Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Combustio

(Luka Bakar) Di Ruang Burn Unit RSUP Sanglah

A. Tinjauan Teori Penyakit


1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Musliha, 2010)
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi (Nanda, 2015)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) (Irna, 2011).
2. Prevalensi
Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh
dunia akibat luka bakar. Di India, lebih dari satu juta orang menderita luka
bakar sedang-berat per tahun. Di Bangladesh, Columbia, Mesir, dan Pakistan,
17% anak dengan luka bakar menderita kecacatan sementara dan 18%
menderita kecacatan permanen. Sedangkan di Nepal, luka bakar merupakan
penyebab kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan.
Menurut data American Burn Association (2015), di Amerika Serikat
terdapat 486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan medis, 40.000
diantaranya harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, sebanyak 3.240 kematian
terjadi setiap tahunnya akibat luka bakar. Penyebab terbanyak terjadinya luka
bakar adalah karena trauma akibat kecelakaan kebakaran, kecelakaan
kendaraan, terhirup asap, kontak dengan listrik, zat kimia, dan benda panas.
Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar 0.7%
dan telah mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008
(2.2%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%) dan Bangka
Belitung (1.4%) (Depkes, 2013). Berdasarkan data rekam medis RSUP Haji
Adam Malik Medan, terdapat 353 kasus luka bakar pada tahun 2011-2014
dengan penyebab terbanyak adalah flame burn injury (174 kasus, 50,4%)
(Maulana, 2014).
3. Etiologi
a. Luka bakar suhu tinggi
1) Gas
2) Cairan
3) Bahan padat
b. Luka bakar bahan kimia
c. Luka bakar sengatan listrik
d. Luka bakar radiasi
4. Klasifikasi
a. Dalamnya luka bakar
Kedalam Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan partial Jilatan Kering tidak Bertambah Nyeri
superfisial (tingkat I) api,sinar ada merah
ultra violet gelembung.
(terbakar Oedem
oleh minimal atau
,matahari) tidak ada
Pucat bila
diletakan
dengan ujung
jari, berisi
kembali bila
tekanan
dilepas
Lebih dalam dari Kontak Blister besar Berbintik- Sangat
ketebalan partial dengan dan lembab binting yang nyeri
(tingkat II) bahan air yang kurang jelas,
- Superfisial atau bahan ukurannya putih,
- dalam padat. bertambah coklat, pink,
Jilatan api besar daerah
kepala Pucat bila merah
pakaian. ditekak coklat
Jilatan dengan ujung
langsung jari, bila
kimiawi. tekanan
Sinar ultra dilepas
violet berisis
kembali
Ketebalan Kontak Kering, Putih, Tidak sakit,
sepenuhnya (tingkat dengan disertai kulit kering, sedikit
III) bahan cair mengelupas. hitam, sakit,
atau padat. Pembuluh coklat tua, rambut
Nyalah api. darah seperti hitam. mudah
Kimia, arang terlihat merah lepas bila
kontak di bawah. dicabut
dengan arus Kulit yang
listrik mengelupas.
Gelembung
jarang,
didingnya
sangat tipis,
tidak
membesar,
tidak pujat
bila ditekan
b. Luas Luka Bakar
Wallance membagi tubuh atas bagian 9 % atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atau rule og wallace yaitu:
a.
kepala dan leher : 9%
b.
lengan masing-masing 9% : 18 %
c.
badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d.
tungkai masing-masing 18% : 36%
e.
genetalia/perineum :1%
total : 100%
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala luka bakar terdiri dari beberapa tingkat:
- Kemerahan pada kulit (erythema), terjadi pembengkaan hanya pada
lapisan atas kulit ari (stratum corneum), terasa sakit, merah dan
bengkak.
- Melepuh (bullosa) pembengkaan sampai pada lapisan kulit ari,
terdapat gelembung berisi cairan kuning bersih
- Luka bakar sampai pada lapisan kulitjangat, luka tampak hitam-putih
(escarotica)
- Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit ari
dan kulit jangat sudah terbakar
6. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapatdipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denatturasi
protein atau ionisasi isis sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56,1 C. Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh
luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar
mencabuthopoperfusu jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder
akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidak seimbangan hemodinamika akibat hilangya intergritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruangan interstikal
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat jelas. Karena berkelanjutan kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan trus turun dan
terjadi penurunana tekanan darah. Sebagai respon system saraf simpatik akan
melepas ketokelamin yang meningkatkan vasokontraksi dan frekuensidenyut
nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi selama 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam
tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan intergeritas kapiler, syok luka
bakar, respon luka bakar kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan
bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi setelah terjadinya luka bakar.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian setelah berpindahnya cairan. Selain itu
juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematoksit miningkat karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi
yang mencakup trombositopenia dan pembekuan seta waktu protombin
memanjang juga ditemui pada kasusluka bakar
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebgai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus rental sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integeritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar beresiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengeturan suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebapkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam
berikutnya menyebabpakan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
7. Web of caution (WOC)
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: Hb, Ht, leucosit, gula darah, elektrolit, kreatinin,
ureum, protein, albumin, hapusan luka, urene lengkap, AGD
b. Rontgen: foto thorak
c. EKG
d. CVP: untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20% pada anak
e. LED: mengkaji hemokonsentrasi
f. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karenan peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung
g. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar x dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
h. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi nginjal
9. Penatalaksananan
a. Resusitasi cairan
Dewasa : baxter
RL 4cc x BB x % LB/24 jam
Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal
RL: Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
Kebutuhan faal
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 %
3-5 tahun : BB x 50 cc
1,5 diberikan 8 jam pertama
1,5 diberikan 16 jam pertama
Hari kedua
Dewasa : dextran 500-2000 + D5%/ albumin.
(3.x) x 80 x BB gr/hr
100
(albumin 25%=gram x 4 cc) = 1cc/menit
Anak : diberikan sesuai kebutuhan faal
b. Monitor ureni dan CVP
c. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan salvon : NaCl 0,9 % (1:30) + buang jaringan
nekrotik
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal
- Tutup kasa tebal
- Ewaluasi 5-7 hari, kecuali balutan kotor
d. Obat-obatan
- Antibiotik : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian
- Bila perlu berikan antibiotik dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
10. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b. Iiles paralistik dan ulkus curling
c. Syok sirkulasi
d. Haluran urene
B. Konep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktifitas/istirahat

