PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan lapisan kulit dan
lapisan dibawahnya yang disebabkan paparan sumber panas secara langsung
maupun tidak langsung, frost bife (suhu dingin), aliran listrik bahan kimia, dan
radiasi. Luka bakar tersebut merupakan jenis trauma yang mengakibatkan
penderita yang luar biasa bagi penderitanya. Trauma luka bakar berkaitan dengan
terjadinya kerusakan dan perubahan berbagai sistem tubuh, sehingga masalah
yang harus dihadapi menjadi sangat kompleks. Kelainan yang timbul tidak pada
hal yang tampak luar tetapi juga menyangkut kelainan yang melibatkan banyak
organ yang kadangkala sulit untuk dipantau dan diramalkan. Luka bakar berat
dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannyapun
tinggi.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat
jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal
setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan
luka bakar lebih dari separuh dari kasus luka bakar di rumah sakit seharusnya
dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan
kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan
keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah
penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat
untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling
berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga
penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat
1
memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan
penyembuhan.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar
yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada
di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum
perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan
berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi
organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan
pengaruh lain yang menyertai.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat
jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal
setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan
luka bakar lebih dari separuh dari kasus luka bakar di rumah sakit seharusnya
dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan
2
kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan
keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah
penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat
untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling
berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga
penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat
memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan
penyembuhan.
B. Tujuan Penulisan
1. Umum
Untuk mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan combustio.
2. Perawat
a. Untuk mengetahui konsep dasar klien dengan combustio.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan combustio.
3. Klien
a. Klien mengetahui tentang penyakitnya.
b. Klien mengetahui penyembuhan mengenai penyakitnya.
3
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Yefta Moenajat, 2008).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh perpiondahan energi dari
sumber panas ke tubuh ( Christantie Effendi, 2009).
B. Etiologi
4
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan
dermis sedangkan pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan
mengeras. Selain timbul warna kemerah-merahan pada kulit juga timbul
gelembung-gelembung pada luka.
c. Derajat III
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit
(epidermis, dermis, kutis) dan otot pembuluh darah mengalami
nombisit.
2. Luasnya Luka Bakar
Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luasnya luka bakar merupakan luasnya
permukaan tubuh yang terkena panas. Luka bakar dinyatakan dalam persen
luas tubuh untuk dewasa, perkiraan luas tubuh yang terkena didasarkan pada
bagian tubuh yang t yang terkena menurut “rumus 9” (rule of nine) yaitu:
a. Kepala 9 %
b. Tubuh bagian depan 18%
c. Tubuh bagian belakang 18%
d. Ekstremitas atas 18%
e. Ekstremitas kanan 18%
f. Ekstremitas kiri 18%
g. Organ genital 1%
h. Total 100%
D. Klasifikasi
1. Dalamnya luka bakar
5
(tingkat I) oleh tidak ada.
matahari).
Pucat bila ditekan
dengan ujung jari, berisi
kembali bila tekanan
dilepas.
Sinar ultra
violet.
6
dengan tidak membesar.
arus
Tidak pucat bila
listrik.
ditekan.
7
1) Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang
dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada
anak-anak.
2) Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak
disertai komplikasi.
c. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
1) Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang
dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-
anak..
2) Tingkat III 10% atau lebih.
3) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum..
4) Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi
pernafasan.
5) Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
6) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya
tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau
masalah kesehatan sebelumnya.
a. Parah – critical:
8
2) Tingkat III : 1 – 10%
c. Ringan – minor:
1) Tingkat II : kurang 15%
2) Tingkat III : kurang 1%
E. Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada dewasa.
Bila kulit terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya
pembuluh darah kapiler, dan area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran
cairan intrakapiler ke intertisial sehingga menimbulkan udem dan bula yang
mengandung banyak elektrolit.
Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit
terbakar > 20% dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat,
akral dingin, berkeringat, nadi kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang
dan setelah 8 jam dapat terjadi pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler
terpajan suhu tinggi, sel darah ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan
bila luka bakar terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas
karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan
hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara
parau, dan dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO 2,
karena hemoglobin tidak mampu mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung,
pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia.
Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena
infeksi kuman gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai
dengan warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non
invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah. Infeksi invasif ditandai dengan
keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik.
Bila luka bakar derajat I dan II sembuh dapat meninggalkan jaringan parut.
Sedangkan pada luka bakar derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka
bakar berat akan dapat ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat
9
ini akan mudah mengalami tukak di mukosa lambung “tukak Curling” dan
apabila ini berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat nekrosis mukosa lambung.
Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko mengalami beban
jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia.
10
F. Pathways
- Gangguan
konsep diri
Pada wajah Di ruang Kerusakan
- Kurang
tertutup kulit
pengetahuan
- Ansietas
Kerusakan Keracunan Penguapan
mukosav gas CO2 meningkat
Masalah keperawatan :
Ketidakefektifan Cairan
bersihan jalan intravaskuler
napas
- Kekurangan volume
cairan
Gangguan - Gangguan perfusi
sirkulasi jaringan
G. Pemeriksaan Penunjang
12
k. serum glucose
l. elektrolit
m. arterial blood gases
n. serum protein
o. albumin
p. urine cultures
q. urinalysis
r. pembekuan darah
s. pemeriksaan servikal
t. kultur luka
H. Pengkajian
1. Pengkajian primer
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh, semua data atau informasi klien yang di butuhkan
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan pengkajian pada
klien bronkitis.
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan luka bakar adalah
sebagai berikut:
a. Fase darurat luka bakar
1) Perawatan menginventaris data-data melalui petugas luar rumah
sakit (petugas penyelamat atau petugas gawat darurat)
2) Bila pasien mampu berbicara lakukan pertanyaan tentang proses
dan mekanisme cedera secara ringkas dan cepat.
b. Tanda-Tanda Vital (TTV)
1) Melakukan pemeriksaan secara sering.
2) Status respirasi, suhu dipantau ketat.
3) Denyut nadi apikal, karotid, dan femoral dievaluasi.
4) Pemantauan jantung dilakukan bila memiliki riwayat penyakit
jantung.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat luka bakar.
2) Riwayat alergi.
13
3) Riwayat imunisasi tetanus.
4) Riwayat medis serta bedah masa lalu.
d. Intake dan Output
1) Dipantau dengan cermat dan diukur tiap satu jam.
2) Mencatat jumlah urine yang pertama kali keluar ketuka dipasang
kateter untuk menentukan fungsi ginjal dan status cairan
sebelum pasien mengalami luka bakar. Urine kemerahan
menunjukkan adanya hemokromogen dan mioglobulin karena
kerusakan otot.
e. Pengkajian Fisik
1) Head to toe.
2) Berfokus pada tanda dan gejala, cedera atau komplikasi yang
timbul.
f. Pengkajian Luas Bakar
1) Mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar terutama derajat II
dan III.
2) Ukuran, warna, bau, eskar, eksudat, pembentukkan abses,
perdarahan, pertumbuhan epitel, penampakkan jaringan
granulasi pada luka bakar.
g. Pengkajian Neurologik
1) Berfokus pada tingkat kesadaran
2) Status fisiologik
3) Tingkat nyeri
4) Kecemasan
5) Perilaku
6) Pemahaman pasien dan keluarga terhadap cedera serta
penanganannya.
I. Nursing Care Plan (NCP)
1. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia.
Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
14
keterdatasan pengembangan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap
luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
e. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas
dengan edema.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
2. Intervensi keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
Keperawatan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
15
nosis. karbon atau merah muda. pernafasan/edema paru
dan kebutuhan
intervensi medik.
Tingkatkan istirahat
suara tetapi kaji
16
kemampuan untuk bicara Membantu
dan/atau menelan sekret mempertahankan jalan
oral secara periodik. nafas bersih, tetapi harus
dilakukan kewaspadaan
karena edema mukosa
dan inflamasi. Teknik
steril menurunkan risiko
Selidiki perubahan infeksi.
perilaku/mental contoh
gelisah, agitasi, kacau Peningkatan
mental. sekret/penurunan
kemampuan untuk
menelan menunjukkan
peningkatan edema
trakeal dan dapat
mengindikasikan
kebutuhan untuk
intubasi.
Awasi 24 jam
keseimbngan cairan,
perhatikan Meskipun sering
variasi/perubahan. berhubungan dengan
nyeri, perubahan
kesadaran dapat
menunjukkan
terjadinya/memburukny
a hipoksia.
Lakukan program
kolaborasi meliputi :
Perpindahan cairan atau
Berikan pelembab O2 kelebihan penggantian
melalui cara yang tepat, cairan meningkatkan
contoh masker wajah risiko edema paru.
Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan
kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau lebih
karena edema.
Awasi/gambaran seri
GDA
O2 memperbaiki
17
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan viskositas
sputum.
Kaji ulang seri rontgen
Data dasar penting
untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan
penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama
2 – 3 hari setelah
terbakar
Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri intensif.
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
Siapkan/bantu intubasi menurunkan atelektasis.
atau trakeostomi sesuai
indikasi. Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
18
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostr Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume cairan asikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan cairan dan respon kardiovaskuler.
dengan biokimia
Kehilangan membaik.
cairan melalui
rute Kriteria Awasi pengeluaran urine
abnormal. evaluasi: tak dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Peningkatan ada Observasi warna urine dititrasi untuk
kebutuhan : manifestasi dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
status dehidrasi, indikasi pengeluaran urine 30-50
hypermetaboli resolusi cc/jam pada orang
oedema, Perkirakan drainase luka dewasa. Urine berwarna
k, ketidak
elektrolit dan kehilangan yang merah pada kerusakan
cukupan
serum dalam tampak otot masif karena
pemasukan.
Kehilangan batas adanya darah dan
perdarahan. normal, keluarnya mioglobin.
haluaran
urine di atas
30 ml/jam.
Peningkatan
permeabilitas kapiler,
perpindahan protein,
proses inflamasi dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi
mempengaruhi volume
sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
perubahan selanjutnya
19
Timbang berat badan Memperkirakan luasnya
setiap hari oedema/perpindahan
cairan yang
mempengaruhi volume
sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Ukur lingkar ekstremitas
yang terbakar tiap hari
sesuai indikasi
Penyimpangan pada
tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
ketidak adequatnya
volume
sirkulasi/penurunan
perfusi serebral
Selidiki perubahan
Stres (Curling) ulcus
mental
terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
luka bakar berat(dapat
terjadi pada awal
minggu pertama).
Hemates drainase NG
dan feces secara periodik. Memungkinkan infus
cairan cepat.
Lakukan program
kolaborasi meliputi :
Resusitasi cairan
20
Pasang / pertahankan menggantikan
kateter urine kehilangan
cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
komplikasi.
Pasang/ pertahankan
ukuran kateter IV. Mengidentifikasi
kehilangan
darah/kerusakan SDM
Berikan penggantian dan kebutuhan
cairan IV yang dihitung, penggantian cairan dan
elektrolit, plasma, elektrolit.
albumin.
Meningkatkan
pengeluaran urine dan
membersihkan tubulus
dari debris /mencegah
Awasi hasil pemeriks nekrosis.
Menurunkan keasaman
gastrik sedangkan
inhibitor histamin
menurunkan produksi
Berikan obat sesuai asam hidroklorida untuk
idikasi : menurunkan produksi
asam hidroklorida untuk
- Diuretika contohnya menurunkan iritasi
Manitol (Osmitrol)
gaster.
- Kalium
Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
21
- Antasida kemajuan atau
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
Periode darurat (awal 48
jam pasca luka bakar)
adalah periode kritis
yang ditandai oleh
hipovolemia yang
mencetuskan individu
pada perfusi ginjal dan
jaringan tak adekuat.
