Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi Yang di Ampu oleh
Ibu Ns. Sunarsih,S.Kep.,MM

DISUSUN OLEH :
1. Egi Amanda Liesti 2014401052
2. Kurnia Ahmad Saputra 2014401065
3. Nike Romadhona 2014401072
4. Nimas Safitri 2014401073
5. Putri Naura Sakhi 2014401076
6. Putri Rahayu 2014401078
7. Riska Innayah 2014401084
8. Rola Sintia Putri 2014401089
9. Sukma Aprilia 2014401091
10. Viola Tantri Agustin 2014401095
11. Wayan Intan Kartini 2014401097

12. Yuni Purnama Sari 2014401099

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas segala berkat dan rahmatNya
sehingga penulis berhasil menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
“Konsep Dasar Farmakologi” dengan baik guna memenuhi penilaian pada mata
kuliah Farmakologi di semester genap.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah
menganalisis mengenai Konsep-Konsep Dasar dari Farmakologi. Selain itu,
penulis juga berharap agar nantinya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang terkait.

Bandar Lampung, Januari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

2
HALAMAN SAMPUL...............................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Farmakologi...........................................................................5
B. Sejarah Farmakologi................................................................................6
C. Regulasi Obat..........................................................................................6
D. Bagian-Bagian Farmakologi....................................................................7
E. Penamaan Obat......................................................................................14
F. Peranaan obat ...........................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Dalam dunia kesehatan, obat merupakan salah satu kebutuhan klien untuk
membantu dalam hal penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien. Obat ini
mempunyai pengaruh yang dapat menimbulkan efek pada organisme hidup, baik
efek psikologis, fisiologis, maupun biokimiawi. Ilmu yang mempelajari tentang
obat ini disebut farmakologi. Farmakologi membahas tentang sifat-sifat zat kimia
dan organisme hidup serta segala aspek interaksinya. Dalam arti luas, farmakologi
adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia
khususnya lewat reseptor.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
menjadi batasan-batasan dalam makalah ini adalah:
a. Apakah pengertian farmakologi?
b. Bagaimanakah sejarah farmakologi?
c. Bagaimanakah regulasi obat?
d. Bagaimanakah evaluasi obat?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui apa pengertian Farmakologi.
b. Untuk mengetahui sejarah farmakologi.
c. Untuk mengetahui tentang regulasi obat.
d. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi obat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Farmakologi
Farmakologi adalah Istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Farmakos
yang memiliki arti obat dan Logos yang artinya ilmu.Jadi secara harfiah,
farmakologi dapat ditafsirkan sebagai suatu ilmu yang mempelajari obat dan cara
kerjanya pada sistem biologis. Terutama tentang obat yang berkaitan dengan
respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat, pengaruh sifaf fisika-kimiawinya

4
terhadap tubuh, kegunaan obat bagi kesembuhan dan nasib yang dialami obat
dalam tubuh. Artinya farmakologi ini akan menelaah efek-efek dari senyawa
kimia pada jaringan hidup makhluk hidup.
Dalam farmakologi sistem hidup itu harus dipengaruhi obat, sehingga
memunculkan prinsip dasar agar molekul obat harus bisa mempengaruhi secara
kimia pada satu atau lebih isi sel agar dapat menghasilkan respon farmakologik.
Molekul-molekul obat harus mendekati molekul-molekul yang membentuk sel
dalam jumlah yang cukup untuk menutup rapat sehingga fungsi molekul sel
menjadi berubah.Obat-Obat pada zaman dahulu dibuat dari tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan mineral. Catatan pemakaian obat telah dilakukan sejak 2700 tahun
sebelum masehi di Timur tengah dan Tiongkok. Obat-Obat yang sering dipakai
pada waktu itu adalah emetik untuk memicu muntah. Pada tahun 1550 sebelum
masehi, orang Mesir menuliskan pengamatan empiris ke dalam terapi obat pada
Ebers Medical Papyrus. Mereka menyarankan minyak kastroli sebagai laktasif
dan candu untuk nyeri. Mereka juga menyarankan pemakaian roti berjamur untuk
luka dan memar (3500 tahun sebelum Alexander Flemming menemukan penisilin)
Dokter Romawi dan penulis Galen (131 201 sesudah masehil dianggap sebagai
orang-orang yang berpengaruh dalam kedokteran dan farmasi selama ratusan
tahun. Mereka memulai pemakaian resep secara umum dan menggunakan
beberapa campuran untuk mengobati penyakit tertentu.

B. Sejarah Farmakologi
Sejarah farmakologi dibagi menjadi 2 periode yaitu periode kuno dan periode
modern. Periode kuno (sebelum tahun 1700) ditandai dengan observasi empirik
penggunaan obat dapat dilihat di Materia Medika. Catatan tertua dijumpai pada
pengobatan Cina dan Mesir. Claudius Galen (129–200 A.D.), orang pertama yg
mengenalkan bahwa teori dan pengalaman empirik berkontribusi seimbang dalam
penggunaan obat. Theophrastus von Hohenheim (1493–1541 A.D.), atau
Paracelsus: All things are poison, nothing is without poison; the dose alone causes
a thing not to be poison.” Johann Jakob Wepfer (1620–1695) the first to verify by
animal experimentation assertions about pharmacological or toxicological actions.

5
Periode modern dimulai Pada abad 18-19, mulai dilakukan penelitian
eksperimental tentang perkembangan obat, tempat dan cara kerja obat, pada
tingkat organ dan jaringan. Rudolf Buchheim (1820–1879) mendirikan the first
institute of Pharmacology di the University of Dorpat (Tartu, Estonia) in 1847
pharmacology as an independent scientific discipline. Oswald Schmiedeberg
(1838–1921), bersama seorang internist, Bernhard Naunyn (1839–1925),
menerbitkan jurnal farmakologi pertama. John J. Abel (1857–1938) “The Father
of American Pharmacology”, was among the first Americans to train in
Schmiedeberg‘s laboratory and was founder of the Journal of Pharmacology and
Experimental Therapeutics (published from 1909 until the present).

C. Regulasi Obat
Regulasi obat bertujuan menjamin hanya obat yang efektif dan aman, yang
tersedia di pasaran. Tahun 1937 lebih dari 100 orang meninggal karena gagal
ginjal akibat eliksir sulfanilamid yang dilarutkan dalam etilenglikol. Kejadian ini
memicu diwajibkannya melakukan uji toksisitas praklinis untuk pertama kali.
Selain itu industri diwajibkan melaporkan data klinis tentang keamanan obat
sebelum dipasarkan. Tahun 1950-an, ditemukan kloramfenikol dapat
menyebabkan anemia aplastis.
Tahun 1952 pertama kali diterbitkan buku tentang efek samping obat. Tahun
1960 dimulai program MESO (Monitoring Efek Samping Obat). Tahun 1961,
bencana thalidomid, hipnotik lemah tanpa efek samping dibandingkan
golongannya, namun ternyata menyebabkan cacat janin. Studi epidemiologi di
Utero memastikan penyebabnya adalah thalidomid, sehingga dinyatakan
thalidomid ditarik dari peredaran karena bersifat teratogen.
Tahun 1962, diperketat harus dilakukannya uji toksikologi sebelum diuji pada
manusia. Setelah itu (tahun 1970-an hingga 1990an) mulai banyak dilaporkan
kasus efek samping obat yang sudah lama beredar. Tahun 1970-an Klioquinol
dilaporkan menyebabkan neuropati subakut mielo-optik. Efek samping ini baru
diketahui setelah 40 tahun digunakan. Dietilstilbestrol diketahui menyebabkan
adenocarcinoma serviks (setelah 20 tahun digunakan secara luas). Selain itu masih
banyak lagi penemuan ESO (Efek Samping Obat) yang menyebabkan pencabutan

6
ijin edar atau pembatasan pemakaian. Berbagai kejadian ESO yang dilaporkan
memicu pencarian metode baru untuk studi ESO pada sejumlah besar pasien. Hal
ini memicu pergeseran dari studi efek samping ke studi kejadian ESO.
Tahun 1990an dimulai penggunaan Farmakoepidemiologi untuk mempelajari
efek obat yang menguntungkan, aplikasi ekonomi kesehatan untuk studi efek obat,
studi kualitas hidup, dan lain-lain. Studi Farmakoepidemiologi semakin
bekembang, dan pada tahun 1996 dikeluarkanlah Guidelines for Good
Epidemiology Practices for Drug, Device, and Vaccine Research di USA.

D. Bagian-Bagian Farmakologi
1. Farmakologi
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek tentang obat
terutama tentang respon tubuh terhadap obat yang meliputi aspek Farmasetika,
Farmakokinetika, Farmakodinamika. Dalam Farmakologi ada beberapa ilmu yang
terkait didalamnya meliputi Farmakodinamika, Farmakokinetika, Farmakoterapi,
Farmakognosi, Toksikologi dan Farmasetik. Namun dalam dunia keperawatan
hanya beberapa yang terkait didalamnya yang perlu diketahui yaitu
Farmakodinamik, Farmakokinetik dan Farmakoterapi.