1) Tanda: penurunana kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak

pada area yang sakit, gangguan masasa otot, perubahan tonus

b. Sirkulasi
1) Tanda: (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi

(syok): penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang cedera:

vasokontriksi perifer umumnya dengan kehilangan nandi, kulit

putih dan dingin, takikardia, distritmia, pembentukan odema

jaringan.

c. Integeritas ego

1) Gejala: masalah tentangt keluarga, pekerjaan, keuagan, kecacatan

2) Tanda: ansietas, mengagis ketergantungan, menyangkal, menarik

diri dan marah

d. Eleminasi

1) Tanda : haluaran urine menurun/tad ada selama fase darurat, warna

mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan

kerusakan otot dalam: diuresis (setelah kebocoran kapiler dan

mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bisisng usus/tak

ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%

sebagian stres penurunana motilitas.

e. Makanan/cairan

1) Tanda: odema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah

f. Neurosensori

1) Gejala: area batas: kesemutan

2) Tanda: perubahan orentasi: afek perilaku, penurunan refleks tendon

dalam pada cedera ekstremitas: aktifitas kejang (syok listrik),

ruptur membran timpanik, paralisis

g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala: nyeri

h. Pernafasan

1) Gejala: terkurung dalam ruangan tertutup, terpapar lama

(kemungkinan cedera inhalasi)

2) Tanda: serak, batuk, ketidakmampuan menelan sekresi oral dan

sianosisi, indikasi cedera inhalasi

3) Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar

lingkar dada, jalan nafas atau stidor, bunyi nafas, sekret jalan nafas

dalam (ronkhi)

i. Keamanan

1) Tanda

2) Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti

selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler

pada beberap[a luka

3) Area kulit tidak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dan

adanya penurunan curah jantung

4) Cedera api: bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering,

lepuh pada faring posterior, oedema lingkar mulut atau lingkar

nasal.

5) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab, kulit

coklat kekunungan. Lepuh, ulkus, nekrosis


2. Diangnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif ditandai dengan penurunan tugor kulit, penurunan tugor lidah,

kulit kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan fekuensi nadi,

kelemahan

b. Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh perimer yang

tidak adekuat ditandai dengan kerusakan integeritas kulit.

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai

dengan ketidakmampuan dalam memcerna makanan ditandai dengan

membran mukosa pecah, kurang makan, kurang minat pada makanan,

membran mukosa pucat, kelemahan otot penguyah.

d. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan suhu ekstrem ditandai

dengan kerusakan jaringan kulit

e. Nyeri akut berhubungan dengan agencedera fisik ditandai dengan

sikap tubuh melindungi daerah yang nyeri, melaporkan nyeri secara

verbal, gangguan tidur, indikasi nyeri yang bisa diamati.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan

sumber informasi ditandai dengan ketidakakuratan dalam mengikuti

perintah, perilaku tidak tepat

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan setatus kesehatan ditandai

dengan gelisah, kontak mata yang buruk, tampak waspada, kesedihan

yang mendalam, ketakutan, khawatir, gemetar, tremor.


h. Ketidakefektifan pola nafas ditandai dengan deformitas diding dada

ditandai dengan perubahan kedalamam pernafasan, perubahan

ekskursi dada.

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera ditandai dengan

secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh, perasan negatif

terhadap sesuatu, fokus pada perubahan.


5. Evaluasi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan penurunan tugor kulit, penurunan tugor lidah,
kulit kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan fekuensi nadi,
kelemahan
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh perimer yang
tidak adekuat ditandai dengan kerusakan integeritas kulit
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai
dengan ketidakmampuan dalam memcerna makanan ditandai dengan
membran mukosa pecah, kurang makan, kurang minat pada makanan,
membran mukosa pucat, kelemahan otot penguyah
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidk ada tanda tanda malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
d. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan suhu ekstrem ditandai
dengan kerusakan jaringan kulit
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
e. Nyeri akut berhubungan dengan agencedera fisik ditandai dengan
sikap tubuh melindungi daerah yang nyeri, melaporkan nyeri secara
verbal, gangguan tidur, indikasi nyeri yang bisa diamati.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan
sumber informasi ditandai dengan ketidakakuratan dalam mengikuti
perintah, perilaku tidak tepat
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan setatus kesehatan ditandai
dengan gelisah, kontak mata yang buruk, tampak waspada, kesedihan
yang mendalam, ketakutan, khawatir, gemetar, tremor.
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
h. Ketidakefektifan pola nafas ditandai dengan deformitas diding dada
ditandai dengan perubahan kedalamam pernafasan, perubahan
ekskursi dada.
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera ditandai dengan
secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh, perasan negatif
terhadap sesuatu, fokus pada perubahan.
- Body image positif
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
- Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
- Mempertahankan interaksi sosial

Anda mungkin juga menyukai