Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PASIEN LUKA BAKAR”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Angel De Fretes

2. Anggi Masniar

3. Alfonsina Daimboa

4. Briana Topacio Fun

5. Dewi bosawer

6. Haiiderullah Sukma Jaya Ali

7. Fauziah Indah Sari

YAYASAN PEMBERDAYAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

TAHUN AJARAN 2023/2024


Kata Pengantar

Dengan kebesaran Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis panjatkan rasa
puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan luka bakar”
Adapun makalah “Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan luka bakar” ini telah penulis usahakan
dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan
makalah ini.

Penulis berharap semoga Makalah "Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan luka bakar" ini
bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah serta kekurangan lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Sorong, 30 oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................……..

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................…….

A. Latar Belakang........................................................................................………….
B. Tujuan...........................................................................................................………
C. Manfaat.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................…….

A. Defenisi........................................................................................................................
B. Etiologi.........................................................................................................................
C. Klasifikasi....................................................................................................................
D. Manifestasi Klinis………..........................................................................................
E. Patofisologi…..........................................................................................................
F. Komplikasi.........................................................................................................……
G. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................
H. Penatalaksanaan……………………………………………………………………
I. ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik,
bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan Sejumlah fungsi organ
tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot,tulang, saraf, dan pembuluh darah.
Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti
nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau
elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh,pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik.

Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot,
penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan
regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan
morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Sebagai
tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita
permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan dan
berlangsung untuk jangka waktu yang lama.

Berdasarkan data dari National Burn Information Exchange menyatakan bahwa sebanyak 75 % semua
kasus cidera luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Di Inggris, data diperoleh dari rumah sakit
anak, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6.400 diantaranya masuk ke
perawatan khusus luka bakar. Di Indonesia belum ada laporan tertulis. Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo Jakarta pada tahun 1998 melaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan
angka kematian 37,38 %, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya terdapat 106 kasus luka
bakar yang menjalani perawatan di instalasi rawat inap pada tahun 2000, dengan angka kematian
26,41%.

B. Tujuan
Tujuan mempelajari Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan luka bakar ini supaya
mahasiswa, perawat, dan juga masyarakat lebih menganal penyakit tersebut dan juga dapat mengatasi
ketika mengalaminya.

C. Manfaat
Adapun manfaat nya sebagai berikut:
1. Mendapat wawasan lebih terkait penyakit tersebut.
2. Dapat mengatasi jika mengalaminya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Beberapa defenisi dari luka bakar : Luka bakar atau Combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. (A.Mansjoer dkk, 2000).

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan
sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).

Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan dengan tubuh atau
jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan lamanya terkena. (Doengoes,
Marilynn E.2000)

B. Etiologi

Luka bakar terjadi akibat kontak permukaan kulit dengan sumber panas dari luar tubuh. Luka bakar
banyak disebabkan dari lokasi kerja atau kelalaian dalam melakukan sesuatu yang berdekatan dengan
hantaran panas dan berkontak langsung dengan kulit.

Beberapa jenis bahan atau penyebab lain yang dapat menimbulkan luka bakar yaitu:

 Sumber Api (minyak, bensin, gas, kompor)

 Listrik (sambaran petir, pekerja PLN, rekonstruksi bangunan)

 Radiasi (matahari, radioterapi seperti X-ray, korosif)

 Cairan (air panas, air keras, minyak panas, bahan kimia lainnya)

 Gesekan pada kulit

Luka bakar pada kulit dapat menimbulkan kerusakan yang dibedakan dengan berbagai jenis sesuai
tingkat keparahan dan sumber luka.

C. Klasifikasi

1. Berdasarkan penyebab:
a) Luka bakar karena api
b) Luka bakar karena air panas.
c) Luka bakar karena bahan kimia
d) Luka bakar karena listrik
e) Luka bakar karena radiasi
2. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) (Padila. 2012)
Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a) Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat. Luka derajat pertama akan
sembuh tanpa bekas.

b) Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)


Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-
ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada 2:

1) Derajat II dangkal (superficial).


Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.

2) Derajat II dalam (deep)


Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.

c) Luka bakar derajat III ( Full Thickness)


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

3. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar


Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :

a) Wallace Rule of Nine (Adult)


1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

b) Rule of Nine (Child)


1) Kepala dan leher : 14%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 16% : 32%
Total : 100%

c) Rule of Nine (Infant)


1) Kepala dan leher : 18%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 14% : 28%
Total : 100%

D. Manifestasi klinis

beberapa manifestasi klinis yang mungkin berbeda tergantung pada penyebab luka bakar:

 Luka Bakar Termal (Panas atau Api):

Kulit merah, kemerahan, atau kehitaman , Nyeri dan sensasi terbakar, Kemungkinan adanya lepuhan
atau kulit melepuh, Kehilangan kulit atau kulit mati pada area yang terkena, Kemungkinan luka bakar
internal jika terdapat inhalasi asap panas, yang dapat mengakibatkan pernapasan yang sulit.

 Luka Bakar Kimia:

Reaksi kimia pada kulit seperti korosi atau perubahan warna, Nyeri yang intens dan sensasi terbakar,
Kadang-kadang, lepuhan yang berisi cairan kimia, Kemungkinan kerusakan jaringan yang mendalam.

 Luka Bakar Listrik:

Luka bakar pada titik-titik kontak listrik, Jaringan yang mati atau kehitaman di sekitar titik kontak,
Cedera jaringan dalam seperti kerusakan otot atau tulang, Kemungkinan aritmia jantung atau masalah
kardiovaskular.

 Luka Bakar Radiasi:

Manifestasi klinis luka bakar radiasi mungkin tidak segera terlihat dan bisa berkembang dalam waktu
berhari-hari atau minggu setelah paparan radiasi, Kulit yang merah dan teriritasi, Rasa nyeri dan
sensasi terbakar, Munculnya lepuhan atau kerusakan kulit.

Manifestasi klinis luka bakar berdasarkan kedalaman:

1. Tingkat 1 (Luka Bakar Superfisial

 Kerusakan terbatas pada epidermis, lapisan paling luar kulit.

 Gejala utama adalah kemerahan, nyeri, dan pembengkakan pada area yang terkena.
 Biasanya tidak terdapat lepuhan, tetapi mungkin terasa panas atau gatal.

 Proses penyembuhan biasanya cepat dan tanpa jaringan parut permanen.

2. Tingkat 2 (Luka Bakar Partial Thickness):

Dibagi menjadi dua subtingkat:

a. Tingkat 2A (Superfisial Dalam):

 Luka bakar mencapai epidermis dan sebagian dermis (lapisan tengah kulit).

 Gejala meliputi pembengkakan, nyeri, lepuhan yang berisi cairan jernih, dan area yang lembut
ketika disentuh.

Proses penyembuhan biasanya memerlukan waktu, tetapi luka bakar sembuh dengan baik dengan
perawatan yang tepat.

b. Tingkat 2B (Deep Partial Thickness):

Luka bakar mencapai epidermis dan hampir seluruh dermis.

 Gejala seperti pada Tingkat 2A, tetapi lebih dalam dan mungkin tampak lebih berair dan
berdarah.

 Penyembuhan bisa memerlukan waktu lebih lama dan meninggalkan kelainan jaringan parut yang
mungkin permanen.

3. Tingkat 3 (Luka Bakar Full Thickness):

Luka bakar mencapai semua lapisan kulit, termasuk epidermis, dermis, dan kadang-kadang jaringan
lemak di bawahnya.

 Gejala meliputi kulit yang berwarna putih, kecoklatan, atau kehitaman, nyeri yang kurang parah
karena kerusakan saraf, dan hilangnya sensasi pada area luka bakar.

 Tidak ada pembentukan lepuhan karena kelenjar keringat dan folikel rambut hancur.

 Perawatan medis segera diperlukan, dan perawatan luka bakar seringkali melibatkan operasi
bedah atau graft kulit.

Manifestasi klinis berdasarkan luas luka bakar:

1. Luka Bakar Kecil (Kurang dari 10% TBSA):

 Kulit di sekitar luka bakar mungkin kemerahan, bengkak, dan nyeri.

 Mungkin ada lepuhan atau kerusakan kulit yang terbatas.

 Nyeri biasanya terbatas pada area luka bakar.

2. Luka Bakar Sedang (10-20% TBSA):


 Selain gejala seperti di atas, pasien mungkin mengalami kelelahan, nyeri yang lebih intens, dan
mungkin shock ringan.

 Kemungkinan munculnya lepuhan yang lebih luas dan berair.

3. Luka Bakar Besar (Lebih dari 20% TBSA):

 Gejala meliputi nyeri berat, lepuhan yang luas, kemerahan kulit yang signifikan, dan bengkak.

 Pasien mungkin mengalami dehidrasi, shock, dan gangguan sistem pernapasan.

 Kehilangan fungsi organ-organ vital seperti jantung, paru-paru, dan ginjal menjadi risiko.

4. Luka Bakar Ekstensif (Lebih dari 50% TBSA):

 Pasien dengan luka bakar yang sangat luas berisiko mengalami syok termal yang mengancam
nyawa.

 Gejala meliputi nyeri yang sangat intens, kelelahan, gangguan pernapasan, dan mungkin
kehilangan kesadaran.

5. Luka Bakar di Seluruh Tubuh (100% TBSA):

 Luka bakar pada seluruh permukaan tubuh, yang disebut "luka bakar total," seringkali fatal atau
memiliki prognosis yang sangat buruk.

 Gejalanya mencakup kegagalan multiorgan, syok, pernapasan yang sangat sulit, dan nyeri yang
tak tertahankan.
E. Patofisiologi

Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan
hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa
detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai
akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas
miokardium tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh
darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh
darah masuk ke dalam jaringan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak
mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya
luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool
albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam
protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.

Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi
glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan
aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan
natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara
maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa
macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.

F. Komplikasi

 Luka bakar dapat menyebabkan berbagai komplikasi, terutama tergantung pada tingkat keparahan
luka bakar dan seberapa besar area tubuh yang terkena. Beberapa komplikasi luka bakar yang
mungkin terjadi meliputi:

 Infeksi: Luka bakar menghilangkan lapisan pelindung kulit, sehingga meningkatkan risiko
infeksi. Infeksi pada luka bakar bisa lokal atau bahkan menyebabkan infeksi sistemik yang serius.

 Dehidrasi: Luka bakar bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, terutama pada luka bakar yang
luas. Dehidrasi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

 Syok: Luka bakar yang parah dapat menyebabkan syok, yaitu kondisi ketika tubuh tidak mampu
menyediakan cukup darah dan oksigen ke jaringan. Ini bisa mengancam jiwa.

 Gangguan Fungsi Organ: Luka bakar yang mendalam atau luas dapat mempengaruhi organ
internal. Misalnya, luka bakar pada paru-paru dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan
gangguan pernapasan.

 Ketidakseimbangan Elektrolit: Luka bakar yang parah dapat menyebabkan ketidakseimbangan


elektrolit dalam tubuh, seperti rendahnya kadar natrium atau kalium. Ini dapat mengganggu
fungsi jantung, otot, dan saraf.

 Perubahan Jaringan Parut: Luka bakar dapat menyebabkan perubahan jaringan parut yang bisa
permanen. Ini dapat membatasi pergerakan, mengganggu fungsi organ, atau mengganggu estetika
kulit.
 Kehilangan Mobilitas: Luka bakar yang parah, terutama yang melibatkan sendi, bisa
menyebabkan kehilangan mobilitas dan kecacatan.