2. Farmakodinamik
Farmakodinamik ialah sub disiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerja obat dalam tubuh disebut
juga dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan reaksi Fisiologis atau
biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula
darah turun. Kerja obat dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja) merupakan
waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek terapi atau efek
penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terapi.
Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan lamanya obat menimbulkan efek
terapi, dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim,
danhormon.
Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi
obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.

7
Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian
dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor
sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak.
Semakin banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi, maka efeknya akan
meningkat.
Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi
dengan enzim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara mengikat (membatasi
produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri. Contohnya obat
kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzim asetilkolin
esterase. Enzim ini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi
asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin tidak
akan dipecah menjadi asetil dan kolin.
Maksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara tanpa
mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Nabikarbonat yang
merubah cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang
mengikat toksin, zat racun, atau bakteri. Obat yang berikatan dengan reseptor
disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor
dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial).
Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa
kimia juga bisa tidak menimbulkan efek farmakologis. zat tersebut diberinama
antagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan
dan obat antagonis memiliki ikatan yang lebi kuat maka dapat menghalangi efek
agonis.

3. Farmakokinetik
Farmakokinetika, mempelajari perjalanan obat di dalam tubuh, mulai dari
penyerapan (absorpsi), penyebarannya (distrtibusi) ke tempat kerjanya dan
jaringan lain, perombakannya (biotransformasi), dan pengeluarannya (ekskresi).
Dalam Farmakokinetik meliputi ADME ( Adsorbsi, Distribusi, Metabolisme,
dan Eksresi ).
a. Absorpsi

8
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantunng pada cara pemberiannya, tempat pemberian
obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan rectum ), kulit, paru, otot,
dan lain-lain.
Contoh pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absopsi utama
adalah usus halus.
Absorpsi obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi
pasif (tanpa memerlukan energi) karena itu absorpsi mudah terjadi bila
obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak. Absorpsi secara
transpor aktif terjadi teutama di dalam usus halus untuk zat-zat makanan :
glokusa dan gula lain, asam amino, basa purin, dan pirimidin, mineral, dan
beberapa vitamin.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi Absorbsi :
 Lemak : terdapat beberapa macam obat, ada obat yang dapat larut
dalam lemak namun ada pula yang tidak dapat larut dalam lemak.
Pada obat yang larut dalam lemak akan mudah teradsorbsi
dibandingkan yang tidak, yang tidak akan membutuhkan carrier
agar dapat diabsorbsi oleh tubuh.
 Aliran Darah : jika aliran darah tubuh baik maka proses adsorbsi
akan baik pula, namun sebaliknya jika aliran darah mengalami
hambatan maka proses adsorbsi akan mengalami gangguan.
 Rasa nyeri : nyeri dapat menghambat proses adsorbsi sebab jika
terdapat nyeri maka proses kerja pinositosis akan terhambat.
Dimana pinositosis berperan dalam proses adsorbsi obat dalam
tubuh.
 Stress : stress akan mempengaruhi otak dalam melekukan perintah
adsorbssi obat.
 Kelaparan : dalam kondisi lapar usus tidak dapat melakukan proses
peristaltik sehingga proses adsorbsi akan tidak berlangsung.
 Makanan dalam usus : jika dalam suatu volume usus mengalami
keadaan yang berlebihan maka proses perpindahan obat untuk
diabsrobsi akan terhambat.

9
 pH : keasaman dalam usus akan mempengaruhi absorbsi obat, jika
terlalu asam maka obat akan hancur.

b. Distribusi
Setelah obat diabsorbsi dalam pembuluh darah, obat akan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi. Area tubuh yang mempunyai banyak
pembuluh darah misalnya, hati, ginjal dan otak dapat dicapai oleh obat
lebih cepat dibanding dengan area yang sedikit mendapat suplai darah,
misalnya kulit dan otot. Kecepatan obat dapat mencapai berbagai area
tubuh tergantung pada perfusi dan permeabilitas kapilerkapiler terhadap
molekul obat.
Sifat kimia dan fisik obat menentukan area dimana obat tersebut dapat
bereaksi. Obat tertentu dapat bereaksi secara terbatas hanya pada satu area,
namun ada pula obat yang dapat bereaksi secara luas misalnya etil alkohol
yang dapat bereaksi hampir disemua cairan tubuh.

