Anda di halaman 1dari 70

Jagung

tanaman pertanian umum

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah


salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia,
selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung
adalah pangan pokok, sebagaimana bagi
sebagian penduduk Afrika dan beberapa
daerah di Indonesia. Pada masa kini,
jagung juga sudah menjadi komponen
penting pakan ternak. Penggunaan
lainnya adalah sebagai sumber minyak
pangan dan bahan dasar tepung
maizena. Berbagai produk turunan hasil
jagung menjadi bahan baku berbagai
produk industri farmasi, kosmetika, dan
kimia.
Jagung

Zea mays

Tumbuhan
Jenis buah Kariopsis

Status konservasi

Risiko rendah

IUCN 77726273 (http://w


ww.iucnredlist.org/
details/7772627
3/0)
Taksonomi

Superdomain Biota

Superkerajaan Eukaryota

Kerajaan Plantae

Subkerajaan Viridiplantae

Infrakerajaan Streptophyta

Superdivisi Embryophyta

Klad Tracheophyta

Subdivisi Spermatophytes

Klad Angiosperms

Klad monocots
Klad commelinids
Ordo Poales

Famili Poaceae

Subfamili Panicoideae

Tribus Andropogoneae

Subtribus Tripsacinae

Genus Zea

Bagian Zea sect. Zea

Spesies Zea mays


Linnaeus, 1753

(https://id.wikipedia.org/w/index.ph
Diagram tanaman jagung.

Jagung merupakan tanaman model yang


menarik,[1][2] khususnya di bidang biologi
dan pertanian. Sejak awal abad ke-20,
tanaman ini menjadi objek penelitian
genetika yang intensif, dan membantu
terbentuknya teknologi kultivar hibrida
yang revolusioner. Dari sisi fisiologi,
tanaman ini tergolong tanaman C4
sehingga sangat efisien memanfaatkan
sinar matahari. Dalam kajian agronomi,
tanggapan jagung yang dramatis dan
khas terhadap kekurangan atau
keracunan unsur-unsur hara penting
menjadikan jagung sebagai tanaman
percobaan fisiologi pemupukan yang
disukai.[3][4]

Sejarah asal-usul dan


persebaran

Berkas:The Evolution of Maize


(Corn).png
Evolusi tanaman jagung.
Jagung budidaya dianggap sebagai
keturunan langsung sejenis tanaman
rerumputan mirip jagung yang bernama
teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang
berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu
oleh penduduk asli setempat, masuk
gen-gen dari subspesies lain, terutama
Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte
sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam
genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung
merupakan satu-satunya spesies
tumbuhan yang tidak dapat hidup secara
liar di alam.[5]
 

Gua Guila Naquitz di Oaxaca, Meksiko, lokasi ditemukannya sisa jagung tertua di dunia.

Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah


pada budidaya jagung primitif di bagian
selatan Meksiko, Amerika Tengah, sejak
7 000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol
jagung kuno yang ditemukan di Gua Guila
Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar
6250 tahun; tongkol utuh tertua
ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan,
Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450
SM.[6][7]
Bangsa Olmek dan Maya ditengarai
sudah membudidayakan di seantero
Amerika Tengah sejak 10 000 tahun yang
lalu dan mengenal berbagai teknik
pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa
ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7
000 tahun yang lalu, dan mencapai
daerah pegunungan di selatan Peru pada
4 000 tahun yang lalu. Pada saat inilah
berkembang jagung yang beradaptasi
dengan suhu rendah di kawasan
Pegunungan Andes.[8] Sejak 2500 SM,
tanaman ini telah dikenal di berbagai
penjuru Benua Amerika.[9]

Kedatangan orang-orang Eropa sejak


akhir abad ke-15 membawa serta jenis-
jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke
Eropa maupun Asia. Penyebaran jagung
ke Asia dipercepat dengan terbukanya
jalur barat yang dipelopori oleh armada
pimpinan Ferdinand Magellan melintasi
Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru
ini jagung relatif mudah beradaptasi
karena tanaman ini memiliki plastisitas
fenotipe yang tinggi.

Jagung masuk Nusantara diperkirakan


pada abad ke-16 oleh penjelajah
Portugis.[10] Akibat riwayat yang cukup
tua ini, berbagai macam nama dipakai
untuk menyebutnya. Beberapa nama
lokal adalah jagong (Sunda, Aceh, Batak,
Ambon), jago (Bima), jhaghung (Madura),
rigi (Nias), eyako (Enggano), wataru
(Sumba), latung (Flores), fata (Solor),
pena (Timor), gandung (Toraja), kastela
(Halmahera), telo (Tidore), binthe atau
binde (Gorontalo dan Buol), dan barelle´
(Bugis).[11] Di kawasan timur Indonesia
juga dipakai luas istilah milu,[12] yang
nyata-nyata merupakan adaptasi dari
kata milho, berarti "jagung", dalam
bahasa Portugis.

