KELOMPOK 3 :
1. SATRIO PHLLIPS UMBU DONDOE
2. OLGA HELENA KONO
3. VIKTORIA ESTEVANIA BUGIS
4. INGGRID SOBEN
5. ARIEL MARSELON SEINGO
6. DAFROSA SANJUNG AMBUL
7. SELAMITA EKA PUTRI TONDA MBITU
8. LAURENSIUS ALDYANTO IKUN
9. TRELENSIA KRISELA BUBU
10. EBEN HAESAR RETANG MAU AWANG
11. ERLIN KINSA DOH
12. YIZRIL ELDA ADONIA
13. TIARA DESMI NATALIA RINI
14. ZELMA CORREJA ARAUJO
15. JULIO NOBE NENO
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca makalah ini.
Dapat mengetahui tentang segala hal mengenai materi “Persepsi”. Penulis menyadari makalah ini
Masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran objektif yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan seperjuangan khususnya Program Studi SI Keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
TNJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................5
A. Pengertian Medication Error..............................................................................................................5
B. Kategori Medication Error..................................................................................................................5
C. Jenis-jenis medication errors (berdasarkan alur proses pengobatan)...............................................7
D. Bentuk Kejadian Medication Error.....................................................................................................8
E. Obat LASA (Look Alike Sound Alike)...................................................................................................9
F. Penggolongan obat LASA..................................................................................................................9
G. Penyebab terjadinya Medication Error............................................................................................12
H. Jenis-jenis Kesalahan Obat (Medication Error)................................................................................13
A. Upaya menurunkan Medication Error..............................................................................................21
B. Langkah-langkah pengelolaan medication errors :..........................................................................22
BAB IV.....................................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................23
B. SARAN...........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah suatu bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan dipergunakan
untuk keperluan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan suatu penyakit (Sumardjo, 2008).
Keberhasilan dari sistem pengendalian obat tergantung dari ketaatan pada kebijakan dan
prosedur. Pentingnya suatu kebijakan dan panduan prosedur yang mutakhir untuk pengendalian
obat tidak dapat dianggap berlebihan (Siregar, 2003).
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat
(medication error). Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat
kepada pasien mulai dari produksi dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan
dan monitoring pasien (Cohen, 1999).
Kesalahan pengobatan (Medication error) adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah
(Kepmenkes, 2004). Kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam menentukan obat dan regimen
dosis antara lain kesalahan dalam peresepan, penulisan resep, manufaktur dalam formulasi,
kesalahan memformulasi, pemberian atau pengambilan obat (Aronson, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Medication Error ?
2. Apa kategori Medication Error ?
3. Bagaimana bentuk kejadian Medication Error ?
4. Apa saja penyebab terjadinya Medication Error ?
5. Apa saja jenis- jenis kesalahan obat pada Medication Error ?
6. Apa saja upaya untuk menurunkan kejadian Medication Error ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Medication Error?
2. Mengetahui kategori Medication Error?
3. Mengetahui bentuk kejadian dari Medication Error?
4. Mengetahui penyebab terjadinya Medication Error?
5. Mengetahui jenis-jenis kesalahan obat pada Medication Error?
6. Mengetahui upaya untuk menurunkan kejadian Medication Error?
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Medication Error
Penggunaan obat yang semakin pesat telah meningkatkan bahaya kesalahan obat yang
mungkin terjadi. Dokter harus dapat bekerjasama dengan perawat, apoteker dan pimpinan
rumah sakit dalam memeriksa dan menyempurnakan sistem untuk memastikan bahwa proses
pengobatan berlangsung dengan aman.
Ditinjau dari asal katanya, error adalah kesalahan pada perencanaan untuk mencapai
tujuan (error pada perencanaan) atau kegagalan dari sesuatu yang telah direncanakan untuk
diselesaikan sesuai dengan tujuan (error pada pelaksanaan). Suatu error dapat terjadi karena
hasil dari kepercayaan atau pengabaian (The Institute of Medicine, 2004). Medication error
adalah error yang terjadi pada saat proses penggunaan obat. Misalnya seperti kesalahan
pemberian dosis pada resep, kesalahan pada saat pemberian obat oleh orang yang berwenang
memberikan obat atau kesalahan pasien sendiri pada saat pengobatan.
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada
dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991, Basse & Myers, 1998). Dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error
adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
bersifat permanen
death
berwenang
Improper dose/quantity Dosis, strength atau jumlah obat yang tidak sesuai
Wrong dose preparation method Penyiapan/ formulasi atau pencampuran obat yang
tidak sesuai
Wrong dose form Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara
berkompeten
a. Fase prescribing adalah error yang terjadi pada fase penulisan resep, meliputi obat yang
diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi, tidak tepat obat atau
ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis dan aturan pakai.
b. Fase transcribing adalah error yang terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses
dispensing, antara lain salah membaca resep karena tulisan yang tidak jelas, misalnya
Losec® (omeprazole) dibaca Lasix® (furosemide), aturan pakai 2 kali sehari 1 tablet terbaca 3
kali sehari 1 tablet. Salah dalam menerjemahkan order pembuatan resep dan signature juga
dapat terjadi pada kasus ini.
c. Fase dispensing ialah error yang terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh
petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya error adalah salah dalam mengambil
obat dari rak penyimpanan karena kemasan atau nama obat yang mirip atau dapat pula
terjadi karena berdekatan letaknya. Selain itu salah dalam menghitung jumlah tablet yang
akan diracik, ataupun salah dalam memberikan informasi.
d. Fase administrasi adalah error yang terjadi pada proses penggunaan obat, yaitu proses
yang dimana terjadi saat obat diberikan dari petugas apotek ke pasien
atau dari petugas apotek kepala keluarga pasien. Dan pada proses ini juga meliputi fase
digunakannya obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya.
Biasanya pada fase ini ketidaklengkapan yang terjadi yaitu salah pemberian informasi tentang
penggunaan obat. Error yang terjadi misalnya salah menggunakan suppositoria yang
seharusnya melalui dubur tapi dimakan dengan bubur, salah waktu minum obatnya seharusnya
1 jam sebelum makan tetapi diminum bersama makan.
NO KEMASAN MIRIP
1. Bio Atp Tab Pehavral Tab
11. Dst
Glimepiride4 mg
12 Dst
Dst.......
2. Kondisi lingkungan
Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, area
dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan
kelelahan dengan pencahayaan yang cukup dan temperature yang nyaman.Selain itu, area kerja
harus bersih dan teratur untuk mencegah terjadinya kesalahan.Obat untuk setiap pasien perlu
disiapkan dalam nampan terpisah.
4. Beban bekerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi stres dan
beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
5. Edukasi staf
Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan
insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam
system menurunkan insiden/kesalahan.
PENYELESAIAN MASALAH
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Medication errors menjadi 'musuh' dokter dan tenaga medis sehingga diperlukan
pelayanan terbaik dan profesional untuk mengurangi kesalahan pengobatan. Selain menjaga
kualitas sistem pelayanan kesehatan, pelayanan terbaik mencegah kompleksitas keadaan
memburuknya pasien dan peningkatan biaya kesehatan serta mencegah anggapan ketidak
profesionalan kerja dan menumbuhkan kepercayaan diri. Di USA, dari tahun 1993 medication
errors memberikan kerugian rumah sakit 10% sampai 18%, selain itu pasien meninggal karena
medication errors berjumlah 7391 dan lama perawatan pasien meningkat 4-6 hari dengan
peningkatan biaya $4685 setiap pasien.
Sulit membaca tulisan dokter, kesalahan penafsiran resep dokter, pembagian obat,
perhitungan obat, pengawasan obat dan administrasi berimplikasi pada peningkatan
medication errors. Hal ini membutuhkan peran serta semua pihak untuk mencegah kesalahan-
kesalahan yang dimungkinkan terjadi. Di USA seorang pasien dapat menerima 18 resep setiap
hari dan seorang perawat memberikan 50 resep setiap shift, hal ini menempatkan perawat di
garis depan dalam menjaga akuntabilitas administrasi dan paling berpotensi melakukan
medication errors.
