Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK ( 6 ) RESUME AKHLAK

“AKHLAK BERMASYARAKAT”

DI SUSUN OLEH :

1. M. Diky Wahyu F. (2020C1B021)


2. Asri (2020C1B010)
3. Iza Juliadi (2020C1B017)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
MATARAM, 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang karena
atas berkat dan rahmat-Nya maka penulis diberikan kekuatan dan ketabahan hati
dalam peroses penyelesaian resume ini. Dalam penyusunan resume ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan
yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara
langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi
hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh daari kata sempurna, karena
mungkin masih terdapat kekeliruan dalam penulisan maupun pembahasan materi.
Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati bersedia menerima kritik yang
membangun, demi kesempurnaan resume ini. Dan semoga penulisan resume ini
bermanfaat dan khsusnya agar dapat menambah wawasan untuk para pembaca.

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan
rahmat-Nya jualah sehingga resme ini dapat terselesaikan. Namun penulis menyadari
bahwa resume ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian
materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat
konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan
menyempurnakan resume ini.

Mataram, November 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................


1.2 TUJUAN ..........................................................................................
1.3 MANFAAT .....................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................


2.1 AKHLAK BERTEMAN DAN MENERIMA TAMU .............
2.2 HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA...........................
2.3 HUBUNGAN BAIK DENGAN MASYARAKAT....................
2.4 PERGAULANMUDAMUDI…………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
HASIL DISKUSI

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akhlak dalam Bahasa indonesia (KBBI) disebutkan kata akhlak berarti budi pekerti
,tabi’at, kelakuan, watak. (Tim penyusun pusat Bahasa Depdiknas, 2008;28). Secara etimologi,
kata ‘akhlak’ berasal berasal dari Bahasa arab ‘akhlaqun’ yang artinya budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi’at, kebiasaan, tata krama, sopan santun, adap, dan tindakan. kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan kata ‘khalqun’ yang berarti kejadian serta erat
hubungannya dengan ‘khaliq’ yang berarti menciptaan, Tindakan atau perbuatan, sebagaiman
terdapat kata “al-khaliq” artinya pencipta dan ‘makhluk’ artinya yang dicipta. (Beni Ahmad
Seabani, Abdul Hamud, 2010;13).
Dalam pengertian sehari-hari kata “khuluqun” umumnya disamakan artinya dengan arti
kata ‘budi pekerti’ atau ‘kesesuaian’ atau ‘sopan santun’. Defisi kata ‘budi pekerti’ dalam
Bahasa indonesia merupakan kata majemuk dari kata ‘budi’ berasal dari Bahasa sansekerta,
bentuk isim fa’il (subjek) atau isim alat, yang berarti yang sadar atau yang menyadarkan atau alat
kesadaran.
Kata budi juga dapt diartikan sebagai akal yaitu alat batin untuk menimbang dan menentukan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Kata budi juga
dapat diartikan sebagai tabi’at, watak, perangai, dan sebagainya. Budi adalah hal yang
berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran yang disebut juga karakter.
Pekerti, dapat diartikan sebagai perbuatan. Pekerti adalah apa yang dilihat pada manusia karena
didorong oleh perasaan hati yang disebut juga behavior.

1.2 TUJUAN
 Mahasiswa dapat memahami akhlak bermasyarakat.

1.3 MANFAAT
 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tatacara bertamu dan menerima tamu.
 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang hubungan baik dengan tetangga.
 Mahasiswa dapat menyebutkan tentang hubungan baik dengan masyarakat.
 Mahasiswa dapat menjelaskan tatacara pergaulan muda-mudi.
 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang keudukan ukhuwwah Islamiyah.
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 AKHLAK BERTAMU DN MENERIMA TAMU


Orang yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir akan mengimani wajibnya
memuliakan tamu sehingga ia akan menenmpatkannya sesuai sesuai dengan kedudukannya.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yang artinya: “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tamunya.”(HR. Bukhari). Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka
mempererat silahturrahim. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara, teman sekantor,
teman seprofesi, dan sebagainya. Bertamu ada maksud lain dan tujuannya, antara lain
menjenguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan
maslah keluarga, dan sebagainya.
Tujuan utama bertamu menurut islam adalah menyambung persaudaraan atau
silaturrahim. Silaturrahim tidak hanya bagi saudara sedarah,(senasab), saudara seiman dan
non muslim juga. Allah swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan
orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mu’min lain. Silaturrahim tidak saja
menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan maupun
pemahaman karena bisa saja pada saat berinteraksi terjadi pembicaraan-pembicaraan yang
berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan baru tentang bagaimana cara mendapatkan
rezeki, dan sebagainya.
Dalam islam diterangkan beberapa adap bertamu, baik yang berkaitan dengan tuan
rumah dan tamu.

