Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Luka Bakar)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Pengertian

Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agent thermal, listrik, atau radioaktif
(Wong.2004).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang disebabkan oleh kontak dengan
sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat. 2001).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh panas (Thermal), Kimia,
Elektrik, dan Radiasi (Suriyadi. 1987).

Etiologi

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika kulit
terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas
pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).

1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)


Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran
apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya
plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).

2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)


Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga (Schwarts et al, 1999).

3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)


Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan.
Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun ground (Moenadjat, 2001).

4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini sering
disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Gillespie, 2009).

5. Forstbite
Frosbite (Pembekuan jaringan) karena terbentuknya kristal intraseluler dan
oklusi mikrovaskuler yang menyebabkan anoksia jaringan, setelah dilakukan pemanasan tubuh
dan terjadi reperfusi akan ada kerusakan jaringan. Ada 4 derajat kerusakan Frosbite:
a. Derajat I : Hiperemia dan edema tanpa nekrosis
b. Derajat II : Vesikel/ bulla, edema dan sedikit nekrosis
c. Derajat III : Nekrosis seluruh tebal kulit, subkutis, disertai
pembentukan vesikel hemoragik
d. Derajat IV : Nekrosis seluruh tebal kulit dan ganggren otot dan
tulang

Patofisiologis

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit
melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu akibat suatu
cedera luka bakar. Suatu luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini.
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak akan
mengalami cedera bila terkena sugu di atas 115oF (46oC). Luasnya kerusakan bergantung pada
suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada
orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9oC
dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidemis dan dermis sehingga terjadi cedera
derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan
melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen relatif yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta
viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.

Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan


adanya demam, peningkatan laju metabolism, peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung,
peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka. Pasien
membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut sampai penutupan luka selesai.

Fase Luka Bakar

a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam
48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas dan atau pada struktur atau organ–organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa
parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

Zona Luka Bakar

a. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan terjadi
kematian selular

b. Zona Stasis
Zona ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga terjadi
gangguan perfusi, diikuti perubahan permabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini
berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan

c. Zona Hiperemia
Daerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.

(Moenadjat, 2001)

Klasifikasi

a. Dalamnya luka bakar.

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
Ketebalan Jilatan api, sinar Kering tidak ada gelembung. Bertambah merah. Nyeri
partial ultra violet
Oedem minimal atau tidak
superfisial (terbakar oleh
ada.
matahari).
(tingkat I)
Pucat bila ditekan dengan
ujung jari, berisi kembali bila
tekanan dilepas.
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik-bintik Sangat
dari ketebalan bahan air atau yang ukurannya bertambah yang kurang jelas, nyeri
partial bahan padat. besar. putih, coklat, pink,
daerah merah coklat.
(tingkat II) Jilatan api Pucat bial ditekan dengan
kepada pakaian. ujung jari, bila tekanan
- Superfisial
dilepas berisi kembali.
Jilatan langsung
- Dalam
kimiawi.

Sinar ultra
violet.
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, hitam, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. coklat tua. sedikit
padat. sakit.
(tingkat III) Pembuluh darah seperti arang Hitam.
Nyala api. terlihat dibawah kulit yang Rambut
Merah.
mengelupas. mudah
Kimia.
lepas bila
Gelembung jarang,
dicabut.
Kontak dengan
dindingnya sangat tipis, tidak
arus listrik.
membesar.

Tidak pucat bila ditekan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
Gambar 1. Luka bakar berdasar derajat kedalaman

b. Luas luka bakar


1) Metode The Rule of Nines
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule
of nine atau rule of wallace yaitu:
a) Kepala dan leher : 9%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
d) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

2) Metode The Lund and Browder


Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang akurat untuk
diterapkan pada anak-anak. Prosentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomi,
khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
3) Metode telapak tangan (Palm Method)
Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan
telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami
luka bakar.