Pengaruh negatif dan trauma psikologis adalah dampak negatif bagi dokter dan tenaga
medis ketika melakukan medication errors, merasa marah, bersalah dan takut serta mengalami
kehilangan kepercayaan diri dalam kemampuan praktek klinis. Penelitian Hume et al. di USA,
menunjukan sebagian besar perawat tidak melaporkan medication errors secara sistematis
menggunakan form insident reports sehingga berdampak pada beragamnya interpretasi
laporan setiap kasus dan memberikan informasi yang minim sehingga berdampak pada kualitas
sistem pelayanan dalam mengambil solusi untuk menghindari risiko.
Kualitas laporan medication errors tergantung dokter dan tenaga medis mengenali
kesalahan, yakin akan kesalahan dan kesediaan mengatasi rasa malu dan siap tidak melakukan
kesalahan yang sama. Menurut Osborne et al. hanya 25% dari semua medication errors
dilaporkan menggunakan form insident reports.
B. SARAN
Diperlukan kesamaan persepsi dalam sebuah sistem pelayanan dalam mengidentifikasi
dan melaporkan medication errors, ini membutuhkan kesamaan persepsi dan teknik penulisan
laporan. Dokter dan tenaga medis sudah harus bisa mengidentifikasi medication errors, kapan
dilaporkan dan kepada siapa laporannya disampaikan. Di setiap pelayanan kesehatan
diperlukan unit mutu dan keselamatan pasien dalam mengontrol, mengawasi dan
mengintervensi terkait medication errors sehingga meminimalisir kelalaian dalam pembuatan
insident report secara sistematik.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek
Kedoketran. Cetakan ke V. Yogyakarta: Kanisius
Damin, Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC
Direktorat Jendral Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Tentang Standar Pelayanan Kefaramasian di Apotek No
1027/MENKES/SK/IX/2004. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Mukhtar, Ansari dan Sen Abhishek. 2013. Evaluation of Look-Alike and Sound-Alike Medicines
and Diapensing Errors In A Tertiary Care Hospital Pharmacy of Eastern. Nepal:
International Journal Pharmacy
Siregar, Charles J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC
Windarti, M.I. 2008. “Strategi Mencapai Keamanan Pemberian Obat” Dalam Buku Suharjo dan
Cahyono. Yogyakarta: Ikappi.
Astuti, N. Y. 2009. Kajian peresepan berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik
Indonesia nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 pada resep pasien rawat jalan di instalasi
farmasi rumah sakit umum daerah Kajen kabupaten Pekalongan bulan Juli 2008. Surakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Azzopardi, Lillian M. (2010). Lecture Notes in Pharmacy Practice. Illinois: Pharmaceutical
Press. Hal. 25-27.
Ferner, R. (2000). Medication error that have led to manslaughter charges. BMJ , 321, 1212-
1216.
Hicks, R. W., Becker, S. C., & Jackson, D. G. (2008). Case Involving a Urinary Catheter
Implicated in a Wrong Route Error: Definition of Medication Error. September 9, 2010,
from http://www.medscape.com/viewarticle/586738_3
Ismail, M. (2010, Agustus 3). September 18, 2010. http://www.beritajatim.com
O'shea, Ellen. (1998). Factors contributing to medication errors: a literature review. Journal of
Clinical Nursing, 8, 496-504.
Pramana, B. (2010, Februari 12). September 18, 2010.
http://basukipramana.blogspot.com/2010/02/pasien-tidak-sembuh.html
Siregar, C.J.P. dan Kumolosasi, Endang. (2005). Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan. Jakarta:
EGC. Hal.408-411.
Tozer, J. (2008, September 30). September 18, 2010. http://www.dailymail.co.uk/news/article/-
1064506/Widow-given-fatal-painkiller-dose-after-nurse-mixed-up-two-patients.html
Wahyuni, T. (2009, Agustus). September 15, 2010.
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=233013
Welle, D. (2006, Juni 22). September 18, 2010.
http://www.dw-world.de.dw.article/0,,2064242,00.html
WHO. (1998). September 18, 2010. http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js2256e/6.7.html