PENDAHULUAN
sumber panas kepada tubuh (Smeltzer dan Bare, 2011). Luka bakar adalah
luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada
(Brunner & Suddarth, 2002). Luka ini bisa berasal dari berbagai sumber
seperti api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas.
Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau
Jong, 2004).
1
luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi
(Kristanto, 2005).
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila
ditinjau Rumah Sakit Pertamina sebagai salah satu rumah sakit yang
tersebut yang termasuk dalam kategori Luka Bakar Berat adalah berkisar
bakar
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. LUKA BAKAR
1.1. Definisi
Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap
trauma suhu/termal yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh (Smeltzer dan Bare, 2011). Luka bakar
adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002). Luka ini bisa berasal dari
berbagai sumber seperti api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan
cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan
yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif.
1.2. Klasifikasi
1. Luka bakar dapat dibagi berdasarkan beberapa penyebab, yaitu :
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan
kedalaman luka
bakar:
a. Luka bakar
derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka
3
bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna
kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh
daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan
dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
9
1.5. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi
dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan
lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan
terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel.
Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang
lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15
menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10C
mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan
patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya
integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang
signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena
berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik
akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi
dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh
darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi
10
dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan
mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah
berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis
pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat
mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama
syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi
segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai
sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya
asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel
darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena
kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin
memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar
berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat
sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal
dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah.
Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan
menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin
menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler
dan gagal ginjal.
11
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan
faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa
jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah,
tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang
diakibatkan hipermetabolisme.
12
1.6. Pathway
13
1.7. Manifestasi Klinis
14
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa
nyeri atau gatal.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus
10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Total cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam = 4ml x kgBB x BSA (%)
*50% cairan total diberikan dalam 8 jam sejak luka bakar terjadi
*50% diberikan 16 jam berikutnya.
Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.
PadaPada
hari 24
ketiga
jamdiberikan
pertama, setengah jumlah
larutan yang cairan hari
digunakan kedua.
tidak boleh mengandung
koloid. Karena larutan koloid akan menyebabkan pergeseran cairan dari
intravaskuler ke interstisial akibat perubahan integritas kapiler. Setelah 24
jam, larutan koloid dapat diberikan (Pham, 2008).
21
- Cairan isotonis adalah cairan yang berguna dalam meningkatkan
volume intravaskular tanpa mengubah pergeseran cairan dalam atau di
luar sel. Cairan ini digunakan untuk pasien yang mengalami syok
akibat muntah dan diare, menunggu transfusi, dan pasien yang
kehilangan cairan selama operasi (Diehl-Oplinger dan Kaminski dkk,
2004).
- Cairan hipotonis digunakan kepada pasien yang mengalami
hipernatremia atau pasien yang mengalami pertukaran cairan
intraseluler menuju intersisiial. Syok hipovolemik memicu terjadinya
retensi pada natrium sehingga berisiko terjadi hipernatremia.
Pertukaran cairan intraseluler keluar ke area lain terjadi karena
perdarahan internal, misalnya pada pasien dengan fraktur tulang
panjang.
- Cairan hipertonis (penggunaan NaCl>0.9%), cairan ini memindahan
CIS ke CES. Biasanya cairan hipertonis berisi kombinasi NaCL 7,5%
dengan dextran 70, NaCl 7,2% dengan dextran 60. Cairan hipertonis
yang mengandung dextrose juga berguna dalam mengatasi
hypoglikemia. Pemberian cairan hipertonis dapat meningkatkan
kardiak output, peningkatan penyampaian oksigen dan juga
peningkatan tekanan arteri karena meningkatnya volume plasma.
Kombinasi cairan hipertonis dengan hiperonkotik akan memepercepat
pengembalian kardiak output dan memperbaiki tekanan arteri lebih
cepat (Diehl-Oplinger dan Kaminski, 2004).
Pemberian cairan kristaloid murni tidak mampu menggantikan koloid
plasma yang hilang dan cenderung menyebabkan penurunan tekanan
osmostik dan peningkatan tekanan hidrostatik sehingga pemantauan
harus terus dilakukan. Biasanya penggunaan cairan kristaloid
dikombinasikan dengan koloid (Hasselt, 2008).
