Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Manajemen Farmasi

(Apotik, Puskesmas, dan Rumah sakit)

Disusun oleh :

Kharina syah NH0519036

(Farmasi B)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat bagi saya sehingga telah menyelesaikan makalah dengan judul
“Manajemen farmasi apotik, puskesmas dan Rumah sakitm” Penyusunan
makalahini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Farmasi,
Bersyukur dalam penyusunan makalah ini, kami tidak mendapatkan
kendala kendala,sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan
baik.Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen sebagai
pembimbing, orangtua dan semua orang yang terlibat yang telah
memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.Disini kami kelompok juga menyampaikan, jika seandainya
dalam penulisan makalah ini terdapat hal hal yang tidak sesuai dengan
harapan,untuk itu kami memohon maaf yang sedalam-dalamnya dan dengan
senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian
hari.Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terimakasih. Semoga
apa yang diharapkan dapat di capai dengan sempurna.

Makassar, 23 Maret 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Tujuan.....................................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..................................................................................................................7
I. Manajemen Farmasi di Apotik.............................................................................7
II. Manajemen Farmasi Puskesmas......................................................................11
III. Manajemen Farmasi Rumah sakit.................................................................14
BAB III...................................................................................................................................23
PENUTUP........................................................................................................................23
I. Kesimpulan...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.
Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan
praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasiaan. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi diatas
ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek pasal 1 ayat (a).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan
profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesa sebagai Apoteker. Adapun Asisten Apoteker
adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker. Asisten Apoteker
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1, tentang Registrasi dan Izin Kerja
Asisten Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker adalah
Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi,
Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi
Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan
Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga
kefarmasian yang bekerja di bawah pengawasan seorang Apoteker
yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek). Apoteker Pengelola Apotek
(APA) merupakan orang yang bertanggung jawab di Apotek dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang
dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di apotek haruslah
sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena Apoteker dan
Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien)
untuk bersikap secara professional.
Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai
dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada
kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat
dibeli tanpa resep dokter, serta memberi informasi kepada pasien.
Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, dalam Pasal 1 KEPMENKES yaitu
“bukti tertulis yang diberikan kepada Pemegang Surat Izin Asisten
Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana
kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten Apoteker
yang telah memiliki Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat
mengajukan permohonan perolehan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker.
Dan juga, hanya Asisten Apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja
Asisten Apoteker sajalah yang dapat melakukan pekerjaan
kefarmasian seperti pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional, baik itu dibawah pengawasan
Apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh, pada
toko obat berizin, puskesmas atau Pedagang Besar Farmasi (PBF)
dimana seorang Asisten Apoteker dapat melakukan pekerjaan
kefarmasian tanpa pengawasan. Oleh sebab itu, seorang Asisten
Apoteker harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, baru dapat
melakukan perkerjaan kefarmasian.

B. Tujuan
-Untuk mengentahui sistem manajemen di apotik
-Untuk mengetahui sistem manajemen di Puskesmas
-Untuk mengetahui sistem manajemen di Rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN

I. Manajemen Farmasi di Apotik


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan
atas Peraturan MenKes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud
dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat.
a. Tugas dan fungsi apotik
Tugas dan Fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:
-Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan
-Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan
bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
-Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan
obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
-Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi
lainnya kepada masyarakat
b. Manajemen apotik

Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan


di apotek. Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan
terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen yaitu :
 Manajemen keuangan.
 Manajemen pembelian
 Manajemen penjualan
 Manajemen persediaanbarang
 Manejemen pemasaran
Manejemen khusus
c. Pelayanan Apotek
-Pelayanan Resep
-Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi

d. Persyaratan Administratif
Nama, SIP dan alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya
e. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek Manejer Apotek
Pelayanan
Apotek Rama dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai manager
pelayanan yang telah mengucapkan sumpah apoteker yang telah
memiliki Surat Izin Kerja (SIK), juga memiliki kemampuan memimpin
dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan di apotek. Selain itu
juga APA harus menguasai kemampuan manajemen yaitu,
perencanaan, koordinasi, kepemimpinan dan pengawasan disamping
kemampuan di bidang farmasi baik teknis maupun non teknis.
Tugas dan Tanggung Jawab pimpinan Apotek adalah :
1. Memimpin, menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan
pengawasan dan pengendalian apotek sesuai UU yg berlaku
2.  Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
3.  Memberikan pelayanan dan informasi obat dan perbekalan farmasi
kepada pasien, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya
4.  Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
perkembangan apotek
5. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan
farmasi yang berlaku

