Agen penyebab
Cedera luka bakar biasanya terjadi akibat transfer energi dari sumber panas ke tubuh.
Sumber panas dapat berupa panas, zat kimia, atau listrik
a. Luka bakar akibat panas
Luka bakar akibat panas dapat disebabkan oleh sumber api seperti tungkai
perapian di rumah, cidera saat memasak, atau ledakan api. Luka bakar akibat uap
panas atu bersentuhan dengan benda yang panas, seperti wajan, teko panas, dapat
juga menyebabkan cedera luka bakar akibat panas.
b. Luka bakar akibat zat kimia
Luka bakar akibat zat kimia sering dihadapi setelah terpajan zat asam dan basa,
termasuk asam hidroflorat asam formiat, amonia anhidrosa, semen, dan fenol.
Agen kimia spesifik lain yang menyebabkan luka bakar kimia terdiri atas fosfor,
unsur logam tertentu, nitrat, hidrokarbon, dan ter
Waktu kontak adalah unsur penting dalam menentukan keparahan cedera.
Permulaan hidroterapi sangat penting untuk membatasi efek zat kimi. Tanpa
memoerhatikan agen penyebab, irigasi harus dilakukan setelah pasien tiba di unit
gawat darurat.
c. Luka bakar akibat listrik
Pengaruh listrik pada tubuh ditentukan oleh tujuh faktor: jenis arus, jumlah arus,
alur arus, durasi kontak, area kontak, resistensi, dan voltase. Manusia sensitif
terhadap arus listrik yang sangat kecil karena sistem saraf manusia terbentuk
dengan sangat baik. Listrik menelusuri alur yang memiliki resistensi paling kecil,
oleh karena itu jaringan, saraf, dan otot mudah mengalami kerusakan sementara
tulang tidak. Namun cedera akibat voltase rendah dianggap oleh voltase sebesar
380 volt atu kurang. Cidera akibat voltase rendah cenderung terjadi dirumah dan
mengenai tangan dan rongga mulut. Penyebab luka bakar akibat voltase rendah
ditangan adalah bersentuhan dengan kabel penyambung yang lapisan luarnya telah
terkelupas, baik kabel yang sudah dipakai maupun yang digunakan dengan salah.
Luka bakar akibat voltase rendah ditangan biasanya berupa luka bakar kecil yang
dalam yang dapat mengenai pembuluh darah, tendon, dan saraf. Luka bakar ini
mengenai sedikit area ditangan, mesti demikian luka bakar mungkin cukup berat
sehingga memerlukan amputasi jari. Listrik bervoltase rendah dapat juga merusak
rongga mulut menyebabkan jaringan parut yang permanen. Cidera ini paling
sering pada anak anak usia 1-2 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh menarik atu
menggigit kabel stopkontak. Arus voltase rendah biasanya menjalar diarea yang
memiliki resistensi yang paling kecil (saraf, pembuluh darah) sementara arus
voltase tinggi menjalar dialur langsung antara pintu masuk arus listrik dan
permukaan. Arus berkontraksi ditempat masuknya listrik ke dalam tubuh,
kemudian menyebar secara sentral dan akhirnya menyatu sebelum keluar.
Kerusakan paling berat pada jaringa terjadi di tempat kontak yang sering kali
2
disebut sebagai luka masuk dan luka tembus. Luka masuk akibat voltase tinggi
tampak hangus, membentuk cekungan ditengahnya dan kasar, sementara luka
tembus listrik voltase tinggi lebih tinggi cenderung meledak saat muatan listrik
keluar. (Patricia. 2011: 1536)
2.2.2
Kedalaman
Banyak faktor yang mengubah responsi jaringan tubuh akibat panas. Derajat atau
kedalaman luka bakar bergantung pada:
Suhu agen yang menyebabkan cedera
Durasi pajanan terhadap agen yang menyebabkan cedera
Area tubuh yang terpajan agen yang menyebabkan cedera.
Kerusakan kulit sering kali digambarkan sesuai dengan kedalaman uka dan
didefinisikan sebagai cedera superfisial, kedalam parsial dan kedalam penuh, yang
berhubungan dengan beragam lapisan kulit.
a. Luka bakar superfisial
Umumnya dikenal sebagai luka bakar derajat 1. Luka bakar superfisial mengenai
lapisan epidermal dan smebuh dengan intervensi minimal. Luka bakar akibat sinar
matahari adalah contoh luka bakar superfisial derajat 1 yang sudah dikenal. Kulit
yang terbakar pertama kali terasa sangat nyeri dan kemudian gatal karena
stimulasi reseptor sensoris karena penggantian sel epiteliel epidermal terjadi
secara terus menerus, jenis cedera ini sembuh secara spontan tanpa jaringan parut.
Perawatan luka bakar superfisial (derajat 1).
