Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kerangka Teori


2.1.1. Jagung Manis
A. Pengertian Jagung Manis
Jagung manis (Zea mays Saccharata) adalah salah satu kelompok budidaya /
kelompok kultivar jagung yang cukup penting secara komersial, setelah jagung
biasa (juga biasa disebut jagung ladang atau field corn). Keistimewaannya adalah
kandungan gula (terutama sukrosa) yang tinggi pada waktu dipanen. Pemanenan
untuk produksi selalu dilakukan pada saat muda (tahap "masak susu", kira-kira 18-
22 hari setelah penyerbukan terjadi).
Jagung manis biasanya tidak dijual sebagai pakan ternak, melainkan
sebagai konsumsi manusia. Pengolahan jagung ini dapat direbus, dibakar, maupun
dijadikan bubur. Jagung manis dalam klasifikasi perdagangan dikelompokkan
sebagai sayur-sayuran meskipun jagung ladang dikelompokkan sebagai palawija.
Ini disebabkan karena jagung manis dijual segar dan mudah rusak (perishable).
Rasa manis tidak bertahan lama (tiga sampai empat hari saja) sehingga "masa
simpan" menjadi salah satu penentu kualitas yang penting.
Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar,
yaitu akar lateral, akar adventif, dan akar udara.  Akar lateral tumbuh dari radikula
dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku
paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan.  Sementara akar udara
adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah permukaan tanah.
Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan
air tanah. Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silinder. Pada buku
ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung
tergantung varietas, umumnya berkisar 100 cm sampai 300 cm. Daun jagung
memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 helai
sampai 48 helai tergantung varietasnya. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah

1
2

daun yang disebut ligula, fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam
kelopak daun dan batang (Purwono dan Hartono dalam Agitarani, 2011).
B. Sejarah Jagung Manis
Jagung manis ( Zea mays saccharata ) atau Sweet corn pada mulanya
berkembang dari jagung gigi kuda atau dent corn ( Zea mays indentata) dan jagung
mutiara atau flint corn ( Zea mays indurata) yang kemudian melalui pemuliaan
tanaman diperoleh jenis yang manis. Jagung muda apabila telah direbus
mempunyai rasa enak dan manis. Rasa manis ini disebabkan kandungan zat
gulanya tinggi oleh karena terdapatnya gen resesif yang dapat mencegah perubahan
dari  gula menjadi pati. Jagung manis mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda
bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan
kering akan menjadi keriput/berkerut. Jagung jenis ini dapat mengalami perubahan
rasa menjadi kurang manis apabila diareal pertanaman terdapat jagung biasa oleh
karena terjadinya penyerbukan silang atau cross pollination. Untuk membedakan
jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut putih
sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis antara 65 sampai 70
hari, namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter diatas permukaan laut atau lebih,
biasanya mencapai 80 hari (Borneo, 2011dalam Wahyudi, 2015).
Tanaman jagung sudah sejak lama diketahui orang, bukan hanya di
Indonesia tapi juga di negara-negara lainnya, belum dapat dipastikan kapan dan di
mana pertama kali ditemukannya. Menurut beberapa sumber, ada yang
menyebutkan bahwa dalam tahun 1779, orang Indian Amerika menemukan
tanaman yang kemudian dikenal dengan varietas jagung manis atau jagung gula
(Zea mays saccharata). Jenis ini memiliki ciri-ciri di antaranya biji yang mengkilat
dan kalau masih muda kelihatan jernih bercahaya, tetapi kalau sudah tua atau
masak mengerut dan keriput (Situshijau, 2003 dalam Wahyudi, 2015).
Nama zea mays sendiri diberikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1939.
Kata "zea" diambil dari bahasa Yunani yang berarti "padi-padian", sedangkan kata
"mays" merupakan kosakata orang Indian yaitu "mahiz" yang merupakan sebuatan
untuk jagung bagi orang Indian. Proses penyebaran tanaman jagung ke berbagai
negara, diperkirakan berawal dari ditemukannya benua Amerika oleh Cristoforo
3