Kata "jagung" menurut Denys Lombard


merupakan penyingkatan dari jawa
agung, berarti "jewawut besar",[13] nama
yang digunakan orang Jawa dan
diadopsi ke dalam bahasa Melayu.

Botani
Botani

Bunga jantan (malai).

Tanaman semusim (annual) yang dalam


budidaya menyelesaikan satu daur
hidupnya dalam 80-150 hari (sekitar 3
sampai 5 bulan), tergantung kultivar dan
saat tanam. Istilah "seumur jagung"
menggambarkan usia rata-rata jagung
yang berkisar tiga sampai empat
bulan.[14] Sekitar paruh pertama dari daur
hidup merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
reproduktif. Sebagian jagung merupakan
tanaman hari pendek yang
pembungaannya terjadi jika mendapat
penyinaran di bawah panjang penyinaran
matahari tertentu, biasanya 12,5 jam.[15]

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.


Rata-rata dalam budidaya mencapai 2,0
sampai 2,5 m, meskipun ada kultivar
yang dapat mencapai tinggi 12 m pada
lingkungan tumbuh tertentu.[16] Tinggi
tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum
rangkaian bunga jantan (malai).
Meskipun ada yang dapat membentuk
anakan (seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Tangkai batang beruas-ruas dengan tiap
ruas kira-kira 20 cm. Dari buku
melekatlah pelepah daun yang memeluk
tangkai batang. Daun tidak memiliki
tangkai. Helai daun biasanya lebar 9 cm
dan panjang dapat mencapai 120 cm.[17]

Bunga betina jagung (tongkol), terlindung oleh klobot, dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai
putik.

Sebagai anggota monokotil, jagung


berakar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 80 cm meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 20 cm.
Tanaman yang sudah cukup dewasa
memunculkan akar adventif dari buku-
buku bagian terbawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat,


sebagaimana pada sorgum dan tebu.
Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas.
Ruas terbungkus pelepah daun yang
muncul dari buku. Batang jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung
zat kayu (lignin).

Daun jagung merupakan daun sempurna,


memiliki pelepah, tangkai, dan helai
daun. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan tangkai daun terdapat lidah-
lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan
ibu tulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut. Stoma
pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki Poaceae (suku rumput-
rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-
sel epidermis berbentuk kipas. Struktur
ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada sel-
sel daun. Jika tanaman mengalami
kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut,
menutup lubang stomata, dan membuat
daun melipat ke bawah sehingga
mengurangi transpirasi.
Susunan bunga jagung adalah diklin,
yaitu memiliki bunga jantan dan bunga
betina yang terpisah dalam satu
tanaman (berumah satu atau
monoecious). Bunga tersusun majemuk,
bunga jantan tersusun dalam bentuk
malai, sedangkan betina dalam bentuk
tongkol. Pada jagung, kuntum bunga
(floret) tersusun berpasangan yang
dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:
gluma). Rangkaian bunga jantan tumbuh
di bagian puncak tanaman. Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma wangi
yang khas. Bunga betina tersusun dalam
tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol
produktif yang memiliki puluhan sampai
ratusan bunga betina. Beberapa kultivar
unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai jagung prolifik. Bunga jantan
jagung cenderung siap untuk
penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).

Keanekaragaman genetik

Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn,
sisanya adalah jagung tipe mutiara.
Satu set genom jagung memiliki 10
kromosom, sehingga setiap sel somatik
jagung memiliki 2n = 2x = 20 kromosom.
Keragaman dalam spesies jagung amat
luas, beberapa studi menyatakan
keragaman itu sebanding dengan
perbedaan manusia dan simpanse
secara molekuler.[18]

Jagung yang dibudidayakan memiliki


sifat bijian yang bermacam-macam.
Berdasarkan ciri bijiannya, dikenal tujuh
kelompok kultivar jagung:

1. Tunicata (Podcorn, jagung bersisik,


merupakan kelompok kultivar yang
dianggap paling primitif)
2. Indentata (Dent, jagung gigi-kuda)
3. Indurata (Flint, jagung mutiara)
4. Saccharata (Sweet, jagung manis)
5. Everta (Popcorn, jagung berondong)
. Amylacea (Floury corn, jagung
tepung
7. Glutinosa (Sticky/glutinuous corn,
jagung ketan)

Zea mays "fraise", termasuk kelompok berondong

.
 

