Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM INTEGUMEN DENGAN LUKA BAKAR

Oleh:

Nama Kelompok

1. Putu Lydia Kusuma Riawan P07120219078


2. Ni Nyoman Triyana Sari P07120219079
3. Ni Putu Dyah Aditya Pradnyani P07120219080
4. Ni Luh Sulistia Dewi P07120219081
5. Ida Bagus Eka Utama Putra P07120219082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM INTEGUMEN
PADA LUKA BAKAR

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat langsung atau
ekspose dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik dan radiasi (Joyce, MB,
1997).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal),
bahan kimia, elektrik dan radiasi (Suryadi, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah (Masjoer, 2003).
2. Penyebab
a. Luka bakar termal
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas,
luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar,
kontak dan kobaran api).
b. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan inseden
tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan menggigit atau mengisap kabel listrik
yang tersambung (Herndon dkk, 1996).
Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan
dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil
dan tulang merupakan tahanan terbesar). Dasar cedera menjadi lebih berat dari
cedera yang terlihat.
c. Luka bakar kimia
Terjadi dari tife/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
d. Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi. (Doenges, E.M,
2000).
3. Pohon Masalah

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/


petir

Biologis Luka Bakar Fisiologis

Peningkatan kebutuhan Penurunan volume cairan


metabolisme intravaskular, interstisial, Risiko
dan intraseluler Ketidakseimbangan
Cairan
Membran mukosa pucat
Kehilangan cairan secara
Serum albumin turun aktif

Defisit Nutrisi Kekurangan intake cairan

Evaporasi

Risiko Hipovolemia
4. Klasifikasi
a. Kedalaman luka bakar
Respons lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan kulit.
Adapun klasifikasinya sebagai berikut:
1) Luka bakar derajat I
Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan Sebagian dermis turut
cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti
luka bakar matahari atau mengalami lepuh/bullae. Karakteristik luka bakar
derajat I adalah kering, tidak ada lepuh, merah muda, pucat bila ditekan
dengan ujung jari berisi kembali bila tekanan dilepas.
2) Luka bakar derajat II
Destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis
yang lebih dalam. Luka bakat tersebut terasa nyeri, tampak merah dan
mengalami eksudasi cairan. Pemulihan jaringan yang terbakar diikuti oleh
pengisian kembali kapiler, folikel rambut masih utuh. Karakteristik luka
bakar derajat II adalah lembab, merah, berbentuk lepuh, sebagian pucat.
3) Luka bakar derajat III
Destruksi total epidermis serta dermis dan pada sebagain kasus, ajringan
yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari
warna putih hingga merah, coklat atau hitam. Daerah yang terbakat tidak
terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut
tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut
hancur. Karakteristik luka bakar derajat III adalah kering, pucat, berlilin
tidak pucat.
4) Luka bakar derajat IV
Jaringan yang terkena adlah semua yang diatas dan bagian dari lemak
subkutan, dapat mengenai jaringan ikat, otot, tulang. Karakteristik luka
bakar derajat IV yaitu kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah
seperti arang terlihat dibawah kulit yang terkelupas.
b. Tingkat kegawatan luka bakar
1) Luka bakar berat
a) Cedera ketebalan parsial dengan LPTT >25% pada orang dewasa dan
LPTT >20% pada anak.
b) Cedera ketebalan penuh dengan LPTT ≥10%
c) Cedera inhalasi, sengatan listrik
d) Mengenai muka, mata, telinga, tangan, kaki, perineum
e) Luka pada orang yang sebelumnya telah memiliki penyakit (diabetes
melitus, gagal jantung kongestif, GGK)
2) Luka bakar moderate/sedang
a) Ketebalan parsial dengan LPTT >15%-25% pada orang dewasa
b) LPTT >10%-20% pada anak
c) Ketebalan penuh dengan LPTT <10%
d) Tidak ada luka /kompliaksi lain
e) Tidak ada Riwayat penyakit sebelumnya
3) Luka bakar ringan
a) Ketebalan parsial dengan LPTT >15% pada orang dewasa dan LPTT
<20% pada anak
b) Ketebalan penuh dengan LPTT <20%
c) Tanpa komplikasi
5. Gejala Klinis
a. Luka bakar derajat I
Gejalanya merah, tidak ada retakan di dalam kulit dengan karakteristik luka
bakar derajat I adalah kering, tidak ada lepuh, merah muda, pucat bila ditekan
dengan ujung jari berisi kembali bila tekanan dilepas.
b. Luka bakar derajat II
Gejalanya merah gelap, dengan lepuh cairan yang jelas. Karakteristik luka bakar
derajat II adalah lembab, merah, berbentuk lepuh, sebagian pucat.
c. Luka bakar derajat III
Hitam arang atau putih kering. Karakteristik luka bakar derajat III adalah kering,
pucat, berlilin tidak pucat.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hematokrit menigkat karena hemokonsentrasi
2) Penurunan hematokrit karena kerusakan endothelium
b. Peningkatans el darah putih karena kehilangan sel pada sisi luka dan respon
peradangan.
c. Analisa gas darah (AGD)
Penurunan PO2/ peningkatan PCO2 pada retensi CO asidosis dapat terjadi
penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi.
d. Karboksihemoglobin
e. >75% indikasi keracunan CO (karbonmonoksida).
f. Elektrolit serum
Peningkatan kalium diawali karena jaringan kerusakan eritrosit dan penurunan
fungsi ginjal.
g. Peningkatan BUN
h. Peningkatan Natrium
i. Peningkatan Klorida
j. Mioglobiruria
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit
akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan.
Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah:
a. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini
terdiri dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan
secara perlahan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan
seperti sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi
tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur
klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba
b. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di
bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement
secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan.
c. Obat-obatan
1) Antibiotika: Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian Bila
perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
2) Analgetik: Kuat (Morfin, petidin)
3) Antasida: Kalau perlu
8. Komplikasi
a. Curling ulcer/ dekubitus
b. Sepsis
c. Pneumonia
d. Gagal jantung akut
e. Deformitas
f. Kontraktur dan hipertrofi jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat kelebihan beban
cairan atau sindrom gram panas akut (ARD). Sindrom inindiakibatkan oleh
kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedlaam ruang interstisial paru.
Kehilangan kemampuan mengembangkan dan gangguan oksigenasi merupakan
akibat dari insufisiensi paru dalam hubungannya dengan sepsis sistemik (Wong,
2008).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi
selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka
bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun
memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen
K.C). Data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi
terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi yang tepat
dalam pendekatan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak
nafas. Nyeri dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, region, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama
menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase: fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak),
fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan), fase rehabilitatif (menjelang
klien pulang).
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan
obat dan alkohol.
e. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai
masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.
f. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila
terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada
pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat
melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan.
Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri.
g. Riwayat psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image
yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan
stress, rasa cemas, dan takut.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit
dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka
bakar mencapai derajat cukup berat. Tekanan darah menurun nadi cepat,
suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya
pengembalian darah pada 48 jam pertama.
2) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas
luka bakar.
b) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
d) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
e) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen
f) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
g) Pemeriksaan thorak/dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke
paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
h) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri
pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis
i) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter
j) Muskuluskleletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
k) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan
nyeri yang hebat (syok neurogenik)
l) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas
dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar
menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut:
Bagian tubuh 1 tahun 2 tahun Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstremitas atas (kanan kiri) 18% 18% 18%
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ekstremitas bawah (kanan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%

3) Pengkajian kedlaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade


tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang
dirasakannya dan lamanya kesembuhan luka.
a) Grade I
Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis,
terdapat warna merah pada kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri
dan biasanya sembuh tanpa adanya pengobatan dalam waktu 3-7 hari
b) Grade II
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat
penumpukan cairan, intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya
sembuh 21-28 hari. tanpa disertai jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
c) Grade III
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak
kering, keluhan nyeri berkurang karena jaringan lemak, otot terkena.
Biasanya penyembuhan agak lama 1 bulan atau lebih dan terdapat
jaringan granulasi
d) Grade IV
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan
luka kering, warna merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade
ini. Kesembuhannya lama dan memerlukan tindakan skin graft
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI, 2016, Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kondisi
luka bakar adalah:
a. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme d.d berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, serum albumin turun, membran
mukosa pucat.
b. Risiko hipovolemia d.d faktor risiko kehilangan cairan secara aktif, evaporasi.
c. Risiko ketidakseimbangan cairan d.d faktor risiko luka bakar
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
1. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama 1. Mengetahui jenis status
ketidakmampuan mencerna keperawatan selama…. x …. jam, Manajemen Nutrisi I.03119 nutrisi pasien.
makanan, peningkatan diharapkan Status Nutrisi L.03030 Observasi: 2. Mengetahui kedaan apakah
kebutuhan metabolisme d.d membaik, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi. pasien memiliki alergi pada
berat badan menurun 1. Porsi makan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan makanan tertentu.
minimal 10% di bawah meningkat intoleransi makanan. 3. U/ mengetahui kebutuhan
rentang ideal. Kram/nyeri 2. Kekuatan otot menelan 3. Identifikasi kebutuhan kalori kalori dan jenis nutrient
abdomen, nafsu makan meningkat dan jenis nutrient. yang dibutuhkan pasien.
menurun, serum albumin 3. Serum albumin meningkat 4. Monitor asupan makanan. 4. Agar asupan makanan
turun, membran mukosa 4. Nyeri abdomen menurun 5. Monitor berat badan. pasien dapat terpenuhi.
pucat. 5. Berat badan membaik 6. Monitor hasil pemeriksaan 5. u/ mengetahui berat badan
6. IMT membaik laboratorium. pasien.
7. Nafsu makan membaik Terapeutik: 6. Mengetahui hasil
7. Lakukan oral hygiene pemeriksaan laboratorium
sebelum makan, jika perlu. apakah masih tetap atau
8. Berikan makanan tinggi ada perubahan menjadi
kalori dan tinggi protein. membaik.
Edukasi:
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
9. Ajarkan diet yang 7. Menghindari terjadinya
diprogramkan. kontaminasi antara bakteri
pada mulut dan makanan.
Kolaborasi: 8. Agar memenuhi asupan
10. Kolaborasi pemberian kalori dan protein pada
medikasi sebelum makan pasien.
(mis. pereda nyeri, 9. Agar pasien mengetahui
antiemetik), jika perlu. fungsi program diet yang
11. Kolaborasi dengan ahli gizi diberikan.
untuk menentukan jumlah 10. Agar selama proses
kalori dan jenis nutrient yang pemberian makanan tidak
dibutuhkan, jika perlu. mengalami gangguan
seperti susah menelan
akibat ketidaknyamanan
yang dirasakan pasien.
11. u/ pemberian tindakan
lebih lanjut dari
pemenuhan nutrisi pasien
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
2. Risiko hipovolemia d.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia 1. Agar mengetahui tanda dan
faktor risiko kehilangan keperawatan selama…. x ….. jam, I.03116 gejala hipovolemia yang
cairan secara aktif, diharapkan Status Cairan L.03028 Observasi: dialami oleh pasien.
evaporasi. membaik, dengan kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala 2. Agar mengetahui intake
1. Tugor kulit meningkat. hipovolemia (mis, frekuensi dan output cairan pada
2. Pengisian vena mneingkat. nadi meningkat, nadi teraba pasien.
3. Edema perifer menurun lemah, tekanan darah 3. u/ dapat memenuhi
4. Frekuensi nadi membaik. menurun, tekanan nadi kebutuhan cairan pada
5. Tekanan darah membaik. menyempit, turgor kulit pasien.
6. Membran mukosa membaik. menurun, membrane mukosa 4. Agar dapat meningkatkan
7. Jugular venous pressure (JVG) kering, volume urin tekanan darah pada pasien
membaik. menurun, hematokrit apabila mengalmai syok
8. Kadar HB membaik. meningkat, haus, lemah). hipovolemik.
9. Kadar HT membaik. 2. Monitor intake dan output 5. u/ memenuhi asupan cairan
cairan. oral pasien.
Terapeutik: 6. Agar mencegah dehidrasi
3. Hitung kebutuhan cairan. pada pasien.
4. Berikan posisi modified 7. –
trendelenburg.
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
5. Berikan asupan cairan oral 8. Agar mengembalikan
Edukasi: volume sirkulasi pada
6. Anjurkan memperbanyak darah dan menurunkan
asupan cairan oral. viskositas darah.
7. Anjurkan menghindari 9. -
perubahan posisi mendadak. 10. Agar mengembaikan
Kolaborasi: keseimbangan cairan pada
8. Kolaborasi pemberian cairan pasien dan mengembalikan
IV isotonis (mis, NaCl, RL). protein yang keluar dengan
9. Kolaborasi pemberian cairan besar pada kondisi luka
IV hipotonis (mis, glukosa bakar pasien.
2,5%, NaCl 0,4%). 11. Agar mengembalikan
10. Kolaborasi pemberian cairan kondisi Hb pada pasien
koloid (mis, albumin, agar kembali membaik.
plasmanate).
11. Kolaborasi pemberian
produk darah
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
3. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama 1.
cairan d.d faktor risiko luka keperawatan selama ….x…. jam, Manajemen Cairan
bakar diharapkan Keseimbangan Cairan Observasi:
L.05020 meningkat, dengan kriteria 1. Monitor status hidrasi (mis,
hasil: frekuensi nadi, kekuatan
1. Asupan cairan meningkat. nadi, akral, pengisian kapiler,
2. Keluaran urin meningkat. kelembaban mukosa, turgor
3. Kelembaban membrane mukosa kulit, tekanan darah).
meningkat. 2. Monitor berat badan harian.
4. Edema menurun. 3. Monitor berat badan sebelum
5. Dehidrasi menurun. dan sesudah dialisis.
6. Tekanan darah membaik. 4. Monitor hasil pemeriksaan
7. Denyut nadi radial membaik. laboratorium (mis,
8. Membrane mukosa membaik. hematokrit, Na, K, Cl, berat
9. Mata cekung membaik. jenis urin, BUN).
10. Turgor kulit membaik. Terapeutik:
Luaran Tambahan 5. Catat intake-output cairan
Penyembuhan Luka L.14130 dan hitung balance cairan 24
meningkat, dengan kriteria hasil: jam.
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
1. Penyatuan kulit meningkat. 6. Berikan asupan cairan, sesuai
2. Penyatuan tepi luka meningkat. kebutuhan.
3. Edema pada sisi luka menurun. 7. Berikan cairan intravena, jika
4. Peradangan pada luka menurun. perlu.
5. Nyeri menurun. Kolaborasi:
6. Peningkatan suhu tubuh 8. Kolaborasi pemberian
menurun. diuretik, jika perlu.
7. Bau tidak sedap pada luka Intervensi Pendukung
menurun. Perawatan Luka Bakar
8. Infeksi menurun. I.14565
Observasi:
1. Identifikasi penyebab luka
bakar.
2. Identifikasi durasi terkena
luka bakar dan Riwayat
penanganan luka
sebelumnya.
3. Monitor kondisi luka (mis,
persentasi ukuran luka,
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
derajat luka, perdarahan,
warna dasar luka, infeksi,
eksudat, bau luka, kondisi
tepi luka).
Terapeutik:
4. Gunakan Teknik aseptik
selama merawat luka.
5. Lepaskan balutan lama
dengan menghindari nyeri
dan perdarahan.
6. Rendam dengan air steril jika
balutan lengket pada luka.
7. Bersihkan luka dengan cairan
steril (mis, NaCl 0,9%, cairan
antiseptik).
8. Lakukan terapi relaksasi
untuk mengurangi nyeri.
9. Jadwalkan frekuensi
perawatan luka berdasarkan
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis
balutan yang digunakan.
10. Gunakan modern dressing
sesuai dengan kondisi luka.
11. Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/kg BB/hari dan
protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari.
12. Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis, vit. A , vit.
C , Zinc, asam amino) sesuai
indikasi.
Edukasi:
13. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
14. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein.
Kolaborasi:
No Diagnosa Keperawata Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan Rasional
(SIKI)
15. Kolaborasi prosedur
debridement (mis, enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik)
jika perlu.
16. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.
C. Daftar Pustaka

Amel, W. (2016, Maret 14). LP Luka Bakar, pp. 11-17.

Ns. Andra Saferi Wijaya, S. N. (2013). In S. N. Ns. Andra Saferi Wijaya, KMB 2
Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) (pp. 106-118).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Padila, S. (2012). Patofisiologi. In S. Padila, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


(p. 32). Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

Smeltzer, 2006. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. ECG : Jakarta


LEMBAR PENGESAHAN

Klungkung, ………………………… 2021

Pembimbing Klinik/CI Mahasiswa

I Nyoman Suasana Ni Luh Sulistia Dewi


NIP.198308202010011031 NIM. P07120219081

Pembimbing /CT

Ners. I Made Sukarja, S.Kep.,M.Kep


NIP.196812311992031020

Anda mungkin juga menyukai