“AKHLAK BERMASYARAKAT”
DI SUSUN OLEH :
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang karena
atas berkat dan rahmat-Nya maka penulis diberikan kekuatan dan ketabahan hati
dalam peroses penyelesaian resume ini. Dalam penyusunan resume ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan
yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara
langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi
hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh daari kata sempurna, karena
mungkin masih terdapat kekeliruan dalam penulisan maupun pembahasan materi.
Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati bersedia menerima kritik yang
membangun, demi kesempurnaan resume ini. Dan semoga penulisan resume ini
bermanfaat dan khsusnya agar dapat menambah wawasan untuk para pembaca.
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan
rahmat-Nya jualah sehingga resme ini dapat terselesaikan. Namun penulis menyadari
bahwa resume ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian
materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat
konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan
menyempurnakan resume ini.
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
HASIL DISKUSI
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami akhlak bermasyarakat.
1.3 MANFAAT
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tatacara bertamu dan menerima tamu.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang hubungan baik dengan tetangga.
Mahasiswa dapat menyebutkan tentang hubungan baik dengan masyarakat.
Mahasiswa dapat menjelaskan tatacara pergaulan muda-mudi.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang keudukan ukhuwwah Islamiyah.
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
2. hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang, baik orang yang kaya ataupun
orang yang miskin.
3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesama muslim.
4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan
hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal Bersama mereka.
5. Apabila kita dalam keadaan berpuasa, tetap disunahkan untuk menghadiri undangan
karena menampakkan kebahagiaan kepada muslim termasuk bagian ibadah.
Disamping hal-hal tersebut diatas ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tamu,
seperti meminta izin, permisi kepada tuan rumah sebelum memasuki rumah. Dalam hal ini
(memberi salam dan meminta izin), maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah jika
kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, berarti kita
harus menunda kunjungan kita kala itu. Hadis Riwayat Abu Musa Al-Asy’ary ra, dia
berkata :” Rasulullah bersabda, mi nta izin masuk rumah itu tiga kali jika diijinkan untuk
kamu (masuklah) jika tidak maka pulanglah !” ( HR. Bukhhari dan Muslim ).
Berpakaian yang rapi dan pantas. Bertemu dengan pakakian yang pantas berarti
menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan
lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Firman Allah, yang artinya :
“Jika kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka ( kejahatan )
itu bagi bdirimu sendiri.” ( QS. AL Isra : 7 )
Di dalam al-Qur’an Allah swt berfirman yang artinya : “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada
dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba
sahayamu.sesungguhnya Allah tidak menyukai irang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”{ ( QS. An-Nisa :36 ). Bertetangga adalah bagian
kehidupan manusia yng hampir tidak bisa mereka tolak. Manusia bukan semata-mata
personal being ( makhluk individu ) tapi juga merupakan social being ( makhluk
sosial ). Seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, satu sama lain selalu
bermitra dalam mencapai kebaikan Bersama. Ini merupakan hukum sosial.
Jadi, memuliakan tetangga adalah perwujudan keimanan dan salah satu bentuk
akhlak mulia.Rasulullah saw. Mengungkapkan bahwa Jibril selalu memerintahkannya
uantuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai beliau mengira para tetangga
termasuk salah satu ahli waris. Keterangan-keterangan tersebut memberikan gambaran
kepada kita bahwa kebaikan tidak sekedar dengan Allah ( habluminallah ) tetapi harus
mencangkup hubungan dengan sesame. Rasulullah saw misalnya, melarang kita berbuat
gibah ( menjelekk-jelekan kehormatan )pada tetangga kita. Di dalam hadis yang lain
Rasulullah saw.bersabda “ tidaklah masuk surga orang yang tetangganya tidak aman
dari berbagai gangguannya ( HR. Muslim/46 ).
Mungkun kita pernah dengar cerita, ada orang yang rela mempertaruhkan
nyawanya untuk menyelamatkan barang-barang milik tetangganya yang tengah
dirampok atau dijarah kawanan maling. Solidaritas yang tulus seorang teman atau
tetangga, terkadang sulit dipahami dengan logika. Betapa pentingnnya menjaga
hubungan baik dengan tetangga. Yang jelas berbuat baik pada tetangga jauh lebih aman
dan lebih murah biayanya daripada harus membayar satpam misalnya. Tak heran jika
dalam sebuah hadis, Rasulullah saw mewanti-wanti, “ Barangsiapa yang percaya kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia menghormati tetangganya” ( HR. Bukhori/
6018 ).