Koloid
Cairan koloid merupakan cairan yang berisi zat terarut besar sperti gula,
protein, karbohidrat yang besar sehingga sulit untuk melewati dinding
pembuluh darah (Diehl-Oplinger dan Kaminski,2004). Efek koloid hampir
sama dengan cairan hipertonis. Koloid yang paling sering digunakan
22
adalah albumin (Diehl-Oplinger dan Kaminski, 2004). Gunakan albumin
untuk ekspansi volume saat larutan kristaloid tidak memadai, sebagai
pengganti plasma ketika merawat pasien dengan syok hipovolemik dan
perdarahan masif, dan untuk mengobati pasien menunjukkan - jarak ketiga
cairan ke dalam ruang interstitial (Diehl-Oplinger dan Kaminski, 2004).
Darah dan Produk Darah
Darah lengkap atau produk darah biasanya digunakan berdasarkan hasil
pemeriksaan hematokrit dan hemodinamik yang dilakukan. Penggunaan
produk darah biasanya disesuaikan dengan kebutuhan klien, sesuai dengan
hasil pemeriksaan diagnostik. Karena darah biasanya diberikan secara
terpisah. Misanya, seorang klien kekurangan faktor koagulan, maka dia
bisa hanya diberikan trombosit saja. Atau seserang mengalami anemia atau
membutuhkan peningkatan oksigenasi, hanya diberikan sel darah merah,
sehingga tidak akan menambah volume plasma. Hal ini terjadi karena
penyimpanan darah secara terpisah lebih efektif dari pada darah lengkap.
Kehilangan darah sering dapat diatasi dengan komponen darah dan
kristaloid dan koloid, Pemberian darah lengkap jarang digunakan kecuali
jika kurang dari 24 jam dan pasien exsanguinating (Diehl-Oplinger dan
Kaminski, 2004). Untuk pasien dengan perdarahan berat pemberian
trombosit dan faktor koadulasi akan sangat penting. Pemberian Trombosit
dapat diatur untuk menanggulangi perdarahan (Hasselt, 2008). Untuk
pasien dengan syok hipovolemik dengan kehilangan volume darah
sebanyak 25% berikan plasma beku dibutuhkan untuk menggantikan
volume darah (Pham, 2008).
Plasma expander
a) Hetastarch, zat ini mirip dengan albumin, berguna dalam meningkatkan
volume intravaskular dengan cepat, dan cocok untuk hipovolemik yang
disebabkan oleh trauma, luka bakar, operasi, dan perdarahan.
b) Dextrosa, polimer glukosa yang berguna dalam menarik air ke
intravaskular.
c) Manitol, subtansi alkohol glukosa yang mengandung glukosa inaktif.
Biasanya dilakukan pada pasien dengan edema serebral. Bisa menaikan
produksi urin.
23
3. Resusitasi nutrisi
Pasien dengan luka bakar mengalami perubahan kondisi metabolik akibat
terjadinya luka bakar. Kebutuhan energi dan protein pada pasien akan
sangat tinggi karena terjadinya katabolisme dari trauma, kehilangan panas,
infeksi, dan kebutuhan regenerasi jaringan sampai dengan 6000 kkal per
hari (WHO, 2017). Namun laju metabolik ini dapat menurun seiring
dengan penutupan dan penyembuhan luka dapat tercapai. Selain berfungsi
dalam proses penyembuhan, pemenuhan gizi juga dibutuhkan untuk
mencegah efek katabolisme yang tidak diinginkan. Indikasi pemberian
dukungan metabolik ini umumnya didapatkan salah satu dari kriteria ini:
luka bakar dengan luas 30 % TBSA atau lebih.
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).
Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili
usus.
Menentukan kebutuhan energi/kalori
- Harris-Benedict
24
- Menetukan kebutuhan karbohidrat. Komposisi karbohidrat adalah 50-60%
dari total kalori. Pemberian glukosa secara parenteral tidak melebihi 5-7
mg/kg/menit. Bila glukosa diberikan berlebihan dapat menyebabkan
intoleransi glukosa, peningkatan produksi karbondioksida, peningkatan
sintesis lemak, dan terjadinya infiltrasi lemak di hepar.
- Menetukan kebutuhan protein.
Jumlah protein yang diperlukan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
derajat kerusakan jaringan yang, ekskresi nitrogen melalui urin dan eksudat
luka, kemampuan hati untuk mensintesis protein, dan kecukupan terapi
nutrisi. Pada penderita luka bakar, kebutuhan akan protein meningkat
akibat proteolisis dan untuk perbaikan jaringan. Pemberian protein yang
direkomendasikan adalah 23-25% dari total kalori dengan perbandingan
kalori berbanding nitrogen sebesar 80:1 atau 2,5-4 g protein/kg.
- Menentukan kebutuhan lemak. Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari
dengan komposisi 20% atau kurang dari total kalori.
- Kebutuhan mikronutrien. Pemberian mikronutrien yang direkomendasikan
seperti tampak pada tabel dibawah ini:
25
1.13. Perawatan Luka Bakar
Perawatan luka dilakukan dengan membersihkan luka (Black & Hawks,
2014). Pembersihan luka dilakukan dengan menggunakan air hangat atau berbagai
jenis larutan untuk menghilangan zat-zat berbahaya dan kotoran. Penggunaan
alcohol dilarang karena dapat memberikan rasa nyeri pada pasien (WHO, 2007).
Kemudian melakukan debridemen untuk membuang jaringan nekrotik.
Debridemen meliputi pembuangan eksar dan eksudat. Hal ini membantu
penyembuhan luka dengan mencegah proliferasi bakteri di dalam dan di bawah
jaringan non-vital. Setelah melakukan debridemen luka dibersihkan menggunakan
clhorixidine 0,25 % atau cetrimide 0,1% (WHO, 2007).
Pemberian antimikroba topical. Obat-obatan antimikroba topikal yang sering
digunakan dapat berupa krim, larutan dan salep. Krim misalnya silver sulfadiazine
1% dan mafenid asetat, larutan misalnya maenad asetat 5% dan silver nitrat 0,5 %,
sedangkan salep misalnya polimiksin B, Neomisin sulfat, dan basitrasin.
Pembalutan luka. Pembalutan luka dilakukan, baik dengan teknik terbuka
ataupun tertutup. Keuntungan metode terbuka adalah meningkatnya visualisasi
terhadap luka, kesederhanaan dalam perawatan luka, tapi kekurangannya dapat
menigkatkan peluang hipotermia dan nyeri dari paparan. Keuntungan metode
tertutup adalah dapan menurunkan cairan penguapan dan meghilangkan panas dari
pemrukaan luka sedangkan kerugiannya yaitu mengenai keterbatasan mobilitas
dan penuruan potensial efektivitas latihan rentang gerak (ROM).
Perawatan Tambahan:
- Pencegahan tetanus dengan memberi propilaksis tetanus
- Mencegah iskemia. Dilakukan dengan menaikan tungkai 15 derajat di atas
jantung untuk mencegah edema dan gangguan kardiovaskuler lainnya. Karena
prosedur ini juga dapat menaikan preload jantung.
26
2. SKIN GRAFT
2.1. Definisi
Prosedur skin graft telah diakukan sejak 2.500 hingga 3000 taun lalu,
ketika ahli bedah Hindu mengganti hidung yang diamputasi sebagai hukuman
terhadap pencuri dengan kulit yang berasal dari glutea. Skin graft adalah
tindakan memindahkan bagian dari kulit yang telah dipisahkan dari tempat
suplai darah lokalnya ke lokasi lain. Skin graft dapat dibagi menjadi empat tipe,
yaitu:
Tipe Definisi Gambar
Full- Terdiri atas
thickness tindakan
skin grafts pemindahan
(FTSG): keseluruhan
epidermis dan
dermis, termasuk
struktur adneksa
seperti folikel
rambut dan
kelenjar keringat.
27
Free Terdiri atas
cartilage cartilago dengan
grafts perikondrium yang
melapisi
Dari keempat tipe skin grafts, full-thickness skin graft merupakan prosedur
pembedahan yang paling sering dilakukan untuk perbaikan masalah luka bakar.
28
2.4 Donor
Pemilihan daerah donor untuk FTSG tergantung warna, tekstur,
ketebalan, dan kualitas sebasea. Donor sebagian besar diambil dari daerah
terpajan sinar matahari diatas bahu yang warna, pola vaskular, tekstur, dan
distribusi baik. Donor dapat digunakan hingga 24 jam setelah diangkat jika
didinginkan atau disimpan di es. Sebelum donor dijahit ke tempatnya, defatting
harus dilakukan. ini merupakan langkah penting, karena kontak langsung antara
donor dan daerah resipien memungkinkan untuk koneksi antara pembuluh darah
baru dan dukungan nutrisi dari dasar defek. Jaringan adiposa yang melekat pada
donor memiliki vaskularisasi buruk dan karena itu bukan merupakan media
jaringan yang baik untuk pertumbuhan pembbuluh darah baru antara donor dan
dasar resipien.
3. DEBRIDEMENT
3.1. Definisi
Debridemen merupakan bagian integral dari manajemen perawatan luka.
