“LUKA BAKAR”
Disusun oleh
Efa Meliyuana
P27905121047
a. Gas
b. Cairan
Menurut Wong dan Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar
adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan
merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka
yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak
kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
1.1.4 Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang
tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun
pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin,
mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan
yang masif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu
tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan
pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut
bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan
lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok
hipovelemik (burn syok).
1.1.5 Fase Luka Bakar
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada
fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat
relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam
48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi
syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat
kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat
berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan
problema instabilitas sirkulasi.
2. Fase sub akut
3. Fase lanjut
Respon stres Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena
trauma, renal sifat cidera luka
peningkatan berkurang berlangsung
produksi lama dan
cortison
terancam
psikologi pribadi
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar Tidak terjadi Hemokonsent
panas, pecah termal pada hari-hari
rasi
menjadi fragil pertama
7. Nyeri / keamanan :
Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri; respon terhadap luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri
8. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi
9. Pemeriksaan diagnostik :
a. LED mengkaji hemokonsentrasi
b. GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap
c. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
d. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan
penuh luas
e. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
f. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif
g. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agens cedera fisik (luka bakar)
2. Kerusakan integritas kulit b/d cedera kimiawi kulit (luka bakar)
3. Risiko infeksi b/d terpajang pada wabah
4. Intoleransi aktifitas b/d adanya lesi
1.2.3 Intervensi Keperawatan
No. Masalah keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Manajemen Nyeri
dengan agens cedera fisik jam diharapkan tingkat nyeri menurun dengan Observasi
(luka bakar) (D. 0077) kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Frekuensi cukup membaik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Pola nafas membaik - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Tidak ada ekspresi meringis dan gelisah - Identifikasi factor yang memperberat dan
- Tidak ada kesulitan tidur memperingan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarakan teknik
Kolaborasi
- Kolaborasu pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan integritas kulit/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Perawatan integritas kulit
jaringan berhubungan dengan jam diharapkan integritas kulit dan jaringan Observasi
kimiawi kulit (D. 0129) meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
- Elastisitas kulit meningkat Teraupetik
- Kerusakan lapisan kulit menurun - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Tidak ada pendarahan - Gunakan produk berbahan petroleum atau
- Tidak ada nyeri minyak pada kulit kering
- Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
kulit
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan mandi memggunakan sabun
secukupnya
Perawatan Luka
Observasi:
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
Teraupetik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
3. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Pencegahan infeksi
dengan terpajang pada jam diharapkan derajat infeksi menurun Observasi
wabah (D.0142) dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi loka dan
- Tidak ada demam sistemik
- Kemerahan menurun Teraupetik
- Nyeri menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Kadar sel darah putih menurun - Berikan perawatan kulit pada daerah edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa luka
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasu
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Manajemen energy
berhubungan dengan jam diharpaakan toleransi aktivitas meningkat Observasi
adanya lesi dengan kriteria hasil: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
- Kemudahan dalam melakukan aktifitas mengakibatkan kelelahan
sehari-hari meningkat - Monitor pola dan jam tidur
- Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah - Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat Teraupetik
- Tidak ada keluhan lelah - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
- Tidak ada dyspnea saat aktivitas stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
berhubungan dengan jam diharapkan citra tubuh meningkat dengan
perubahan struktur tubuh kriteria hasil:
- Verbalisasi perasaan negative tentang
(luka bakar)
perubahan tubuh menurun
- Verbalisasi kekhawatiran pada reaksi
orang lain menurun
- Melihat bagian tubuh meningkat
- Menyentuh bagian tubuh membaik
DAFTAR PUSTAKA