Gel aloe dengan lidocain dapat dioleskan ke kulit sesuai kebutuhan untuk
meredakan luka secara lokal
Apabila kulit atau lepuhan pecah, cuci area tersebut dengan air dan sabun
antiseptik yang lembut
Pasang selapis kasa tanpa perekat dan fiksasi dengan kas gulung
Balut jari tangan dan jari kaki secara sendiri-sendiri untuk mencegah
penyatuan jaringan granulasi
2.2.3
Keparahan
Keparahan luka ditentukan oleh luas dan kedalaman luka bakar dan agens penyebab,
waktu, dan keadaan di sekitar cedera luka bakar. Untuk mengkaji keparahan luka
bakar beberapa faktor yang harus dipertimbangkan :
Usia
Beberapa metode yang menggunakan presentasi TBSA ( total body surfaced area)
dapat digunakan untuk memperkirakan luasnya luka bakar.
Aturan sembilan membagi beberapa bagian tubuh menjadi 9 % dan kelipatannya.
Kepala dianggap mewakili 9 % TBSA, setiap lengan 9 %, setiap tungkai 18%,
batang tubuh anterior 18%, batang tubuh posterior 18%, dan perineum 1%, sehingga
jumlah totalnya 100%. Luka bakar mungkin hanya mengenai sebuah bagian
permukaan tubuh atau dapat juga sirkumferensial. Misalnya, jika hanya permukaan
anterior lengan yang terbakar, maka TBSA diperkirakan bernilai 4,5%. Namun, jika
luka bakar mengelilingi seluruh lengan, maka nilai 9 %.
Grafik lund dan brauder dalah metode lain untuk mengukur ukuran luka. Metode ini
sangat direkomendasikan karena tepat untuk perbandingan kepala-tubuh yang besar
pada bayi dan anak- anak. Pengukuran permukaan ditetapkan untuk setiap bagian
tubuh dalam kaitannya dengan usia pasien. Untuk memperkirakan luka bakar kecil
yang menyebar (misalnya luka bakar akibat air mendidih dan luka bakar akibat
minyak).
Aturan telapak tangan memungkinkan pengkajian yang cepat sampai pengkajian
lund dan brouder dapat dilakukan. Telapak tangan pasien sama dengan 1 % TBSA.
Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuhan kecil sampai luka bakar dengan
kedalaman penuh yang masif. Mengenali kebutuhan akan deskripsi istilah yang
jelas, american burn association menyusun sistem derajat keparahan cedera, yang
digunakan untuk menentukkan besarnya cedera luka bakar dan untuk memberikan
kriteria optimal untuk sumber sumber perawatan pasien di rumah sakit. Keparahan
cedera luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar minor, moderat, dan mayor.
Cedera luka bakar minor dapa ditangani di unit gawat darurat dengan pemeriksaan
lanjutan rawat jalan setiap 48 jam, sampai resiko infeksi berkurang dan
penyembuhan luka berlangsung. Pasien yang mengalami cedera luka bakar moderat
tanpa komplikasi atau mengalami cedera luka bakar mayor harus dirujuk ke pusat
luka bakar regional dan, jika tepat, ditranfer untuk mendapatkan asuhan khusus.
Lahir
A: Setengah 9 %
1 Th
5 Th
10 Th
15 Th
Dewasa
81/2%
61/2%
51/2%
41/2%
31/2%
31/4%
4%
41/4%
41/2%
43/4%
21/2%
23/4%
3%
31/4%
31/2%
kepala
B: Setengah 21/4 %
Paha
C: Setengah 21/2%
tungkai
bawah
Gambar. Diagram bagan Lund & Browder, Metoda yang digunakan untuk menghitung LPT
luka bakar sesuai dengan golongan usia.
Metode telapak tangan. Telapak tangan klien dan jari jarinya mewakili kira- kira 1 persen
area permukaan tubuh total (TBSA). Presentase luka bakar didapatkan dengan melihat
jumlah tangan klien yang dibutuhkan untuk menutupi seluruh area luka bakar. Metode ini
berguna ketika area yang terbakar kecil kurang dari 5 %. ( Patricia. 2011: 1537 1539)
2.3 Etiologi
1.3.1
Luka bakar termal disebabkan oleh paparan atau kontak langsung dengan api,
cairan panas, semi cairan (misalnya uap air), semi padat(misalnya ter), atau benda
panas.
1.3.2
Luka bakar kimia disebabkan oleh kntak dengan asam kuat, basa kuat, atau
senyawa organik (misalnya bahan pembersih rumah tangga tertentu dan berbagai
bahan kimia yang digunakan di industri, petanian, dan militer.
1.3.3
Luka bakar listrik dapat disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh energi
listrik seiring listrik tersebut melewati tubuh. Dapat disebabkan oleh kontak
dengan kabel listrik yang terbuka atau bermasalah atau jalur listrik tegangan
tinggi.