c. Metabolisme
Metabolisme merupakan proses menghancurkan obat yang terjadi didalam
hati, hati ini berperan dalam menghancurkan obat jika obat telah
menyelesaikan fungsinya. Metabolisme ini dilakukan dengan cara inaktif
oleh enzim – enzim hati kemudian di ekskresikan. Proses pengeluarannya
dipengaruhi oleh disfungsi hati seperti serosis, hepatitis.

d. Ekskresi
Ekskresi, merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh melalui berbagai
organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam
bentuk asalnya. Obat atau metabolit yang polar (obat yang larut baik
dalam air) diekskresi lebih cepat daripada obat yang larut baik dalam
lemak, kecuali pada eksresi melaui paru-paru. Ginjal merupakan organ
eksresi yang terpenting.
Metabolit yang larut dalam air sukar direabsorpsi oleh tubuli ginjal,
sehingga akan dikeluarkan bersama-sama urine. Sebaliknya, obat yang

10
mudah larut dalam lemak jika sudah berada dalam tubuli ginjal sebagian
besar direabsorpsi oleh tubuli ginjal. Obat yang tidak dapat difiltrasi oleh
glomerulus bisa disekresi oleh ginjal melalui sekresi tubulus. Jadi proses
eliminasi oleh ginjal (ekskresi) meupakan hasil dari prosesproses filtrasi
glomerulus, reabsorbsi, dan sekresi tubulus. Bila fungsi ginjal rusak
sedangkan obat harus dikeluarkan melalui ginjal maka eksresinya tidak
sempurna dan memudahkan terjadinya keracunan. Hasil ekskresi dapat
berupa urine, air ludah, air susu, air mata, keringat dan lain-lain.

4. Farmakoterapi
Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau
gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara
khasiat obat, sifat fisiologi atau mikrobiologinya dengan penyakit.
Beberapa hal yg dipelajari dalam farmakoterapi :
1) Pemilihan Obat
 Diagnosis yang tepat
 Pengetahuan yg berhubungan dg patofisiologi suatu
penyakit.Pengetahuan farmakologi dasar, biokimia obat dan
metabolitnya, kinetika senyawa pada orang normal dan sakit.
 Kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu dalam praktek.
 Tindakan yg beralasan dalam menghubungkan patofisiologi dan
farmakologi hingga bisa di dapat hasil pengobatan yg dikehendaki.
 Rencana untuk melakukan evaluasi dan pengukuran spesifik yg
dapat menggambarkan daya guna dan toksisitas serta
merancangterapi selanjutnya.
2) PengembanganObat Beberapa tahap untuk pengembangan obat
baru :
 Ide / hipotesis
 Rancangan bahan sintesisnya.
 Studi pada jaringan dan hewan (uji praklinik)
 Studi pada manusia (uji klinik)

11
 Hak paten
 Studi pasca pasar tentang keamanan dan perbandingan dengan obat
lain.
3) Interaksi Obat Berbagai tingkat interaksi obat :
 Interaksi absorbs
 Interaksi ikatan protein plasma
 Interaksi farmakodinamik
4) EfekSamping Obat mencakup setiap pengaruh obat yang tidak
dikehendaki atau yang merugikan/ membahayakan pasien dalam
dosis terapeutik untuk pencegahan maupun pengobatan.
Beberapa jenis efek samping obat :
 Tipe A Terjadi akibat aksi farmakologis yg normal umumnya
tergantung dosis. Insiden dan morbiditasnya tinggi, tapi mortalitas
rendah.
Contoh : Mengantuk setelah minum CTM.
 Tipe B Timbulnya tidak dapat diduga, Insiden dan morbiditasnya
rendah, namun mortalitasnya tinggi.
Contoh : Reaksi imunologik.
5) Terapi Obat Rasional Enam langkah farmakoterapi yg rasional :
 Menentukan diagnosis yg tepat.
 Memahami patofisiologi penyakit dan peluang untuk intervensi
obat.
 Memahami farmakologi obat yang dapat dipakai sebagai pilihan
farmakoterapi terhadap penyakit tersebut.
 Seleksi obat dan dosis yang paling optimal untuk pasien yang
paling spesifik.  Seleksi efikasi dan toksisitas yang perlu
dipantau.
 Membina hubungan baik dengan pasien.
6) Keputusan Klinik Faktor yg berperan dalam proses pengambilan
keputusan klinik:
 Bukti ilmiah atau medik yang valid (mis. Uji klinik).

12
 Faktor pasien (mis. Kepercayaan pasien).
 Faktor Dokter (mis. Pengalaman / mutu).
 Paksaan (mis. Asuransi).
7) Pengobatan Sendiri Dapat dilakukan untuk hal berikut :
 Penghilangan simptom jangka pendek, untuk penyakit yg diagnosis
akuratnya tidak diperlukan.
 Kasus penyakit kronik atau kambuhan tanpa komplikasi.

5. Farmakognosi
Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal
dari tanaman dan zat–zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan
hewan.

6. Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek toksik dari berbagai racun, zat
kimia (termasuk obat) lainnya pada tubuh manusia. Terutama dipelajari cara
diagnosis, pengobatan dan tindakan pencegahan terjadinya keracunan.

7. Farmakognosa
Merupakan cabang ilmu yang membahas sejarah, produksi, perdagangan,
pemilihan, identifikasi, preservasi obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
binatang.

8. Farmasi
Berkaitan dengan pengetahuan yang membahas nilai kimia dan fisik obat dan
bentuk dosis obat. Ahli farmasi mempunyai peranan dalam menyiapkan dan
meracik obat.

13
E. Penamaan Obat
1. Nama Kimia
 Tata Nama kimia bahan obat merujuk pada IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry) co : Acetaminofen atau
parasetamol memiliki nama kimia 4’hydroxyacetanilide(HO-
fenilNHCOCH3), Amfetamin mempunyai nama
kimiadlmethylphenethylamine (fenil-CH2-CH(NH2)CH3),
Tetrasiklin mempunyai nama kimia yang panjang 4-
(dimethylamino)-1,4, 4a, 5, 5a, 6, 11, 12a-octa hidro-3, 6, 10, 12,
12a- pentahydroxy-6methyl-1, 11- dioxo-2
naphtacenecarboxamide monohydro chlorida

2. Nama Generik
 Karena panjang dan sulitnya nama kimia, maka untuk keperluan
komunikasi setiap senyawa diberi nama yang bukan nama
kepemilikan (nonpropietary) yang sifatnya trivial yang dapat
diterima secara universal
 Nama generik diberikan oleh WHO’s International Nonpropietary
Names (INN) for Pharmaceutical Subtances
 Sebelum dibahas di INN, calon nama generik tersebut dibahas di
badan nasional masing-masing negara untuk disetujui terlebih
dahulu
 BAN : British Approved Names USAN : United State Approved
Names JAN : Japanese Accepted Names, dll
 Penulisan nama generik dengan huruf kecil kecuali di awal kalimat
, Contoh : asetaminofen, tetrasiklin, asetos

F. Peranan Obat

14
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayana kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. dalam
pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak
dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi Seperti yang
telah dituliskan pada pengertian obat, maka peran obat secara untuk:
1. Penetapan Diagnosis
Diagnosis adalah proses penentuan jenis penyakit dengan cara memeriksa gejala
gejala-gejala yang ada. Contoh obat yang digunakan dalam proses diagnose suatu
penyakit yaitu Barium Sulfat. Barium Sulfat digunakan sebagai zat kontras untuk
rontgen saluran pencernaan, biasanya digunakan untuk mendiagnosa adanya usus
buntu.
2. Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
melindungi
klien dari ancaman kesehatan potensial.dengan kata lain, pencegahan penyakit
adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan
penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih
membahayakan. Contoh obat yang digunakan untuk pencegahan penyakit yaitu
antibiotik. Antibiotik sering digunakan untuk mencegah perkembangan bakteri
pada berbagai kondisi untuk mencegah infeksi lebih lanjut yang dapat
menyebabkan perkembangan penyakit. Misalnya pemberian Amoksisilin untuk
pasien gigi berlubang.
3. Menyembuhkan Penyakit
Peran obat yang paling umum didengar yaitu menyembuhkan penyakit. Misalnya
penderita asam lambung yang diberikan obat antasida untuk menetralkan asam
lambungnya, penderita batuk berdahak yang diberikan obat batuk ekspektoran
untuk
mengeluarkan mucus atau dahaknya, dan banyak lagi contohnya.

4. Memulihkan (Rehabilitasi) Kesehatan


Rehabilitasi kesehatan secara umum adalah pemulihan dari suatu kondisi penyakit

15
atau cedera. Contoh peran obat dalam rehabilitasi kesehatan misalnya dalam
rehabilitasi narkoba. Penanganan melalui obat-obatan akan dilakukan melalui
pengawasan dokter,tergantung dari jenis narkoba yang digunakan. Pengguna
narkoba jenis heroin atau morfin, akan diberikan terapi obat seperti methadone
danbuprenorfin di bawah pengawasan dokter. Obat ini akan membantu
mengurangi keinginan memakai narkoba, yang diharapkan dapat mencegah
penyakit seperti hepatitis C dan HIV hingga kematian
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, obat dapat mempengaruhi
fungsi
fisiologis tubuh. Contohnya adalah obat diabetes Acarbose. Acarbose bekerja
dengan caramemperlambat pemecahan gula dalam karbohidrat di makanan
menjadi glukosa, sehingga level gula darah tidak naik dengan cepat sehabis
makan. Acarbose merupakan penghambat enzim α-glukosidase yang bekerja
menghambat penyerapan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di
usus. Obat ini terutama menurunkan glukosa darah setelah makan.
6. Peningkatan Kesehatan
Contoh peran obat dalam peningkatan kesehatan misalnya pada ibu hamil.
Pemberian
vitamin dan Calsium penting untuk peningkatan kesehatan ibu hamil, karena
kebutuhannya meningkat seiring dengan perkembangan janin yang dikandungnya
7. Mengurangi Rasa Sakit
Obat juga dapat mengurangi rasa sakit, yaitu golongan analgetika. Contoh yang
umum digunakan dalam perawatan gigi yaitu Asam Mefenamat. Langkah Kerja
Asam mefenamat yaitu seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau
NSAID) lain yakni menghalangi sintesa prostaglandin dengan menghalangi kerja
enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat memiliki dampak
antiinflamasi, analgetik (antinyeri) serta antipiretik
G. PENGGOLONGAN OBAT
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi obat.Penggolongan obat secara luas
didasarkan dasarkan beberapa hal, yaitu: a) jenis; b) mekanisme kerja obat; c)

16
tempat atau lokasi pemakaian; d) cara pemakaian; e) efek yang ditimbulkan; dan
f) golongan kerja obat.
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Jenis
Penggolongan obat berdasarkan jenis menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000, obat digolongkandalam 5 (lima) golongan
sebagai berikut.
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut juga obat
OTC (Over The Counter), dan terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor
2380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas
terbatas. Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna
hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh-contoh obat bebas adalah: tablet
vitamin, seperti C 100 mg dan 250 mg; B complex 25mg, 50 mg, dan 100 mg;
tablet multivitamin, Boorwater, salep 2-4, salep boor,Julapium, buikdrank,
staaldrank, promag, bodrex, biogesic, panadol, puyer bintang toedjoe, diatabs,
entrostop, parasetamol, dan sebagainya.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat
tertentu masih dapat dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai ta
bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), dan anti flu (Noza).
Pada
kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil
berdasar
warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan
P. No 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P. No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P. No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan
P. No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P. No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu, sakit yang ringan masih
dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang

17
dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang denganmudah
diperoleh masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya
memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk tidak sekalipun melakukan uji coba
obat sendiri terhadap obat obat yang seharusnya diperoleh dengan
mempergunakan resep dokter. yang harus resep dokter atau yang dikenal
denganGolongan Obat Bebas
dan Golongan Obat Bebas Terbatas. Hal tersebut antaralain, meyakini bahwa obat
tersebut telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi dari
Badan Pengawas
Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, kondisi obat apakah masih baik
atau sudak rusak, perhatikan tanggal kadaluarsa (masa berlaku) obat membaca dan
mengikuti keterangan atau informasiyang tercantum pada kemasan obat atau pada
brosur atau selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang
indikasi( merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan), kontra indikasi
(yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu
efek yang timbul, yang bukan efek yang diinginkan),
dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan informasi
tentang
interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang
dimakan.Contoh contoh obat bebas terbatas adalah
Tinctura Iodii (P3) = antiseptik, lequor burowi (P3) = obat kompres, gargarisma
kan (P2) = obat kumur, rokok asthma (P4) = obat asthma, tablet Ephedrinum 25
mg (P1) = obat asthma, tablet santonin 30 mg (P1) = obat cacing, tablet Vitamin
K 1,5 mg = anti pendarahan, ovulasulfanilamidun (P5) = anti inveksi di vagina,
obat batuk obat pilek, krim antiseptik antimo, CTM rheumacyl neuro, visine,
rohto, antimo.
c. Obat Keras
Obat keras, dulu disebut obat daftar G= gevaarlijk = berbahaya, yaitu obat
berkhasiat
keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, memakai tanda
lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K didalamnya.Obat-
obatan yang termasukdalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin,

18
dan sebagainya)obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat
penenang, dan lain obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sebarangan bisa
berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan
kematian.
Contoh-contoh obat keras adalah: Semua obat injeksi obat anti biotik
(chloramphenicol, penicillin, tetracylin,ampicilin)obat anti bakteri (sulvadiazin
sulfasomidin), amphetaminum (O.K.T), hydantoinum = obat anti epilepsi,
reserpinum = obat anti hipertensi, Vitamin K = anti perdarahan, Yohimbin =
aphrodisiaka, Isoniazidum = anti TBC, nitroglycerinum = obat jantung
d. Obat Wajib Apotik
Obat wajib apotik merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker
Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Tujuan obat wajib apotik adalah
memperluas
keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam
obat wajib apotik adalahobat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang
diderita pasien. Contohcontoh obat wajib apotik:Clindamicin 1 tube, obat luar
untuk acne; Diclofenac 1 tube, obatluar untuk anti inflamasi (asam mefenamat);
flumetason 1 tube, obat luar untuk inflamasi; Ibuprofen tablet. 400mg, 10 tab,
tablet. 600mg, 10 tab; obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata
(salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
e. Obat Psikotropika dan Narkotika
Obat psikotropika, merupakan zat atau obat baik ilmiah atau sintesis, bukan
narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh:
alprazolam, diazepam. Mengenai obat-obat psikotropika ini diatur dalam UU RI
Nomor 5 tahun 1997.Psikotropika dibagi menjadi:
 Golongan I: sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan.
Contohnya: metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid diathylamine
(LSD) dan metamfetamin

19
 Golongan II,III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan.Contohnya: diazepam, fenobarbital, lorazepam dan
klordiazepoksid.Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukantanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang
dapat menyebabkan penurunan atauperubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dandapat menimbulkan
ketergantungan (UU RI no. 22 th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada
kemasannya dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+)
berwarna merah.

Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan


narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak
dapat menggunakan copy resep). Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika
biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa
sakit. Contoh obat narkotika adalah: codipront (obat batuk), MST (analgetik)
dan fentanil (obat bius). Jenis-jenis obat narkotika adalah sebagai berikut:
1. Obat narkotika golongan I: hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya. Contoh:
Tanaman Papaver somniferum L. (semua bagian termasuk buah dan jerami
kecuali bijinya), Erythroxylon coca; Cannabis sp.; zat/senyawa: Heroin.
2. Obat narkotika golongan II: dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi obat ini
diatur oleh pemerintah. Contoh: Morfin dan garam-garamnya, Petidin
3. Obat narkotika golongan III: dapat digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi
obat ini diatur oleh pemerintah. Contoh: Codein
 Penggolongan obat berdasarkan jenis ini mengenal pula jenis obat esensial
dan generik.
1. Obat Esensial
Obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak, mencakup upaya diagnosa, profilaksis, terapi,
dan rehabilitasi yang harus diusahakan selalu tersedia pada unit

20
pelayanan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya. Obat esensial ini
tercantum dalam DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional). Contoh:
analgesik, antipiretik.
2. Obat Generik
Obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam farmakope Indonesia
untuk zat berkhasiat yg dikandungnya. Nama ini ditentukan oleh WHO
dan ada dalam daftar International Nonproprietary Name Index.
a. Penggolongan obat berdasarkan mekanismekerja obat
Mekanisme kerja obat dibagi menjadi 5 jenis penggolongan yaitu:
 Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat
bakteri atau mikroba, contoh: antibiotik.
 Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit,
contoh: vaksin dan serum.
 Obat yang menghilangkan simtomatik atau gejala, meredakan nyeri,
contoh: analgesik.
 Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang
kurang, contoh: vitamin dan hormon.
 Obat yang bersifat placebo, yaitu obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya diperuntukkan bagi pasien normal yang menganggap dirinya
dalam keadaan sakit,contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.
b. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian, dibagi
menjadi dua(2) golongan yaitu:
 Obat dalam yaitu obat-obatan yang dikonsumsi peroral, contoh: tablet
antibiotik, parasetamol tablet
 b. Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topical atau tubuh
bagian luar, contoh: sulfur, dan lain-lain.
c. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian, dibagi menjadi beberapa
bagian,yaitu:
 Oral: Obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna,
contoh: tablet, kapsul, serbuk, dan lain-lain.
 Rektal: Obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan

21
terhindar dari pengaruh PH lambung, First Past Effect (FPE) di hati,
maupun enzim-enzim di dalam tubuh
 Sublingual: Pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah,
sehingga masuk ke pembuluh darah efeknya lebih cepat, contoh: obat
hipertensi, tablet hisap, hormonhormon
 Parenteral: Obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah, baik
secara intravena,subkutan, intramuskular, intrakardial.
 Langsung ke organ, contoh intrakardial.
 Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal.
d. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan, dibagi menjadi 2
bagian,yaitu:
a. Sistemik: Obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran
darah.
b. Lokal: Obat atau zat aktif yang hanya berefek atau menyebar atau
mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti
pada hidung, mata, kulit, dan lain lain.
e. Penggolongan obat berdasarkan kerja obat
Penggolongan jenis inidibagi menjadi beberapa golongan yaitu
antibiotik,antiinflamasi, anti hipertensi, anti konvulsan, anti koagulasi, anti
histamin, psikotropika, dan anti jamur/anti fungi. Uraian masing-masing
golongan adalah sebagai berikut.
1. Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk
melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia
2. Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu,
meringankan rasa nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang
terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien, dan kedua
memperlambat atau membatasi perusakan jaringan (Katzung,
2002).Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat anti inflamasi terbagi
ke dalam golongansteroid dan golongan non-steroid (Anonim, 1993).

22
3. Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
Cardiovascular.
4. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: bromide, fenobarbital,
fenitoin, karbamazepim
5. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi
alergi tipe segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja, anti
histamin digolongkan mejadi 2 kelompok yaitu:
 Antagonis H1. Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin
klasik atau anti histamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar
rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada
jaringan yang mengandung reseptor H1.
 Antagonis H2. Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat
secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga
dapat menghambat sekresi asam lambung.
6. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan
pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran
jiwa.
7. Anti Jamur atau Anti Fungi
Anti jamur atau anti fungi berfungsi untuk mengobati infeksi yang
disebabkan olehjamur. Contoh: imidiazol, diazol, dan anti biotik polien

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 farmakologi dapat ditafsirkan sebagai suatu ilmu yang mempelajari obat
dan cara kerjanya pada sistem biologis.
 Sejarah farmakologi dibagi menjadi 2 periode yaitu periode kuno dan
periode modern.
 Periode kuno (sebelum tahun 1700) dan periode modern dimulai pada abat
18-19.
 Regulasi obat bertujuan menjamin hanya obat yang efektif dan aman, yang
tersedia di pasaran
 Jenisnya: obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek,
psikotropika dan narkotika.
 Mekanisme kerjanya: bekerja pada penyebab penyakit, mencegah kondisi
patologis dari penyakit, menghilangkan gejala (simptomatis), menambah
atau mengganti fungsi zat yang kurang di dalam tubuh, dan sebagai
placebo.
 Tempat/ lokasi pemakaian: oral, topical.
 Cara pemakaian: oral, rektal, sublingual, parenteral, langsung ke organ
tubuh,intraperitoneal.
 Efek yang ditimbulkan: sistemik, lokal.
 Kerja obat: antibiotika, antiinflamasi, antihipertensi, antikonvulsan,
antikoagulasi,antihistamin, psikotropika, antijamur/antifungi.
 Bentuk sediaan obat dibagi menjadi:

24
 Sediaan padat: tablet, serbuk, pil, kapsul, suppositoria
 Sediaan semi padat/setengah padat: cream, salep, gel
 Sediaan cair: solution (larutan), suspense, guttae, injeksi, sirup, infus

DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/52721479/1-konsep-dasar-farmakologippt/
https://id.wikipedia.org/wiki/Farmakologi
https://www.google.com/search?
safe=strict&biw=1366&bih=657&ei=zK3_X9ePJtTn9QPgsr_oCQ&q=makalah+k
onsep+dasar+farmakologi+keperawatan&oq=makalah+konsep+dasar+far&gs_lcp
=CgZwc3ktYWIQAxgCMgIIADIGCAAQFhAeMgYIABAWEB4yBggAEBYQ
HjoECAAQRzoECAAQQzoICAAQsQMQgwE6CAguELEDEIMBOgUILhCxAz
oOCAAQsQMQgwEQxwEQrwE6BQgAELEDOgQIABANUNGHAViklQRg7b
QEaAtwAngGgAGuBogBky2SAQwzLjMzLjEuMS42LTGYAQCgAQGqAQdnd
3Mtd2l6sAEAyAEIwAEB&sclient=psy-ab
http://mynewajengdwi.blogspot.com/2015/05/
https://asepkotabakti.blogspot.com/2017/07/sejarah-farmakologi-dan-
perkembangan.html
https://lilianmarantina.blogspot.com/2019/09/konsep-dasar-farmakologi.html
bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-

25

Anda mungkin juga menyukai