Anda di halaman 1dari 16

PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Oleh :
Kelompok 3
Kelas : 3.B

Prodi /Jurusan: STr. Keperawatan

1. I Made Aditya Dwi Artawan (P07120219055)


2. Ni Kadek Sinta Pradnya Devi Anjani (P07120219057)
3. Ni Ketut Restu Aditya Putri (P07120219058)
4. Ni Luh Putu Marsela Dewi (P07120219077)
5. Putu Nanda Aura Nhaha Putri Yasa (P07120219090)
6. Ni Made Dwinda Permata Anandhi (P07120219092)
7. Komang Nova Sadana Yoga (P07120219102)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Proses Keperawatan Kegawatdaruratan tepat
waktu.

Makalah “Proses Keperawatan Kegawatdaruratan“ disusun guna memenuhi tugas


Bapak I Dw. Pt.Gd PutraYasa,M.Kep. .Sp.MB pada mata kuliah Keperawatan
Kegawatdaruratan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Keperawatan Kegawatdaruratan. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Agustus 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II .............................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN............................................................................................................... 2
2.1 PENGERTIAN .................................................................................................. 2
2.2 PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ......................................... 2
2.2.1 Pengkajian .................................................................................................. 2
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 7
2.2.3 Perencanaan ................................................................................................ 8
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 9
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 11
BAB III ........................................................................................................................... 12
PENUTUP ...................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan Gawat Darurat adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada
individu yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak dan pada kondisi
lingkungan yang tidak dapat dikendalikan(bencana).

Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan
yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan proses keperawatan,
perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status
kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi
hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012)

Keperawatan gawat darurat bersifat cepat dan perlu tindakan yang tepat, serta
memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien
meraka dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter
gawat darurat. Dan harus mengimplementasikan rencana pengobatan, mengevaluasi
evektivitas pengobatan, dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat
sempit. Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi perawat, yang juga harus membuat
catatan perawatan yang akurat melalui pendokumentasian. Di lingkungan gawat darurat,
hidup dan mati seseorang ditentukan dalam hitungan menit. Sifat gawat darurat kasus
memfokuskan kontribusi keperawatan pada hasil yang dicapai pasien, dan menekankan
perlunya perawat mencatat kontribusi profesional mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Gawat Darurat ?
2. Bagaimana konsep Triage ?
3. Apa aitu konsep ABCDE ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang Gawat Darurat
2. Menjelaskan konsep Triage
3. Menjelaskan tentang konsep ABCDE

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan profesional diberikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Dalam pelayanan keperawatan ini bersifat
darurat sehingga perawat harus memiliki kemampuan, ketrampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dan benar dalam menangani kedaruratan pasien (Saudin and
Kristiyanto, 2016, p. 30). Proses keperawatan gawat darurat terdiri dari lima langkah
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, intervensi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

2.2 PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah serangkaian kegiatan proses pengumpulan data primer dan
sekunder terfokus tentang status kesehatan pasien gawat darurat di rumah sakit
secara sistematik, akurat, dan berkesinambungan.
Pengkajian primer dan sekunder yang dilakukan harus terfokus, sistematis,
akurat, dan berkesinambungan sehingga memudahkan perawat untuk menetapkan
masalah kegawat daruratan pasien dan rencana tindakan cepat, tepat, dan cermat
sesuai standar.
Kriteria struktur pengkajian keperawatan pada penderita gawat darurat di
Instalasi Rawat Darurat (IRD) adalah:
1) Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian keperawatan gawat darurat
di rumah sakit.
2) Ada petunjuk teknis penggunaan formulir pengkajian keperawatan gawat
darurat di rumah sakit.
3) Ada sistem triase yang dapat digunakan pada pengkajian keperawatan gawat
darurat di rumah sakit sehari-hari, baik bencana internal maupun eksternal.

2
4) Ada alat untuk pengkajían keperawatan gawat darurat meliputi: jam dengan
jarum detik, stetoskop termometer, tensimeter pen light (lampu senter)
defibrilator puise oxymetry, & EKG.

Kriteria proses pengkajian keperawatan pada penderita gawat darurat di


Instalasi Rawat Darurat (IRD) adalah:

A. Melakukan Triage
Yaitu pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia. Triase dedifiniskan sebagai tindakan memprioritaskan korban
dengan cara memilih atau mengelompokkan korban berdasarkan beratnya
cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasarkan
sumber daya dan sarana yang tersedia.
Dalam pelaksanaan triase umumnya dalam menggunakan warna atau label
mengelompokkan atau kategorisasi korban berdasarkan tingkat
kegawadaruratannya. Yaitu warna merah untuk menggambarkan kondisi berat,
kuning kondisi sedang, hijau kondisi ringan kondisi korban sudah dan hitam
untuk kondisi korban meninggal. Selain menggunakan warna tindakan triase
juga dapat mengkategorikan korban dengan menggunakan level atau tingkatan
biasanya dimulai dari level 1-V sesuai dengan kondisi kegawatdaruratannya

Prinsip triase

➢ Cepat
Triase yang dilakukan harus secepat mungkin dengan memperhatikan
keselamatan nyawa korban. Petugas triase harus memperhatikan golden
time dalam menolong korban untuk meminimalkan kemungkinan atau
dampak buruk yang bisa berlanjut jika korban tidak segera mendapatkan
pertolongan.
➢ Tepat
Dalam melakukan triase petugas harus melakukan triase dengan tepat
sebagai dasar menentukan tindakan penyelamatan selanjutnya. Petugas
penyelamatan dituntut memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam
melakukan kategori dan penentuan prioritas berdasarkan kegawatdaruratan
korban.

3
➢ Efektif
Tindakan triase harus memperhatikan ketersediaan tenaga dan fasilitas yang
tersedia dalam menolong korban. Tindakan triase harus dilakukan seefektif
mungkin dengan mempertimbangkan kemapuan dan fasiltias yang dimiliki
instalasi gawat darurat atau fasilitas kesehatan dalam menolong korban..
Jika korban akan dilakukan rujukan ke rumah sakit maka harus
mempertimbangkan jarak dan waktu tempuh yang dibutuhkan.

Langkah- langkah dalam melakukan triage :

➢ Data Subyektif.
Data subyektif yang ditanyakan kepada pasien atau keluarga/pengantar
apabila pasien tidak sadar, meliputi :
1) Tanyakan identitas pasien
2) Identitas pasien meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama
dan alamat. Bisa bertanya langsung pada pasien apabila pasien sadar
atau pada keluarga apabila pasien bayi atau tidak sadar.
3) Tanyakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien saat ini.
4) Tanyakan riwayat penyakit/keluhan yang sekarang dirasakan atau yang
berhubungan dengan sakit yang diderita sekarang.
5) Usaha pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.
➢ Data obyektif meliputi :
1) Pehatikan dan amati keadaan umum pasien.
Yang perlu dikaji adalah kesadaran pasien, apakah pasien dalam
kondisi sadar penuh (composmentis), apatis, delirium, somnolen,
stupor, koma.
2) Melakukan pengumpulan data melalui primary survey dan secondary
survey pada kasus gawat darurat di rumah sakit serta bencana internal
dan eksternal.
a) Primary Survey:
A: Airway atau dengan kontrol servikal.
Lakukan observasi pada gerakan dada, apakah ada gerakan dada atau
tidak. Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan nafas lancar
atau paten, sedangkan apabila tidak ada gerakan dada walaupun

4
diberikan bantuan nafas artinya terjadi sumbatan jalan nafas
sehingga harus segera membuka airway dan memberikan ventilasi
B: Breathing dan ventilasi.
Kaji/observasi kemampuan mengembang paru, adakah
pengembangan paru spontan atau tidak. Apabila tidak bisa
mengembang spontan maka dimungkinkan terjadi gangguan fungsi
paru sehingga akan dilakukan tindakan untuk bantuan nafas.
C: Circulation dengan kontrol perdarahan.
Ada tiga observasi yang hitungan detik dapat memberikan informasi
mengenai keadaan hemodynamic ini yakni tingkat kesadaran, warna
kulit dan nadi. Pada kasus trauma dikenal adanya perdarahan luar
(eksternal) dan perdarahan dalam (internal). Perdarahan luar adalah
perdarahan yang terlihat biasanya tidak begitu parah tergantung luas
dan dalamnya perlukaan, sedangkan perdarahan dalam adalah
perdarahan yang tidak kelihatan dan seringkali membahayakan
penderita.
D: Dissability (evaluasi neuroliogis).
Langkah selanjutnya setelah sirkulasi adalah disability atau
dievaluasi keadaan neurologi secara cepat. Yang dinilai adalah
tingkat kesadaran menggunakan GCS, reaksi motoric dari masin-
masing anggota gerak.
E: Exposure pada kasus trauma, EKG, Elektro Imbalance buka baju
untuk melihat jelas, jaga suhu badan dengan memberi selimut untuk
mencegah kedinginan.
b) Secondary Survey:
• Pengkajian head to toe terfokus, adalah pengkajian
komprehensif sesuai dengan keluhan utama pasien.
Alur dalam proses triase:
1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.