4) Metode The Rule of Fives


• Khusus untuk bayi : - kepala bayi 4 x 5%
ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%
badan anterior + posterior : 2 x 4 x 5%
ekstremitas inferior D+S : 2 x 2 x 5%
• Khusus untuk anak : - kepala 3 x 5%
ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%
badan anterior + posterior : 2 x 3 x 5%
ekstremitas inferior D+S : 2 x 3 x 5%

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
c. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
1) Parah–critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang
luas.
2) Sedang–moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
3) Ringan–minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%

Efek patofisiologis (Hidayat, 2009)

a. Sistem integumen

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas
dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal
yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas
misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar,
maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
b. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to
seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan
lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel
menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan
menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular
dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan
intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang
mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan
sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap
pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac
output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran
cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-
20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa
dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler
tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian
bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak
mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali
normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24
jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume
sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang
kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena
kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian
mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
c. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR
(glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga
berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada
klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
d. Sistem Imun
Fungsi sistem imun mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan
dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada
fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam
kelangsungan hidup klien.
e. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri
dan “lung compliance”.

1) Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan
injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri
yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut
hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung,
stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk.
Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat
dan tipe asap atau gas yang dihirup.

2) Keracunan Carbon Monoxide.


CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat
hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul
oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga
membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat
dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah
sebagai berikut.

Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)


Kadar CO (%) Manifestasi Klinik
5 – 10 Gangguan tajam penglihatan
11 – 20 Nyeri kepala
21 – 30 Mual, gangguan ketangkasan
31 – 40 Muntah, dizines, sincope
41 – 50 Tachypnea, tachicardia
> 50 Coma, mati

Penatalaksanaan

a. Perawatan di Tempat Kejadian


Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar adalah
mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar.
1. Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan
menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang
menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan
mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga
harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan
diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya
adalah arus listrik, sumber listrik harus dipadamkan.

2. Mendinginkan luka bakar


Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah
api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.
Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada
derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan
atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya 15
menit.

3. Melepaskan benda penghalang


Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan, pakaian lain dan semua
barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah
terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.

4. Menutup luka bakar


Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi
bakteri dan mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai
permukaan kulit yang terbakar.

5. Mengirigasi Luka bakar kimia


Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika
mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.

b. Penanganan luka bakar di rumah sakit


1) Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu :
a) Periksa jalan nafas.
b) Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu tracheostomi
atau intubasi.
c) Berikan oksigen 100%.
d) Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
e) Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis.
f) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
g) Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
2) Resusitasi cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.
Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema
tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa
penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator,
yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi
jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka
bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan
air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling
popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin
yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :
24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar. Contohnya pria
dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 % membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4
ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama
• ½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
• ½ jumlah cairan sisanya  4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans :

1. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang
akibatpenguapan )
Keterangan :
a) no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk
menggantiplasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan
osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan
yang telah keluar

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
b) Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan
hari kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter
yaitu : % x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit
yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama
dan 2000 cc pada hari kedua

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25 kcal/kgBB/hari
ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan cairan :

• Pemantauan urin output tiap jam


• Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
• Kecukupan sirkulasi perifer
• Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
• Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

Indikasi Rawat Inap

a) Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada
orang dewasa.
b) Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
c) Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan,
kaki atau perineum.

3) Perawatan Luka
Dikenal dua cara merawat luka :
a. Perawatan terbuka (exposure method)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluargapun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor.
Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif.
Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka bakar
yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus
dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu
dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara
bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement.

b. Perawatan tertutup (occlusive dressing method)


Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka tampak rapi,
terlindung dan enak bagi penderita. Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena
dipakainya banyak pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk
berkembang biak, sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi dan
dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali sehari. Pada waktu
penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga dilakukan
debridement. Tetapi untuk luka bakar luas debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu
dengan melakukan eksisi eskar.

4) Tindakan Bedah
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif
adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian
oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara
tangensial. Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :
a. Keadaan umum cepat membaik.
b. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.
c. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.
d. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.
e. Sensitivitas lebih baik.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
Pencangkokan kulit digunakan dalam mengobati luka bakar ketebalan parsial dan ketebalan penuh.
Operasi pengangkatan Dini (eksisi atau debridemen) dari kulit yang terbakar diikuti oleh pencangkokan
kulit dapat meningkatkan fungsi dan penampilan area yang terbakar, terutama saat wajah, tangan, atau
kaki yang terlibat. Namun, jika hidup pasien dalam bahaya pencangkokan kulit biasanya ditunda.