1.3.4
Luka bakar radiasi terkait dengan kecelakaan radiasi nuklir dan penggunaan
radiasi pengion di industri, dan iradiasi terapeutik. Luka bakar matahari, yang
ditimbulkan akibat paparan berkepanjangan terhadap sinar ultraviolet( radiasi
matahari), juga dianggap sebagai luka bakar radiasi.
1.3.5
dan asap pada umumnya terjadi pada cedera api, khususnya bila korban
terperangkap dalam ruang yang tertutup dan penuh asap ( misalnya pada
kebakaran rumah tinggal). (Joyce. 2014:839 840)
2.4 Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolik, tetapi kulit
melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu
akibat suatu cidera luka bakar. Suatu cidera luka bakar akan mengganggu fungsi kulit,
seperti berikut ini:
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan.
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air.
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak
akan mengalami cidera bila terkena suhu di atas 1150F (460C). Luasnya kerusakan
bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka
bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas
dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis
dan dermis sehingga terjadi cidera derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi
dari cidera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan
pembentukan
oksigen
reaktif
yang
menyebabkan
peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma
meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.
Cidera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan
adanya demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi, peningkatan curah
jantung, peningkatan glukoneogenesis serta meningkatkan katabolisme otot viseral dan
rangka. Pasien membutuhkan dukungan komprehensif yang berkelanjutan sampai
penutupan luka selesai. (Muttaqin,2011:200-201)
Derajat cedera.
Luka bakar ketebalan - sebagian derajat satu bersifat superfisial dan nyeri
serta tampak merah. Luka bakar ketebalan - sebagian derajat - dua tampak
basah atau berlepuh dan sangat nyeri.
tiga ditandai dengan kerusakan pada seluruh epidermis dan dermis. Luka
bakar ketebalan- penuh tampak kering dan berbintik serta berwarna hitam, abu
- abu, atau putih, atau merah. Luka bakar ketebalan penuh derajat empat
melibatkan kulit, jaringan sub-kutan (lemak), otot, dan terkadang tulang. Kulit
tampak gosong atau mungkin terbakar habis.
2.5.2
Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi akibat hilangnya panas tubuh lewat luka dan ditandai
pada suhu inti tubuh kurang dari 98,60 F (370 C). Hipotermia sangat berbahaya
karena menyebabkan menggigil, yang lalu menyebabkan peningkatan
konsumsi oksigen dan kebutuhan kalorik serta vasokonstriksi pada perifer.
Hipotermia sering terjadi pada cedera luas selama beberapa jam pertama
setelah cedera, evakuasi, dan transpor ke fasilitas luka bakar.
2.5.3
luka bakar mayor berkurang hingga kurang dari 30 ml/jam. Temuan fisik
sampel urine memperlihatkan adanya dehidrasi, yang ditandai oleh urine
terkonsentrasi berwarna kuning gelap dan peningkatan gravitasi spesifik.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar nitrogen urea
darah (BUN) hingga klien terhidrasi secara memadai. Manifestasi mortalitas
gastrointestinal yang menurun setelah cedera luka bakar mayor mencakup
hilangnya bising usus, kotoran, atau buang gas; mual dan muntah serta distensi
perut. Pada kurang lebih 18 hingga 36 jam setelah cedera luka bakar integritas
membran kapiler mulai kembali. Peningkatan awal pada hematokrit, terlihat
dini setelah cedera, turun hingga dibawah normal pada hari ketiga atau
keempat setelah cedera. Turunnya hematokrit terjadi akibat hilangnya sel
darah merah dan kerusakan yang terjadi pada saat cedera.
2.5.4
Pada awalnya, pada klien dapat terjadi takipneu setelah cedera luka bakar.
Analisis gas darah arteri dapat menampilkan tekanan oksigen arteri (PaO 2 )
yang relatif normal, dengan saturasi oksigen yang lebih rendah darai yang
diharapkan relatif terhadap PO2. Pada mereka dengan cedar inhalasi,
insufisiensi pernapasan dapat terjadi selama fase resusitasi ketika pergeseran
cairan pada titik tertinggi dan cedera parenkim paru sangat rentan terhadap
pembentukan edema. Selanjutnya dalam perjalanan pemulihan, gaga napas
dapat terjadi karena infeksi(seringkali 10 hari hingga minggu setelah cedera.
Diagnosis keracunan CO dibuat denganmengukur kadar COHb dalam darah.
Manifestasi awal berhubungan dengan menurunnya oksigenasi jaringan
serebral dan bersifat neurologik. Luka bakar termal terhadap salura napas atas
( mulut, nasofaring, dan laring), secara khas tamapak kemerahan dan bengkak,
dengan luka- luka atau lepuh -lepuh mukosa. Edema mukosa yang meningkat
dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas, biasanya dalam 24 hingga 28
jam setelah cedera. Manifestasi klinis yang terlihat pada penyempitan saluran
napas mencakup stridor, dispnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan
otot- otot bantu napas, dan pada akhirnya sianosis. Temuan fisik saat klien
masuk yang menunjukkan adanya paparan asap meliputi jelaga pada wajah
dan lubang hidung, luka bakar pada wajah, jelaga pada sputum, batuk, dan
mengi.
