MEDIKAL BEDAH II
LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
OLEH:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN LUKA BAKAR(COMBUSTIO) DENGAN “ GANGGUAN INTEGRITAS
JARINGAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu, serta
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Potter
& Perry, 2006).
Luka bakar adalah suatu trauma, kerusakan, atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (IRNA Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar digambarkan dengan kedalaman, keparahan dan agen penyebab.
Keparahan cedera luka diklasifikasikan berdasarkan pada resiko mortalitas dan resiko
kecacatan fungsi. Faktor yang mempengaruhi keparahan cedera termasuk sebagai
berikut:
a. Kedalaman luka bakar
Kerusakan kulit akibat luka bakar sering kali digambarkan sesuai dengan
kedalaman cedera dan digolongkan dengan istilah ketebalan parsial dan ketebalan
penuh.
Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak samasetiap area luka
bakar mepunyai tiga zona cedera. Area yang paling dalam disebut zona koagulasi,
dimana terjadi kematian selular. Area pertahanan disebut zona statis, tempat
terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi, dan cedera jaringan. Area yang
terluar disebut disebut zona hiperemia, zona ini berhubungan dengan luka bakar
derajat 1.
Ketebalan Kerusakan efitel Sinar matahari Kering; tidak nyeri Sekitar 5 hari
superfisial minimal ada lepuh;
(derajat 1) merah-ping;
memutih
dengan
tekanan
Diagram bagan Lund & Browder. Metode yang digunakan untuk menghitung
LPT luka bakar sesuai dengan golongan usia.
Lahir 1 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 15 Tahun Dewasa
Setengah kepala 9½% 8½% 6½% 5½% 4½% 3½%
Setengah paha 2¾% 3¼% 4% 4¼% 4½% 4¾%
Setengah tungkai
bawah 2½% 2½% 2¾% 3% 3¼% 2 ½ %
3. Pohon Masalah
Luka Bakar
Kerusakan Pembentukan
Oederma Tulang Oedema
Persepsi Pertahanan Primer
Sensori Tidak Adekuat
Ekstravasasi Cairan
(H2O, Elektrolit, dan
Protein)
Cairan Intavaskuler
Menurun
8. Komplikasi
1. Hipertrofi jaringan parut Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia kliene
Lamanya waktu penutupanJaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka
bakar dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal.Pembentukan
jaringan parut terus berlangsung dan warna berubah merah,merah tua dan sampai coklat muda
dan terasa lebih lembut
2. KontrakturKontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka bakarserta
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa hal yangdapat mencegah atau mengurangi
terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan
menekan timbulnya hipertrofi scar (Brunner &Suddarth, 2002)
i. Eliminasi
Haluan urin menurun / tidak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan
bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam. Diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairn kedalam sirkulasi).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Klungkung, ......Maret 2021
Nama Pembimbing/CT
(....................................................)
NIP. .............................................