Colombo yang lebih dikenal dengan sebutan Columbus. Pada saat itu penduduk
Meksiko dan Amerika Selatan sudah mengusahakan tanaman ini, sementara negara
lain belum mengenalnya. Oleh Columbus tanaman jagung dibawa ke Eropa,
termasuk Spanyol. Dari sana tanaman ini cepat menyebar ke negara lain di sekitar
Laut Tengah, seperti Portugal, Itali, Prancis Selatan, dan Afrika Utara. Kemudian
oleh orang Portugis, jagung dibawa ke daerah tropis pantai barat Afrika dan di sana
dikembangkan dengan baik. Dari sana penyebarannya makin meluas hingga ke
negara India, Cina, dan Filipina. Dalam upaya pencarian jalan ke negeri rempah-
rempah, akhirnya bangsa Portugis sampai ke Indonesia. Hingga tanaman jagung
yang mereka bawa tersebut masuk ke negara kita, yaitu pertamanya ke Pulau
Tidore Maluku Utara yang kemudian menyebar ke Sulawesi serta pulau-pulau
lainnya di Indonesia. Cepatnya proses penyebaran jagung diakibatkan oleh
berbagai keistimewaan yang dimiliki tanaman ini (Situshijau, 2003 dalam
Wahyudi, 2015).

C. Taksonomi Jagung Manis


Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan
biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu
tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung berasal
dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis orang
Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya ke Asia
termasuk Indonesia. Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh orang
Inggris (Ki-Jin, 2002).
Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya
kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak vitamin.
Taksonomi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) dalam
taksonomi tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )


Division : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub Divisio : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Classis : Monocotyledone ( berkeping satu )
4

Ordo : Graminae ( rumput-rumputan )


Familia : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays saccharata
Nama Umum : Sweet Corn
D. Morfologi Tanaman Jagung
1. Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup
dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga
macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar
seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar
seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3.
Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan
dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar
adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit
berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air
dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48%
akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua
atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah
menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga
membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan
penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah,
keadaan air tanah, dan pemupukan (Subekti,dkk. 2012).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal,
dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih
ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan
kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun. Pertumbuhan
5

akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang berkembang


pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari radikula
tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting
sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan
tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum
diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).
2. Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin. (Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit
(epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Teknik
Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang
tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles
berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang
tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang
mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim
berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler
(Paliwal 2000).
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang
jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang.
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung
umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun
dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh
bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari
6

bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan
bentuk cairan. (Belfield dan Brown, 2008).
3. Daun.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan
bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer),
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata
dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Subekti, dkk. 2012).
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan
rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling
luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Bentuk
selnya adalah batang. Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika kristal
terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika kristal
bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada
tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap
sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem
vaskular dikelilingi bundle sheath. Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4
memiliki sel kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak
didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al.,
2011).
4. Bunga.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku,
di antara batang dan pelepah daun. (Subekti, dkk. 2012).
7

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga


jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul
dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Paliwal
2000).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau
tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan
stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya
tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ
bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu
(Sudjana dan Sudjadi, 1991).
5. Buah/Tongkol
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). (Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp
menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri
atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm,
sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90%
pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga),
8

sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan
koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

E. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis


a. Iklim 
1. Iklim yang kehendaki oleh sebagian besar tanaman adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah, jagung
dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat
LS. 
2. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan
dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musimkemarau. 
3. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan
memberikan biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. 
4. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27
dserajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang
cocok sekitar 30 derajat C. 
5. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil. 
b. Media Tanam 
1. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat
tumbuh optimum tanah harus gembur, subur dan kaya humus. 
2. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol,
tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami
jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan
untuk tanah dengan tekstur lempung/liat berdebu adalah yang terbaik untuk
pertumbuhan. 
9

3. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara


tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah
antara 5,6-7,5. 
4. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik. 
5. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras terlebih
dahulu. 
c. Ketinggian Tempat 
Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan
ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung. 
F. Teknis Budidaya Tanaman Jagung Manis
Tabel 2.1 Teknis Budidaya Tanaman Jagung Manis
No Teknis Budidaya Budidaya di Lahan Budidaya di Lahan
Tanaman Jagung Manis Gambut Kering
1 Benih Varietas Bisma Varietas Scada f1
2 Pengolahan Lahan TOT OT dan Drainase
3 Penanaman Tugal Tugal
Pemeliharaan
4  Penyemprotan Ridomil & Glifosat Fungisida
 Pemupukan Dolomit & P. Kandang Urea, SP-36 & KCL
5 Panen Puter Tongkol Puter Tongkol
Sumber : Reyhans 2016
1. Budidaya Jagung Manis di Lahan Gambut
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menanam jagung di lahan
gambut, antara lain adalah:
a. Benih
 Varietas Bisma (komposit)
b. Pengolahan tanah
 Secara TOT menggunakan herbisida.
10

c. Penanaman
 Secara tugal, jarak tanam 70 cm antar  barisan dan 40 cm dalam barisan,  benih
ditempatkan di atas pupuk tadi   dan ditimbun.
d. Tata air
 Dibuat sistem drainase yang lancar dan tinggi air tanah diupayakan 30-50 cm di
bawah permukaan tanah
e. Pemupukan
 Urea 200 kg/ha.

 SP36 150 kg/ha.

 KCl 150 kg/ha.

 Turisi 5 kg/ha.

 ZnSO4 5 kg/ha.

 Pupuk kandang 100 kg/ha.

 Dolomit 1000 kg/ha.

 Seluruh pupuk dan kapur dicampur merata kemudian diperam + 21 hari.

 Pupuk yang telah diinkubasi diberikan pada lubang tanam dengan cangkul.
50% pada saat tanam, selanjutnya diberikan bertahap masing-masing 25% pada
umur 4 dan 6 minggu.
f. Pengendalian hama dan penyakit
 Perlakuan benih dengan Ridomil 150g/ha untuk pencegahan penyakit bulai
dan Curater 5 kg/ha pada lubang tanam untuk mencegah serangan hama
serangga.
 Untuk pengendalian gulma bisa dilakukan secara manual atau menggunakan
herbisida (racun rumput dari golongan Glifosat/Polaris).

2. Budidaya Jagung Manis di Lahan Kering


Untuk memenuhi kebutuhan jagung manis nasional diperlukan upaya
peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas lahan dan tanaman serta
perluasan areal tanam. Potensi pengembangan jagung manis terutama di lahan
11

kering dinilai masih terbuka karena hasil rata-rata masih rendah yaitu 1,2 ton/ha.
Padahal potensi hasil yang bisa dicapai adalah sebesar 4,5 ton/ha untuk varietas
bersari bebas dan 5 – 7,6 ton/ha untuk jagung hibrida. Hal ini dapat ditempuh
melalui penyempurnaan atau perbaikan teknologi produksi seperti penggunaan
varietas unggul, pengolahan tanah sempurna, pemupukan, pengendalian hama
penyakit terpadu serta penanganan panen dan pasca panennya.

a. Pemilihan Varietas
Varietas jagung yang digunakan merupakan faktor penentu potensi hasil.
Varietas unggul jagung manis yang akan diusahakan sebaiknya mempunyai
kriteria sebagai berikut:
 Hasil per satuan luas relatif tinggi
 Tanggap terhadap pemupukan
 Berumur pendek
 Beradaptasi baik padaa berbagai kondisi llingkungan
 Mempunyai batang yang kokoh dan tahan rebah
 Tahan terhadap hama penting
 Biji keras dengan warna biji merata
 Kandungan protein biji cukup tinggi
b. Persiapan Lahan Kering
Persiapan lahan untuk tanaman jagung manis dilahan kering meliputi
pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase. Pengolahan tanah dapat
dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan pembongkahan tanah dan kedua
meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian
dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada tanah berpasir, pengolahan
tanah dapat dilakukan secara minimum sedangkan pada tanah berlempung berat
maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna. Untuk tanah yang mempunyai
struktur yang gembur, pengolahan tanah tidak perlu dilakukan secara sempurna,
cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4
cm.
12

c. Persiapan Benih
Mutu benih sangat menentukan produktivitas jagung manis yang akan
dihasilkan, selain itu penggunaan benih bermutu juga menentukan jumlah benih
yang akan dipakai per satuan luas.
Ciri-ciri benih yang baik adalah:
 Bebas hama dan penyakit
 Daya tumbuh di atas 85%
 Biji sehat, berisi dan tidak keriput serta tidak mengkilat
 Tidak bercampur dengan varietas lain
 Penampilan tanaman seragam Kebutuhan benih jagung manis di lahan kering
±25 kg/ha dengan jarak tanam 70x30 cm.
d. Penanaman
Penanaman tanaman jagung manis harus memperhatikan kondisi
kelembaban tanah. Pada saat tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu
basah. Untuk lahan kering penanaman dapat dilakukan dua kali dalam setahun
yaitu; pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan Maret atau April.
Penanammn jagung manis dilakukan dengan cara menugal pada kedalaman 3 – 5
cm, tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus
penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
optimal serta seragam.
e. Pemupukan
Produksi jagung manis dipengaruhi oleh pupuk, tanpa dilakukan
pemupukan produksi jagung manis akan rendah. Sebaliknya pemupukan yang
berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi
tetapi juga dapat menurunkan pendapatan petani, oleh karena itu penggunaan
pupuk perlu memperhatikan aspek efisiensinya.
Dosis pemupukan jagung manis di lahan kering adalah;
 300 kg/ha Urea,
 200 kg/ha SP-36, dan
 100 kg/ha KCL.
13