Zea mays 'Ottofile giallo Tortonese'.

Melalui berbagai program pemuliaan


yang dilakukan oleh instansi publik
maupun swasta, keragaman genetik
jagung menjadi sangat luas. Berdasarkan
suatu studi, keragaman genetik dalam
spesies jagung, dilihat dari variasi urutan
DNA, sebanding dengan keragaman
genetik yang ditemukan pada manusia
sampai simpanse.[19] Berbagai tipe
kultivar jagung ditanam pada masa
sekarang, banyak di antaranya yang
memiliki karakteristik khusus, seperti
dikenal jagung dengan kadar minyak bulir
yang tinggi (kandungan minyak 7,0 to
8,0%, disebut HOC, High Oil Corn), jagung
dengan protein tinggi (QPM, Quality
Protein Maize). Jagung dengan kadar
karotenoid tinggi juga telah
dikembangkan.[20] Jagung juga menjadi
tanaman yang digunakan dalam
biopharming, menghasilkan bahan obat
atau senyawa berguna tertentu.[21][22][23]

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar


jagung dibuat, dikenal tipe kultivar:

1. galur murni, merupakan hasil seleksi


terbaik dari galur-galur terpilih
2. komposit, dibuat dari campuran
beberapa populasi jagung unggul
yang diseleksi untuk keseragaman
dan sifat-sifat unggul
3. sintetik, dibuat dari gabungan
beberapa galur jagung yang
memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam
4. hibrida, merupakan keturunan
langsung (F1) dari persilangan dua,
tiga, atau empat galur yang
diketahui memunculkan gejala
heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna


endosperma dan lapisan terluarnya
(aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga,
merah cerah, merah darah, ungu, hingga
ungu kehitaman. Satu tongkol jagung
dapat memiliki bermacam-macam bulir
dengan warna berbeda-beda, karena
setiap bulir terbentuk dari penyerbukan
oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

Budidaya

Syarat tumbuh

Meskipun dikenal sejumlah ras jagung


yang mampu beradaptasi dengan suhu
rendah dan kawasan tinggi, jagung
adalah tanaman dataran rendah dengan
suhu hangat dan penyuka cahaya
matahari penuh. Perkecambahan jagung
terhenti pada suhu di bawah 10 °C.

Kebutuhan air jagung adalah rata-rata,


namun kekurangan air pada masa awal
tumbuh, masa pembungaan, dan
pengisian biji akan berakibat pada
penurunan hasil yang dramatis.

Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe


tanah, asalkan ketersediaan air dan hara
tercukupi dan akar mampu tumbuh
dengan baik. Perakaran jagung tidak
dalam, sehingga lapis olah tidak boleh
terlalu keras. Kebutuhan hara jagung
tinggi, terutama terhadap nitrogen dan
fosfor. Jagung menyukai tanah dengan
kemasaman netral (pH 5 - 6,5).
Penanaman jagung di tanah masam,
seperti gambut dan podsolik merah
kuning (PMK), memerlukan pengapuran,
pengatusan (drainasi) yang baik, serta
kultivar yang toleran.

Pengolahan lahan untuk persiapan


penanaman jagung biasanya mencakup
pembajakan, perataan, pembuatan parit
atusan, serta pengapuran (pada tanah
masam). Sebelum ditanam, lahan perlu
diirigasi terlebih dahulu.

Jenis Jenis Benih Jagung di Indonesia

Jagung merupakan salah satu jenis


tanaman pangan yang sering ditanam
oleh petani. Tanaman jagung termasuk
golongan Spermatophyta, kelas
Monocotyledone, ordo Graminae, dan
familia Graminaceae serta genus Zea.
Nama latin Zea Mays. Sekarang ini
Jagung telah menjadi komoditas
perdagangan dunia, semua negara
berlomba-lomba meningkatkan
produksinya guna memenuhi permintaan
industrinya. Salah satu caranya yaitu
dengan memakai benih jagung unggul
guna mendapatkan hasil panen yang
banyak. Berdasarkan pengamatan,
jagung dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

