Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FARMASI KLINIK

Adita Deviyanti Syawalda 18340163

Kelas : B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2019
1. Tuliskan pemeriksaan tanda-tanda vital ?

Ada empat jenis pemeriksaan tanda-tanda vital. Pemeriksaan dari setiap jenis tanda-tanda
vital memiliki pengukuran dan nilai normal yang berbeda. Nilai normal untuk setiap jenis tanda-
tanda vital pun memiliki perbedaan yang dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, berat
badan, dan lainnya. Simaklah keempat jenis pemeriksaan tanda-tanda vital ini.

A. Suhu tubuh
Suhu tubuh merupakan salah satu jenis pemeriksaan tanda-tanda vital yang sederhana karena
bisa dilakukan sendiri di rumah dengan menggunakan termometer selain dibantu oleh tenaga
medis.
Pemeriksaan suhu tubuh berguna untuk menilai kondisi metabolisme tubuh. Metabolisme
tubuh berkaitan dengan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, proses metabolisme di dalam tubuh
akan menghasilkan panas secara kimiawi.
Nilai normal suhu tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, waktu
pemeriksaan, aktivitas fisik, lingkungan, dan masalah pada organ. Akan tetapi, nilai normal suhu
tubuh memiliki kisaran mulai dari 36 hingga 37,4 derajat Celcius.
Seseorang baru bisa dikatakan bersuhu tubuh rendah atau hipotermia apabila memiliki suhu
tubuh kurang dari 36 derajat Celcius. Kondisi suhu tubuh yang tinggi ditunjukkan dengan suhu
tubuh mulai dari suhu 37,5 – 38 derajat Celcius. Apabila suhu tubuh di atas itu maka bisa
menyebabkan demam febris bahkan hipertermia bila lebih dari 40 derajat Celcius.
Pengukuran suhu tubuh ternyata tidak hanya bisa dilakukan pada ketiak dan mulut saja. Ada
beberapa cara untuk mengukur suhu tubuh yang perlu Anda ketahui. Pengukuran suhu tubuh bisa
dilakukan di mulut (oral), di ketiak (aksilaris), di telinga, dan di dubur (rektal).
Suhu Tubuh

Normal : 36,6oC - 37,2 oC


Sub Febris : 37 oC - 38 oC
Febris : 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis : 40 oC - 42 oC
Hipotermi : Kurang dari 36 oC
Hipertermi : Lebih dari 40 oC
Catatan :
Oral : 0,2 oC – 0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla : 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral
B. Tekanan darah
Tekanan darah menunjukkan kekuatan darah mendorong dinding arteri selama kontraksi dan
relaksasi jantung. Pemeriksaan tanda-tanda vital ini memiliki kaitan erat dengan pemeriksaan
denyut nadi. Hal ini dikarenakan setiap kali jantung berdetak maka darah terpompa ke arteri dan
akan menghasilkan tekanan darah.
Apabila jantung berkontraksi maka tekanan darah yang dihasilkan akan tinggi dan apabila
jantung rileks maka tekanan darah akan turun. Ada dua jenis angka untuk pengukuran tekanan
darah, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Tekanan sistolik adalah tekanan di dalam arteri saat jantung berkontraksi memompa darah ke
seluruh tubuh. Tekanan diastolik adalah tekanan di dalam arteri ketika jantung rileks untuk
kembali mengisi darah.
Satuan tekanan darah (sistol dan diastol) dinyatakan dalam mmHg yang akan terlihat pada
manometer air raksa pada alat Sfigmomanometer (tensimeter). Pemeriksaan tekanan darah masa
kini sudah mulai banyak menggunakan tensimeter digital.
Tidak seperti pemeriksaan tanda-tanda vital lainnya, pemeriksaan tekanan darah tidak bisa
dilakukan sendiri. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan dengan bantuan tenaga medis
seperti perawat dan dokter.
Nilai normal tekanan darah sistolik tidak melebihi 120, sedangkan nilai normal tekanan darah
diastolik tidak kurang dari 80. Jadi tekanan darah yang normal untuk orang dewasa adalah
120/80 mmHg.
Tekanan Darah

Bayi : 70-90/50 mmHg


Anak : 80-100/60 mmHg
Remaja : 90-110/66 mmHg
Dewasa muda : 110-125/60-70 mmHg
Dewasa tua : 130-150/80-90 mmHg

Catatan :
Hipotensi : Kurang dari 90/60 mmHg
Normal : 90-120/60-80 mmHg
Pre Hipertensi : 120-140/80-90 mmHg
Hipertensi Stadium 1 : 140-160/90-100 mmHg
Hipertensi Stadium 2 : Lebih dari 160/100 mmHg
C. Denyut nadi atau denyut jantung
Pemeriksaan denyut nadi sama dengan pengukuran denyut jantung. Pengukuran denyut
jantung adalah mengukur berapa kali jantung berdetak setiap menit. Jantung berdetak setiap kali
mendorong darah ke arteri sehingga arteri mengembang dan berkontraksi.
Setiap peningkatan suhu sebanyak 1 derajat celcius maka akan meningkatkan denyut nadi
sebanyak 15-20 kali per menit. Pengukuran denyut jantung bisa juga untuk mengetahui ritme
jantung dan kekuatan denyut nadi. Nilai normal denyut nadi untuk orang dewasa (di atas 18
tahun) yang sehat adalah 60-100 kali per menit.
Angka denyut jantung bisa berbeda pada kelompok usia di bawah 18 tahun dan lanjut usia.
Nilai angka denyut nadi ini juga bisa meningkat apabila Anda melakukan olahraga, merokok,
sedang sakit, atau perubahan perasaan seperti emosi atau takut. Nilai normal denyut nadi yang
dimiliki oleh para atlet berkisar 40 kali per menit.
Pengukuran denyut jantung bisa dilakukan di beberapa bagian tubuh. Anda bisa melakukan
pemeriksaan denyut nadi sendiri pada beberapa bagian seperti pada pergelangan tangan, leher,
pelipis, dan beberapa lipatan (paha, siku, dan lutut). Di rumah sakit, pengukuran denyut nadi
dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan stetoskop.

Nadi

Bayi : 120-130 x/mnt


Anak : 80-90 x/mnt
Dewasa : 70-80 x/mnt
Lansia : 60-70 x/mnt

Catatan :
Takikardia (Nadi di atas normal) : Lebih dari 100 x/mnt
Bradikardia (Nadi dibawah normal) : Kurang dari 60x/mnt

D. Laju pernapasan
Tanda-tanda vital selanjutnya adalah laju pernapasan. Pengukuran laju pernapasan bisa
menunjukkan apakah Anda memiliki pernapasan normal atau tidak normal. Pernapasan tidak
normal akan mengindikasikan bahwa Anda memiliki pernapasan cepat, lambat atau sulit
bernapas.
Laju pernapasan adalah jumlah tarikan napas setiap menit. Pengukuran laju pernapasan biasa
dilakukan saat sedang beristirahat. Anda bisa mengukurnya sendiri di rumah. Pemeriksaan laju
pernapasan diketahui dengan cara menghitung berapa kali tarikan napas yang ditandai dengan
mengembangnya rongga dada selama satu menit.
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ini cukup
menggunakan stopwatch. Laju pernapasan normal untuk orang dewasa ketika beristirahat adalah
12-24 kali per menit. Anda bisa mengukur nilai pengukuran laju pernapasan yang telah Anda
lakukan dengan nilai laju pernapasan normal ini.
Apabila nilai laju pernapasan di bawah angka 12 atau di atas 24 maka dianggap pernapasan
tidak normal. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkannya, di antaranya adalah demam, cemas,
penyakit paru-paru, asma, pneumonia, gagal jantung, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Nilai laju pernapasan normal pada anak-anak dan bayi memiliki nilai yang berbeda. Laju
pernapasan normal pada anak-anak berkisar antara 20-50 kali per menit, sedangkan laju
pernapasan normal pada bayi adalah 30-40 kali per menit

Pernapasan / Respirasi

Bayi : 30-40 x/mnt


Anak : 20-30 x/mnt
Dewasa : 16-20 x/mnt
Lansia : 14-16 x/mnt

Catatan :
Dispnea : Pernapasan yang sulit
Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)
Apnea : Pernapasan terhenti
2. Rumus CrCl?

ESTIMASI KLIRENS KREATININ BERDASARKAN SERUM KREATININ


Dalam penentuan ini, rumus yang lazim dipakai adalah Rumus “Cockcroft and Gault”:

Keterangan: Umur = umur (tahun)


BB = Berat Badan (Kg)
sCr = Konsentrasi serum kreatinin (mg %)

Persamaan ini hanya dapat digunakan pada pasien dengan kriteria:


a. Umur ≥ 18 th
b. Berat badan 30 % IBW
- IBW (male) (kg) = 50 + 2,3 (Ht – 60)
- IBW (female) (kg) = 45 + 2,3 (Ht – 60)
- Keterangan : Ht (tinggi) dalam inci
c. Jika nilai sCr tidak stabil, makan persamaan ini tidak dapat digunakan

PERSAMAAN JELLIFFE and JELLIFFE


Ess male = IBW [ 29,3 – (0,203.age) ]
Ess female = IBW [ 25,1 – (0,175.age) ]

Keterangan: Ess = Ekskresi kreatinin


IBW = Ideal Body Weight (kg)
Age = umur (tahun)

PERSAMAAN SALAZAR AND CORCORAN (untuk pasien obesitas)


Keterangan: Wt = Berat (kg)
Ht = Tinggi (m)
sCr = Kreatinin serum ( mg/dl)

PERSAMAAN UNTUK ANAK-ANAK DAN DEWASA


o CrCl (ml/min/1. 1,73 m2) = (0,45 . Ht) / sCr ; age 0-1 tahun
2
o CrCl (ml/min/1. 1,73 m ) = (0,55 . Ht) / sCr ; age 1-20 tahun

 Keterangan : Ht = tinggi (cm)


sCr = kreatinin serum (mg/dl)

PERSAMAASN TRAUB AND JOHNSON (Anak 1-18 th)

Keterangan: Ht = tinggi (cm)


sCr = Kreatinin serum (µmol/L)

3. 7 obat yg menybabkan nefrotoksik dan hepatotoksik?

Obat-obatan Nefrotoksik
yaitu efek samping obat-obatan terhadap fungsi ginjal. Berikut ini beberapa obat yang
berpotensi menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

ACE inhibitor1 Cidofovir Ifosfamid Mitomisin Simetidin


Allopurinol Cisplatin Kokain NSAID6 Statin7
Amfoterisin B Fenofibrat Kuinolon baru4 Penisilin Sulfonamid
Aminoglikosida2 Foscarnet Laksatif5 Pentamidin Tetrasiklin
Asam Furosemid Metadon Rifampisin Thiazide
asetilsalisilat3 diuretik
Asiklovir (IV) Gemfibrozil Metamfetamin Sefalosporin Trimetoprim
Basitrasin Heroin Metotreksat Siklosporin Vankomisin
Keterangan
1
Misalnya: captopril, ramipril, lisinopril, dan sebagainya.
2
Misalnya: streptomisin, gentamisin, tobramisin, dan sebagainya.
3
Pada lansia dalam dosis kecil.
4
Misalnya: siprofloksasin, levofloksasin, dan sebagainya.
5
Hanya pada pemakaian kronik.
6
Misalnya: ibuprofen, meloksikam, indometasin, dan sebagainya.
7
Misalnya: atorvastatin, simvastatin, dan sebagainya.

Obat-obat Hepatotoksik
Obat-obatan, seperti yang kita ketahui, dapat menimbulkan berbagai efek samping. Salah
satunya adalah efek hepatotoksik; yaitu efek samping kerusakan sel-sel atau jaringan hati dan
sekitarnya akibat konsumsi suatu obat.
Efek hepatotoksik yang dikenal ada beberapa macam, yaitu:

 Kerusakan parenkim hati dengan cepat, menyerupai gejala hepatitis viral akut.
 Kerusakan parenkim hati dengan lambat, menyerupai gejala hepatitis kronik aktif.
 Infiltrasi lemak pada sel-sel hati, menyerupai gejala fatty liver.
 Menghambat ekskresi empedu sehingga menimbulkan ikterus obstruktif, menyerupai gejala
kolestasis.
 Merusak sel-sel saluran empedu secara perlahan-lahan, menyerupai gejala sirosis biliaris.
 Menyebabkan granuloma sel-sel hati.
 Menyebabkan perlukaan pada parenkim hati, sehingga mendorong terbentuknya jaringan
parut (fibrosis) menyerupai sirosis hati.
 Mendorong terjadinya tumor hati.
 Merusak sistem pembuluh darah portal hati.
Mengapa suatu obat dapat bersifat hepatotoksik? Diduga sebabnya bersifat multifaktorial, namun
ada beberapa mekanisme yang sudah diketahui dapat membuat obat tertentu bersifat
hepatotoksik.

1. Peroksidasi lipid. Radikal bebas yang terkandung dalam obat dapat memicu reaksi
peroksidasi pada asam lemak tak jenuh pada retikulum endoplasmik sel hati, sehingga
terjadi degenerasi lemak dan nekrosis pada sel yang bersangkutan.
2. Stres oksidatif, juga disebabkan radikal bebas. Proses ini dapat menyebabkan
berkurangnya glutation dalam sel hati, sehingga terjadi gangguan keseimbangan kalsium
dan kerusakan sel yang bersangkutan.
3. Penghambatan oksidasi, juga dapat menyebabkan reaksi peroksidasi lipid.
4. Penghambatan sintesis protein melalui inhibisi enzim RNA polimerase, yang
menyebabkan nekrosis lemak dan kematian sel.
5. Penghambatan transportasi asam empedu pada sistem saluran kanalikuler
intrahepatik.
6. Reaksi imunoalergenik (berupa reaksi sitotoksik akibat paparan antigen asing)
7. Efek karsinogenesis, terutama oleh metabolit obat yang sangat aktif atau teraktivasi
berlebihan oleh substansi asing.

1. Obat yang mengakibatkan gejala mirip hepatitis viral akut

Allopurinol Diklofenak Fenobarbital Kuinin Piroksikam


Antidepresan Diltiazem Halotan Labetalol Probenesid
trisiklik
Asam Enfluran Ibuprofen Maprotilin Ranitidin
asetilsalisilat
Asam Etambutol Indometasin Metoprolol Simetidin
paraaminosalisilat
Asam valproat Etionamid Isoniazid Naproksen Sulfonamid
Asebutolol Fenelzin Karbamazepin Parasetamol Sulindak
Atenolol Fenilbutazon Ketokonazol Penisilin Verapamil
Dantrolen Fenitoin Kuinidin Pirazinamid
2. Obat yang mengakibatkan gejala mirip hepatitis kronik aktif
Asetaminofen Dantrolen Isoniazid Metildopa Nitrofurantoin
(dosis besar dan
lama)

3. Obat yang mengakibatkan gejala mirip fatty liver


Antitiroid Asam valproat Fenotiazin Metotreksat Sulfonamid
Asam Fenitoin Isoniazid Steroid Tetrasiklin
asetilsalisilat

4. Obat yang mengakibatkan ikterus obstruktif


Aktinomisin D Eritromisin Kaptopril Merkaptopurin Sefalosporin
Amoksisilin + Fenitoin Karbamazepin Metiltestosteron Siklofosfamid
asam klavulanat
Antidepresan Flurazepam Karbimazol NSAID Siklosporin
trisiklik
Azatioprin Flutamid Ketokonazol Nifedipin Sulfonamid
Danazol Gliburid Kloksasilin Nitrofurantoin Tamoksifen
flekainid
Diazepam Griseofulvin Klordiazepoksid Noretandrolon Tiabendazol
Disopiramid Garam emas Klorpropamid Oksasilin Tolbutamid
Enalapril Haloperidol Kontrasepsi oral Penisilamin Verapamil
Rifampisin

5. Obat yang mengakibatkan gejala mirip sirosis biliaris


Asam valproat + Fenotiazin Klorpropamid + Tiabendazol Tolbutamid
klorpromazin eritromisin
Fenitoin Imipramin

6. Obat yang mengakibatkan granuloma hepar


Allopurinol Fenilbutazon Hidralazin Klorpromazin Penisilin
Asam Fenitoin Isoniazid Kuinidin Sulfonamid
asetilsalisilat
Diltiazem Garam emas Karbamazepin Nitrofurantoin Tolbutamid
Disopiramid

7. Obat yang mengakibatkan sirosis antara lain asam nikotinat, metotreksat, dan terbinafin.
8. Obat yang mengakibatkan tumor hati
Danazol Kontrasepsi oral Steroid anabolik Testosteron

9. Obat yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah portal


Adriamisin Karmustin Metotreksat Steroid anabolik Vinkristin
Azatioprin Kontrasepsi oral Mitomisin Tioguanin Vitamin A
Dakarbazin Merkaptopurin Siklofosfamid +
Siklosporin

Anda mungkin juga menyukai