Dengan cara dan waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan
KCL diberikan dalam larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam.
Selanjutnya 2/3 bagian Urea diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya
dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
f. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan,
pengaturan drinase dan aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk
memperlancar aliran udara yang masuk dan keluar ke petakan tanamn agar
terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur atau busuk pelepah
(Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung manis akan lebih baik apabila tidak terjadi
persaingan dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, terutama pada fase
pertumbuhan awal. Penyiangan pertama dapat dilakukan pada umur 10 – 15 HST
dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 – 30 HST
g. Pengendalian HPT
Hasil jagung manis dipengaruhi oleh keberadaan hama penyakit di
lapangan. Hama yang sering mengganggu tanaman jagung manis adalah penggerek
batang, lalat bibit, yang disebut hama utama. Sedangkan beberapa hama lain seperti
penggerek daun, belalang, penggerek tongkol dan kutu daun disebut hama kedua.
Penyakit yang paling penting yang menyerang tanaman jagung manis selain Bulai
(Corn Downy mildew), adalah penyakit hawar daun, busuk pelepah, penyakit karat,
bercak daun, busuk tongkol dan busuk batang. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jagung manis
adalah sebagai berikut:
• Penanaman varietan yang toleran terhadap hama/penyakit utama
• Pemusnahan tanaman yang sakit
• Pengaturan pola tanam
• Penggunaan fungisida cukup efektif untuk mencegah perkembangan penyakit
bulai.
h. Panen dan Pasca Panen
 Ciri dan Umur Panen
14

Umur panen ± 65-70 hari setelah tanam. Jagung manis untuk sayur (jagung
muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2
cm), jagung rebus/bakar.
 Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
 Pemasaran
Di packing/di kemas kedalam karung
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Faktor produksi adalah barang yang digunakan untuk menghasilkan barang-
barang dan jasa lainnya melalui proses produksi. Menurut Hernanto (1989), faktor
yang ada diluar usahatani yang dapat mempengaruhi usahatani antara lain:
tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek yang menyangkut
pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga produksi, harga saprodi, dll), fasilitas
kredit dan juga sarana penyuluh bagi petani.
1) Luas Lahan
Luas lahan adalah area pertanian yang dimiliki dan ditanami petani untuk
dijadikan tempat berbudidaya tanaman pertanian. Setiap petani masing-masing
memiliki luas lahan yang berbeda-beda untuk tanaman yang akan ditanam atau
dibudidayakan.
Dipandang dari sudut efisensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka
semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran luas
usahatani dapat diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani
termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya.
b. Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat
ditanami/diusahakan.
c. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.
Tanah adalah satu faktor produksi, merupakan pabrik hasil-hasil pertanian
yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar. Dalam
bidang pertanian tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari
15

besarnya balas jasa yang diterima dari tanah dibanding dengan faktor produksi
lainnyaTenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam
proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya
tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan.
Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas
tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga
kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi
(Soekartawi, 2005 dalam Riyadi, 2007).
2) Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang kandungan unsur
utamanya terdiri dari tiga unsur hara sekaligus. Pupuk ini merupakan unsur makro
yang sangat mutlak dibutuhkan tanaman. Sesuai dengan namanya, unsur-unsur
tersebut terdiri dari unsur N (Nitrogen), P (Posfor), dan K (Kalium). Unsur NPK ini
adalah unsur penting yang membantu tanaman melangsungkan serangkaian proses
pertumbuhan. Jika tanaman kekurangan salah satu unsur hara, maka dapat
dipastikan pertumbuhan tanaman akan terhambat.
3) Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan hasil akhir atau hasil antara dari perubahan atau
peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano,
tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik
yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir
semua unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja, ketersediaan unsur tersebut
biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik diantaranya ditandai dengan
ciri-ciri :
a. Nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah dihisap
tanaman
b. Tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam rumah.
c. Mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat arang.
Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk
kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunakan
16

pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak
dilaporkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan
pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk kimia secara bijaksana diharapkan
memberikan dampak yang lebih baik dimasa depan. Tidak hanya pada kondisi
lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga pada kelestarian lingkungan.
4) Herbisida
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan
pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma.
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung cepat mematikan atau
membunuh jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini,
terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat
cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta
gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak
ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui
phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma
dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.
Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan
aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian
aktifnya yang lebih baik.
5) Pestisida
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh
organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut PP No. 7 tahun
1973, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
b) Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
17

d) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman,


tidak termasuk pupuk.
e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan
dan ternak.
f) Memberantas atau mencegah hama-hama air.
g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
h) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah dan air.
6) Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang
tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas
produk. Tenaga kerja dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar
keluarga.Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan atau arisan
tenaga kerja. Tenaga kerja dalam keluarga umumnya oleh petani tidak
diperhitungkan karena sulit pengukuran penggunaannya. Tenaga kerja dibagi lagi
menjadi tenaga kerja laki-laki, tenaga kerja perempuan, serta tenaga kerja anak-
anak.
Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja.
Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran
tenaga kerja dapatd inyatakan dalam hari orang kerja (HOK) (Rahim dan Diah,
2008). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja
adalah satu HOK atau sama dengan satu hari kerja pria (HKP), yaitu jumlah kerja
yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi yang diukur dengan ukuran kerja
pria. Untuk menyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah
penelitian. Hasil konversinya adalah satu hari pria di nilai sebagai satu hari kerja
pria (HKP) dengan delapan jam kerja efektif per hari.
18

A. Fungsi Produksi
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang
dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa
memperhatikan harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk
(Epp & Malone, 1981). Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat
dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ........ , Xn)
Keterangan:
Dimana Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan,
X1, X2, X3, ........ , Xn = faktor produksi atau input yang digunakan.
Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya
produksi sangat tergantung dari peranan X1 sampai Xn. Namun Y yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi setempat mengingat sifat pertanian yang adaptasinya
tergantung pada kondisi setempat (local specific).
Salah satu fungsi umum dipakai dalam menganalisis fungsi produksi
pertanian adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Bahwa fungsi Cobb-Douglas
adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel.
Variabel yang satu disebut variabel dependent yang dijelaskan (Y), dan variabel
yang lainnya disebut variabel independent yang menjelaskan (X). Secara matematis
fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
b1 b2 bn u
Y =a X 1 , X 2 ,… , X n e
Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X,
maka:
Y =f ( X 1 , X 2 , … , X n )
Keterangan:
Y = variabel yang dijelaskan
X1 , … , Xn = variabel yang menjelaskan
a,b = besaran yang akan diduga
19

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas maka,


persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut.
ln Y =ln b0 + ln b 1 X 1+ ln b2 X 2+ …+ln b n X n+ e
Menurut Soekartawi (2003), tiga alasan pentingnya penggunaan fungsi
Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:
a. Penyelesaian fungsi Cobb-Doughlas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi yang lain, misalnya fungsi kuadratik dapat ditransformasikan ke dalam
bentuk linear.
b. Hasil pendugaan gratis melalui fungsi Cobb-Doughlas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
Menurut Soekartawi, 2003. Bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas
merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel,
variabel yang satu disebut variabel (Y) atau yang dijelaskan dan variabel lain
disebut dengan variabel (X) atau yang menjelaskan. Variabel yang dijelaskan
biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.
Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglas didasarkan pada pertimbangan
adanya kelebihan dari model ini, antara lain:
a. Koefisien pangkat dari masing-masing fungsi produksi Cobb-Douglas
menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi
yang digunakan dalam menghasilkan output.
b. Merupakan pandangan terhadap skala usaha dari proses produksi yang
berlangsung.
c. Bentuk linier dari fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan dalam bentuk log e
(ln), dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas.
d. Perhitungan sederhana karena persamaannya dapat diubah dalam bentuk
persamaan linier.
e. Bentuk fungsi Cobb-Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian
khususnya bidang pertanian.
20

f. Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien


regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
B. Elastisitas Produksi
Menurut Soekartawi (2003), elastisitas produksi ini adalah suatu angka
yang menunjukkan apakah petani berproduksi pada tahap yang rasional atau tidak
rasional dilihat dari efisiensi teknis. Sedangkan menurut Boediono (1989),
mengatakan bahwa sifat dari fungsi produksi dianggap selalu tunduk pada suatu
hukum yang disebut “The Low Of Diminishing Return” hukum ini mengatakan
apabila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input lain tetap, maka
tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit yang ditambah
mula-mula menaik, kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus
ditambah. Tambahan output yang dihasilkan dari penambahan satu unit variabel
tersebut disebut Marginal Pysical Product (MPP) dari input yang biasa ditulis MPP
= ∆Y / ∆X1.
Menurut Soekartawi (2003), bahwa apabila elastisitas produksi lebih besar
dari satu (Ep > 1), maka petani masih dapat memperoleh sejumlah produksi yang
cukup menguntungkan jika jumlah input masih ditambahkan. Keadaan yang
demikian menyattakan bahwa produksi belum efisien, sehingga disebut tidak
rasional. Kemudian apabila nilai elastisitas produksi lebih besar dari mol tetapi
lebih kecil dari satu (0 < Ep < 1), maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi
secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh, sehingga pada keadaan
tersebut produksi dikatakan rasional. Selanjutnya apabila nilai elastisitas produksi
kurang dari nol (Ep < 0), keadaan ini berarti setiap upaya untuk menambah
sejumlah input tetap akan merugikan petani, sehingga ini dikatakan tidak rasional.

Gambar 2.1 Elastisitas Produksi dan Daerah-Daerah Produksi


21

Keterangan:
TPP = Produksi Total
APP = Produksi Rata-rata (APP = Y / X)
MPP = Produksi Marjinal (MPP = dY / dX)
Tahap I = Daerah Produksi I
Tahap II = Daerah Produksi II
Tahap III = Daerah Produksi III
C. Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Soekartawi (2005) dalam Riyadi (2007) mendefinisikan fungsi produksi
Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang
dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independent, yang menjelaskan (X).
Menurut Soekartawi (2005) dalam Riyadi (2007) menyatakan bahwa fungsi
Cobb-Douglass lebih banyak dipakai oleh para peneliti karena mempunyai
Kunggulan yang menjadikan menarik yaitu:
 Penyelesaian fungsi Cobb-Douglass relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi yang lain, karena fungsi Cobb-Douglass dapat dengan mudah ditransfer
ke bentuk linear dengan cara melogaritmakan;
 Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefesien
regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas;
 Jumlah besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran skala usaha
(return of scale) yang berguna untuk mengetahui apakah kegiatan dari
suatu usaha tersebut mengikuti kaidah skala usaha menaik, skala usaha
tetap ataukah skala usaha yang menurun.
 Koefisien intersep dari fungsi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi
produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input
dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang sedang dikaji itu.
 Koefisien-koefisien fungsi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan
elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan
untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu.
22

Tetapi fungsi Cobb-Douglas ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan,


antara lain :
 Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi
yang diperoleh negatif atau nilainya terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan
menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas.
 Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga
menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau kecil.
 Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen merupakan faktor penting
untuk meningkatkan produksi karena berhubungan langsung dengan variabel
terikat seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan mendorong
besaran elastisitas tehnik dari fungsi produksi ke arah atas. Manajemen ini
berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel
input dan kadang sulit diukur dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas.
 Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan meskipun telah diusahakan
agar besaran korelasi antara variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti
memperbaiki spesifikasi variabel yang dipakai.
2.2. Penelitian Terdahulu
Disamping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian
yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan pengkajian atas hasil-hasil
terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan
berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan pemahaman mengenai
posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.
Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.
23