Jagung Komposit. Jagung komposit


atau jagung lokal adalah jenis jagung
yang biasa ditanam oleh petani pada
zaman dulu. Sekarang sudah jarang
ditanam. Keunggulan jenis jagung
komposit ini adalah umurnya yang
pendek, tahan hama penyakit, tidak
menimbulkan ketergantungan dan bisa
ditanam secara berulang-ulang.
Kekurangan jenis jagung komposit
adalah kapasitas produksi rendah
hanya sekitar 3-5 ton per hektar.
Varietas jagung komposit: Arjuna,
Bisma, Joster, Sukma raga, Goter,
Kretek, Gajah mas, Genjah rante, dll.
Jagung Hibrida. Jenis jagung hibrida
adalah jagung yang pada proses
pembuatannya dengan cara pemuliaan
dan penyilangan antara jagung induk
jantan dan jagung induk betina
sehingga menghasilkan jagung jenis
baru yang memiliki sifat keunggulan
dari kedua induknya. Keunggulan jenis
jagung hibrida adalah kapasitas
produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per
hektar. Kekurangannya adalah harga
jagung mahal antara 20 kali sampai 40
kali lipat dari harga jagung konsumsi,
tidak bisa diturunkan lagi sebagai
benih karena produksi akan turun
mencapai 30 %, menimbulkan
ketergantungan bagi petani karena
jagung tidak bisa ditanam lagi.
Varietas jagung hibrida: Pioner, BISI,
NK, DK, dll..
Jagung Transgenik. Jenis jagung
transgenik adalah jagung yang proses
pembuatannya dengan cara
menyisipkan gen dari makhluk hidup
atau non-makhluk hidup yang hasilnya
nanti diharapkan jagung itu bisa tahan
penyakit, tahan hama atau juga tahan
obat kimia, sehingga tanaman itu
menjadi tanaman super. Keunggulan
jenis jagung ini adalah kapasitas
produksinya besar sekitar 8-10 ton per
hektar, tahan penyakit, tahan hama dan
tahan obat kimia. Kekurangannya
adalah bibit jagung harus beli di toko
karena tidak bisa diproduksi oleh
petani, kemungkinan akan
menimbulkan hama penyakit baru
yang lebih kebal obat-obatan kimia,
kemungkinan menimbulkan penyakit-
penyakit baru bagi ternak dan manusia,
menimbulkan kerusakan pada tanah,
gen jagung ini sudah dipatenkan.
Varietas jagung transgenik: jagung BT,
jagung terminator, jagung RR-GA21,
jagung RR-NK608, dll.

Cara bercocok tanam

Jagung memerlukan cahaya matahari


langsung untuk tumbuh dengan normal.
Tempat dengan curah hujan 85–200 mm
per bulan, suhu udara 23-27 °C (ideal),
dan pH tanah 5,6-7,5 adalah ideal. Jenis
tanah tidak terlalu penting, asalkan
aerasi baik dan ketersediaan air
mencukupi. Air yang cukup pada fase
pertumbuhan awal, pembungaan, serta
pengisian biji adalah kritis bagi produksi
jagung pipilan. Kekurangan air pada fase-
fase pertumbuhan tersebut akan secara
jelas menurunkan produksi.

Genangan tidak disukai jagung,


meskipun jagung dapat membentuk
pembuluh-pembuluh udara (aerenkima)
apabila mengalami terendam air dalam
jangka waktu cukup lama. Pembuatan
parit pengatusan air atau pembentukan
bedengan biasanya disarankan. Pada
tanah masam, pengapuran diperlukan.

Penanaman benih jagung secara


tradisional dilakukan dengan tangan
menggunakan tugal untuk melubangi
tanah. Dalam pertanian dengan
mekanisasi, penanaman bijian jagung
dilakukan menggunakan mesin penabur
benih (seed driller). Kepadatan populasi
tanam yang biasa dipakai adalah 60 000
sampai 120 000 tanaman per ha, yang
biasa diterjemahkan dalam jarak
antarbaris (50–100 cm) dan jarak dalam
baris (10–40 cm).

Kebutuhan hara jagung dikenal cukup


tinggi dan dipenuhi melalui pemupukan.
Selain memerlukan pupuk organik
sebagai pupuk dasar/awal, jagung
memerlukan masukan nitrogen (N, dari
urea ataupun ZA), fosfat (biasanya dari
SP36), dan kalium (K, biasanya dari KCl)
untuk pertumbuhan dan hasil yang baik.
Namun demikian, sejak 2000-an di
Indonesia diperkenalkan pula pupuk
majemuk yang telah mengandung ketiga
unsur pokok tersebut. Pupuk organik cair
(POC) juga mulai diperkenalkan untuk
digunakan.

Pada pertengahan masa pertumbuhan


vegetatif, jagung mengeluarkan akar
udara (aerial roots) sehingga
memerlukan pembumbunan untuk
memaksimalkan penyerapan hara.
Pengendalian tumbuhan pengganggu
(gulma) dilakukan menggunakan
herbisida atau dilakukan dengan
pendangiran.
Penanaman jagung mengandalkan
pasokan air dari hujan. Apabila
mengalami kekurangan air, praktik di
Indonesia pemberian air biasanya
diberikan dengan cara penggenangan
parit apabila hujan tidak tersedia. Air
dialirkan melalui saluran irigasi atau
menggunakan pompa air.

Organisme pengganggu

Organisme pengganggu dalam budidaya


jagung di daerah tropika dan non-tropika
berbeda.

Di kawasan Asia tropika, penyakit utama


jagung adalah
penyakit bulai (maize downy mildew)
karena infeksi Peronosclerospora
maydis,
karat daun jagung karena cendawan
Puccinia (terutama P. polysora),
bercak daun jagung (Southern leaf
blight) karena cendawan Bipolaris
maydis (teleomorf: Cochliobolus
heterostrophus),
hawar daun jagung (Northern leaf
blight) karena cendawan Setosphaeria
turcica (anamorf: Exserohilum
turcicum),
busuk pelepah (sheath blight) karena
cendawan Rhizoctonia solani,
busuk batang jagung karena
bermacam-macam cendawan dan
oomycetes, dan
busuk tongkol oleh cendawan
Fusarium, Diplodia, dan Gibberella,
gosong bengkak (corn smut) karena
cendawan terutama Ustilago maydis,
penyakit mosaik kerdil jagung karena
infeksi Maize Dwarf Mosaic Virus.

Hama utama jagung adalah

penggerek batang jagung Ostrinia


furnacalis (Asia tropika) dan Ostrinia
nubilalis (daerah subtropika dan iklim
empat musim)
lalat bibit Atherigona spp.,
uret, terutama Lepidiota stigma (Jawa
dan Sumatra),
ulat tanah, seperti Agrotis,
ulat grayak Spodoptera,
penggerek tongkol Helicoverpa
armigera
belalang kembara Locusta migratoria,
tikus sawah Rattus argentiventer,
kumbang gudang, terutama Sitophilus
zeamais dan S. oryzae, dan
ngengat gudang, seperti Sitotroga.

Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus


parasit berbahaya yang diawasi ketat
agar tidak masuk ke kawasan Asia
tropika, yaitu striga.
Pemanfaatan

Mengangin-anginkan jagung di beranda rumah. Sumarorong

Produk utama jagung adalah bijiannya


(grain). Bijian sebenarnya adalah buah
dan biji yang menyatu. Massa bijian
terbesar diisi oleh endosperma yang
kaya oleh karbohidrat. Dari bijian yang
dihasilkan, jagung menjadi sumber
pangan pokok manusia ketiga setelah
gandum dan beras atau padi.[24] Bijian
jagung dimanfaatkan sebagai pakan
hewan, baik untuk unggas maupun
ternak besar. Serapan terbesar di
Indonesia sekarang adalah sebagai
sumber pakan ternak. Olahan bijian juga
diserap dalam industri pangan, farmasi,
kosmetika, dan industri kimia.

Produk jagung penting lainnya adalah


jagung tongkol. Jagung tongkol juga
dipanen dalam usia sekitar tiga minggu
setelah penyerbukan untuk dijadikan
sayuran atau direbus serta dibakar.
Jagung manis biasanya mengisi pangsa
ini. Tongkol jagung yang masih muda
dan belum berkembang penuh dipanen
sebagai sayuran segar yang dikenal
sebagai jagung semi atau babycorn.

Kelobot digunakan untuk pembungkus wajik di Yogyakarta

Tanaman jagung utuh yang masih hijau


dimanfaatkan oleh usaha tani
peternakan sebagai hijauan. Kandungan
protein tanaman jagung cukup tinggi
sebagai sumber pakan bagi sapi dan
kerbau. Bidang bioenergi
mengembangkan tanaman jagung
dengan kandungan selulosa tinggi untuk
dimanfaatkan biomassanya sebagai
sumber energi terbarukan.

Daun pembungkus (braktea) tongkol


jagung (disebut kelobot) yang telah
dikeringkan digunakan di Jawa sebagai
pembungkus penganan maupun sebagai
komponen rokok tradisional ("rokok
kelobot") yang dilinting sendiri oleh
penggunanya.

Pangan

Nasi jagung dari Blitar selatan


Bagian jagung yang biasa dimakan
manusia adalah bijiannya, baik masih
muda ketika isinya belum mengering
maupun setelah tua dan mengering.

Bijian kering dapat dihaluskan menjadi


tepung jagung (maizena). Maizena
merupakan bahan untuk berbagai kue
dan penganan olahan serta untuk bahan
baku pembuatan mie bihun.

Dedak merupakan bijian jagung yang


digiling halus. Dedak dapat dicampur
dengan bahan lain sebagai makanan
sarapan.
Pecahan kasar bijian jagung diolah di
Amerika Serikat sebagai makanan
sarapan populer, corn flakes. Di Jawa
Timur terutama, bijian jagung kering
ditumbuk agak halus untuk mendapatkan
beras jagung, yang setelah dikukus atau
ditanak menjadi nasi jagung. Nasi jagung
ini, murni atau bercampur nasi padi,
umum sebagai makanan pokok terutama
di wilayah Jatim yang mendapat
pengaruh dari budaya Madura.

Bijian utuh jagung dapat dipanggang,


disangrai, atau digoreng. Gorengan bijian
kering jagung dikenal sebagai marning di
Jawa Tengah. Dari bijian jagung kering
varietas tertentu juga dapat dibuat
brondong jagung.

Jagung muda biasanya dipasarkan


secara utuh bersama tongkolnya. Jagung
manis mengisi kebanyakan pangsa ini,
meskipun jagung ladang dan jagung
ketan juga dipanen dalam keadaan
demikian. Tongkol direbus, dipanggang,
atau dibakar. Beberapa masakan sayur,
seperti sayur asam dan sayur bening
dilengkapi dengan potongan tongkol
jagung atau bijian muda yang sudah
dipisahkan dari tongkolnya (dipipil).

Pakan
 

Menyimpan jagung di bawah atap. Ayotupas

Untuk unggas dapat diberikan dalam


bentuk utuh (pakan burung dara),
dipecah (pakan burung pengicau),
dihaluskan, sampai berbentuk bubuk.

Saat ini jagung juga dijadikan sebagai


sumber energi alternatif.[25]

Lebih dari itu, saripati jagung dapat


diubah menjadi polimer sebagai bahan
campuran pengganti fungsi utama
plastik. Salah satu perusahaan di Jepang
telah mencampur polimer jagung dan
plastik menjadi bahan baku casing
komputer yang siap dipasarkan. [26]

Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat.
Sebagian besar berada pada
endosperma. Kandungan karbohidrat
dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan,
sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Perbedaan ini
tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan pangan.
Jagung manis diketahui mengandung
amilopektin lebih rendah tetapi
mengalami peningkatan fitoglikogen dan
sukrosa.[27]

Kandungan gizi Jagung per 100 gram


bahan adalah:[28]

Kalori: 355 Kalori


Protein: 9,2 gr
Lemak: 3,9 gr
Karbohidrat: 73,7 gr
Kalsium: 10 mg
Fosfor: 256 mg
Besi: 2,4 mg
Vitamin A: 510 SI
Vitamin B1: 0,38 mg
Air: 12 gr

dan bagian yang dapat dicerna 90%.

Untuk ukuran yang sama, meski jagung


mempunyai kandungan karbohidrat yang
lebih rendah, namum mempunyai
kandungan protein yang lebih banyak
daripada beras.

Produksi jagung dan


perdagangan dunia
 
Indonesia pada tahun 2012 sampai 2014
menempati peringkat ke-8 produsen
jagung (pipilan kering) dunia. Produksi
jagung pipilan kering di Indonesia tahun
2014 meningkat dari tahun 2013, yaitu
19.008.426 ton dari sebelumnya
18.511.853 ton, namun tetap lebih
rendah daripada capaian 2012 sebesar
19.387.022 ton.[29]

Produsen jagung terbesar saat ini (data


2014[29]) adalah Amerika Serikat (34,8%
dari total produksi dunia), diikuti oleh
Tiongkok 20,8%, Brazil 7,7%; Argentina
3,2%, Ukraina 2,7%; India 2,3%; Meksiko
2,2%; Indonesia 1,8%; Prancis 1,8%; dan
Afrika Selatan 1,4%.
Jagung pipilan merupakan komoditas
perdagangan dunia. Pada umumnya
jagung yang diperdagangkan adalah
untuk pakan ternak serta untuk
pembuatan tepung maizena.
Berdasarkan data FAO,[29] produksi
jagung dunia tahun 2014 adalah sebesar
1.038 juta ton lebih, meningkat sedikit
dari tahun 2013 sebesar 1.018 juta ton
lebih pipilan kering.

Berikut adalah data produksi dari sumber


yang sama menurut 20 negara penghasil
terbesar. Data ini tidak memasukkan
produksi jagung manis, jagung
muda/semi (babycorn), serta jagung
untuk hijauan pakan ternak.
Produsen jagung dunia (FAO, 2014)[29]
Produksi  
Peringkat Negara Peringka
( ton)

 Amerika 361 091


   1      11
Serikat    140

  215 646
   2  Tiongkok     12
300
 
79 877
   3  Brasil       13
  714

  33 000
   4  Argentina     14
000
 F
   5  Ukraina  28 496    15
 
  810
23 670
   6  India       16
  000
23 273
   7      17
 Meksiko    257

  19 008
   8  Indonesia     18
426
 

 Prancis  18 541
   9      19
  780

 Afrika
  14 982
   10 Selatan       20
000
F

     
* = angka tidak resmi
F = perkiraan FAO

Rujukan dan catatan


1. maizegdb.org (http://www.maizegdb.or
g/) . Laman bank data publik jagung.
2. University of Arizona. Scientists decode
maize genome (https://www.sciencedaily.
com/releases/2009/11/091119144714.h
tm) . ScienceDaily, 19 November 2009.
Diakses 13 Mei 2014.
3. Nutrient deficiency in corn (http://aesl.ce
s.uga.edu/DiagnosticsII/Symptoms_/Cor
n/Images-Corn/images-corn.html)
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20150514011724/http://aesl.ces.uga.ed
u/DiagnosticsII/Symptoms_/Corn/Images
-Corn/images-corn.html) 2015-05-14 di
Wayback Machine.. Laman perbandingan
gejala fisik kekurangan hara pada jagung,
sebagai pedoman bagi tanaman serealia
lain.
4. Nutrient management (http://www.tankon
yvtar.hu/en/tartalom/tamop425/0010_1A
_Book_angol_02_tapanyaggazdalkodas/c
h02s03.html) . Menggambarkkan gejala
defisiensi dan keracunan (toksisitas)
mineral pada jagung sebagai contoh.
5. Gepts P. 2004. Crop Domestication as a
Long-term Selection Experiment. In:
Janick J. Plant Breeding Reviews, Vol. 24,
Part 2, ISBN 0-471-46892-4. John Wiley &
Sons, Inc. hal. 6.
. "Origin, History and Uses of Corn" (https://
web.archive.org/web/20140223100251/h
ttp://agron-www.agron.iastate.edu/Cours
es/agron212/readings/corn_history.htm)
. Iowa State University, Department of
Agronomy. 11 Februari 2014. Diarsipkan
dari versi asli (http://agron-www.agron.ias
tate.edu/Courses/agron212/readings/cor
n_history.htm) tanggal 2014-02-23.
Diakses tanggal 2014-05-08.
7. Roney, John (2009). "The Beginnings of
Maize Agriculture". Archaelogy Southwest
23 (1):4
. Bakalar, Nicholas. Corn, Arrowroot Fossils
in Peru Change Views on Pre-Inca Culture
(http://news.nationalgeographic.com/new
s/2006/03/0302_060302_peru_corn.htm
l) . National Geographic News. Edisi 2
Maret 2006
9. Roney, John (Winter 2009). "The
Beginnings of Maize Agriculture".
Archaeology Southwest. 23 (1): 4.
10. "Milho, Makk, and Yu Mai: Early journey of
maize to Asia. Chapter 6: Maize in the
southeast Asian archipelago and
Australia" (https://web.archive.org/web/2
0151230072411/http://www.nal.usda.go
v/research/maize/chapter6.shtml) .
Diarsipkan dari versi asli (https://www.nal.
usda.gov/research/maize/chapter6.shtm
l) tanggal 2015-12-30. Diakses tanggal
2015-08-16.
11. Zea mays L. (http://bebas.vlsm.org/v12/a
rtikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-
295.pdf) Diarsipkan (https://web.archive.
org/web/20081207023352/http://bebas.v
lsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/de
pkes/buku1/1-295.pdf) 2008-12-07 di
Wayback Machine.. Laman tanaman obat
Departemen Kesehatan
12. Sop jagung “Milu siram” yang menggoda
selera (http://masbudhi.com/milu-siram-y
ang-menggoda-selera/) Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2014013010002
8/http://masbudhi.com/milu-siram-yang-
menggoda-selera/) 2014-01-30 di
Wayback Machine.. Blog untuk Sup
Jagung Siram.
13. Lombard, D. 1996. Jaringan Asia. Penerbit
Gramedia. p. 263.
14. Entri "seumur jagung" di Wiktionary (http
s://id.wiktionary.org/wiki/seumur_jagun
g)