 Adap bagi tuan rumah

1. Ketika mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan


orang yang fijir ( bermudah-mudahan dalam dosa), sebagai sabdah rasulullahu’alaihi wa
sallam yang artinya : “janganlah engkau berteman dengan melainkan dengan seorang
mu’min dan jangannlah memakan makannnmu melainkan orang yang bertakwa” ( HR. Abu
Dawud dan Tirmizi ).
2. Tidak menghususkan mengundang orang-orang kaya saja, tetapi mengundang orang miskin,
berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Yang artinya; “sejelek-jelek makanan
adalah makanan walimah dimana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang
miskinynya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim).
3. Tidak mengundang seorang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang.
4. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana hadist yang
diriwayatkan dari ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, bahwasannya tatkala utusan Abi Qais
datang kepada nabi shallallau’alaihi wa sallam.
5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja.
6. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bemegah-mega, tetapi bermaksud untuk
mencontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
7. Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk memberikan kegembiraan kepada
sesama muslim.
8. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan
apabila tamu duduk dengan tertib.
9. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda.
10. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selsai menikmatinya.

 Adap Bagi Tamu


1. Bagi seorang yang diundang,hendaklah memenuhinya sesuai waktunya kecuali ada unsur,
seperti takut ada sesuayu yang menimpa dirinya atau agamanya.Untuk menghendari
undangan, maka hendaknya memperhatikan syarat-syarat berikut;
a. Orang yang mengundang bukan orang yang harus dihindari dan dijauhi.
b. Tidak bada kemungkaran pada tempat undangan tersebut.
c. Orang yang mengundang adalah muslim.

2. hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang, baik orang yang kaya ataupun
orang yang miskin.
3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesama muslim.
4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan
hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal Bersama mereka.
5. Apabila kita dalam keadaan berpuasa, tetap disunahkan untuk menghadiri undangan
karena menampakkan kebahagiaan kepada muslim termasuk bagian ibadah.

Disamping hal-hal tersebut diatas ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tamu,
seperti meminta izin, permisi kepada tuan rumah sebelum memasuki rumah. Dalam hal ini
(memberi salam dan meminta izin), maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah jika
kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, berarti kita
harus menunda kunjungan kita kala itu. Hadis Riwayat Abu Musa Al-Asy’ary ra, dia
berkata :” Rasulullah bersabda, mi nta izin masuk rumah itu tiga kali jika diijinkan untuk
kamu (masuklah) jika tidak maka pulanglah !” ( HR. Bukhhari dan Muslim ).

Berpakaian yang rapi dan pantas. Bertemu dengan pakakian yang pantas berarti
menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan
lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Firman Allah, yang artinya :
“Jika kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka ( kejahatan )
itu bagi bdirimu sendiri.” ( QS. AL Isra : 7 )

2.2 HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA

Di dalam al-Qur’an Allah swt berfirman yang artinya : “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada
dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba
sahayamu.sesungguhnya Allah tidak menyukai irang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”{ ( QS. An-Nisa :36 ). Bertetangga adalah bagian
kehidupan manusia yng hampir tidak bisa mereka tolak. Manusia bukan semata-mata
personal being ( makhluk individu ) tapi juga merupakan social being ( makhluk
sosial ). Seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, satu sama lain selalu
bermitra dalam mencapai kebaikan Bersama. Ini merupakan hukum sosial.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Syaeraih Ra.,Nabi


saw.bersabda,”Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah dia tidak beriman! Demi
Allah, dia tidak beriman.” Seseorang lalu bertanya, “Siapa ya Rasulullah?” beliau
bersabda, “ Orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya”
( HR. Bukhari ). Ada hal menarik dari reaksi hadis ini, Rasulullah saw. Bersumpah
sampai tiga kali dengan nama Allah dan vonis yang sangat keras “tidak beriman’ tatkala
beliau mengatakan esensi hidup bertetangga. Mengapa Rasulullah saw. Menganjurkan
umatnya untuk berbuat baik pada tetangga dan tidak menyakitinya sedikitpun? Dalam
islam, akhlak muliah adalah kunci utama dan pertama. Ia adalah bukti keimanan yang
harus terwujud dalam kehidupan seorang muslim. Memuliakan tetangga adalah salah
satu diantaranya.

Jadi, memuliakan tetangga adalah perwujudan keimanan dan salah satu bentuk
akhlak mulia.Rasulullah saw. Mengungkapkan bahwa Jibril selalu memerintahkannya
uantuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai beliau mengira para tetangga
termasuk salah satu ahli waris. Keterangan-keterangan tersebut memberikan gambaran
kepada kita bahwa kebaikan tidak sekedar dengan Allah ( habluminallah ) tetapi harus
mencangkup hubungan dengan sesame. Rasulullah saw misalnya, melarang kita berbuat
gibah ( menjelekk-jelekan kehormatan )pada tetangga kita. Di dalam hadis yang lain
Rasulullah saw.bersabda “ tidaklah masuk surga orang yang tetangganya tidak aman
dari berbagai gangguannya ( HR. Muslim/46 ).
Mungkun kita pernah dengar cerita, ada orang yang rela mempertaruhkan
nyawanya untuk menyelamatkan barang-barang milik tetangganya yang tengah
dirampok atau dijarah kawanan maling. Solidaritas yang tulus seorang teman atau
tetangga, terkadang sulit dipahami dengan logika. Betapa pentingnnya menjaga
hubungan baik dengan tetangga. Yang jelas berbuat baik pada tetangga jauh lebih aman
dan lebih murah biayanya daripada harus membayar satpam misalnya. Tak heran jika
dalam sebuah hadis, Rasulullah saw mewanti-wanti, “ Barangsiapa yang percaya kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia menghormati tetangganya” ( HR. Bukhori/
6018 ).

2.3 HUBUNGAN BAIK DENGAN MASYARAKAT

Selain hubungan baik dengan tetangga dan tamu, orang islam harus dapat
berhubungan baik dengan masyarakat umum yang berada pada lini-lini kehidupan,baik
orang itu beda agama sekalipun. Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan, karena
manusia merupakan makhluk sosial dan menjadi fitrah manusia untuk saling kenal antar
sesama. Hal ini Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13 Allah
berfirman: yang artinya :”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesugguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” ( QS. Al-Hujurat: 13 ).

Tujuan islam adalah membangun individu dan masyarakat agamis, yaitu


masyarakat yang hubungan sosialya dibangun berdasarkan tujuan dan hukum agama.
Masyarakat ideal adalah masyarakat diantara tanggung jawab sosial dan iman memiliki
hubungan yang kuat dan tidak dapat dipisahkan. Keistimewaan yang penting dan prinsip
dari umat islam adalah hendaknya menjadi teladan bagi manusia dan masyarakat yang
lain. Dari sini , umat islam mampu memenej masyarakatnya sedemikian rupa, sehigga
menjadi teladan hakiki dari sebuah masyarakat ideal dan sempurna.

Akidah Bersama yang bersumber dari fitrah manusia dan sesuai dengan karakter
manusia, yaitu akidah akan tauhid dan kepercayaan kepada Allah yang maha
esa.keistimewaan ini telah disebutkan dalam surah ali Imran ayat 64. Keistimewaan lain
masyarakat ideal adalah bimbingan kepada kebenaran dan hakekat. Setiap individu dari
umat yang seperti ini akan terus berusaha dalam kehidupan individu dan sosialnya
menampakkan kebenaran dan mengajak orang lain menerima kebenaran. Seorang
mukmin adalah seorang yang percya kebenaran dan mengajak orang lain kepada
kebenaran. Inilah yang disebutkan dalam surah al-A’raf ayat 181 mengenai ajakan
kepada orang lain untuk menerima kebenaran.

Masyarakat Qur’ani adalah masyarakat yang mengakui persamaan dan persaudaraan.


Al-Qur’an saat menjelaskan keistimewaan masyarakat ideal dalam surah Al-Hujurat
ayat 10. Ciri khas lain dari masyarakat ideal menurut Al-Qur’an adalah keadilan dan
menjauhi sikap ekstrim kiri dan kanan. Dalam masyarakan Qurani , nilai-nilai ilahi dan
akhlak menggantikan hawa nafsu dan ini dengan sendirinya merupakan ciri khas
masyarakat ideal. Para ahli tafsir dalam menjelaskan hayat thayyibah mengatakan
bahwa yang dimaksud kehidupan suci adalah terciptanya masyarakat yang disertai
dengan ketenangan, keamanan, kesejahteraan, kedamaiian, kecintaan, persahabatan dan
saling membantu. ( Quraiy Shihab, 1989 : 204 )

2.4 PERGAULAN MUDA MUDI

Gambaran maraknya budaya permisifisme dan hedonisme ini dapat kita lihat dari hasil
penelitian Synovate di empat kota; Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya
( Republika, edisi 11 maret 2006 ). Dari 450 responden putra-putri usia 15-24 tahun
kita menentukan kenyataan yang sangat mengecewakan. Fenomena seks bebas di
kalangan remaja akan data berikut ini :

1. Sekitar 16% remaja di empat kota itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia
antara 13 – 15 tahun.
2. 44% responden lainnya mengaku mulai mencicipi seks sejak usia 16 – 18 tahun.
3. Sekitar 35% responden mengakui mengenal seks pertama kali dari fil forno.
4. 40% responden mengaku pertama kali melakukan hubungan seks di rumah mereka;
26% mengaku melakukannya di tempat kos ; 26% lainnya senang melakukannya di
kamar hotel.

Sangat memprihatinkan. Inilah yang terjadi pada Sebagian remaja. Kita tidak tau
persis fakta sesungguhnya ; mungkin jumlahnya lebih sedikit, mungkin juga lebuh
besar. Islam adalah agama yang syamil ( menyeluruh ) dan mutakamil ( sempurna ).
Agama mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha pencipta, yang mengetahui tentang
seluk beluk ciptaannya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram dan
teratur. Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan
mengenai tatacara pergaulan antara pria dan Wanita. Berikut rambu-rambu yang harus
diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela (
Miftah Farid, 2000 :65 ).

 Hendaknya setiap muslim pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara
berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qur’an surah An- Nur ayat 30 -31.
 Hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana
islami agar terhindar dari fitnah. Secara khusus bagi Wanita Allah berfirman “ dan
janganlah mereka menampakkan perhiaannya, kecuali yang bisa Nampak daripadanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya” ( QS. 24;31 ).
 Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuata zina ( QS. 17: 32 )
misalnya berkhalwat ( berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nabi
bersabda “ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah
berkhalwat dengan seorang Wanita ( tanpa disertai mahramnya ) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaitan ( HR. Ahmad ).
 Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera . arahan
mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah “ Hai para istri nabi, kamu skalian
tidaklah seperti Wanita lain jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tundung dalam
berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah
ucapan yang ma’ruf.” ( QS. 33 : 31 )
 Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabat tangan sebagaimana
dicontohkan Nabi saw,”sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan Wanita.” ( HR.
Malik, Tirmizi dan Nasa’I )
 Hendaklah tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dan Wanita dalam satu
tempat. Hal ini diungkapkan Abu asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan
pada saat itu bercampur baur laki-laki dan petempuan di jalanan, maka beliau berkata :
“mundurlah kalian ( kaum Wanita ), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian
kalian adalah pinggir jalan “( HR.Abu Daud ).
DAFTAR PUSTAKA

Saebani,Beni Ahmad,Hamid,Abdul.2010.Ilmu Akhlak.Bandung:CV Pustaka Setia.

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan

Umat,Cetakan II, Bandung,Mizan.

Shonhaja, Abdul, dkk. 1994. Sunan Ibnu Majah. Semarang:CV.Asy syifa.

Suhrawandi. 1998.Awarif Al-Ma’arif, terj. Ilma Nugra Isma’il, Bandung: Pustaka Hidayah.

Sulaiman, Dr.Umar, Al-Ikhlas, Asyqar, Darun nafa-is, 1415.

Syafe’I, Rachmad. 2000. Al-Ikhlas Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum, Bandung, Pustaka

Setia.
Syaikh, Abdullah bin Muhgammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu. 1427 H/ 2006 M.

Pustaka Imam Syafi’i. Jakarta.


HASIL DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai