Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH II
LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

OLEH:

NAMA : KADEK CINDY SILVIANA AMARTHA PUTRI


NIM : P07120219086
KELAS : 2B/S.TR KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN LUKA BAKAR(COMBUSTIO) DENGAN “ GANGGUAN INTEGRITAS
JARINGAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu, serta
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Potter
& Perry, 2006).
Luka bakar adalah suatu trauma, kerusakan, atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (IRNA Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar digambarkan dengan kedalaman, keparahan dan agen penyebab.
Keparahan cedera luka diklasifikasikan berdasarkan pada resiko mortalitas dan resiko
kecacatan fungsi. Faktor yang mempengaruhi keparahan cedera termasuk sebagai
berikut:
a. Kedalaman luka bakar
Kerusakan kulit akibat luka bakar sering kali digambarkan sesuai dengan
kedalaman cedera dan digolongkan dengan istilah ketebalan parsial dan ketebalan
penuh.
Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak samasetiap area luka
bakar mepunyai tiga zona cedera. Area yang paling dalam disebut zona koagulasi,
dimana terjadi kematian selular. Area pertahanan disebut zona statis, tempat
terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi, dan cedera jaringan. Area yang
terluar disebut disebut zona hiperemia, zona ini berhubungan dengan luka bakar
derajat 1.

1)    Luka bakar ketebalan partial


Dibedakan menjadi luka bakar superfisial(luka bakar derajat l) dan luka
bakar ketebalan partial dalam (luka bakar drajat ll).
2)    Luka bakar ketebalan penuh (luka bakar drajat lll
Karakteristik luka bakar (dari Smeltzer & Bare: Burner and Suddarth’s )
kedalaman Jaringan Penyebab Karakter- nyeri penyembuha
Yang terkena yang lazim istik n

Ketebalan Kerusakan efitel Sinar matahari Kering; tidak nyeri Sekitar 5 hari
superfisial minimal ada lepuh;
(derajat 1) merah-ping;
memutih
dengan
tekanan

Ketebalan Epidermis, Kilat; cairan Basah; pink Nyeri; Sekitar 21


partial dermis minimal hangat atau merah; hiperesteti hari,
superfisial lepuh k jaringan
(derajat llA) sebagian parut
memutih minimal
Ketebalan Keseluruhan Benda panas, Kering; Sensitif Berkepanja
partial epidermis, nyala apai, pucat; terhadap ngan;
dermal sebagian dermis cedera radiasi berlilin; tekanan membentuk
dalam tidak jaringan
(derajat llB) memutih hipertropik,
pembentuka
n kontraktur
Ketebalan Semua yang Nyala api Kulit Sedikit Tidak dapat
penuh diatas dan yang terkelupas, nyeri deregeneras
(derajat lll) bagian lemak berkepanjang avaskular, i sendiri;
subkutan; dapat an, listrik, pucat, membutuhk
mengenai kimia dan kuning an tandur
jaringan ikat uap panas sampai kulit
otot, tulang coklat
b.    Keparahan luka bakar
Cedera luka bakar berkisar dari lepuh kecil samapai luka bakar masif derajat lll.
Cedera luka bakar dikatagorikan kedalam luka bakar minor, sedang dan mayor.
Ukuran luka ditunjukan dengan presentasi LPTT (luas permukaan tubuh total).
Cedera luka bakar minor
Luka bakar dengan LPTT < 15% pada orang dewasa dengan usia <40 tahun
Luka bakar dengan LPTT < 10% pada orang dewasa dengan usia >40 tahun
Luka bakar dengan LPTT < 10% pada anak-anak dengan usia <10 tahun
Dengan
Luka bakar ketebalan penuh dengan LPTT <2% dan tidak ada resiko
kosmetik atau fungsi pada wajah, mata, telinga, tangan, kaki, atau perineum.
Cedera luka bakar sedang
Luka bakar dengan LPTT 15%-25% pada orang dewasa dengan usia<40
tahun
Luka bakar dengan LPTT 10%-20% pada orang dewasa dengan usia >40
tahun
Luka bakar dengan LPTT 10%-20% pada anak-anak dengan usia <10 tahun
Dengan
Luka bakar ketebalan penuh dengan LPTT <10% dan tidak ada resiko
kosmetik atau fungsi pada wajah, mata, telinga, tangan, kaki, atau perineum.
Cedera luka bakar mayor
Luka bakar dengan LPTT 25% pada orang dewasa dengan usia<40 tahun
Luka bakar dengan LPTT 20% pada orang dewasa dengan usia >40 tahun
Luka bakar dengan LPTT 120% pada anak-anak dengan usia <10 tahun
Luka bakar mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki dan perineum yang
menyebabkan kecacatan fungsi dan kosmetik, atau
Semua cedera luka bakar dengan cedera inhalasi atau trauma mayor yang
terjadi bersamaan,
Atau
Cedera luka bakar karena sengatan listrik bertegangan tinggi
c.    Lokasi luka bakar
Luka bakar pada kepala, leher dan dada sering kali mempunyai kaitn dengan
komplikasi pulmonal.luka bakar yang mengenai wajah sering kali menyebabkan
abrasi kornea. Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis
aurikular dan rentan terhadap infeksi. Luka bakar pada tangan dan persendian
sering membutuhkan thrapy fisik dan okuvasi yang lama dan memberikan
dampak kehilangan waktu untuk bekerja dan / atau kecacatan fisik menetap serta
kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada area perineal, membuat mudah terserang
infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feses. Luka bakar sirkumperensial
ekstremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembeuluh darah dan
mengarah pada gangguan vaskular distal. Luka bakar sirkimferensial thotaks
dapat mengarah pada inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal.

d.    Ukuran luka bakar


Ukuran luka bakar (presentase cedera pada kulit )ditentukan dengan salah satu
dari dua metoda :
1.    Rule of nine
2.    Diagram bagan Lund dan Browder yang spesifik dengan usia
Ukuran luka ditunjukan dengan presentasi LPTT(luas permukaan tubuh
total). Ketepatan penghitungan bervariasi bergantung pada metoda yang
digunakan untuk memperkirakan luas luka bakar yang terjadi.
Rule of nine digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuran luka
bakar yang cepat.
Pengguanaan diagram bagan Lund & Browder ditunjukan untuk
menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan bayi.
Dimana pada bagan ini kelompok usia yang berbeda mempunyai keluasan
yang berbeda.
Hukum luas luka bakar Rule Of Nine
Kepala                                           9 %
Ekstremitas atas kanan                9%
Ekstremitas atas kiri                     9%
Torso                                             36%
Perineum                                      1%
Ekstremitas bawah kanan            18%
Ekstremitas bawah kiri                 18%
Total                                              100%  
Gambar : metoda Rule of Nine

Diagram bagan Lund & Browder. Metode yang digunakan untuk menghitung
LPT luka bakar sesuai dengan golongan usia.
Lahir 1 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 15 Tahun Dewasa
Setengah kepala 9½% 8½% 6½% 5½% 4½% 3½%
Setengah paha 2¾% 3¼% 4% 4¼% 4½% 4¾%

Setengah tungkai
bawah 2½% 2½% 2¾% 3% 3¼% 2      ½ %

2. Penyebab/ Factor Predisposisi


Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Selain itu luka bakar juga disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia,
uap panas, minyak panas, dan pajanan suhu tinggi dari matahari.
Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar, yaitu :
a. Api : kontak dengan kobaran api.
b. Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
c. Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.
d. Luka bakar listrik : tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul dari sambaran
petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab
sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, tetapi kebakaran/kerusakan
yang parah justru terjadi di dalam tubuh.
e. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan
panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di Indonesia.

3. Pohon Masalah

Bahan Kimia Api Radiasi Listrik/Petir

Luka Bakar

Pada Wajah Kerusakan Kulit

Gangguan Jaringan Traumatik


Kerusakan Mukosa Kerusakan
Integritas Kulit
Pertahanan Primer

Kerusakan Pembentukan
Oederma Tulang Oedema
Persepsi Pertahanan Primer
Sensori Tidak Adekuat

Obstruksi Jalan Napas Penurunan Ambang


Gangguan Batas Nyeri Risiko Infeksi
Integritas
Sulit Napas Jaringan/Kulit
Nyeri Akut
Penguapan
Meningkat
Ketidakefektif
Bersihan Jalan Napas
Pembuluh Darah
Kapiler Meningkat

Ekstravasasi Cairan
(H2O, Elektrolit, dan
Protein)

Cairan Intavaskuler
Menurun

Risiko Hipovolemik dan


Ketidakseimbangan Hemokonsentasi
Volume Cairan
4. Klasifikasi
Berdasarkan berat ringannya luka bakar maka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Luka bakar berat (major burn)
- Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun.
- Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.
- Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
- Adanya cedera inhalasi tanpa memperhitungkan luas luka bakar.
- Luka bakar listrik tegangan tinggi.
- Disertai trauma lainnya.
- Pasien-pasien dengan resiko tinggi
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
- Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %.
- Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
- Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar ringan (minor burn)
- Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa.
- Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut.
- Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki,
dan perineum.
5. Gejala Klinis
a. Superficial burn (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
- Luka hanya mengenai lapisan epidermis.
- Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
- Kulit memucat bila ditekan.
- Edema minimal.
- Tidak ada blister.
- Kulit hangat/kering.
- Nyeri dan berkurang dengan pendinginan.
- Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
- Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
b. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
- Dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial
thickness.
- Luka tampak mengenai epidermis dan dermis.
- Luka tampak merah sampai pink.
- Terbentuk blister
- Edema
- Nyeri
- Sensitif terhadap udara dingin
- Penyembuhan luka : pada superficial partial thickness penyembuhannya14 - 21
hari, pada deep partial thickness penyembuhannya 21 - 28 hari (penyembuhan
bervariasi tergantung dari kedalaman luka dan ada tidaknya infeksi).
c. Full thickness (derajat III)
- Luka tampak mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga
mengenai permukaan otot, dan persarafan, dan pembuluh darah.
- Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau
hitam.
- Tanpa ada blister.
- Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
- Edema.
- Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
- Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
- Memerlukan skin graft.
- Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif.
d. Fourth degree (derajat IV)
- Luka mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.
- Kulit tampak seperti arang, gosong, dan meninggalkan sisa kehitaman bekas
bakaran.
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.    Hitung darah lengkap;
Peningkatah ht awal menunjukan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan /
kehilangan cairan. Ht yang meningkat indikasi adanya kerusakan oleh panas terhadap
endotelium pembuluh darah.
b.    SDP;
Leukositosis dapat terjadi karena kehilangan sel pada sisi luka dan menunjukan
respon inflamasi.
c.    AGD
Merupakan dasar untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2/peningkatan
PaCO2 indikasi retensi karbon monoksida.
d.    COHbg (karboksi hemoglobin);
Peningkatan lebih dari 15% indikasi keracunan karbon monoksida/ cedera inhalasi.
e.    Elektrolit serum;
Kalium dapat meningkat pada awal cedera jaringan / kerusakan SDM dan penurunan
fungsi ginjal.
f.     Natrium urine random
Lebih besar dari 20 mEq/L indikasi kelebihan resusitasi cairan.
Kurang dari 10 mEg/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
g.    Alkalin fosfat;
h.    Glukosa serum
i.      Albumin serum
j.      Kreatinin;
Peningkatan menunjukan penurunan fungsi ginjal, peningkatan menunjukan
menunjukan cedera jaringan.
k.    Urine:
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein.
l.      Foto ronsen dada
m.   Bronkoskopi serat optik
n.    Loop aliran volume
o.    Skan paru
p.    EKG
7. Penatalaksanaan Medis
Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering, dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
 Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
 Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
 Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partialthickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada
wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
 Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
 Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
 Paracetamol dan codein (PO-per oral)20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

8. Komplikasi
1. Hipertrofi jaringan parut Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia kliene
Lamanya waktu penutupanJaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka
bakar dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal.Pembentukan
jaringan parut terus berlangsung dan warna berubah merah,merah tua dan sampai coklat muda
dan terasa lebih lembut
2. KontrakturKontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka bakarserta
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa hal yangdapat mencegah atau mengurangi
terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan
menekan timbulnya hipertrofi scar (Brunner &Suddarth, 2002)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
Kaji keluhan utama dan tanyakan penyebab luka bakar – kima, termal atau listrik, waktu
terjadinya luka bakar (penting untuk kebutuhan resusitasi, cairan yang mana dihitung dari
waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tiba ke RS), tempat terjadinya luka bakar (area
terbuka atau tertutup) dan alergi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital.
b. Sistem integument
Kulit: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terjadi selama 3-5 hari sehubungan dengan
proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit yang tidak terbakar
mungkin lembab / dingin, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung, sehubungan dengan kehilangan cairan.
Cedera api:
Terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan pariase intensitas panas yang
dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering,
merah, lepuh pada faring posterior, dan edema lingkar mulut dan lingkar nasal.
Cedera kimia:
Tampak luka bervariasi sesuai dengan penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan
dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal.
Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya, secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik:
Cedera kutaneus eksternal diasanya lebih sedikit dari dibawah nekrosis. Penampilan luka
bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup, dan luka termal sehubungan dengan pakaian
terbakar.
Kaji luka bakar akan keluasannya dengan menggunakan grafik Lund dan Browder atau
Rule of nine.
Kaji kedalaman luka, yang dapat:
a)    Ketebalan partial superfisial-melibatkan epidermis; dikarakteristikan oleh nyeri
tekan, sedikit bengkak, dan eritema yang memucat dengan tekanan.
b)    Ketebalan partial-meliputi epidermis dan dermis; dikarakteristikan oleh eritema,
kering, atau luka lembab nyeri, edema, dan pembentukan lepuh.
c)    Ketebalan penuh-meliputi semua lapisan kulit, sering meluas sampai jaringan
subkutan dan otot; dikarakteristikan oleh luka kering, keras, tidak nyeri, berkulit yang
berwarna putih atau hitam.
c.    Integritas ego
Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri dan marah.
d.    Aktivitas / istirahat
Keterbatasan rentan gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot dan perubahan
tonus.
e.    Sistem pernafasan
Kaji akn adanya serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan
dalam menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
Pembengkakan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada. Jalan nafas
atas straidor atau mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, edema laringeal).
Bunyi nafas : gemerecik (edema paru), stridor (edema laringeal), sekret jalan nafas
(ronhi).
f.     Sistem pencernaan
Penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka bakar dengan kutaneus lebih
besar dari 20 % sebagai stres penurunan motilitas / peristaltik gastrik. Kaji akan anorexia,
mual, dan muntah.
g.    Sistem kardiovaskuler
Pada luka bakar lebih dari 20 % APTT, ditemukan hipotensi (syok), penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik). Takikardi (syok, ansietas, nyeri),
disritmia (syok listrik).
h.    Neurosensori  
Aktivitas kejang (syok listrik), laserasi kornea, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik). Ruptur membran timpani (syok listrik), dan paralisis (cedera
listrik pada aliran syaraf).

i.      Eliminasi
Haluan urin menurun / tidak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan
bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam. Diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairn kedalam sirkulasi).

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai
dengan kerusakan pada lapisan epidermis dan dermis.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Kerusakan integritas Label SLKI (L.14125) Label SIKI (L.14125)
jaringan berhubungan Setelah dilakukan indakan Perawatan Integritas Kulit
dengan suhu ekstrem asuhan keperawatan selama … Observasi
(air panas) ditandai x24 jam, diharapkan tingkat a. Identifikasi penyebab gangguan
dengan kerusakan pada integritas kulit dan jaringan integritas kulit (mis. Perubahan
lapisan epidermis dan meningkat dengan kriteria sirkulasi, perubahan status
dermis. hasil: nutrisi, penurunan kelembaban,
a. Kerusakan jaringan suhu lingkungan ekstrem ,
menurun penurunan mobilitas)
b. Kerusakan lapisan kulit Terapeutik
menurun b. Ubah posisi setiap 2 jam jika
c. Kemerahan menurun tirah baring
d. Suhu kulit menurun c. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang
d. Bersihkan perineal dengan air
hangat terutama selama periode
diare
e. Gunakan podruk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
f. Gunakan produk berbahan
ringan dan alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
g. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi
h. Anjurkan minum air yang cukup
i. Anjurkan memberikan asupan
bernutrisi
Anjrkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
C. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/348978431/Laporan-Pendahuluan-Sistem-Integumen
https://www.academia.edu/18946766/LAPORAN_PENDAHULUAN_Luka_Bakar diakses pada
tanggal 05 Mei 2020 pukul 20.38

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Klungkung, ......Maret 2021

Nama Pembimbing/CI Nama Mahasiswa

(.........................................................) (Kadek Cindy Silviana Amartha Putri)


NIP. .......................................... NIM. P07120219086

Nama Pembimbing/CT

(....................................................)
NIP. .............................................

Anda mungkin juga menyukai