 Masalah Psikologis: Luka bakar seringkali berdampak pada kesehatan mental penderitanya.
Pasien bisa mengalami trauma psikologis, depresi, dan kecemasan.

 Kontraktur: Pada luka bakar yang melibatkan sendi, bisa terjadi kontraktur, yaitu penyusutan
jaringan parut yang mengurangi gerakan sendi.

 Kelainan Hipermetabolik: Luka bakar yang luas dapat memicu respon hipermetabolik yang
meningkatkan kebutuhan kalori dan nutrisi, yang dapat menjadi masalah serius dalam pemulihan.

G. Peemriksaan penunjang

I. Pemeriksaan Laboratorium:

 Hitung Darah Lengkap (Hemogram): Digunakan untuk memeriksa perubahan dalam jumlah sel
darah merah, sel darah putih, dan platelet. Luka bakar parah dapat mempengaruhi komposisi
darah.

 Elektrolit dan Kadar Gula Darah: Untuk memeriksa ketidakseimbangan elektrolit yang dapat
terjadi pada luka bakar.

 Analisis Gas Darah Arteri: Untuk memeriksa kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah,
yang berguna untuk menilai fungsi pernapasan.

 Kultur dan Uji Sensitivitas: Pemeriksaan kultur dapat dilakukan pada lepuhan atau area luka
bakar yang terinfeksi untuk mengidentifikasi bakteri atau jamur penyebab infeksi. Uji sensitivitas
membantu dalam pemilihan antibiotik yang efektif.

II. Pemeriksaan Radiologi: Pada luka bakar yang melibatkan area tulang atau sendi, pemeriksaan
sinar-X atau pemeriksaan gambar lainnya mungkin diperlukan untuk menilai kerusakan tulang
atau kerusakan struktur internal lainnya.

III. Uji Fungsi Respirasi: Pada luka bakar paru-paru atau inhalasi, tes fungsi respirasi, seperti
spirometri, dapat dilakukan untuk menilai kerusakan paru-paru dan kemampuan pernapasan.

IV. Pemeriksaan Kardiak: Pemeriksaan jantung mungkin diperlukan pada luka bakar yang parah
karena luka bakar dapat memengaruhi kinerja jantung dan sirkulasi.

V. Pemeriksaan Penyaringan Kimia: Pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia, uji darah
mungkin dilakukan untuk menilai tingkat toksisitas atau kadar zat kimia dalam tubuh.

VI. Pemeriksaan Ultrasonografi: Digunakan untuk menilai kerusakan struktur di bawah kulit dan
pembuluh darah.

H. Penatalaksanaan

 Analgesik
Nyeri pada luka bakar dapat diberikan terapi farmakologis seperti analgetika non narkotik atau
analgetika narkotik (morfin) secara intravena dengan dosis sesuai dengan berat badan untuk
mengurangi rasa nyeri

 Albumin

Digunakan sebagai terapi suplemen pada keadaan hipoproteinemia (yang disebabkan oleh penurunan
produksi maupun oleh peningkatan destruksi/kehilangan albumin). Tekanan onkotik plasma adalah
tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh larutan koloid protein plasma.

 Terapi Fisik:

Terapi fisik dapat membantu memulihkan mobilitas dan fungsi otot dan sendi yang mungkin
terpengaruh oleh luka bakar. Ini melibatkan latihan, peralatan khusus, dan teknik pemulihan lainnya
untuk mengembalikan kekuatan dan kelenturan.

 Terapi Okupasi:

Terapi okupasi membantu individu yang mengalami luka bakar untuk mengembalikan kemandirian
dalam kegiatan sehari-hari seperti makan, berpakaian, atau mandi. Terapis okupasi dapat memberikan
latihan dan perangkat bantu yang dibutuhkan.

 Perawatan Cairan dan Nutrisi:

Pada luka bakar yang luas, terapi cairan intravena mungkin diperlukan untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang.Nutrisi yang adekuat penting untuk mendukung penyembuhan.