Nama Judul
No. Tabel
Tujuan 2.2 PenelitianMetode Analisis
Terdahulu Hasil Penelitian Keterangan
Penulis/ Th Penelitian Data
1 Rahayu dan Analisis Efisiensi  Mengetahui faktor  Cobb-Douglass  Faktor produksi yang  Kutip Penggunaan Fungsi
Riptanti (2010) Ekonomi produksi yang paling berpengaruh  Uji F paling berpengaruh terhadap produksi Produksi Coob –Douglas
Penggunaan terhadap produksi kedelai di kedelai pada usahatani kedelai di  Perumusan masalah, untuk
Faktor-Faktor Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo adalah luas mengetahui sejauh mana pengaruh
Produksi Pada  Mengetahui apakah lahan.Hal ini ditunjukkan dari nilai penggunaan faktor-faktror produksi.
Usahatani Kedelai usahatani kedelai di Kabupaten koefisien regresi parsial yang paling
Di Kabupaten Sukoharjo sudah mencapai efisiensi besar dibanding faktor produksi lain
Sukoharjo ekonomi tertinggi. yang berpengaruh (pupuk kandang,
pestisida padat, dan pestisida cair).
 Nilai koefisien regresi yang
bertanda positif menunjukkan bahwa
penambahan luas lahan akan
menyebabkan penambahan produksi
kedelai pada usahatani kedelai di
Kabupaten Sukoharjo

2 Remedy (2015) Analisis Faktor-  Menganalisis pengaruh  Cobb –  Faktor-faktor yang  Kutip fungsi produksi,
Faktor Yang variabel-variabel input, yaitu luas Douglas berpengaruh terhadap produksi jagung  Penulisan metode kuadrat
Mempengaruhi lahan, modal, bibit, pupuk dan jumlah  Return To adalah luas lahan, modal, benih, pupuk terkecil
Produksi Jagung tenaga kerja terhadap hasil produksi Scale (RTS) dan tenaga kerja. Nilai efisiensi input (ordinary least square) dengan rumus :
(Studi Kasus: Di jagung di Kecamatan Mranggen  Data lahan sebesar -0,04111; modal - LnY = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 +
Kecamatan Kabupaten Demak. Envelopment Analysis 0,19480; benih 1,55431; pupuk β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 +
Mranggen  Mengetahui variabel yang (DEA) 0,04923; dan tenaga kerja 0,58471. β6LnX6 + β7LnX7 + e
Kabupaten Demak) dominan berpengaruh terhadap hasil  Uji Asumsi  Terdapat Decreasing Return
produksi jagung di Kecamatan Klasik to Scale (DRS) dalam produksi jagung
Mranggen Kabupaten Demak. yaitu 0,9689 tetapi relatif kecil atau
 Menganalisis tingkat mendekati konstan.
efisiensi pada usahatani jagung di
Kabupaten Demak, Kecamatan
Mranggen baik efisiensi teknis,
efisiensi harga dan efisiensi ekonomi.
Nama Judul Metode Analisis
No. Tujuan Hasil Penelitian Keterangan
Penulis/ Th Penelitian Data
24

3 Widiyawati Analisis Faktor-  Perilaku produksi dan  Pengujian  Pada persamaan luas areal  Perolehan data sekunder sama
dan Setiawan Faktor yang faktor-faktor apa saja yang Parameter Model panen padi, variabel luas areal irigasi dari Dinas Pertanian dan BPS tetapi di
(2015) Mempengaruhi mempengaruhi tingkat produksi padi  Cobb – memberikan pengaruh positif sebesar lokasi yang berbeda.
Tingkat Produksi dan jagung di Kabupaten Lamongan Douglas 0,08 %, harga riil padi ditingkat  Penggunaan fungsi produksi
Padi dan Jagung di  Pengujian petani memberikan pengaruh yang Coob-Douglass, dengan Y = output dan
Kabupaten Asumsi Residual positif 0,10% dan curah hjan X = input.
Lamongan setempat meberikan pengaruh yang
positif sebesar 0,12%.
 Pada persamaan
produktivitas padi, variabel harga riil
padi ditingkat petani memberikan
pengaruh yang positif sebesar 0,06%,
penggunaan bibit memberikan
pengaruh yang positif sebesar 0,24%,
dan penggunaan pupuk urea
memberikan pengaruh yang positif
sebesar 0,0042%.
4 Mafor (2015) Analisis Faktor  Mengetahui pengaruh  Regresi  Luas lahan mempengaruhi  Metode pengumpulan data
Produksi Padi penggunaan faktor produksi padi Linier Berganda produksi padi. Namun penambahan luas sama, dengan menggunakan data primer
Sawah Di Desa sawah di Desa Tompasobaru Dua.  Simple lahan masih lebih kecil dibandingkan yaitu berupa kuisioner.
Tompasobaru Dua Random Sampling dengan rata-rata produksi per-ha  Penggunaan analisis linier
Kecamatan  Pupuk ponska akan berganda.
Tompasobaru bermanfaat untuk meningkatkan
produksi padi sehingga penggunaan
pupuk urea tidak berpengaruh pada
produksi.
 Tenaga kerja berpengaruh
pada produksi padi.
25