Selain hubungan baik dengan tetangga dan tamu, orang islam harus dapat
berhubungan baik dengan masyarakat umum yang berada pada lini-lini kehidupan,baik
orang itu beda agama sekalipun. Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan, karena
manusia merupakan makhluk sosial dan menjadi fitrah manusia untuk saling kenal antar
sesama. Hal ini Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13 Allah
berfirman: yang artinya :”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesugguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” ( QS. Al-Hujurat: 13 ).
Akidah Bersama yang bersumber dari fitrah manusia dan sesuai dengan karakter
manusia, yaitu akidah akan tauhid dan kepercayaan kepada Allah yang maha
esa.keistimewaan ini telah disebutkan dalam surah ali Imran ayat 64. Keistimewaan lain
masyarakat ideal adalah bimbingan kepada kebenaran dan hakekat. Setiap individu dari
umat yang seperti ini akan terus berusaha dalam kehidupan individu dan sosialnya
menampakkan kebenaran dan mengajak orang lain menerima kebenaran. Seorang
mukmin adalah seorang yang percya kebenaran dan mengajak orang lain kepada
kebenaran. Inilah yang disebutkan dalam surah al-A’raf ayat 181 mengenai ajakan
kepada orang lain untuk menerima kebenaran.
Gambaran maraknya budaya permisifisme dan hedonisme ini dapat kita lihat dari hasil
penelitian Synovate di empat kota; Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya
( Republika, edisi 11 maret 2006 ). Dari 450 responden putra-putri usia 15-24 tahun
kita menentukan kenyataan yang sangat mengecewakan. Fenomena seks bebas di
kalangan remaja akan data berikut ini :
1. Sekitar 16% remaja di empat kota itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia
antara 13 – 15 tahun.
2. 44% responden lainnya mengaku mulai mencicipi seks sejak usia 16 – 18 tahun.
3. Sekitar 35% responden mengakui mengenal seks pertama kali dari fil forno.
4. 40% responden mengaku pertama kali melakukan hubungan seks di rumah mereka;
26% mengaku melakukannya di tempat kos ; 26% lainnya senang melakukannya di
kamar hotel.
Sangat memprihatinkan. Inilah yang terjadi pada Sebagian remaja. Kita tidak tau
persis fakta sesungguhnya ; mungkin jumlahnya lebih sedikit, mungkin juga lebuh
besar. Islam adalah agama yang syamil ( menyeluruh ) dan mutakamil ( sempurna ).
Agama mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha pencipta, yang mengetahui tentang
seluk beluk ciptaannya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram dan
teratur. Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan
mengenai tatacara pergaulan antara pria dan Wanita. Berikut rambu-rambu yang harus
diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela (
Miftah Farid, 2000 :65 ).
Hendaknya setiap muslim pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara
berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qur’an surah An- Nur ayat 30 -31.
Hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana
islami agar terhindar dari fitnah. Secara khusus bagi Wanita Allah berfirman “ dan
janganlah mereka menampakkan perhiaannya, kecuali yang bisa Nampak daripadanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya” ( QS. 24;31 ).
Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuata zina ( QS. 17: 32 )
misalnya berkhalwat ( berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nabi
bersabda “ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah
berkhalwat dengan seorang Wanita ( tanpa disertai mahramnya ) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaitan ( HR. Ahmad ).
Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera . arahan
mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah “ Hai para istri nabi, kamu skalian
tidaklah seperti Wanita lain jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tundung dalam
berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah
ucapan yang ma’ruf.” ( QS. 33 : 31 )
Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabat tangan sebagaimana
dicontohkan Nabi saw,”sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan Wanita.” ( HR.
Malik, Tirmizi dan Nasa’I )
Hendaklah tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dan Wanita dalam satu
tempat. Hal ini diungkapkan Abu asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan
pada saat itu bercampur baur laki-laki dan petempuan di jalanan, maka beliau berkata :
“mundurlah kalian ( kaum Wanita ), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian
kalian adalah pinggir jalan “( HR.Abu Daud ).
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan
Suhrawandi. 1998.Awarif Al-Ma’arif, terj. Ilma Nugra Isma’il, Bandung: Pustaka Hidayah.
Syafe’I, Rachmad. 2000. Al-Ikhlas Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum, Bandung, Pustaka
Setia.
Syaikh, Abdullah bin Muhgammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu. 1427 H/ 2006 M.