Cangkokan kulit paling baik menggunakan kulit pasien itu sendiri. Cangkokan (autografts) idealnya
diambil dari lokasi yang tidak biasa terlihat, seperti bokong atau paha atas, karena kulit donor tidak
akan normal penampilannya setelah mereka sembuh. Namun, ukuran cangkok yang dibutuhkan dan
lokasi luka bakar juga akan menentukan darimana cangkok diambil dari.

Alat yang disebut dermatom listrik diatur ke kedalaman kulit tertentu dan mengiris dari lapisan kulit
yang sehat untuk graft ke kulit yang terbakar. Ketebalan cangkok kulit tergantung pada daerah yang
memerlukan graft. Kulit donor untuk cangkok tidak perlu pembedahan tertutup dan biasanya akan
membentuk lapisan atas kulit baru dalam 10 sampai 14 hari.

5) Terapi Suportif
Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans negatif.
Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 – 10 hari dengan formula :

a. Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari


Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari
b. Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB
Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB
Kalorinya terdiri dari : 20% protein
50 – 60% KH
30 – 30% lemak
vitamin C 1.500 mg; B1 50 mg
Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis disesuaikan)

Pemeriksaan diagnostik

a. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan


dengan perpindahan/kehilangan cairan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
b. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan
fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
c. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan pompa
natrium.
d. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein.
e. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
f. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
g. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
h. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
i. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
j. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
k. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.
l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

Komplikasi

a. Distres pernafasan
b. Gagal ginjal
c. Kontraktor
d. Sepsis

Prognosis
Luka bakar kimia adalah yang paling ringan dan dapat diobati tanpa menyebabkan
masalah jangka panjang. Beberapa luka bakar menyebabkan komplikasi medis yang signifikan
yaitu terbentuknya jaringan parut. Beberapa luka bakar disebabkan karena bahan kimia yang
tertelan dan terhirup. Ini luka bakar dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian.
Sedangkan luka bakar pada mata dapat menyebabkan kebutaan. (emedicinehealth, 2012)
Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada dewasa dengan usia
kurang dari 40 tahun. Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka bakar, luas,
usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22
ASUHAN KEPERAWATAN

Tn L MRS 3 Mei 2012 di ruang Burn Unit dengan diagnosa luka bakar grade II AB 27% pada
ekstremitas atas, ekstremitas bawah, dan pantat. Sebelumnya pada tanggal 1 Mei 2012 dilakukan
debridement dan cuci luka. Tn L mengeluh nyeri dan pusing. Skala nyeri 7, terutama di daerah pantat,
terasa seperti disobek, semakin parah jika saat berusaha duduk. Kondisi luka basah, dibalut tertutup. Tn
L juga mengeluh tak bisa tidur.

Pengkajian

a. Identitas/biodata klien :

Nama : Tn L

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : S2 teknik nuklir

Pekerjaan : Peneliti

Alamat : Menur 11, Surabaya

b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah luka di pantatnya. Skala nyeri 7, nyeri semakin bertambah
saat klien berusaha duduk, sensasi nyeri seoerti disobek. Pada bagian ekstremitas juga nyeri
dengan skala sama dan sensasi yang sama saat digerakkan sedikit.
Klien juga mengeluh tak bisa tidur karena cemas dengan tindakan medis di rumah sakit, serta
cemas memikirkan keadaan dirinya, keluarga, dan pekerjaannya yang terbengkalai. Klien juga
mengatakan bahwa ia sudah pernah melakukan riset penyembuhan luka bakar tanpa tindakan
medis. Ia juga sedang melakukan riset cara mengobati diabetes mellitus tanpa tindakan medis.
Klien cenderung mempercayai risetnya daripada tindakan medis di rumah sakit.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 23
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tiga hari SMRS klien mengalami kejadian kebakaran di rumahnya saat akan melakukan suatu
riset. Saat itu klien menyalakan kompor lalu kompor meledak begitu saja. Klien langsung
dilarikan ke IRD Dr. Soetomo dan segera dilakukan debridement dan cuci luka. Lalu
dipindahkan ke Roy selama sehari. Kemudian dirawat di Burn Unit sampai saat ini.

d. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien mempunyai riwayat penyakit DM tipe 2 dan OMI PJK.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Adik serta ayah klien mengalami DM tipe 2 dan hipertensi.

f. Keadaan psikologis
Klien terlihat sangat cemas hingga kualitas tidurnya berkurang. Klien juga sering menolak
untuk minum obat, menghabiskan porsi makan, dan tindakan medis lainnya.

g. Tanda-tanda vital
Suhu 37oC
Tekanan darah 143/60
Nadi 115
RR 20x/menit

h. Review of system (ROS)


B1 (breath) : Irama nafas teratur, vesikuler, nafas spontan, sesak (-), batuk (-)
B2 (blood) : Nyeri dada (-), irama jantung teratur, suara jantung normal, CRT 3 detik, akral
hangat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 24
B3 (brain) : GCS 3-4-5, keluhan pusing (+), pupil isokor, gangguan pandangan (-), gangguan
pendengaran (-), gangguan penciuman (-), gangguan tidur (+), tidur 5 jam/hari
B4 (bladder) : keluhan kencing (-), output 4958 ml/hari, intake cairan 4400 cc/hari, kateter (+)
sejak tanggal 3 Mei
B5 (bowel) : mulut bersih, mukosa lembab, nyeri telan (-), BAB 1x/2-3 hari.
B6 (bone) : pergerakan sendi terbatas, luka combustion grade II AB 27% pada ekstremitas
atas, ekstremitas bawah, daerah pantat. Luka terbalut tertutup dan masih
basah.
4 3
3 3

Analisa data

NO DATA ANALISA MASALAH


1. Data subyektif : Luka bakar Nyeri
Klien mengeluh nyeri di ↓
daerah pantat, kedua kaki, Kerusakan kulit, pembuluh
dan tangan sebelah kirinya darah, dan syaraf

Data obyektif : Kerusakan integritas kulit
P : adanya luka bakar pada ↓
pantat, kedua kaki, dan Mediator inflamasi
tangan kiri ↓
Q : terasa seperti disobek Nyeri
R : daerah pantat, kedua kaki,
dan tangan kiri
S : skala 7
T : semakin nyeri saat klien

2. Data subyektif : - Luka bakar Defisit volume cairan


www.saktyairlangga.wordpress.com Page 25
Data obyektif : Peningkatan permeabilitas
• Intake : kapiler
Infus 1000 cc ↓
Susu 500 cc Kehilangan dengan jalan
Air putih 2900 cc evaporasi
Total : 4400 cc ↓
• Output : Defisti volume cairan
Urine 3960 cc
IWL 998
Total : 4958
Defisit : 558 cc

3. Data subyektif : - Luka bakar PK kontraktur



Data obyektif : Kerusakan kulit, pembuluh
Adanya combustio grade II darah, dan syaraf
AB 27 % yang terbalut dan ↓
masih basah, pergerakan Pergerakan sendi terbatas
sendi terbatas ↓
4 3 PK kontraktur
3 3
4. Data subyektif : - Luka bakar Resiko infeksi

Data obyektif : Kerusakan kulit, pembuluh
o
Suhu 37 C darah, dan syaraf
Tekanan darah 143/60 ↓
Nadi 115 Barier kulit berkurang
RR 20x/menit ↓
Adanya combustio grade II Resiko infeksi
AB 27 % yang terbalut dan
masih basah
5. Data subyektif : Luka bakar Gangguan pemenuhan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 26
Klien mengeluh tak bisa tidur ↓ kebutuhan tidur
Klien tak mampu menerima
Data obyektif : keadaan dirinya
Kualitas tidur klien ↓
berkurang. Semula pada saat Cemas, berduka
tidak sakit, 8 jam/hari, ↓
sekarang hanya 4 jam/hari Koping individu inefektif

Gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur

Diagnosa keperawatan

a. Nyeri b.d reaksi inflamasi


b. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan dengan jalan evaporasi
c. PK kontraktur b.d pergerakan sendi terbatas
d. Resiko infeksi b.d berkurangnya barier kulit
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur b.d koping individu inefektif

Intervensi keperawatan

a. Nyeri b.d reaksi inflamasi


Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi :
1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri menjadi
4-6
2. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
3. Pasien tidak gelisah
INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan pasien untuk beristirahat 1. Dengan istirahat meningkatkan
pemulihan kondisi klien dan
meredakan nyeri

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 27
2. Manajemen lingkungan yang tenang 2. Menurukan stimulus nyeri dan
dan batasi pengunjung meningkatkan kondisi O2 ruangan

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam 3. Meningkatkan asupan O2 sehingga


menurunkan sensasi nyeri

4. Ajarkan teknik distraksi 4. Pengalihan perhatian dapat


menurunkan stimulus nyeri

5. Lakukan perawatan luka 5. Perawatan luka dan pembalutan


dapat mempercepat penyembuhan
luka sehingga nyeri berkurang

6. Kolaborasi : pemberian analgesic 6. Analgesik memblok lintasan nyeri

b. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan dengan jalan evaporasi


Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi defisit volume cairan
Kriteria hasil : adanya balance cairan pada intake dan output
INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur intake dan output cairan pada 1. Memonitoring cairan yang masuk
pasien tiap 1 jam dan yang hilang

2. Monitor berat badan 2. Penurunan berat badan dapat


mengindikasikan kehilangan cairan

3. Lakukan pembalutan luka 3. Pembalutan luka dapat


meminimalkan kehilangan cairan

4. Beri HE untuk tidak mengonsumsi 4. Diuresis dapat memperberat


kopi atau teh dan minuman yang kehilangan cairan
sifanya diuresis

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 28
c. PK kontraktur b.d pergerakan sendi terbatas
Tujuan : tidak terjadi komplikasi kontraktur selama tahap pemulihan luka bakar
Kriteria hasil : integritas kulit baik, pergerakan sendi mendekati normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan klien untuk merubah 1. Agar tidak terjadi kekakuan sendi
posisinya di tempat tidur tiap 2 jam

2. Bantu klien dalam merubah 2. Mempermudah klien untuk bergerak


posisinya

3. Kolaborasi dengan fisioterapis : 3. Meminimalkan potensial komplikasi


latihan pergerakan ROM kontraktur

d. Resiko infeksi b.d berkurangnya barier kulit


Tujuan : dalam waktu 7x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas kulit
Kriteria hasil :
1. Kondisi luka bakar membaik
2. Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan luka bakar yang 1. Kondisi bersih dan kering akan
terbalut menghindari kontaminasi

2. Monitor dan evaluasi adanya tanda 2. Memantau adanya infeksi


dan gejala infeksi sistemik

3. Kolaborasi : pemberian antibiotik 3. Antibiotik diberikan untuk


mencegah aktivasi kuman yang bisa
masuk

e. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur b.d koping individu inefektif


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam kebutuhan klien terpenuhi dengan cukup

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 29
Kriteria hasil : kualitas tidur 8 jam/hari, kondisi klien segar

INTERVENSI RASIONAL
1. Manajemen lingkungan yang tenang 1. Memulihkan keadaan klien
dan membatasi pengunjung

2. Dorong klien untuk mengutarakan 2. Mengetahui tingkat kecemasan yang


perasaan yang mengganggunya dirasakan klien
hingga tidak bisa tidur

3. Berikan support untuk pasien 3. Support akan membuat klien tenang


dan semangat untuk sembuh

4. Agar klien mampu mendapatkan


4. Berikan HE tentang pentingnya tidur kualitas tidur yang cukup
yang cukup

Evaluasi

a. Skala nyeri dan kondisi luka


b. Balance intake dan output
c. Kemampuan ROM
d. TTV normal
e. Kualitas tidur

BAB 4

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 30
PENUTUP

Kesimpulan

Luka bakar (Combustio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik dll). Beratnya luka bakar
tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka. Kedalaman luka bakar dapat
dibagi menjadi 3 yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat 2, dan luka bakar derajat 3. berat
luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang, dan berat. Luka bakar dapat dihitung
dengan berdasarkan rumus rule of nine dari wallace.

Saran

Luka bakar (cambustio) dapat disebabkan oleh benda-benda yang menghasilkan panas
misalnya api, cairan panas, listrik, dll. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati jika brdekatan dengan
bahan-bahan tersebut , karena luka bakar ini menjadi penyebab kematian terbesar terutama pada
anak dan lansia, setelah kecelakaan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 31
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba
Medika

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC

Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Doengea, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care. (2nded.).
Philadelphia: F.A. Davis Co.

Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach, (4thed.).


Philadelphia: W.B. Saunder Co.

Nettina, S. (1996).The Lippincott manual of nursing practice.(6thed.). Lippincott: Lippincott-Raven


Publisher.

Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika

Smeltzer, 2002 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta

Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing.St. Louis: Mosby.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 32

Anda mungkin juga menyukai