5
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kodewarna
Klasifikasi Dan Penentuan Prioritas
Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada
keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum
pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive
Specialit Standard, ENA tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada
kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada factor-faktor yang
mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat sistem
pelayanan kedaruratan.Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap
gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya .
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage
adalah kondisi klien yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya,
2010)
Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
Prioritas I (merah)
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat
segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya
sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong
pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (kuning)

6
Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam
jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat.
Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %,
trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (hijau)
Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan
Prioritas 0 (hitam)
Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi
suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis
B. Melakukan re-triase.
C. Mengumpulkan data hasil dari pemeriksaan penunjang medic
D. Mengelompokkan dan menganalisa data secara sistematis. Setelah data subyektif
dan obyektif terkumpul maka melakukan analisa untuk merumuskan masalah
keperawatan. Analisislah masalah keperawatan yang dihadapi oleh pasien.
Analisa harus dilakukan dengan cepat dan tepat, analisis dilakukan setelah
melakukan pengkajian.
E. Melakukan pendokumentasian dengan menggunakan format pengkajian baku.

Kriteria proses pengkajian keperawatan pada penderita gawat darurat di Instalasi


Rawat Darurat (IRD) adalah:

1) Adanya dokumen pengkajian keperawatan pada gawat darurat yang telah terisi
dengan benar ditandatangani, nama jelas, diberi tanggal dan jam pelaksanaan.
2) Adanya rumusan masalah/diagnosa keperawatan gawat darurat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan gawat darurat merupakan penilaian atau keputusan klinis
perawat tentang respon pasien terhadap masalah kesehatan aktual maupun resiko
yang mengancam jiwa penderita.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan rencana
keperawatan dalam penyelamatan jiwa dan mencegah kecacatan serta kematian.

7
Kriteria struktur penetapan diagnosa keperawatan pada kasus gawat darurat yaitu
ada daftar masalah/diagnosa keperawatan gawat darurat. Kriteria proses penetapan
diagnosa keperawatan pada kasus gawat darurat yaitu menetapkan masalah/diagnose
keperawatan mencakup: masalah, penyebab, tanda dan gejala (PES/PE) berdasarkan
prioritas masalah.
Prioritas diagnosa/masalah keperawatan gawat darurat adalah sebagai berikut:
1) Gangguan jalan napas.
2) Tidak efektifnya bersihan jalan napas
3) Pola napas tidak efektif.
4) Gangguan pertukaran gas.
5) Penurunan curah jantung
6) Gangguan perfusi jaringan perifer
7) Gangguan rasa nyaman
8) Gangguan volume cairan tubuh.
9) Gangguan perfusi serebral
10) Gangguan termoregulasi.

Kriteria hasil penetapan diagnosa keperawatan pada kasus gawat darurat yaitu ada
dokumentasi masalah/diagnosa keperawatan gawat darurat

2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah serangkaian langkah atau bentuk pemecahan masalah yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah/diagnosa keperawatan gawat darurat
berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan baik secara mandiri maupun
melibatkan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rencana tindakan keperawatan gawat darurat digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif.
Kriteria struktur penetapan rencana keperawatan pada diagnosa keperawatan
kasus gawat darurat adalah sebagai berikut:
1) Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil.
2) Adanya rumusan rencana tindakan keperawatan

Kriteria proses penetapan rencana keperawatan pada diagnosa keperawatan kasus


gawat darurat adalah sebagai berikut:

8
1) Menetapkan tujuan tindakan keperawatan penyelamatan jiwa dan pencegahan
kecacatan sesuai dengan kriteria SMART
2) Menetapkan rencana tindakan dari tiap-tiap diagnosa keperawatan
3) Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Kriteria hasil penetapan rencana keperawatan pada diagnosa keperawatan kasus


gawat darurat adalah sebagai berikut:

1) Tersusunnya rencana tindakan keperawatan gawat darurat meliputi rencana


keperawatan yang sifatnya observasi, nursing treatment (tindakan mandiri
perawat), edukasi dan kolaboratif.
2) Ada rencana tindakan keperawatan didokumentasi kan pada catatan
keperawatan.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah suatu bentuk pelaksanaan tindakan
keperawatan perawat berdasarkan rencana asuhan keperawatan gawat darurat yang
telah disusun atau ditetapkan berdasarkan diagnosa yang ditemukan.
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan gawat darurat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kriteria struktur tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Ada rencana tindakan berdasarkan prioritas
2) Ada standar asuhan keperawatan gawat darurat di RS baik sehari-hari maupun
bencana
3) Ada Standar Prosedur Operasional klinis
4) Tersedia format tindakan keperawatan
5) Ada kebijakan tentang informed consent disertai format yang baku
6) Ada kebijakan di rumah sakit tentang pendelegasian tindakan medis.