Fungsi Administrasi
1. Membuat laporan realisasi data dan anggaran setiap bulan
2. Membuat laporan penutupan buku
3. Melakukan rekaptulasi buku penjualan tunai dihitung
berdasarkan jumlah resep dan rekaptulasi buku pembelian

Fungsi Pembelian
1. Membuat kebutuhan barang pada buku permintaan barang
2. Membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai dengan
data kebutuhan barang yang tercatat pada buku permintaan
barang dan pareto penjualan
3.  Membuat retur atau pengembalian barang bila terjadi kesalahan
dalam pengiriman barang

Karyawan/ Karyawati
Karyawan/Karyawati mencakup asisten apoteker dan non asisten
apoteker.
 Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker antara lain :
 Mengatur penyimpanan obat dan penyusunan apotek
 Memberi harga pada setiap resep dokter yang masuk dan
memeriksa kelengkapan resep
 Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter
 Menghitung dosis obat untuk racikan sesuai permintaan resep
 Menimbang, menyiapkan, mengemas, dan memberi etiket obat
yang akan diserahkan pada pasien
 Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan pada pasien
 Menyerahkan obat sekaligus memberi informasi mengenai cara
pemakaian dan informasi lainnya mengenai obat tersebut kepada
pasien.
 Membuat salinan resep bila diperlukan oleh pasien, bila obat hanya
ditebus sebagian atau resep diulang serta membuat kuitansi bila
diperlukan.
 Berpartisipasi dalam pelaksaan dan pemeliharaan kebersihan di
apotek.

f. Tugas dan tanggung jawab non apoteker antara lain :


 Membantu tugas asisten apoteker dalam menyiapkan obat ,
mengerjakan obat racikan yang telah disiapkan oleh asisten
apoteker sesuai dengan dan jumlah yang diminta
 Membuat obat racikan standar dibawah pengawasan asisten
apoteker dan apoteker
 Menyusun obat-obat pada rak penyimpanan obat
 Membersihkan peralatan yang digunakan dan membersihkan
ruangan diapotek.
II. Manajemen Farmasi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Puskesmas dalam menjalankan pelayanan kesehatannya, mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dan dalam menjalankan
tugasnya puskesmas juga harus menyelenggarakan fungsinya dalam
UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas

Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga


Kesehatan. Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b,yakni dalam penyelenggaraan UKP tingkat
pertama di wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat;
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
6. Melaksanakan rekam medis;
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.

Adapun susunan truktur organisasi di puskesmas yaitu


a. kepala Puskesmas
b. kepala sub bagian tata usaha
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium

Apoteker sebagai tenaga kefarmasian di Puskesmas dasar


hukum. 2 undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas adalah apoteker kompetensi apoteker di
Puskesmas sebagai berikut
1. mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian
yang bermutu.
2. mampu mengambil keputusan secara profesional
3. mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien mampu profesi
kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal non verbal
maupun Bahasa lokal
4. selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur formal maupun
informal sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru
(up to date).
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu
pekerjaan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian
tersebut.
III. Manajemen Farmasi Rumah sakit
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit adalah :
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan;
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit;
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit; dan
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugasnya, Rumah
Sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan;

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN


BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI RUMAH SAKIT

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan
Pelayanan Kefarmasian. Apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian
kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya.
Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah
Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat
Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain
alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah
Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan
selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
A. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang telah ditetapkan
c. Pola penyakit
d. Efektifitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah
Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan
penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan
dan kebutuhan Rumah Sakit. Kriteria pemilihan Obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit:
a. Mengutamakan penggunaan obat generik;
b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
c. Mutu terjamin, termasuk Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung,
dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang
rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program
Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan visite
Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi
mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik
atau sumber lain.

G. Pemantauan Terapi Obat ( PTO )

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang


mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD). Kegiatan dalam PTO meliputi :
a. Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat,
respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;
dan
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat. Tahapan
PTO yaitu :
a. Pengumpulan data pasien;
b. Identifikasi masalah terkait obat;
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat;
d. Pemantauan; dan
e. Tindak lanjut.

H. Monitoring Efek Samping Obat ( MESO )


digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi.

I. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif. Tujuan EPO yaitu mendapatkan gambaran
keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat; membandingkan pola
penggunaan Obat pada periode waktu tertentu; memberikan masukan
untuk perbaikan penggunaan Obat; dan menilai pengaruh intervensi
atas pola penggunaan Obat.

J. Dispensing Sediaan Steril


Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas
produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat. Dispensing
sediaan steril bertujuan menjamin agar pasien menerima Obat sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan; menjamin sterilitas dan stabilitas
produk; melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat. Kegiatan
dispensing sediaan steril meliputi pencampuran obat suntuk,
penyiapan nutrisi parenteral, dan penanganan sediaan sitostatik.

K. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi


hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter
yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari
Apoteker kepada dokter. PKOD bertujuan untuk mengetahui Kadar
Obat dalam Darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang
merawat. Kegiatan PKOD meliputi :
i. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan
Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);

ii. Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan


Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan
iii. Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam
Darah (PKOD) dan memberikan rekomendasi.
SUMBER DAYA KEFARMASIAN

A. Sumber Daya Manusia


Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang
lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan
klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi
Farmasi diklasifikasikan menjadi untuk pekerjaan kefarmasian
(Apoteker dan TTK) dan untuk pekerjaan penunjang (operator
komputer, tenaga administrasi, dan pekarya).
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker. Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan
administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

B. Sarana Dan Peralatan

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus


didukung oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus
menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan antara
fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung
kepada pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang
dilengkapi penanganan limbah.
Peralatan yang memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan
kalibrasi alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian
kesehatan dan/atau institusi yang berwenang. Peralatan harus
dilakukan pemeliharaan,

PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

A. Monitoring
Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan
sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan
mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Melalui
pengendalian mutu diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan
mutu Pelayanan Kefarmasian yang berkesinambungan.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun
yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring
dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan
Kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
upaya perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian harus terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara
monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang
ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu monitoring dan evaluasi capaian
pelaksanaan rencana kerja dan memberikan umpan balik terhadap
hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu melakukan
perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan dan
meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

B. Evaluasi
Evaluasi Mutu Pelayanan merupakan proses pengukuran, penilaian
atas semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit secara
berkala. Kualitas pelayanan meliputi: teknis pelayanan, proses
pelayanan, tata cara/standar prosedur operasional, waktu tunggu
untuk mendapatkan pelayanan. Metoda evaluasi yang digunakan,
terdiri dari :
a. Audit (pengawasan), dilakukan terhadap proses hasil kegiatan
apakah sudah sesuai standar.

b. Review (penilaian), terhadap pelayanan yang telah diberikan,


penggunaan sumber daya, penulisan Resep.
c. Survei, untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan
angket atau wawancara langsung.
d. Observasi, terhadap kecepatan pelayanan misalnya
lama antrian, ketepatan penyerahan Obat.
BAB III

PENUTUP
I. Kesimpulan

Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan


di apotek. Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan
terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen yaitu :
 Manajemen keuangan.
 Manajemen pembelian
 Manajemen penjualan
 Manajemen persediaanbarang
 Manejemen pemasaran
Manejemen khusus
Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan
Tenaga Kesehatan. Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,yakni dalam penyelenggaraan UKP
tingkat pertama di wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat;
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
6. Melaksanakan rekam medis;
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.

Adapun susunan truktur organisasi di puskesmas yaitu


a. kepala Puskesmas
b. kepala sub bagian tata usaha
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium

PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

A. Monitoring
Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan
sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan
mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Melalui
pengendalian mutu diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan
mutu Pelayanan Kefarmasian yang berkesinambungan.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun
yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring
dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan
Kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
upaya perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian harus terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara
monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang
ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu monitoring dan evaluasi capaian
pelaksanaan rencana kerja dan memberikan umpan balik terhadap
hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu melakukan
perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan dan
meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

B. Evaluasi
Evaluasi Mutu Pelayanan merupakan proses pengukuran, penilaian
atas semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit secara
berkala. Kualitas pelayanan meliputi: teknis pelayanan, proses
pelayanan, tata cara/standar prosedur operasional, waktu tunggu
untuk mendapatkan pelayanan. Metoda evaluasi yang digunakan,
terdiri dari :
a. Audit (pengawasan), dilakukan terhadap proses hasil kegiatan
apakah sudah sesuai standar.

b. Review (penilaian), terhadap pelayanan yang telah diberikan,


penggunaan sumber daya, penulisan Resep.
c. Survei, untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan
angket atau wawancara langsung.
d. Observasi, terhadap kecepatan pelayanan misalnya
lama antrian, ketepatan penyerahan Obat.
DAFTAR PUSTAKA
Anief. M, 2001, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta.

Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek,


edisi revisi, 387, Rineka cipta, Jakarta.

Bogadenta, A., 2012, Manajemen Pengelolaan Apotek, D-Medika,


Yogyakarta.

Depkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1027/MENKES/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, Jakarta. Depkes, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Depkes RI, Jakarta.

Hartini, Y. S. , dan Sulasmono, 2006, Apotek Ulasan Beserta Naskah


Peraturan Perundang-undangan Terkait Apotek, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai