2. Etiologi
Menurut Musliha 2010, luka bakar dapat disebabkan oleh ;
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
1) Gas
2) Cairan
3) Bahan padat (solid)
b. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
4. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah
besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel
darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah
kehilangan cairan yang masif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh
darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan
pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa
mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari
kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok hipovelemik (burn
syok).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium meliputi Hb, Hmt, Gula Darah, Natrium dan
elektrolit, ureum kreatinin, Protein, Urin Lengkap, AGD (PO2 dan PCO2).
Pemeriksaan Radiologi, Foto Thorax, EKG, CVP untuk mengetahui tekanan
vena sentral.
8. Penatalaksanaan
a. Resusitasi Airway, Breathing, Circulation
1) Pernafasan : udara panas → mukosa rusak → oedem → obstruksi ; efek
toksik dari asap : HCN, NO2, HCL, Bensin → iritasi → bronkhokontriksi
→ obstruksi → gagal nafas
2) Sirkulasi : Gangguan permeabilitas kapiler : cairan dan intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler → hipovolemi relatif → syok → ATN → gagal
ginjal
b. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka
c. Resusitasi cairan → Baxter
d. Monitor urine dan CVP
e. Topikal dan tutup luka
1) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1:30) + buang jaringan nekrotik
2) Tulle
3) Silver sulfa diazin tebal
4) Tutup kassa tebal
5) Evaluasi 5-7 hari, kecuali balutan kotor
f. Obat-obatan
1) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian
2) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur
3) Analgetik : kuat (morfin, petidine)
4) Antasida : kalau perlu
9. Komplikasi
a) Curting Ulcer / Dekubitus
b) Sepsis
c) Pneumonia
d) Gagal Ginjal Akut
e) Deformitas
f) Kontraktur dan Hipertrofi Jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat sindrom gawat
panas akut (ARDS, acute respiratory disters syndrome) yang menyerang sepsis
gram negatif. Sindrom ini diakibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan
kebocoran cairan kedalam ruang interstisial paru. Kehilangan kemampuan
mengembang dan gangguan oksigen merupakan akibat dari insufisiensi paru
dalam hubungannya dengan siepsis sistemik (wong, 2008).
C. Asuhan Keperawatan
1. Pre operasi
a. Pengkajian pre operasi
Pengkajian di ruang pra operasi perawat melakukan pengkajian
ringkas mengenai kondisi fisik pasien dengan kelengkapannya yang
berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersebut berupa
validasi, kelengkapan administrasi, tingkat kecemasan, pengetahuan
pembedahan, pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital, dan kondisi
abdomen (Mutaqin, 2009). Pengkajian adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan secara menyeluruh.
Pengkajian pasien pre operasi meliputi:
1) Identitas pasien meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, golongan darah, alamat, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa
2) Ringkasan hasil anamsesa pre operasi Keluhan ketika pasien dirawat
sampai dilakukan tindakan sebelum operasi
3) Pengkajian psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan keadaan
emosi pasien
4) Pengkajian fisik, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
5) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah
penyakit/ lesi di area badan.
6) Sistem kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sisitem cardio,
validasi apakah pasien menderita penyakit jantung, kebiasaan minum
obat jantung sebelum operasi, kebiasaan merokok, minum akohol,
oedema, irama dan frekuensi jantung.
7) Sistem pernafasan, apakah pasien bernafas teratur
8) Sistem abdomen apakah pasien mengalami jejas dan nyeri pada
abdomen
9) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami menstruasi?
10) Sistem saraf, bagaimana kesadaran?
11) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, perhiasan, make
up, pakaian pasien, perlengkapan operasi dan validasi apakah pasien
alergi terhadap obat?
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien pre
operasi dalam (SDKI,2017) yaitu:
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi
c. Rencana keperawatan
Menurut (SIKI, 2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan 2 diagnosa diatas adalah :
1) Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 jam, tingkat
ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil:
a) Verbalisasi kebingungan menurun
b) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
c) Perilaku gelisah menurun
d) Perilaku tegang menurun
Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal: kondisi, waktu,
stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Teraupetik:
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi:
a) Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
2. Intra operasi
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan, diantaranya adalah validasi identitas
dan prosedur jenis pembedahan yang dilakukan, serta konfirmasi
kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi (Mutaqin, 2009).
b. Diagnosis keperawatan
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai
prosedur. Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah,
manajemen asepsis dan prosedur bedah laparatomi. Masalah keperawatan
yang akan muncul dalam (SDKI,2017) yaitu:
1) Resiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi
Definisi: Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam
kondisi baik.
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
Definisi: Beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi
dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).
c. Rencana keperawatan
Menurut (SIKI,2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
1) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2-3 jam,
tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil:
a) Perdarahan pasca operasi menurun
b) Hemoglobin membaik
c) Tekanan darah dan denyut nadi membaik
Intervensi
Observasi :
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah
c) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
d) Monitor koagulasi
Teraupetik :
a) Pertahankan bedrest selama perdarahan
b) Batasi tindakan invasif, jika perlu
c) Gunakan kasur pencegah dekubitus
d) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
b) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah konstipasi
d) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
e) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
f) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian produk darah , jika perlu
c) Kolaborasi pemberian pelunak tinja , jika perlu
2) Risiko cidera berhubungan dengan perubahan sensasi
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2-3 jam,
tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil:
a) Kejadian cedera menurun
b) Luka/lecet menurun (SLKI,2019)
Intervensi dalam buku NIC (Bulechek, 2013)
a) Periksa monitor isolasi utama
b) Siapkan alat dan bahan oksigenasi dan ventilasi buatan
c) Periksa keadekuatan fungsi dari alat-alat tersebut
d) Monitor aksesoris spesifik yang dibututhkan untuk posisi bedah
tertentu
e) Periksa persetujuan bedah dan tindakan pengobatan lain yang
diperlukan
f) Periksa bersama pasien atau orang yang berkepentingan lainnya
mengenai prosedur dan area pembedahan
g) Berpartisipasi dalam fase “time out” dalam pre operatif untuk
memeriksa terhadap prosedur; benar pasien, benar prosedur, benar
area pembedahan, sesuai kebijakan instansi.
h) Dampingi pasien pada fase transfer ke meja operasi sambil
melakukan monitor terhadap alat
i) Hitung kasa perban, alat tajam dan instrumen, sebelum, pada saat
dan setelah pembedahan
j) Sediakan unit pembedahan elektronik, alas lapang pembedahan dan
elektroda aktif yang sesuai
k) Periksa ketiadaan pacemaker jantung, implan elektrik lainnya,atau
prothesis logam yang merupakan kontaindikasi
electrosurgicalsurgery
l) Lakukan tindakan pencegahan terhadap radiasi ionisasi atau
gunakan alat pelindung dalam situasi dimana alat tersebut
dibutuhkan, sebelum operasi dimulai
m) Sesuaikan koagulasi dan arus pemotong sesuai instruksi dokter atau
kebijakan institusi
n) Inspeksi kulit pasien terhadap cedera setelah menggunakan alat
pembedahan elektronik.
3. Post operatif
1) Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
diantaranya adalah kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan
perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskuler,
lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam
pembedahan.
2) Diagnosa keperawatan post operatif
Diagnosa post operasi saat post operatif dalam (SDKI,2017) meliputi:
a) Resiko hipotermia perioperatif
Definisi: Beresiko mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 36oC
secara tiba-tiba yang terjadi satu jam sebelum pembedahan hingga 24
jam setelah pembedahan
Faktor risiko:
(1) Prosedur pembedahan
(2) Kombinasi anastesi regional dan umum
(3) Skor american society of anastesiologist (ASA) > 1
(4) Suhu pra-operasi rendah < 36oC
(5) Berat badan rendah
(6) Neuropati diabetik
(7) Komplikasi kardiovaskuler
(8) Suhu lingkungan rendah
(9) Transfer panas (mis. volume tinggi infus yang tidak dihangatkan,
irigasi > 2 liter yang tidak dihangatkan)
Kondisi klinis terkait:
(1) Tindakan pembedahan
b) Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik atau eosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
(1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
(2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritaan)
(3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, atihan fisik berlebihan)
c) Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis (luka bakar) dan pembedahan
Definisi:
Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi,
dan /atau ligamen)
3) Rencana keperawatan
Menurut (SIKI,2018) intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 jam, tingkat
nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil:
(1) Keluhan nyeri menurun
(2) Meringis menurun
(3) Sikap protektif menurun
(4) Gelisah menurun
(5) Kesulitan tidur menurun
Intervensi :
Observasi :
1) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
3) Identifikasi skala nyeri
4) Identifikasi nyeri non verbal
5) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
6) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
8) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Teraupetik :
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misal : TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin.)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.)
3) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu
Agung Prabowo. 2018. Tingkat kelelahan Kerja Perawat Kamar Bedah RSUP Dr
Kariadi Semarang. Di publikasikan http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1904
di akses pada 19 April 2020.
Mutaqqin, Arif, & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,
Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal (Aplikasi asuhan
keperawatan medikal bedah). Jakarta: Salemba medika
Lemone Priscilla dkk. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.2 Edisi 5,
Jakarta: EGC Lusianah & Suratun. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Gastrointestnal. Jakarta: Trans Info Media
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktik, (Ed). Jakarta: EGC
Smeltzer and Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta.
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta.
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Dewan Pengurus Pusat PPNI:
Jakarta.