Debridemen merupakan pengangkatan jaringan luka yang tidak layak untuk
meningkatkan pemulihan luka. Karakteristik jaringan yang perlu di debridemen
yaitu kuning, abu-abu, biru, coklat atau hitam, konsistensi berlendir atau
membentuk jaringan skar. Luka kronik sering terdapat adanya jaringan nekrotik
atau jaringan basah yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan
menghalangi proses penyembuhan luka. Ketersediann nutrien dan oksigen serta
adanya jaringan iskemik menjadikan lingkungan yang ideal bagi bakteri aerobik
maupun anaerobik untuk memperbanyak diri. Luka kronik memungkinkan
debridemen berulang untuk mencegah luka kembali pada masa luka kronik yang
tidak sehat. Dasar dari tindakan ini adalah:
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah
sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran
darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan
tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan
semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi-
komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis
yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi
dilepasnya mediator-mediator inflamasi.
30
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses
angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini
mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain
itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro-organisme
patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar yang
melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan
melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar
derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan
juga “skin grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini
juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
-
Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih
dari 3 minggu.
-
Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
-
Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
-
Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang
timbul.
3.2 Metode
Tipe Mekanisme Aksi Keuntungan Kerugian
Autolytic Menggunakan Dapat digunakan Prosesnya lama,
enzim tubuh untuk pre meningkatkan
pasien untuk debridemen, jika potensi infeksi
rehidrasi, hanya sedikit dan kelelahan
melembutkan dan jaringan yang pada pasien
mencairkan akan diangkat.
jaringan skar Dapat juga
padat. digunakan jika
metode lain tidak
mungkin
dilakukan
Biosurgical Larva lalat botol Selektivitas tinggi biaya lebih mahal
31
hijau dapat dan cepat dibandingkan
digunakan untuk dengan autolytic
mengangkat debridemen,
jaringan nekrotik. tetapi prosesnya
Larva juga dapat lebih seingkat.
memakan Tidak cocok
organisme untuk semua
patogen pada pasien atau luka
luka
Hydrosurgical Mengangkat Proses singkat Membutuhkan
jaringan nekrotik dan selektif. peralatan khusus.
menggunakan Mampu
balok garam mengangkat
berenergi tinggi hampir semua
untuk memotong jaringan
jaringan nekrotik
Mechanical metode Metode terbaru , Membutuhkan
tradisional yang lebih selektif dan ganti balutan
menggunakan cepat yang sering dan
kasa basah – meningkatkan
kering yang nyeri pasien
mengering dan
menempel pada
lapisan atas luka,
ketika balutan
diangkat maka
jaringan nekrotik
pun akan
terangkat
Sharp Mengangkat Selektif dan Berisiko
jaringan nekrotik cepat. Tidak terjadinya
menggunakan membutuhkan kerusakan
32
pisau bedah, analgesik pembuluh darah,
guting atau saraf dan tendon
forcep.
Surgical Pemotongan Selektid dan Terasa nyeri pada
jaringan nekrotik, paling baik pasien dan
meliputi digunakan untuk membutuhkan
pengangkatan area yang luas anastesi.
jaringan yang dan
sehat. membutuhkan
pengangkatan
yang cepat
Ultrasonic Peralatan yang Segera dan Membutuhkan
digunakan selektif. Dapat waktu yang
ultasonik. digunakan untuk cukup lama untuk
debridemen di b persiapan dan
eberapa sesi pensterilan
33
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri
34
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang biasanya klien mengeluh nyeri dengan kualitas
seperti terbakar, menusuk dan tidak tertahankan. Nyeri dirasakan pada bagian
tubun yang terkena kontak langsung atau paparan, skala nyeri tergantung
keparahan bisa dari 3-9 nyeri dirasakan sesaat setelah terjadi kecelakaan .
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alcohol.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya jarang ditemui anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
yang sama dengan apa yang klien alami sekarang.
e. Pola Aktifitas Sehari-hari
No ADL Saat Sehat Saat Sakit
1. Nutrisi
a. Makan
Jenis NLP Sesuai diet
Frekwensi/Jumlah 3x sehari dengan jumlah Sesuai diet
1 porsi makan
Pantangan - -
Keluhan - Mual dan muntah
b. Minum
Jenis Air mineral Air mineral (jika
memungkinkan)
Frekwensi/Jumlah 2L perhari < dari 2L perhari
Pantangan - -
Keluhan - Resiko kekurangan
cairan kurang dari
kebutuhan
2. Istirahat dan Tidur
a. Malam
35
Lama 7-8 jam 3-4 jam
Kualitas Nyenak Tidak nyenyak
Keluhan - Gelisah, nyeri
b. Siang
Lama 1-2 jam 1-2 jam
Kualitas Nyenyak Tidak nyenyak
Keluhan - Gelisah, nyeri, cemas
3. Eliminasi
a. BAK
Frekwensi 3x perhari 1-2x perhari
Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan
Bau Khas urine Khas urine
Kesulitan - Resiko kekurangan
cairan kurang dari
kebutuhan
b. BAB
Frekwensi 1-2x perhari 1-2x perhari
Konsistensi Padat Padat
Warna Kuning Kuning
Bau Khas feces Khas feces
Kesulitan - Konstipasi
4. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi 2-3 x perhari Tidak mandi
Penggunaan sabun Ya Tidak
Gosok gigi Ya Tidak
Gangguan - Defisit perawatan diri,
Nyeri
b. Berpakaian
Frekwensi 2-x ganti Tidak pernah ganti
36
f. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum :
Biasanya pasien dating dengan keadaan kotor mengeluh panas, nyeri dan merasa
gelisah dan biasa mengalami penurunan kesadaran bila luka bakar mencapai
derajat cukup berat.
Kesadaran: compos metris, apatis, samnolen, stupor bahkan sampai koma
GCS :
E :
M :
V :
TTV : T : mmHg biasanya pada TD mengalami penurunan
N : x/mnt biasanya ditemui dengan nadi yang cepat
R : x/mnt pada beberapa kasus ditemui dengan klien yang
kekurangan
O
S : C biasanya ditemui dengan keadaan suhu dingin
2) Sistem Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
3) Sistem Kardiovakular
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
37
4) Sistem Pencernaan
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5) Sistem Persarafan
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
6) Sistem Endokrin
Jarang ditemukan perubahan atau kasus, akan tetapi beresiko untuk terjadinya
masalah pada ginjal akibat dari dehidrasi.
7) Sistem Genitourinaria
8) Sistem Muskuloskeletal
Pada beberapa kasus terjadi tonus otot melemah, atropi, tremor , terjadi
penurunan kekuatan otot karena nyeri.
9) Sistem Integumen dan Imun
Ditemukan ruam kemerahan, perlukaan, lessi dan luka terbuka dengan derajat
kedalaman bervariasi tergantung keparahan.
10) Sistem Wicara dan THT
Pada beberapa kejadian ditemukan suara pasien parau, tidak bisa diajak
komunikasi karena syok dan penurunan kesadaran serta keseimbangan tubuh
lazimnya terganggu karena nyeri dan factor lainnya.
g. Data Psikologis
Status Emosi : klien biasanya menerima kondisi sakitnya
Kecemasan : kecemasan biasa terjadi karena kurangnya pengetahuan, rasa
takut yang berlebih, kecemasan memikirkan keluarga.
38
Pola Koping : koping klien biasanya dengan marah dan berterik kesakitan
Konsep Diri :
Body Image :
Kebanyakan klien merasa malu karena luka yang dideritanya tidak akan bisa
sembuh 100% seperti dahulu.
Harga Diri :
Lazimnya klien merasa malu karena keadaan yang dideritanya, lama kelamaan
perasaan mengehargai dirinya akan terbangun dengan sendirinya.
Ideal Diri :
Klien mengharapkan untuk cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti
semula sebelum sakit.
Peran Diri :
Klien berperan sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat
Identitas Diri :
Lazimnya klien menyadari dirinya sebagai seorang pria/wanita.
h. Data Sosial
i. Data Spiritual
j. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang
- Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
- Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
39
- GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat padaretensi karbon monoksida.
- Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awalmungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal
dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
- Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatancairan.
- Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungandengan perpindahan cairan
interstisial ataugangguan pompa, natrium.
- Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
- Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
- BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
- Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
- EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemiamiokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhanluka bakar.
k. Program dan Rencana Pengobatan
Biasanya diberikan terapi cairan IV, obat anti nyeri, obat anti inflamasi
40
2. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : klien mengeluh F Etiologi Nyeri berhubungan dengan
nyeri V kerusakan kulit / jaringan
DO : Luka Bakar
TTV tidak normal V
Skala nyeri klien lebih Kerusakan kulit
dari 5 V
Klien terlihat tegang dan Adanya luka terbuka
meringis V
Klien terlihat tidak Mengenai ujung saraf
nyaman perifer
V
Nyeri
2 DS : klien mengeluh F Etiologi Kekurangan volume cairan
lemas V tubuh berhubungan dengan
DO : Luka Bakar penguapan berlebih dan luka
Terilhat kulit klien kering V terbuka
Mukosa bibir kering Kerusakan kulit
Turgor kulit tidak normal V
Konjungtiva anemis Adanya luka terbuka
Mata tampak cekung V
Output urine sedikit Penguapan berlebih
dengan konsentrasi warna V
coklat gelap Kehilangan cairan
V
Dehidrasi
V
Timbul manifestasi
dehidrasi
V
Kekurangan volume
41
cairan
3 DS : klien mengeluh F Etiologi Ketidak seimbangan nutrisi
lemas V kurang dari kebutuhan tubuh
DO Luka bakar berhubungan dengan
BB klien menurun V hipermetabolisme dan luka
IMT dibawah normal Hipermetabolisme terbuka.