Nama Judul Metode Analisis


No. Tujuan Hasil Penelitian Keterangan
Penulis/ Th Penelitian Data
5 Saputra (2015) Faktor-Faktor  Mengetahui faktor-faktor  Koefisien  Faktor-faktor yang  Perolehan data sekunder sama
Yang apa saja yang mempengaruhi Determinasi mempengaruhi produksi kakao di dari Dinas Pertanian dan BPS tetapi di
Mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro (R-squared) Kabupaten Muaro Jambi dan lokasi yang berbeda.
Produksi Kakao Jambi.  Uji Simultan berpengaruh nyata sebagai input  Penggunaan fungsi produksi
Di Kabupaten (Uji F) adalah tenaga kerja, pupuk kandang, Coob-Douglass, dengan Y = output dan
Muaro Jambi  Uji Pengujian pupuk kimia, luas lahan garapan, dan X = input.
parsial (Uji t) kemitraan. Faktor yang berpengaruh  Metode penelitian, lokasi
 Cobb – negatif terhadap tingkat produksi dipilih secara sengaja dengan
Douglass kakao adalah tingkat pendidikan. pertimbangan bahwa lokasi penelitian
 Perlunya menyiapkan merupakan sentra produksi.
sarana produksi, seperti pupuk,
pestida dan obat-obatan yang sering
tidak tersedia dipasaran atau kalaupun
ada, harganya jauh diatas harga
pasaran sehingga mengakibatkan
peningkatan biaya produksi.

Sumber: Rahayu & Riptanti (2010), Remedy (2015), Widiyawati & Setiawan (2015), Mafor (2015) dan Saputra (2015)
26

Berdasarkan tabel penelitian terdahulu bahwa tujuan penelitian ini untuk


mengatahui faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhi produksi
usahatani. Alat analisis data masing-masing penelitian menggunakan alat analisis
data linear berganda dengan metode Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang mempengaruhi produksi usahatani adalah luas lahan, tenaga
kerja, pupuk, benih dan pestisida
2.3. Kerangka Konsep
Budidaya tanaman jagung manis, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi jagung manis lahan gambut khusuhnya di desa Rasau
Jaya 1 yaitu faktor tanah, pupuk, insek fungi dan tenaga kerja. Salah satu tujuan
petani jagung manis dilahan gambut dalam mengelola usahataninya adalah untuk
memperoleh produksi jagung yang tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut petani
menghadapi beberapa kendala. Tujuan yang hendak dicapai dan kendala yang
dihadapinya merupakan faktor penentu bagi petani untuk mengambil keputusan
dalam usaha taninya. Oleh karena itu, petani sebagai pengelola usaha taninya akan
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Masalah alokasi sumber daya ini berkaitan erat dengan tingkat produksi yang akan
dicapai.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dibahas, ada beberapa variabel
dimasukkan dalam model ini yaitu, luas lahan, benih, herbisida, insektisida,
fungisida, pupuk urea, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk SP-36 dan tenaga kerja.
Beberapa variabel yang dapat mempengaruhi produksi jagung manis dihilangkan
seperti curah hujan dan kondisi lahan, walaupun merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat produksi tetapi karena penelitian ini dilakukan di satu
desa, maka curah hujan dan kondisi lahan, diasumsikan homogen untuk semua
responden.
27

Petani Jagung Manis

Usahatani Jagung manis


Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi
Jagung Manis

Faktor-Faktor Produksi yang


Diduga :
Produksi Usahatani
1. Luas Lahan
2. Benih Jagung Manis
3. Herbisida
4. Insektida
5. Fungisida
6. Pupuk Urea
7. Pupuk Kandang
8. Pupuk NPK
9. Pupuk SP-36
10. Tenaga Kerja

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.4. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan teori dan kerangka konsep penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu, Diduga
faktor luas lahan, pestisida, pupuk, benih dan tenaga kerja secara
simultan/bersama-sama berpengaruh terhadap produksi jagung manis lahan gambut
di Desa Rasau Jaya 1 Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

Anda mungkin juga menyukai