Pantau:
- Tanda-tanda vital
setiap jam selama
periode darurat,
setiap 2 jam selama
periode akut, dan
setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan dan
haluaran setiap jam
selama periode
darurat, setiap 4 jam
selama periode akut,
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan
laporan elektrolit. Inspeksi adekuat dari
- Berat badan setiap luka bakar.
hari.
- CVP (tekanan vena
sentral) setiap jam
bial diperlukan.
- Status umum setiap 8
jam.
Penggantian cairan
Pada penerimaan rumah cepat penting untuk
sakit, lepaskan semua mencegah gagal ginjal.
22
pakaian dan perhiasan Kehilangan cairan
dari area luka bakar. bermakna terjadi
melalui jaringan yang
terbakar dengan luka
Mulai terapi IV yang bakar luas.
ditentukan dengan jarum
lubang besar (18G), lebih
disukai melalui kulit Pengukuran tekanan
yang telah terluka bakar. vena sentral
memberikan data
tentang status volume
cairan intravaskular.
23
cairan terjadi. Temuan-temuan guaiak
positif menandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
Tes guaiak muntahan pada ulkus stres yang
warna kopi atau feses ter disebabkan peningkatan
hitam. Laporkan temuan- sekresi hormon-hormon
temuan positif. adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
24
kesulitan Beriakan suplemen mekanik diperlukan
bernafas. oksigen pada tingkat untuk pernafasan
yang ditentukan. Pasang dukungan sampai pasien
atau bantu dengan selang dapat dilakukan secara
endotrakeal dan mandiri.
tempatkan pasien pada
ventilator mekanis sesuai
pesanan bila terjadi
insufisiensi pernafasan
(dibuktikan dispneu
hipoksia, hiperkapnia,
rales, takipnea dan
perubahan sensorium).
Pernafasan dalam
mengembangkan
Anjurkan pernafasan
alveoli, menurunkan
dalam dengan
resiko atelektasis.
penggunaan spirometri
selama tirah baring.
Memudahkan ventilasi
dengan menurunkan
Pertahankan posisi semi
tekanan abdomen
fowler, bila hipotensi tak
terhadap diafragma.
ada.
Mengupas kulit
(eskarotomi) memung
Siapkan pasien untuk
kinkan ekspansi dada
pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan.
25
Kerusakan hilang dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan; ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
pembentukan anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
edema. analgesik IV bila luka bakar luas yang
Manipulasi Kriteria bakar luas. disebabkan oleh
jaringan evaluasi: perpindahan interstitial
cidera contoh menyangkal berkenaan dnegan
debridemen nyeri, peningkatan
luka. melaporkan permeabilitas kapiler.
perasaan
nyaman,
ekspresi
wajah dan Panas dan air hilang
postur tubuh melalui jaringan luka
rileks. bakar, menyebabkan
Pertahankan pintu kamar
hipoetrmia. Tindakan
tertutup, tingkatkan suhu
eksternal ini membantu
ruangan dan berikan
menghemat kehilangan
selimut ekstra untuk
panas.
memberikan kehangatan.
Menururnkan nyeri
dengan
mempertahankan berat
badan jauh dari linen
Berikan ayunan di atas temapat tidur terhadap
tempat tidur bila luka dan menuurnkan
diperlukan. pemajanan ujung saraf
pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan
pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Bantu dengan
pengubahan posisi setiap
2 jam bila diperlukan.
Dapatkan bantuan
26
tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya
bila pasien tak dapat
membantu membalikkan
badan sendiri.
Eskarotomi (mengikis
pada eskar) atau
fasiotomi mungkin
Siapkan untuk
diperlukan untuk
pembedahan eskarotomi
memperbaiki sirkulasi
sesuai pesanan.
adekuat.
27
permukaan jaringan sekitar luka. tentang sirkulasi pada
kulit sekunder aera graft.
destruksi Kriteria
lapisan kulit. hasil:
Mencapai
penyembuha Menyiapkan jaringan
Lakukan perawatan luka untuk penanaman dan
n tepat bakar yang tepat dan
waktu pada menurunkan resiko
tindakan kontrol infeksi. infeksi/kegagalan kulit.
area luka
bakar.
Kain nilon/membran
Pertahankan penutupan silikon mengandung
luka sesuai indikasi. kolagen porcine peptida
yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau
mengelupas secara
spontan kulit
repitelisasi.
Menurunkan
pembengkakan
/membatasi resiko
pemisahan graft.
Gerakan jaringan
Tinggikan area graft bila dibawah graft dapat
mungkin/tepat. mengubah posisi yang
mempengaruhi
penyembuhan optimal.
28
diatas area graft baru memerlukan perawatan
dan/atau sisi donor sesuai khusus untuk
indikasi. mempertahankan
kelenturan.
- Siapkan / bantu
prosedur
bedah/balutan
biologis.
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Tanggal Masuk : 31 Oktober 2018
Jam Masuk : 17.00 WIB
No. Register : 211323
Ruang/Kamar : Dahlia, Kamar D Bed 2
Tanggal Pengkajian : 5-11-2018
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Diagnosa Medis : POST DEBRIDEMENT COMBUSTIO 9% H+2
2. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : Ny.T
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :Ds. Sedayu, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat :Ds. Sedayu, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang
Hub. Dgn Klien : Suami
B. Pola Fungsional Gordon
1. Riwayat Keperawatan Untuk Pola Persepsi Kesehatan – Penanganan
Kesehatan
30
1.1. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan mempunyai penyakit epilepsi dari kecil
31
1.4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit yang menurun ataupun menular, hanya klien yang
mempunyai penyakit epilepsi dari kecil.
Genogram ;
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Menikah
= Pasien
= Satu rumah
= Keturunan
32
Klien mengatakan rumahnya bersih, terdapat ventilasi dan
pencahayaan yang cukup.
1.9. Imunisasi
Klien mengatakan sudah pernah dilakukan imunisasi
1.10. Alergi
Klien mengatakan mempunyai riwayat alergi obat antibiotic
(Amoxilin, Ceprofloxasin, Carbamasepin)
33
Sebelum Sakit Selama Sakit
Mandi : 2x/hari hanya di lap
Gosok Gigi : 2x/hari 2 hari sekali
Cuci Rambut : 2-3 hari belum pernah
Potong Kuku : seminggu sekali seminggu sekali
Ganti Pakaian : 2x/hari 1x/hari
Sebelum Sakit
Selama Sakit
Makan Pagi : 1 porsi 1 porsi
Makan Siang : 1 porsi 1 porsi
Makan Malam : 1 porsi 1 porsi
Kudapan : buah pisang buah
pisang
Minum : 8 gelas/hari 7
gelas/hari
34
Bau : khas urin Konsistensi
:-
Selama Sakit
BAK BAB
Frekuensi : 6x/hari Frekuensi
: 1x/hari
Jumlah Urin : tidak terkaji Jumlah Feses
:-
Warna : kuning Warna
: kuning
kecoklatan
Bau : khas urin Konsistensi
:-
Masalah :- Masalah
:-
Mandi √
Berpakaian √
√
35
Toileting √
√
Berpindah √
Kontinen
Makan/Minum
0 : Dilakukan Mandiri
1 : Membutuhkan Bantuan Alat√
2 : Membutuhkan Bantuan Orang
3 : Membutuhkan Bantuan Alat Dan Orang Lain
4 : Tergantung Total
Selama Sakit
Tidur Siang : 1 jam
Tidur Malam : 5 jam
Keluhan :-
36
7.2. Dampak Sakit Terhadap Diri : tidak bisa melakukan
aktivitas sendiri
7.3. Keinginan Untuk Mengubah Diri : ingin cepat sembuh
7.4. Gugup / Rileks : rileks
7.5. Postur Tubuh : tegak
7.6. Kontak Mata : ada
7.8. Ekspresi Wajah : menahan nyeri
37
PEMERIKSAAN FISIK
A. Parameter Umum
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 120/66 mmHg
Suhu : 36°C
Nadi : 99x/Mnt
Rr : 20x/Mnt
BB Sblm Sakit : 55 Kg
BB Stlh Sakit : 53 Kg
TB : 153 cm
B. Head To Toe
1. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, berminyak, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
38
2. Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, simetris kanan dan kiri,
tidak ada purulent, tidak ada benjolan
3. Hidung
Inspeksi : tidak ada secret, tidak ada polip, simetris kanan
dan kiri
4. Telinga
Inspeksi : tidak ada serumen, bersih, simetris kanan dan kiri,
pendengaran baik
5. Mulut
Inspeksi : mukosa kering, tidak ada stomatitis
6. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Dada
Inspeksi Paru : simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dada,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Auskultasi : vesikular
39
Auskultasi : terdengar suara lup-dup, tidak terdapat pembesaran
pada jantung
8. Abdomen
Inspeksi : warna kulit abdomen kecoklatan, tidak ada
benjolan, tidak ada lesi
9. Genetalia
Inspeksi : tidak terkaji, tidak terpasang kateter
Palpasi : nyeri tekan pada daerah luka post debridement dari bokong
sampai paha kaki kanan.
40
PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
PROSEDUR
HARI, DIAGNOSTIK/
HASIL NILAI NORMAL ANALISA
TGL LABORATORI
UM
41
Sabtu, Lekosit 14,06 4,00-10,50 Tinggi
3-11-2018
Eeritrosit 4.0- 5.3 Tinggi
5.32
42
ANALISA DATA
TGL /
DATA MASALAH ETIOLOGI
JAM
5-11- DS : Nyeri akut Agen cidera fisik
2018 Klien mengatakan kaki (post debridement)
09.00 kanan nyeri
WIB P : Luka post
debridement
Q : Panas, Tertusuk-tusuk
R : Bokong sampai paha
S:6
T : Terus-menerus
DO :
Klien tampak menahan
nyeri
DO :
Terdapat luka post
43
debridement dari bokong
sampai paha pada kaki
kanan, luas luka 9%
derajat I.
Luka tampak basah
5-11- DS : Hambatan Nyeri
2018 Klien mengatakan tidak mobilitas fisik
09.00 bias melakukan aktifitas
WIB secara mandiri dan
aktifitas dibantu oleh
keluarga
DO :
Aktifitas klien tampak
dibantu oleh keluarga
DO :
Luka tertutup kassa,
balutan tidak rembes
Leukosit 14,06
44
45
DIAGNOSA KEPERAWATAN
46
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
47
berkurang
- Mengataka
n rasa
nyaman
setelah
nyeri
berkurang
5-11- Kerusakan Setelah - monitor tanda dan - Untuk mengetahui
2018 integritas dilakukan gejala infeksi tanda dan gejal infeksi
09.00 kulit asuhan - berikan perawatan luka - Untuk mempercepat
berhubungan keperawatan - berikan obat luka penyembuhan luka
dengan selama 3x24 sesuai advice dokter - Mempercepat
cidera jam penyembuhan
kimiawi kulit diharapkan
(post masalah
debridement) kerusakan
integritas
kulit dapat
teratasi
dengan
kriteria hasil:
- Integritas
kulit baik
baik (luka
mongering)
- Mampu
melindungi
kulit dan
mempertah
ankan
kelembaban
kulit dan
48
perawatan
alami
- Perfusi
jaringan
baik
5-11- Hambatan Setelah - mengkaji kemampuan - Mengetahui
2018 mobilitas dilakukan pasien dalam kemampuan mobilisasi
09.00 fisik asuhan mobilisasi pasien
berhubungan keperawatan - latih pasien dalam - Agar pasien dapat
dengan nyeri selama 3x24 mobilisasi secara memenuhi ADLS
jam mandiri. secara mandiri sesuai
diharapkan kemampuan
masalah - Anjurkan pasien di - Agar pasien dapat
hambatan keluarga merubah merubah posisi secara
mobilitas posisi dan berikan mandiri
fisik dapat bantuan jika diperlukan
teratasi - Anjurkan keluarga - Agar pasien dapat
dengan melatih ROM pada melakukan ADLS
kriteria hasil: pasien secara mandiri
- Melakukan
ADLS
secara
mandiri
- Mengerti
tujuan dari
peningkata
n mobilisasi
7-11- Resiko Setelah - Observasi luka - Mengetahui kondisi
2018 infeksi dilakukan luka
07.00 berhubungan asuhan - Lakukan perawatan - Mengurangi resiko
dengan post keperawatan luka 1x sehari infeksi
debridement selama - Ajarkan pasien dan - Mengurangi resiko
49
3x24jam keluarga tanda dan infeksi
diharapkan gejala infeksi - Mengurangi resiko
masalah - Ajarkan cara infeksi
resiko infeksi menghindari gejala
dapat teratasi infeksi
dengan
kriteria hasil
:
- Pasien
bebas dari
tanda dan
gejala
infeksi
- Menunjukk
an
kemampua
n untuk
mencegah
infeksi
-
50
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
51
08.30 1 Mengajarkan relaksasi nafas S: pasien mengeluh
dalam masih nyeri dengan skala
6
O: pasien kooperatif
52
O: TD = 129/96 mmHg
N= 107x/menit
S= 36°C
Rr = 19x/menit
53
kiri melakukan miring kanan-
kiri
O: pasien melakukan
miring kanan-kiri
6-11-
2018
54
mobilisasi melakukan mobilisasi
O: pasien tampak
melakukan mobilisasi
55
digerakkan
Q= tertusuk-tusuk
R= dari bokong sampai
paha kanan
S= 5
T= terus menerus
O: pasien tampak
menahan nyeri
56
O: pasien tampak
melakukan mobilisasi
secara perlahan
57
15.00 1,2,3 Mengukur TTV S: pasien bersedia
dilakukan pengukuran
TTV
O: TD= 128/85 mmHg
N= 90x/menit
S= 36,9 °C
Rr = 19x/menit
58
observasi
O: balutan luka tampak
masih bersih
7-11-
2018
59
07.30 3 Menganjurkan keluarga untuk S: keluarga bersedia
memantau mobilisasi pasien untuk memantau
mobilisasi pasien
O: keluarga tampak
mendampingi pasien
60
kanan
P= bertambah nyeri bila
paha kanan digerakkan
Q= panas, tertusuk-tusuk
R= dari bokong sampai
paha kanan
S= 5
T= terus-menerus
O: pasien tampak
meringis menahan nyeri
61
melakukan mobilisasi
O: pasien tampak
melakukan mobilisasi
62
perawat menjelaskan
MEDICAL MANAGEMENT
63
5-11- - Ketorolac 30 mg Per 8 jam Analgesik tujuan Baik , tidak terj
2018 untuk mengurangi alergi
09.00
- Ranitidine 50 mg Per 12 jam Mengurangi rasa Baik, tidak terja
mual reaksi
- Ketorolac 30 mg Per 8 jam
6-11- Analgesik tujuan Baik, tidak terja
2018 - Ranitidine 50 mg Per 12 jam untuk mengurangi reaksi
Mengurangi rasa Baik, tidak terja
- Ketorolac 30 mg Per 8 jam mual reaksi
7-11-
2018 - Ranitidine 50 mg Per 12 jam Analgesik tujuan Baik, tidak terja
untuk mengurangi reaksi
Mengurangi rasa Baik, tidak terja
mual reaksi
OBAT-OBATAN
64
5-7 Mebo Cara : topikal Baik, tidak terdapat allergi
November Dosis : 1x sehari
2018
DIET
65
TGL/ JENIS INDIKASI DAN MAKANAN
RESPON
JAM DIET TUJUAN SPESIFIK
5-7 TKTP (tinggi Untuk memberikan Nasi, tempe, telor Pasien habis makan 1 po
Nove kalori tinggi makanan sayur
mber protein) secukupnya atau
2018 lebih dari pada
biasa untuk
memenuhi
kebutuhan protein
dan kalori.
Mencegah dan
mengurangi
kerusakan jaringan
untuk memenuhi
kebutuhan energi
dan kalori / protein
didalam tubuh
sehingga
terbentuknya sel-
sel baru di dalam
jaringan tubuh
66
EVALUASI KEPERAWATAN
TGL / DIAGNOSA
PERKEMBANGAN (S O A P) PAR
JAM KEPERAWATAN
5-11-
2018
09.00 1 S: pasien mengatakan masih nyeri
P= luka bertambah nyer bila paha kanan digerakkan
Q= tertusuk-tusuk
R= bokong sampai paha kanan
S= 6
T= terus menerus
O: pasien tampak meringis menahan nyeri, posisi tidur
sims, luka tampak memerah, tanpa balutan
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Evaluasi relaksasi nafas dalam
Kolaborasikan pemberian keterolak 30 mg
67
Berikan posisi yang mengurangi nyeri
Berikan perawatn luka
6-11-
2018
68
2 S: pasien mengatakan kulitnya masih terasa sakit perih
O: terdapat luka bakar derajat 1, luas luka 9%, luka
berwarna kemerahan
A: masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Berikan posisi yang mengurangi nyeri
Berikan perawatn luka
69
P: lanjutkan intervensi
Evaluasi relaksasi nafas dalam
Kolaborasikan pemberian keterolak 30 mg
P: lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Berikan posisi yang mengurangi nyeri
Berikan perawatn luka
70
Tidak berbau
A: masalah resiko infeksi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Obeservasi luka
Lakukan perawatan luka 1x sehari
Ajarkan pasien dan keluarga mengebai tanda dan gejala
infeksi
71
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan atau hambatan
dalam mengumpulkan data atau informasi mengenai status kesehatan pasien
ataupun data lain tentang penulisan yang diperlukan dalam penyusunan studi
kasus ini penulis mendapat bantuan penuh dari pasien,perawat dan dokter
yang merawat pasien atau tim terkait.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan.
Berdasarkan kepustakaan yang ada penulis menemukan 6 diagnosa
keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem integumen combustio ini.
Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah:
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi trake bronchial, edema mukosa, dan hilangnya kerja silia.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
caoiran melalui rute abnormal
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan denfan cidera inhalasi uap
atau syndrome kompartemen thorakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher
4. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan, pembentukan
edema, manifulasi cidera contoh debridment luka
72
5. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
atau interupsi aliran darah arterial atau vena, contoh luka bakar seputar
ekstremitas dengan edema
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan trauma; kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial atau luka bakar dalam)
73
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam
tahap ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan
mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari
orang-orang disekitar pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang
ditegakkan tidak ada yang teratasi karena pasien masih mengeluhkan nyeri
yang dideritanya masih terasa.
74
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan
pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami
luka bakar dari pada wanita, terutama pda orang tua dan lanjut usia.Untuk
klien dengan luka yang luas maka penanganan pda bagian kegawatdaruratan
akan meliputi reevaluasi ABC ( jalan nafas, kondisi pernafasanan, sirkulasi)
dan trauma lain yang mungkin terjadi, resusitasi cairan (penggantian cairan
yang hilang), pemasangan kateter urin, pemasangan nasogastric tube (NGT),
pemeriksaan vital sign dan laboratorium, menagement nyeri, pengumpulan
data, dan perawatan luka.
Penatalaksnaan yang dilakukan terhadap klien kami Ny. T sudah benar
dan sesuai dengan penanganan kegawatdaruratan yang seharusnya, hanya saja
dalam melakukan perawatan luka pada klien dengan luka bakar diharapkan
tetap menjaga kesterilan untuk mencegah terjadinya infeksi.
B. Saran
Diharapkan dapat mempertahankan tindakan yang tepat dan cepat pada
saat menangani klien dengan emergensi, diharapkan tetap menjaga kesterilan
dalam melakukan perawatan luka bakar untuk mencegah terjadinya infeksi.
75
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika.
DR. Sunita Almatsia, M.SC. 2009. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
76