2.5.5
Setelah cedera luka bakar yang luas, denyut jantung dan tahanan vaskular
perifer meningkat sebagai tanggapan atas pelepasan katekolamin da
hipovolemia relatif, namun curah jantung pada awalnya menurun (hipofungsi).
Penurunan curah jantung yang terlihat pada awalnya setelah cedera luka bakar
ditunjukkan oleh penurunan tekanan darah, penurunan keluaran urine, denyut
perifer yang lemah, dan jika dipantau lewat kateter arteri pulmonal, curah
jantung kurang dari 4 liter/menit, indeks jantung kurang dari 2,5 L/menit, dan
tahanan vaskular sistemik kurang dari 900 dyne.
2.5.6
Respon nyeri.
Klien akan mengalami nyeri yang hebat akibat luka bakar dan terpaparnya
ujung saraf karena hilangnya integritas kulit. 3 jenis nyeri yang muncul: nyeri
latar, nyeri lonjakan dan nyeri prosedural. Nyeri latar dialami ketika klien
sedang beristirahat atau sedang melakukan aktivitas yang tidak behubungan
dengan prosedur, seperti berganti posisi di tempat tidur, atau pada gerakan
dinding dada atau perut yang terjadi pada pernapasan dalam atau batuk. Nyeri
latar dijelaskan sebagai bersifat terus- menerus dan berintensitas rendah,
biasanya berlangsung selama pemulihan. manajemen nyeri latar seringkali
dilakukan dengan analgetik kerja panjang menggunakan modalitas seperti
analgesia terkontrol- klien,
Jarang terjadi klien dengan cedera luka bakar mengalami kerusakan neurologi
kecuali paparan yang lama terhadap asap telah terjadi. Jika agitasi terjadi
segera pada periode pasca cedera, klien mungkin menderita hipoksemia atau
hipovolemia dan membutuhkan penilaian lebih lanjut untuk mengidentifikasi
penyebab perubahan itu. Ketika perubahan tingkat kesadaran terjadi saat
11
Perubahan psikologi.
Segera setelah cedera, mereka yang dengan cedera mayor dapat merespons
dengan syok psikologi, ketidakpercayaan, kecemasan, dan perasaan terbebani.
Masalah yang paling umum yang terjadi
2.8.2
SDP : leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan
respon inflamasi terhadap cidera.
2.8.3
GDA : dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi. Penuruan PaO2 atau
peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat
terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilanagan mekanisme
kompensasi pernapasan.
2.8.4
2.8.5
Elektrolit serum : kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera
jaringan/kerusakan sel darah merah dan penuurunan fungsi ginjal. Hipokalemia dapat
terjadi bila mulai deuresis, magnesium mungkin menurun. Natrium pada wal mungkin
12
menurun pada kehilangan air, hiponatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi
konservasi ginjal.
2.8.6
2.8.7
Alkali
Fosfat
Peningkatan
sehubungan
dengan
perpindahan
cairan
2.8.9
Penyembuhan Luka
13
Adalah fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada fase ini timbul
sebukan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai
jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
FASE MATURASI
Adalah fase dimana terjadinya proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula
penurunan aktivitas selular dan vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih
dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda- tanda radang. Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau
gatal. ( Christanti,1999:24-25 )
2.8.2
Penanganan Luka
Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani pasien luka
bakar baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom
kompartemen karena adanya luka bakar Circumferencial.
2.8.3
Pendinginan Luka
Mengingat sifat kulit adalah sebagai penyimpanan panas yang terbaik ( Heat restore)
maka, pada pasien yang mengalami luka bakar, tubuh masih tetap menyimpan energi
panas sampai beberapa menit setelah terjadinya trauma panas. Oleh karena itu,
tindakan pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada zona
luka bakar lebih dalam. Tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik
sel, mencegah dehidrasi dan membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
Pendingunan luka dilakukan sebelum kontak dengan petugas kesehatan, pendinginan
luka bisa menggunakan air mengalir.
2.8.4
Debridemen
Tindakan debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan nekrosis atau
bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat
pendinginan luka, perawatan luka, penggantian balutan, atau pada saat tindakan
pembedahan. Tindakan debridemen ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi luka dan mempercepat proses penyembuhan luka.
2.8.5
Tindakan Pembedahan
14
Resusitasi cairan
Pemberian cairan sangat diperlukan dalam kasus luka bakar yaitu 4cc/kgBB/
%luas luka bakar dimana setengahnya diberikan 8 jam pertama dan setengahnya
diberikan 8 jam berikutnya. Resusitasi cairan pada 24 jam pertama berupa cairan
kristaloid yaitu RL dengan targat urine output 1cc/kgBB
Pada 24 jam kedua menggunakan cairan koloid/plasma 0,5 ml/kgBB/%luas
luka bakar.
Pada 32 jam bisa diberikan infuse nutrisi misal D5%. Perlu observasi suhu
tubuh, urin output.
2.8 Komplikasi
2.8.1
16
Jaringan parut mengalami pembentukan secara aktif pada 6 bulan post luka bakar
dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal, pembentukan jaringan
parut terus berlangsung dan warna berubah jadi merah, merah tua sampai coklat dan
terba keras/ tegang, setelah 12-18 bulan, jaringan parut akan mengalami tahap
maturasi dan warna menjadi coklat muda dan teraba lebih lembut/ lemas.
Pemebentukan hipertrofi jaringan parut ini tidak dapat dicegah tetapi dengan tindakan
konservatif dapat diantisipasi sejak minggu- minggu awal fase penyembuhan luka
( fase pembentukan kolagen ). Seringkali tindakan pembedahan juga diperlukan untuk
mengatasi
jaringanparut
terutamajika
mempengaruhi
fungsi
gerak/
sendi,
Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bkar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah
atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah :
1. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini ( awal cedera luka bakar )
2. Ambulasi yang dilakukan 2-3 x/hari sesegera mungkin ( perhstiksn bila ada
fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif misalnya: IV Lines,
NGT, EKG, dll perlu disiapkan dan dibantu yang untuk ambulasi pasif.
3. Presure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan, bertujuan
menekan timbulnya hipertrofi scar, dimana penggunaan presure garment ini dapat
menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
( Christanti,1999:22-24 )
2.8.3
Infeksi
Masalah utama yang seringkali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya infeksi
yang kemudian berakhir dengan sepsis. Infeksi secara klinis dapat didefenisikan
sebagai pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan
dan tergantung pada banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkat dengan
virulensi resistensi dari pasien. Seringkali kolonisasi disalahartikan sebagai infeksi.
17
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang potensial dalam fase darurat/
resusitasi perawatan luka bakar ,mencakup keadaan berikut ini:
a. Gagal respirasi yang akut
b. Syok sirkulasi
c. Gagal ginjal akut
d. Sindroma kompartemen
e. Ileus paralitik
f. Ulkus curling
2.8.5
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang potensial dalam fase akut
perawatan luka bakar dapat mencakup keadaan berikut ini:
a. Gagal jantung konghesif dan edema pulmonal
b. Sepsis
c. Gagal nafas akut
d. Adult respiratory distress syndrome
e. Kerusakan viseral ( luka bakar listrik) (Brunner & Suddarth,2002)
18
2.9 WOC
LUKA BAKAR
B1
Karbon monoksida
berikatan dengan
hemoglobin
Ansietas
B2
Kehilangan kulit
barrier
Inhalasi
karbonmonoksida
Molekul O2 tergeser
Penurunan
mekanisme
untuk menjaga
suhu tubuh
terganggu
Penurunan aktivitas
limfosit
19
Karboksihemoglobin
Penurunan pengantaran
oksigen oleh darah ke
seluruh tubuh
Gangguan
Pertukaran Gas
Menyebabkan fungsi
silia hilang
Hipersekresi
Kehilangan
panas tubuh
melalui
evaporasi
Hipotermi
Penurunan
pembentukan
imunoglobulin
Perubahan
fungsi neutrofil
dan makrofag
Bronkospasme,
ekspektorasi
partikel-partikel
karbon dalam
sputum
Invasi bakteri
meningkat
Ketidakfektifan
bersihan jalan
nafas
B3
Cidera Jaringan
Resiko Infeksi
B6
B5
Hipermetabolisme
Cedera jaringan
lunak ( dermis,
epidermis)
20
Aktivasi system
saraf simpati
Penggunaan Glukosa
dalam tubuh
Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan
Tubuh
Keterbatasan
melakukan motorik
kasar
Kerusakan jaringan
kulit
Kerusakan
Integritas kulit
Hambatan
Mobilitas Fisik
Meningkatkan
sensitivitas nyeri
Nyeri
21
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas
lepuh
dibandingkan
dengan
orang
dari
kelompok
usia
lainnya.
( Joyce.2014:840)
3.1.2
Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Sesak nafas yang timbul beberapa jam
atau hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema
paru berakibat penurunan ekspansi paru.
3.1.3
Nyeri dan eritema setempat yang biasa terjadi tanpa lepuh dalam waktu 24 jam
pertama (luka bakar derajat satu).Menggigil, sakit kepala edema local dan nausea
serta vomitus (pada luka bakar derajat satu yang lebih berat).Lepuhan berdinding tipis
berisi cairan, yang muncul dalam tempo beberapa menit sesudah cedera disertai
edema ringan hingga sedang dan rasa nyeri (luka bakar derajat dua dengan ketebalan
parsial-superfisial).Tampilan putih seperti lilin pada daerah yang rusak (luka bakar
derajat dua dengan ketebalan parsial-dalam).Jaringan seperti bahan dari kulit yang
berwarna putih, cokelat, atau hitam dengan pembuluh darah yang terlihat dan
mengalami trombosis akibat destruksi elastisitas kulit (bagian dorsum tangan
merupakan lokasi yang paling sering terdapat vena yang mengalami trombosis ) tanpa
disertai lepuhan (luka bakar derajat tiga).Daerah yang menonjol dan berwarna seperti
perak, yang biasa terlihat pada tempat terkena arus listrik (luka bakar elektrik).Bulu
hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, perubahan suara, batuk-batuk, mengi,
hangus pada mulut atau hidung, dan sputum berwarna gelap (karena inhalasi asap dan
kerusakan paru).(Kowalak, 2011: 618)
22
3.1.4
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Penyakit jantung, paru, endokrin, dan ginjal yang melemahkan
khususnya, insufisiensi jantung paru, diabetes, penyakit terkait alkohol, dan gagal
ginjal dapat mempengaruhi respon klien terhadap cedera dan pegobatan.
(Joyce.2014:852)
3.1.5
Riwayat Psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang lama sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan takut,marah,
menarik diri. (Doenges,1999)
3.1.7
3.1.7.1 Nutrisi
Hipermetabolisme akan terus bertahan sesudah terjadinya luka bakar sampai luka
tersebut menutup.Pasien akan mengalami kekurangan berat badan yang cukup besar
selama fase pemulihan akibat luka bakar yang berat Pasien mengalami anoreksia,
mual , muntah. (Smeltzer, 2011;Doenges,1999 )
3.1.7.2 Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik. (Doenges,1999:805)
3.1.7.3 Aktivitas dan Istirahat
Aktivitas mengalami gangguan, penurunan kekuatan dan tahanan, ketebatasan rentang
gerak pada area yang sakit. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan.
Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri . (Doenges,1999)
23
B1 Breath
Kemungkinan cedera inhalasi dapat terjadi serak; batuk mengi; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis.Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi). (Doenges,1999)
3.2.2
B2 Blood
Penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang cidera, vasokonstriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik). Takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), edema jaringan. (Doenges,1999:805)
3.2.3
B3 Brain
B4 Bladder
Penuruan haluaran urin, perubahan warna urin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin. (Doenges,1999)
3.2.5
B5 Bowel
24
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
Nyeri berhubungan dengan hipoksia jaringan; cidera jaringan; serta saraf dan
dampak emosional dari luka bakar.
3.3.6
( Muttaqin,2011)
3.3.7
3.3.8 Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit yang ditandai dengan tidak adanya jaringan yang
hidup.(Doenges,1999:)
3.3.9
25
26
Faktor resiko meliputi: obstruksi trakeobronkial: edema mukosa dan hilangnya kerja
silia (inhalasi asap) luka bakar seputar leher, kompresi jalan napas torak dan dada atau
keterbatasan pengembangan dada. Trauma cedera: cedera jalan napas atas langsung
oleh api, pemanasan, udara panas, dan kimia/gas.
Kemungkinan dibuktikan oleh: tidak dapat diterapkan, adanya tanda- tanda dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual
Hasil yang diharapkan: menunjukkan bunyi napas jelas, frekuensi pernapasan dalam
rentang normal, bebas dispnea/sianosis.
Intevensi
Mandiri
1.
Riwayat merokok.
R/
Penyebab,
lama
terpajan,
terjadi
dalam
ruang tertutup
atau
terbuka
mengindikasikan cedera inhalasi. Tipe materi yang terbakar (kayu, plastik, wol, dsb)
menunjukkan tipe pemajanan gas toksik. Kondisi sebelumnya dapat meningkatkan
risiko komplikasi pernapasan.
27
2.
batuk rejan.
R/ Obstruksi jalan napas/ distres pernapasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat
contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
5.
Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cedera
sesuai indikasi
R/ Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernapasan bila kepala/ leher terbakar,
bantal dapat menghambat pernapasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga
yang terbakar, dan meningkatkan konstriktur leher.
7.
Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan menelan
R/ Data dasar penting untuk penkajian lanjut status pernapasan dan pedoman untuk
pengobatan Pao2 kurang dari 50 Paco2 lebih besar dari 50, penurunan pH
menunjukan inhalasi asam dan terjadinya pneumonia/ SDPD.
3.
R/ Perubahan menunjukkan atelaktasis atau edema paru tak dapat terjadi selama 2-3
hari setelah terbakar
4.
R/ Intubasi atau dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan napas edema/ luka bakar
mempengaruhi fungsi paru atau oksigenasi.(Doengoes, 1999:807-808)
3.4.3
Tujuan :Pasien menunjukan tidak terjadi infeksi ,terjadi perbaikan pada intergritas
jaringan lunak.
29
Kriteria evaluasi :
Lesi luka bakar mulai menutup pada hari ke-7 minimal 0,5 cm tanpa adanya
tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area sekitar sel.
Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji derajat,kondisi kedalaman dan luasnya lesi luka bakar serta apakah order
khusus dari tim dokter dalam melakukan perawatan luka.
R/ mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
Bagian utama dari peranan perawatselama fase akut atau fase lainnya dlam
perawatan luka bakar adalah mendetekis serta mencegah infeksi. Perawat
bertanggung jawab untukm menciptakan lingkungan yang aman serta besih dan
dan meneliti luka bakar dengan cermat guna mendeteksi tanda-tanda infeksi. Hasil
pemeriksaan kultur dan pemeruksaan hitung sel darah putih harus dipantau.
2) Buat kondisi balutan dalam keadaan kering dan bersih
R/ kondisi bersih dan kering akan menghindari kontaminasi komensal dan akan
menyebabkan respons inflamasi lokal dan akan memperlama penyembuhan luka.
3) Lakukan intervensi untuk menurunkan infeksi
R/ tempatkan pasien pada ruangan khusus, seperti rungan perawatan luka bakar
untuk mencegah infeksi. Monitor dan evaluasi adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik. Tindakan asepsis yang mutlak harusselalu dipertahankan selama
pelaksanaan perawatan kulit yang rutin. Mencuci tangan dan mengenakan sarung
tangan steril ketika melaksanakan prosedur tersebut diperluka setiap saat. Ketika
keadaan meliputi bagian tubuh yang luas, pasien harus dirawat dalam sebuah
kamar pribadi untuk mencefgah kemungkinan infeksi silang dari pasien-pasien
lain. Para pegunjung harus mengenakan pakaian pelindung dan mencuci tangan
mereka sebelum menyentuh pasien. Orang-orang yang menderita penyakit
menular tidak boleh mengunjungi pasien sampai mereka sudah tidak lagi
berbahaya bagi kesehatan pasien tersebut.
4) Lakukan perawatan luka :
30
5) Hindari menggunakan BAHP (bahan alat habis pakai) untuk tidak digunakan pada
sisi luka bakar lainnya.
R/ perawat tanpa sengaja mempermudah migrasi mikroorganisme dari luka bakar
yang satu keluka bakar yang lainnya dengan menyentuh luka atau balutan. Linen
tempat tidur dapat menyebarluaskan infeksi melalui kolonisasi mikroorganisme
luka bakar atau kontaminasi feses. Memandikan bagian-bagian tubuh yang
terbakar dan menggantikan linen cecara teratur dapat membantu mencegah
infeksi.
6) Kolaborasi penggunaan antibiotic
R/ injeksi antibiotik diberikan untuk mencegah aktivasi kuman yang bisa masuk.
Peran perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat alergi antibiotik serta
memberikan antibiotik sesuai pesanan dokter.(Muttaqin,2011:217)
31
3.4.4
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikkan suhu tubuh setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil :
Suhu tubuh normal (36,50C-37,50C).
CRT < 2 detik.
Akral hangat.
Intervensi :
1) Kaji derajat, kondisi kedalaman dan luasnya lesi luka bakar.
R/ Semakin tinggi derajat, kedalaman dan luas dari luka bakar maka resiko
hipotermi akan lebih tinggi. Penderita luka bakar luas cenderung untuk menggigil.
Dehidrasi dapat semakin berat jika daerah kulit yang rusak terkena aliran udara
hangat yang terus-menerus.
2) Sesuaikan suhu kamar dalam kondisi tidak terlalu hangat dan tidak terlalu dingin.
R/ Pasien biasanya sensitif terhadap perubahan suhu kamar. Tindakan yang
diimplementasikan pada pasien luka bakar, seperti pemakaian selimut katun,
lampu penghangat yang dipasang pada langitangit kamar atau alat pelindung
panas sangat berguna untuk mempertahankan kenyamanan dan suhu tubuh pasien.
3) Lakukan perawatan luka dengan cepat.
R/ Untuk mengurangi gejala mengigil dan kehilangan panas, perawat harus
bekerja dengan cepat dan efisien ketika luka yang lebar harus dibuka bagi
perawatan luka. Suhu tubuh pasien dipantau dengan cermat.
4) Observasi suhu tubuh, menggigil atau minta pasien untuk melaporkan apabila
merasakedinginan.
R/ Untuk mencegah hipotermi yang lebih berat. (Muttaqin,2011:212)
3.4.5
Nyeri berhubungan dengan hipoksia jaringan; cidera jaringan; serta saraf dan
dampak emosional dari luka bakar.
32
untuk
menurunkan
respons
peradangan
dan
meningkatkan
kesembuhan.
4) Manajemen nyeri keperawatan : Istirahatkan pasien.
33
R/ Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jaringan yang mengalami peradangan.
5) Manajemen nyeri keperawatan : Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam.
R/ Meningkatkan asupan O2sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari
peradangan.
6) Manajemen nyeri keperawatan : Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
R/ Distraksi (pengalihan penglihatan) dapat menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
7) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik preparat morfin.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang. Penyuntikan
intravena preparat morfin atau analgetik opiod lainnya biasanya diprogramkan
untuk mengurangi nyeri. Namun, pemberian dengan dosis yang tinggi perlu
dihindari dalam fase darurat karena terdapatnya bahaya supresi pernapasan pada
pasien yang dirawat dengan ventilasi nonmekanis dan kemungkinan tersamarnya
gejala yang lain. Cara penyuntikan subkutan dan intramuskular tidak digunakan
karena gangguan sirkulasi pada jaringan yang cidera membuat absorpsi preparat
tersebut tidak bisa diperkirakan. Pemberian intravena preparat sedatif mungkin
diperlukan pula. Obat-obat pereda nyeri yang memadai harus disediakan dalam
perawatan pasien dengan luka bakar yang akut karena obat-obat tersebut bukan
hanya untuk menjamin kenyamanan pasien, tetapi juga untuk mengurangi
kebutuhan oksigen jaringan akibat proses respons nyeri fisiologik. Oleh karena
intensitasnya, nyeri yang berhubungan dengan luka bakar tidak mungkin bisa
dihilangkan sama sekali. (Doengoes. 1999 : 813)
2.4.6
34
1. Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif/ tak ada bunyi. Rasional: ileus sering
berhubungan dengan periode pasca luka bakar tetapi biasanya dalam 36-48 jam
dimana makanan oral dapat dimulai.
2. Berikan makan dan makanan kecil sedikit dan sering.
Rasional: membantu mencegah distensi gaster / ketidaknyamanan dan meningkatkan
pemasukkan
3. Pastikan makanan yang disukai dan tidak disukai.dorong orang terdekat untuk
membawa makanan / minuman tinggi kalori / protein.
Rasional: kalori dan protein di perlukan untuk mempertahankan berat badan
kebutuhan memenuhi metabolic dan meningkatkan penyembuhan
4. Berikan kebersihan oral sebelum makan
Rasional: mulut bersig dapat meningkatkan rasa dan membantu nafdu makan yang
baik.
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli diet / tim dukungan nutrisi
Rasional: berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individu berdasarkan berat
badan dan area cedera permukaan tubuh
2. Berikan diet tinggi protein dan kalori dengan tambahan vitamin.
Rasional: kalori (3000- 5000/ hari) untuk meningkatkan kebutuhan metabolic,
mempertahankan berat badan, dan mendorong regenerasi jaringan
3. Awasi pemeriksaan laboratorium seperti albumin serum, kreatinin, transferin, nitrogen
urea urine.
Rasional: indicator kebutuhan nutrisi dan keadekuatan diet / terapi.
Observasi
4. Pertahankan jumlah kalori ketat. Pantau ulang persen area permukaan tubuh terbuka /
luka tiap minggu.
35
Rasional: pedoman tepat untuk pemasukkan kalori tepat. Sesuai penyembuhan luka,
persentase area luka bakar dievaluasi untuk menghitung bentuk diet yang diberikan
dan penilaian yang tepat dibuat. (Doengoes. 1999 :816)
3.4.6
37
tidak spesifik.
efektif.
Intervensi
Mandiri
38
1.
Tunjukan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur
dan bahwa pemberi asuhan tertarik pada orang tersebut tidak hanya merawat luka
bakarnya.
3. Kaji status mental, termasuk suasana hati/afek. Ketakutan pada kejadian dan isi
pikiran, contoh ilusi atau manifestasi teror/panik.
R/ Pada awal, pasien akan menggunakan penyangkalan dan represi untuk menurunkan
dan menyaringkan informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukan tindakan
tenang dan status mental waspada. Menunujukan disosiasi kenyataan, yang juga
merupakan mekanisme perlindungan.
8.
Jelaskan pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan
pasien /orang terdekat menerima realitas dan mulai dapat menerima apa yang terjadi.
9.
R/
Perilaku masa lalu yang dapat digunakan untuk membantu menerima situasi
saat ini.
10.
percaya bahwa beberapa cara mereka dapat lakukan untuk mencegah kecelakaan itu.
12.
pada keluarga. Mengingatkan pasien kejadian masa lalu dan akan datang.
R/
Kolaborasi
1.
Libatkan seluruh tim luka bakar dalam perawatan dari mulai penerimaan
40