Klien makan dengan V
tidak habis Konsumsi O2, kalori
dengan cepat
V
Peningkatan kebutuhan
kalori dan protein
V
Pelepasan glukosa,
ketidak seimbangan
nitrogen
V
Glukosa neogenesis
V
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4 DS : F Etiologi Resiko Infeksi berhubungan
DO V dengan adanya luka terbuka
Terdapat luka terbuka Luka bakar
Suhu tubuh meningkat V
Terlihat tanda tanda Kulit rusak
infeksi V
Luka terbuka
V
Hilang lapisan pelindung
kulit
42
V
Jalan masuknya
mikroorganisme
V
Resiko Infeksi
B. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditemukan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal Nama & Paraf
1 Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit /
jaringan
2 Kekurangan volume cairan tubuh
berhubungan dengan penguapan berlebih dan
luka terbuka
3 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme dan luka terbuka.
4 Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya
luka terbuka
43
C. Perencanaan
Perencanaan
No DX
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 1 Setelah dilakukan asuhan NIC :
Pain Management
keperawatan selama Lakukan pengkajian nyeri
3x24 jam klien secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
menunjukan respon frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
penurunan skala nyeri Observasi reaksi nonverbal
dan terlihat tenang. dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik
NOC : komunikasi terapeutik untuk
Pain Level, mengetahui pengalaman nyeri
Pain control, pasien
Comfort level Kaji kultur yang
Kriteria Hasil : mempengaruhi respon nyeri
Mampu mengontrol Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri (tahu penyebab nyeri, masa lampau
mampu menggunakan Evaluasi bersama pasien
tehnik nonfarmakologi dan tim kesehatan lain tentang
untuk mengurangi nyeri, ketidakefektifan kontrol nyeri
mencari bantuan) masa lampau
Melaporkan bahwa Bantu pasien dan keluarga
nyeri berkurang dengan untuk mencari dan
menggunakan manajemen menemukan dukungan
nyeri Kontrol lingkungan yang
Mampu mengenali nyeri dapat mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi seperti suhu ruangan,
dan tanda nyeri) pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa Kurangi faktor presipitasi
nyaman setelah nyeri nyeri
berkurang Pilih dan lakukan
Tanda vital dalam penanganan nyeri
rentang normal (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
44
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 2 Setelah dilakukan asuhan NIC :
selama 2x24 jam klien Fluid management
tidak menunjukan tanda Timbang
gejala dehidrasi. popok/pembalut jika
NOC: diperlukan
Fluid balance Pertahankan catatan
Hydration intake dan output yang akurat
Nutritional Status : Food Monitor status hidrasi
and Fluid Intake ( kelembaban membran
Kriteria Hasil : mukosa, nadi adekuat,
Mempertahankan urine tekanan darah ortostatik ), jika
45
output sesuai dengan usia diperlukan
dan BB, BJ urine normal, Monitor hasil lAb
HT normal yang sesuai dengan retensi
Tekanan darah, nadi, cairan (BUN , Hmt ,
suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin )
normal Monitor vital sign
Tidak ada tanda tanda Monitor masukan
dehidrasi, Elastisitas turgor makanan / cairan dan hitung
kulit baik, membran intake kalori harian
mukosa lembab, tidak ada Kolaborasi pemberian
rasa haus yang berlebihan cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai
interuksi
Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga
untuk membantu pasien
makan
Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak
atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
47
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
48
Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur
positif
3.1 Pengkajian
49
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Agama : Islam
No. CM : 830821
Umur : 72 Tahun
c. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mengeluh nyeri, nyeri dirasakan ketika klien
50
bergerak dan berkurang ketika klien diam, klien mengatakan nyerinya
seperti terbakar, nyeri dirasakan di seluruh bagian luka. Klien
mengatakan skala nyeri klien berada pada nilai 8. Nyeri dirasakan
setiap saat.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan klien mempunyai riwayat asma.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga klien yang mempunyai penyakit
yang sama.
5. Nutrisi
c. Makan
Jenis Nasi dan lauk pauk Nasi, lauk pauk, dan sayur
d. Minum
51
c. Malam
d. Siang
7. Eliminasi
c. BAK
d. BAB
Personal Hygiene
8. c. Mandi
52
Frekwensi 2X/hari 2x washlap
d. Berpakaian
f. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan Umum
Kesadaran klien tampak komposmentis dengan nilai GCS 15.
T : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37ºC
2. Sistem Pernafasan
tidak nyeri, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
3. Sistem Kardiovaskuler
4. Sistem Pencernaan
53
Mukosa mulut lembab, lidah tak tampak kotor Tidak adanya lesi ,
5. Sistem Persarafan
6. Sistem Genitourinari
7. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas:
54
Terlihat balutan di tangan kiri dan kanan, tangn kiri dan kanan
yang dialaminya.
Terlihat balutan di kaki kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan terlihat
dialaminya.
warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kembali dalam 2-3
detik ketika dicubit, kulit luka klien lembab. Terdapat luka terbuka
9. Sistem Endokrin
tiroid.
jelas.
nyeri tekan pada sinus, leher tampak normal dan tidak ada masalah.
55
g. Data Psikologis
Status Emosi : klien tampak tenang. Emosi klien tampak stabil dan
Konsep Diri :
tangga
h. Data Sosial
petugas lainnya.
i. Data Spiritual
takdir tuhan.
j. Data Penunjang
1) Labortorium
Hasil Pemeriksaan Labortorium Tanggal : 30-09-2019 jam 18.10
56
Jenis Satuan
No Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
2 PCV 42 % 40-52
4 MCV 93 1L 80-100
5 MCH 30 Pg 26-34
Jenis Satuan
No Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hematologi
Waktu Menit
1 6º30º 5-11
pembekuan
Waktu Menit
2 2º00º 1-3
pembekuan
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : - Klien Termis Gangguan rasa
mengeluh nyaman nyeri b.d
nyeri terpapar api kerusakan kulit
- Klien
mengatakan keusakan epidermis dan
skala nyeri klien dermis
berada pada
nilai 8 pejanan lebih dari 15 menit
DO : Terdapat luka
bakar di kedua tangan, luka bakar
punggung, kedua kaki
efek terhadap kulit
58
kehilangan lapisan kulit
luka bakar
luka bakar
59
Pergerakan terbatas
3.3 PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTEVENSI (NIC) RASIONAL
1. Setelah dilakukan NIC 3: Manajemen nyeri
1 Mengkaji skala
tindakan 1. Kaji skala nyeri
nyeri maka akan
keperawatan selama mengetahui
perkembangan
3x24 jam diharapkan
nyeri yang
nyeri akan hilang dirasakan.
dengan Kriteria
2 Dengan
Hasil : 2. Lakukan TTV mengetahui TTV
maka akan
1 Klien sudah
mendapatkan
60
mengenali nyeri hasil keadaan
umum klien
2 Skala nyeri
3 Untuk
berkurang 3. Ajarkan tekhnik mengurangi rasa
nyeri
menjadi 2 relaksasi nafas dalam
3 Saat aktivitas 4 Obat analgesik
berfungsi untuk
sudah tidak nyeri 4. Berikan analgesik
mengurangi rasa
untuk mengurangi nyeri
nyeri
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang 1. Mengkaji
mobilitas fisik kemampuan klien
tindakan kemampuan secara
beraktifitas dapat
keperawatan selama fungsional mengetahui
sejauh mana
3x24 jam diharapkan
pasien dapat
pasien tidak beraktifitas
secara mandiri
mengalami
2. Mengubah posisi
gangguan mobilitas 2. Ubah posisi minimal berfungsi untuk
melancarkan
fisik dengan kriteria tiap 2 jam
peredaran darah
hasil: untuk mencegah
luka dekubitus
1 Pasien mampu
3. Rentang gerak
melakukan 3. Ajarkan pasien untuk aktif mencegah
kekakuan otot
aktivitas mandiri latihan rentang gerak
karena terlalu
2 Pasien mampu aktif pada lama berbaring
mempertahankan ekstermitas yang
/meningkatkan sehat
kemampuan otot 4. Libatkan keluarga
4. Agar keluarga
untuk membantu bisa melatih klien
pasien latihan gerak untuk tidak
bergantung
kepada perawat
dan
memandirikan
klien
62
3.4 PELAKSANAAN
NO TANGGAL IMPLEMENTASI DIAGNOSA PARAF
&JAM
1 Selasa, 1 1. Mengkaji skala nyeri 1
Oktober
Hasil : skala nyeri 4
2019
(18.30 2. Mencuci tangan setiap sebelum
WIB) 1
dan sesudah tindakan
keperawatan
Hasil : 6 langkah cuci tangan
menggunakan hand rub
- Menuang cairan handrub pada
telapak tangan kemudian usap
dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan
arah memutar.
