit menurun ≥ ↓
 2 detik. Evaporasi / Penguapan
 Mukosa kering cairan
TTV : TD 100/70 ↓
mmHg, Nadi :110x/mnt, Kehilangan cairan tubuh
regular, Suhu : 37,8ºC ↓
Pernapasan : 29x/m Defisit volume cairan

Rumus baxter : (% luka
bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4=
7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
 8 jam ke 3 : 1890
Luas luka bakar =
31,5% dengan derajat
kedalaman 2-3.
2 DS: Pasien mengeluh sesak Luka bakar Vasodilatasi
DO: Pembuluh
• Tampak kesulitan Darah
bernafas/sesak ↓
• Gerakan dada simetris Penyumbatan saluran
• Pola napas cepat dan nafas bagian atas

dangkal, irreguler
Edema paru
• TTV : RR: 29x/menit

Hiperventilasi

Gangguan pertukaran
gas
3 DS: klien mengeluh panas dan Luka bakar Kerusakan kulit/
sakit jaringan dan edema
DO: ↓
 TTV: TD100/70mmHg, Nyeri akut
Nadi: 110x/mnt,
S: 37,8ᵒC,
RR: 29x/menit
• Pasien nampak meringis
kesakitan sambil
memegang dada yang
sakit.
• P: trauma luka bakar
• Q : terasa panas
• R : sisi trauma/cidera
yang sakit
• S : Skala nyeri 7
• T: Hilang timbul dan
meningkat jika adanya
aktivitas
• Mendapatkan anti nyeri:
- Inj. Keterolac
1gr/8jam : anti nyeri.
-Tab. tramadol
50mg/8jam : anti nyeri

4 DS: pasien mengeluh perih, Luka bakar Kerusakan kulit/


sakit jaringan
DO: ↓

Kulit kemerahan hingga Inflamasi, Lesi
nekrosis Kerusakan integritas
• Luas luka bakar = 31,5% kulit
dengan derajat ↓
kedalaman 2-3. Gangguan integritas
kulit
• Kulit tidak utuh
• Akral dingin, lembab
• Suhu 37,8ºC
• Peningkatan leukosit
(26.900mm3 )
Diagnosa Keperawatan:
• Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
• Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
• Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
• Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka
bakar

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Defisit volume  BP 100-140/60-90  Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya
penguapan/cairan  Produksi urine  Beri cairan infus yang
tubuh yang keluar >30 ml/jam mengandung elektrolit (pada
(Setelah dilakukan
(minimal 1 ml/kg 24 jam ke I), sesuai dengan
tindakan
keperawatan dalam  BB/jam) Ht 37-43 rumus formula yang dipakai
waktu 2 x 24 jam
 %  Monitor vital sign
pemulihan cairan
optimal dan  Turgor elastic  Monitor kadar Hb, Ht,
keseimbangan elektrolit, minimal setiap 12
elektrolit serta  Mucosa lembab jam.
perfusi organ vital  Akral hangat
tercapai) Rasa haus tidak
ada

2 Gangguan  Tidak ada  Mengkaji tanda-tanda distress


pertukaran tandatanda nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d
kerusakan jalan  sianosis kedalaman nafas.
nafas(Setelah Frekuensinafas 12  Monitor tanda-tanda hypoxia
dilakukan tindakan
keperawatan dalam  - 24 x/mnt (agitsi,takhipnea,
waktu 2 x 24 jam SP O2 > 95 stupor,sianosis)
oksigenasi jaringan
 Monitor hasil laboratorium,
adekuat)
AGD, kadar oksihemoglobin,
hasil oximetri nadi.

 Kolaborasi dengan tim medis

untuk pemasangan endotracheal


tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
 Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.

 Kolaborasi dengan tim medis


untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan

3 Nyeri akut b.d  Skala 1-2  Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan klien
 Expresi wajah
jaringan(Setelah
dilakukan tindakan tenang  Atur posisi tidur dengan
keperawatan dalam nyaman
 Nadi 60-100x/mnt
selama masa
perawatan nyeri  Klien tidak gelisah  Anjurkan klien untuk teknik
berkurang) relaksasi

 Lakukan prosedur pencucian


luka dengan hati-hati

 Anjurkan klien untuk


mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan

 Beri tahu klien tentang


penyebab rasa sakit pada luka
bakar

 Kolaborasi dengan tinm medis


untuik pemberian analgesik

4 Gangguan integritas  Luka sembuh  Kaji luka pada fase akut


kulit b.d kerusakan sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kulit dan jaringan penyembuhan luka Cegah adanya gesekan pada
yang terkena luka  
kulit yang terdapat luka
bakar (Setelah Lakukan perawatan pada luka
dilakukan tindakan
 bakar
keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)

Evaluasi
Dx1
S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan kadar
Natrium= 135 mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Dx 2

S : Klien mengatakan sesak berkurang


O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25 kali/menit, SaO2 =
95 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx4
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4
O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx5
S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka
O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutka
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor
penyebab seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita
luka bakar memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh dari
berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam
memerluakn perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta mempunyai efek
resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim
yang paling banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu merawat
pasien luka bakar secara komprehensif dan optimal.
Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah sakit
termasuk :
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt dipengaruhi
oleh cara penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat
disamping faktor-faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka
bakar,cedera lain yang menyertai dan kebiasaan hidup)
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka makin
berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar
DAFTAR PUSTAKA

Borley R. Neil danGrase A. Pierce. 2007. At a glance IlmuBedah. Edisi 3. Jakarta


Erlangga
Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar : Konsep Umum dan Investigasi Berbasis
Klinis Luka Antemortem dan Postmortem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Di Maio, V.J.M. & Dana, S.E. 1998. Fire and Thermal Injuries, in: Di Maio, V.J.M. &
Dana, S.E.(eds) Hand Book of Forensic Pathology. USA: Landes Bioscience
Grace, P.A & Borley, N.R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Gurnida, Dida dan Melisa Lilisari. 2011. Dukungan Nutrisi pada Penderita Luka Bakar.
Bagian Ilmu Kesehatann Anak,Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Rumah
Sakit Hasan Sadikin,Bandung.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publising.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika
Horne, M., Pamela L. 2000. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam basa. EGC :
Jakarta
Insley, J. 2000. Vade-Mecum Pediatri. EGC : Jakarta
Moenadjat Y. 2009. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Mohamad, Kartono. 2005. Pertolongan Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nina, R. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70%
Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Ortiz-Pujols SM, Thompson K, Sheldon GF, et al. 2011. Burn Care : Are There
Sufficient Prociders and Facilities?. Chapel Hill, North Carolina. American College of
Surgeons Health Policy Research Institute
Rahayuningsih. 2012. Penatalaksanaan Luka Baka

Anda mungkin juga menyukai