Kriteria proses implementasi/pelaksanaan tindakan keperawatan adalah sebagai


berikut:

1) Melakukan tindakan pada standar prosedur operasional yang telah ditentukan


sesuai dengan tingkat kegawatan pasien, berdasarkan prioritas tindakan :
a) Pelayanan keperawatan gawat darurat rumah sakit:

9
1. Melakukan triase.
2. Melakukan tindakan penanganan masalah penyelamatan jiwa dan
pencegahan kecacatan.
3. Melakukan tindakan sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul. Contoh: Jalan napas tidak efektif
b) Tindakan Mandiri Keperawatan:
1. Memonitor pernapasan: rate, irama, pengembangan dinding dada,
ratio inspirasi maupun ekspirasi, penggunaan otot tambahan
pernapasan, bunyi napas, bunyi napas abnormal dengan atau tanpa
stetoskop.
2. Melakukan pemasangan pulse oksimetri.
3. Mengobservasi produksi sputum, jumlah, warna, kekentalan.
4. Melakukan jaw thrust tapi khusus pasien dengan dugaan cedera
servikal lakukan chin lift atau head tilt.
5. Memberikan posisi semi fowler atau berikan posisi miring aman.
6. Memberikan air minum hangat sesuai kebutuhan.
7. Melakukan phisioterapi dada sesuai indikasi.
8. Melakukan suction bila perlu.
9. Melakukan pemasangan Oro Pharingeal Airway (OPA),
Nasopharyngeal Airway (NPA). Laryngeal Mask Airway (LMA)
10. Mengajarkan pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
c) Tindakan Kolaborasi
1. Beri obat sesuai indikasi: bronkodilator mukolitik, antibiotik, dan
steroid.
2. Pemasangan EndoTracheal Tube (ETT).
2) Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan keperawatan.
3) Mengutamakan prinsip keselamatan pasien (patient safety), dan privacy.
4) Menerapkan prinsip standar baku (standar precaution).
5) Mendokumentasikan tindakan keperawatan

Kriteria hasil implementasi/pelaksanaan tindakan keperawatan adalah sebagai


berikut:

1) Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respon pasien.

10
2) Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing order).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan
tindakan keperawatan gawat darurat yang mengacu pada kriteria hasil. Hasil evaluasi
menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan gawat darurat seorang
perawat dalam menangani pasien/penderita gawat darurat.
Kriteria struktur evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Adanya catatan perkembangan pasien dari tiap masalah/diagnosa keperawatan.

Kriteria proses evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:

1) Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang


diberikan (evaluasi proses).
2) Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil).
3) Melakukan re-evaluasi dan menentukan tindak lanjut.
4) Mendokumentasikan respon klien terhadap intervensi yang diberikan.

Kriteria hasil evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut: ada dokumen hasil
evaluasi menggunakan pendekatan SOAP pada tiap masalah/diagnose keperawatan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan profesional diberikan
pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Dalam pelayanan keperawatan ini bersifat
darurat sehingga perawat harus memiliki kemampuan, ketrampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dan benar dalam menangani kedaruratan pasien

Triase dedifiniskan sebagai tindakan memprioritaskan korban dengan cara


memilih atau mengelompokkan korban berdasarkan beratnya cidera, kemungkinan untuk
hidup, dan keberhasilan tindakan berdasarkan sumber daya dan sarana yang tersedia

3.2 Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca

12
DAFTAR PUSTAKA

Nusdin, S.Kep., Ns., M.Kes. (2020). KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. Jakarta:


Jakad Media Publishing. Tersedia dari :
https://books.google.co.id/books?id=5yLkDwAAQBAJ

Risnawati, dkk. (2021). Keperawatan Bencana dan Gawat Darurat. Bandung : Media
Sains Indonesia. Tersedia dari
https://books.google.co.id/books?id=Q5AvEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=proses+k
eperawatan+gadar&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=proses%20keperawatan%20
gadar&f=false.

Harmano, Rudi, Maria Diah Ciptaningtyas, and Ida Farida. 2017. “Praktek Klinik
Keperawatan Gawat Darurat.” Keperawatan Gawat Darurat: 1–158.

13

Anda mungkin juga menyukai