- Mengusap dan gosok juga
kedua punggung tangan
secara bergantian.
- Menggosok sela-sela jari
tangan hingga bersih.
- Membersihkan ujung jari
secara bergantian dengan
posisi saling mengunci.
- Menggosok dan putar kedua
ibu jari secara bergantian.
- Meletakkan ujung jari
ketelapak tangan kemudian
gosok perlahan
3. Mengganti perban
Hasil :
63
4. Mengajarkan tekhnik
relaksasi nafas dalam
Hasil :
Klien tampak mengikuti dengan
menarik nafas dari hidung dan
mengeluarkan dari mulut selama
3x
3.5 EVALUASI
HARI/TANGGAL DP Ke PERKEMBANGAN PARAF
64
BAB IV
PEMBAHASAN
Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
suhu/termal yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh (Smeltzer dan Bare, 2011). Berdasarkan kasus temuan dilapangan
klien datang ke RS dengan keadaan luka bakar di sekujur tubuh akibat terkena
ledakan gas kompor. Berdasarkan klasifikasi luka bakar penyebab luka bakar
klien disebabkan oleh karena api dengan kedalaman luka bakar derajat II dalam
(deep) dengan tanda-tanda adanya kerusakan pada epidermis dan dermis, ada
vesikel, dengan luka yang merah muda dan putih dan sangat nyeri. Ukuran luka
bakar klien berdasarkan rule of nine yaitu 18% (tangan kanan dan tangan kiri),
18% (setengah dari badan depan dan badan belakang), 36% (tungkai kiri dan
kanan), dan 1% (genetalia) sehingga totalnya 73% luas ukuran luka bakar dengan
bakar pada derajat II dalam (deep) membutuhkan waktu 2-3 minggu atau lebih
dari 1 bulan. Klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2–3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak
tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4–6 minggu. Luka dikatakan
akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.
65
Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang,
jaringan luka semakin membaik. Jika dilihat dari kondisi klien, saat ini klien
sudah dirawat terhitung dari tanggal masuk 27 september sampai dengan tanggal
8 oktober 2019 sudah 12 hari klien dirawat. Proses penyembuhan klien sedang
dalam fase proliferasi dimana terdapat tanda yaitu kemerahan dengan permukaan
berbenjol halus yang disebut granulasi serta epitel tepi luka terlepas dari dasar.
melakukan operasi lagi khususnya untuk lengan bagian kanan akibat klien kurang
melakukan mobilisasi sehingga lengan klien kaku dan sulit diluruskan. Namun,
perban diekstremitas atas dan bawah juga dikarenakan nyeri yang semakin sakit
apabila digerakan.
adalah dengan membersihkan luka atau mengganti perban setiap 2 hari sekali atau
sesuai dengan kondisi perban atau luka. Debridemen yang dilakukan dengan cara
membuang jaringan nekrotik dan dibersihkan dan setelah itu diberikan obat
topical (salep) dan dibalut kembali dengan perban. Tetapi memiliki kekurang dari
dengan menggunakan kasa basah dan kering yang mengering dan menempel pada
lapisan atas luka, ketika baluran diangkat maka jaringan nekrotik pun akan
terangkat, dengan keuntungan lebih selektif dan efektif namun dengan metode ini
66
membutuhkan penggantian balutan yang sering mengakibatkan meningkatkannya
rasa nyeri .
67
DAFTAR PUSTAKA
Black, J., M & Hawk, J., H (2009). Medical surgical nursing: clinical
management for positive outcome. 8th Ed. USA: Elsevier
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
CMS. (2017). Debridement. Retrieved from http://cms.wounds-
uk.com/media/WUK_MADE_EASY_debridement_2final.pdf 3
November 2017
Diehl, O. L., Kaminski, M. Fran. (2004). Choosing the
right fluid to counter hypovolemic shock.
Nursing Organization.
Hasselt, E.J. (2008). Burns manual: A manual for healthworkers. (2nd Ed).
Beverwijk: Nederlandse Brandwoden Stitching.
Pham, T.N., Cancio, L.C., Gibran, N.S. (2008). American burn association
practices guidelines: Burn shock resuscitation. Journal of Burn
Care and Research, 29, 257-265. (Dec, 2nd 2015).
http://www.downstate.edu/emergency_medicine/documents/burnca
re.pdf
Sibero, H.H. (2015). Full-thickness skin grafts. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=328310&val=
5503&title=Full-Thickness%20Skin%20Grafts 3 November 2017
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010).
Brunner & suddarth’s textbook of medical surgical nursing. 12th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
World Health Organization. (2007). Burns. Retrieved from
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs365/en/ 4 November
2017.
68
69