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan
di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi
dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat- obatan topikah karena eschar tidak
dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obat- obatan topikah
anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan
topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis
yang sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

KASUS

Seorang laki-laki (20 tahun) terkena luka bakar akibat uap panas dengan keluhannyeri di area luka
bakar. Hail pemeriksaan fisik diperoleh data : TD = : 110/80mmHg, Nadi : 100 x/menit, frekuensi
nafas : 22 x/menit, keadaan luka terdapatoedema, warna dasar luka kemerahan sampai berwarna
merah muda, bullae diarea dada, perut dan kedua tangan

Pengkajian

A. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab


1) Identitas Pasien Nama : Tn. AUmur : 20 tahun
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Agama : Islam
4) Alamat : Tangerang
5) Status Perkawinan : Belum Menikah
6) No. RM : 00. 03. 03. 98
7) Tanggal MRS : 24 April 2020
8) Tanggal Pengkajian : 25 April 2020
9) Dx. Medis : Combustio GII
Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Ny.A
2) Umur : 36 tahun
3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4) Alamat : Tangerang
5) Hub.dengan Pasien : Ibu
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Pasien mengeluh nyeri pada area luka bakarnya
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Pasien merasa nyeri di area luka bakar
Q : Perih dan panas
R : Nyeri pada dada, perut, dan kedua tangan nya. Warna luka kemerahan sampai
berwarna merah muda
S : Skala nyeri 6
T : Terus menerus
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami ini sebelumnya
 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Pasien tampak meringis
2) Kesadaran : Composmentisc.
3) TTVTekanan Darah : 110/80 mmHg
4) Nadi : 100x/menitRespirasi : 24x/menit
5) Suhu : 36,8 0C
 Pengkajian Luka
1) Karakteristik luka
 Penyebab : terkena uap panas
 Lokasi luka : di dada, perut, tangan kanan, tangan kiri
 Warna dasar luka : kemerahan sampai berwarna merah
muda
 Sensasi nyeri : ada sensasi nyeri di area luka bakar
 Ukuran luka : 3 dimensi (ada edema pada luka)
 Eksudat : terdapat cairan yang di akibatkan oleh luka
 Kaji ada nya lepuhan : Terdapat bulae di dada, perut, dan
kedua tangan kanan & kiri
 Kaji skala nyeri Sensasi: Skala nyeri 6
 Luas permukaan luka bakar

Maka jika dilihat dari kasus di atas bagian yang bagian yang
terindikasi luka bakar adalah

• Lengan kanan : 9
• Lengan kiri : 9
• Dada : 9
• Perut : 9
Maka luas luka bakar yang terindikasi adalah 36 %

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS : Pasien menjerit kesakitan Panas (uap panas) Nyeri Akut

DO :
Luka Bakar
- Meringis
- Gelisah Kerusakan Jaringan
- Cemas
- Luka pada tangan kiri,
tangan kanan dada, dan Permukaan dermis
perut
- Kemerahan (+)
- Bullae (+)
- Edema (+)
P : Luka bakar akibat uap panas
Merangsang syaraf perifer
Q : Rasa nyeri terasa panas

R : Nyeri pada area tangan kiri,


tangan kanan dada, dan Nyeri Akut
perut

S : Skala nyeri 6

T : Nyeri menetap

DS : Pasien merasa tidak nyaman Panas ( Air Panas) Gangguan Integritas


dengan kondisi kulitnya yang Kulit
terbakar DO : Luka Bakar

- Kemerahan (+),
Kerusakan Jaringan
- Bullae (+)
- Edema (+)
Permukaan dermis
- Luka pada tangan kiri,
tangan kanan dada, dan
perut Gangguan Integritas Kulit
P : Luka bakar akibat air panas

Q : Rasa nyeri terasa panas

R : Nyeri pada area


tangan kiri, tangan kanan dada, dan
perut

S : Skala nyeri 6
T : Nyeri menetap

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik luka bakar ditandai
dengan tampak meringis, gelisah, cemas, kemerahan, bullae, edema, dan skala
nyeri 6.
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
sekunder destruksi lapisan kulit ditandai dengan kemerahan, bullae, dan edema.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria


Diagnosis Intervensi
Hasil

N nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan tindakan
keperawatan
O observasi
agen selama 3x24 jam, nyeri
pencederaan fisik teratasi dengan kriteria - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
luka bakar ditandai hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan tampak - Identifikasi skala nyeri
• Keluhan nyeri
meringis, gelisah, - Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun
cemas, kemerahan, - Identifikasi faktor yang memperberat rasa
• Meringis menurun
bullae, edema, dan nyeri
• Gelisah menurun
skala nyeri 8 (nyeri - Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
• Sulit tidur menurun
berat). - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
• Pola tidur membaik
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Te terapeutik

- Berikan terapi komplementer untuk


mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Ed edukasi

- Ajarkan terapi komplementer untuk


mengurangi rasa nyeri
- Informasikan penggunaan analgetik
K kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik

G Setelah dilakukan asuhan Perawatan Integritas kulit


gangguanIntegritas keperawatan selama
Observasi
Kulit 3x24 jam, kulit klien
berhubungan dapat kembali normal - Identifikasi penyebab gangguan integritas
dengan kerusakan dengan kriteria hasil: kulit
permukaan Terapeutik
• Elastisitas meningkat
kulit sekunder
• Kerusakan jaringan
destruksi lapisan - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
menurun
kulit - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
• Kerusakan lapisan
tulang
ditandai dengan kulit menurun
- Bersihkan perineal dengan air hangat,
kemerahan, bullae, • Kemerahan menurun terutama selama periode diare
dan edema. • Nyeri menurun
- Gunakan produk berbahan petrollum atau
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi

- Anjurkan menggunakan pelembab


- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan menggunakan takbir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga kontak langsung dengan suhu
rendah (frost bite). Luka bakar biasanya dinyatakan dalam derajat yang ditentukan
oleh kedalaman luka bakar, dimana umur dan keadaan kesehatan penderita
sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Prinsip penanganan luka bakar bergantung fase yang terjadi dimana prinsip
penatalaksanaan dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan lanjut, dimana pada fase
akut adalah penanggulangan syok, mengatasi gangguan pernafasan, mengatasi
infeksi, eksisi luka scar dan skin graft, pemberian nutrisi dilakukan setelah keadaan
umum pasien baik, sebelumnya pasien dipuasakan, rehabilitasi, penaggulangan
terhadap gangguan psikologis.
Sedangkan pada fase subakut atau lanjutan dilakukan manakala penanganan
fase akut yang kurang maksimal mengakibatkan perlu penanganan yang serius pada
fase subakut atau lanjutan, yang meliputi 4 sistem homeostasis, yaitu kardiovaskuler,
Renalis, Imonologi, dan Gastro Intestinal. Pemulihan tergantung kepada kedalaman
dan lokasi luka bakar. Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II
superfisial), lapisan kulit yang mati akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar
kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya.

SARAN
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam
penulisan paper ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan
dalam penulisan paper ini, maka untuk itu kami sangat
mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen
pengajar serta teman-teman, sehingga dapat kami gunakan sebagai
acuan dalam penulisan paper berikutnya.
Bagi yang telah membaca paper ini diharapkan mencari literature yang
lebih banyak lagi. Semakin banyak literature yang kit abaca maka
semakin banyak ilmu yang kita dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

SIKI DPP PPNI, Tim Pokja. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat.

SLKI DPP PPNI, Tim Pokja. (2019). Standar LuaranKeperawatan


Indonesia.Edisi I. Jakarta Selatan : Dewan Pengurs Pusat.

BAB. 2.pdf (untirta.ac.id)

makalah-luka-bakar.pdf (studocu.com)

Anda mungkin juga menyukai