15. Belfield S, Brown C. 2008. Field Crop
Manual: Maize. A Guide to Upland
Production in Cambodia (http://aciar.gov.
au/files/node/8919/maize%20manual%2
072dpi.pdf) Diarsipkan (https://web.archi
ve.org/web/20140216231741/http://acia
r.gov.au/files/node/8919/maize%20manu
al%2072dpi.pdf) 2014-02-16 di Wayback
Machine.. ACIAR Publ. ISBN 978-0-7347-
1882-2. p.5.
1 . Karl, J.R. (May 2013). "The maximum leaf
quantity of the maize subspecies" (http
s://web.archive.org/web/2016030322051
2/http://www.agron.missouri.edu/mnl/8
6/MNL86.pdf) (PDF). The Maize Genetics
Cooperation Newsletter. 86: 4. ISSN 1090-
4573 (https://www.worldcat.org/issn/109
0-4573) . Diarsipkan dari versi asli (http://
www.agron.missouri.edu/mnl/86/MNL8
6.pdf) (PDF) tanggal 2016-03-03. Diakses
tanggal 2015-05-08. "The Maximum Leaf
Number of the Maize Subspecies; the
"Leafy" Mutation Placed into the Tallest
Strain"
17. Stevenson, J. C.; Goodman, M. M. (1972).
"Ecology of Exotic Races of Maize. I. Leaf
Number and Tillering of 16 Races Under
Four Temperatures and Two
Photoperiods1" (https://www.crops.org/p
ublications/cs/abstracts/12/6/CS012006
0864?access=0&view=pdf) . Crop
Science. 12 (6): 864.
doi:10.2135/cropsci1972.0011183X0012
00060045x (https://doi.org/10.2135%2Fcr
opsci1972.0011183X001200060045x) .
1 . National Science Foundation. The teacher
friendly guide to the Evolution of Maize. (h
ttp://maize.teacherfriendlyguide.org/inde
x.php/genetic-diversity-and-evolution/gen
etic-diversity-of-maize)
19. Laman Teacher Friendly Guide to The
Evolution of Maize (http://maize.teacherfr
iendlyguide.org/index.php/genetic-diversit
y-and-evolution/genetic-diversity-of-maiz
e) .
20. Dr. Ronnie W. Heiniger, Dr. E. J. Dunphy.
High Oil Corn Production Q&A (http://ww
w.ces.ncsu.edu/plymouth/cropsci/docs/h
igh_oil_corn97.html) Diarsipkan (https://
web.archive.org/web/20150518092751/h
ttp://www.ces.ncsu.edu/plymouth/cropsc
i/docs/high_oil_corn97.html) 2015-05-18
di Wayback Machine.. Laman NC State
Univ.
21. ISAAA. Maize Plants for Safe and
Effective Molecular Pharming (http://ww
w.isaaa.org/kc/cropbiotechupdate/articl
e/default.asp?ID=2216) . Diakses 1 Juni
2015.
22. Iowa State plant scientists tweak their
biopharmaceutical corn research project
(http://psychcentral.com/news/archives/
2006-06/isu-isp062306.html) Diarsipkan
(https://web.archive.org/web/201506021
72133/http://psychcentral.com/news/arc
hives/2006-06/isu-isp062306.html)
2015-06-02 di Wayback Machine..
Diakses 1 Juni 2015.
23. Plataforma SINC. Using Maize As An
Efficient 'Factory' For Protein-based
Pharmaceutical Products (https://www.sc
iencedaily.com/releases/2008/05/08052
5085111.htm) . ScienceDaily. 28 Mei
2008.Diakses 1 Juni 2015.
24. Saptoningsih. Diversifikasi Pangan Olahan
Jagung (http://widyatan.com/index.php/a
rsip/artikel/pengolahan-hasil-pertanian/1
19-diversifikasi-pangan-olahan-jagung)
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20210128085117/http://widyatan.com/in
dex.php/arsip/artikel/pengolahan-hasil-pe
rtanian/119-diversifikasi-pangan-olahan-ja
gung) 2021-01-28 di Wayback Machine..
Laman BPPSDMP Kementerian
Pertanian.Diakses 3 Juni 2015.
25. Biello, D. Can Ethanol from Corn Be Made
Sustainable? (http://www.scientificameric
an.com/article/can-corn-ethanol-be-made
-sustainable/) . Scientific American. 20
Feb. 2013. Diakses 12 Mei 2014.
2 . "Salinan arsip" (https://web.archive.org/w
eb/20080417113932/http://www.detikine
t.com/index.php/detik.read/tahun/2008/b
ulan/01/tgl/09/time/091302/idnews/876
754/idkanal/317) . Diarsipkan dari versi
asli (http://www.detikinet.com/index.php/
detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/09/ti
me/091302/idnews/876754/idkanal/31
7) tanggal 2008-04-17. Diakses tanggal
2010-06-22.
27. James, M. G. "Characterization of the
Maize Gene sugary1, a Determinant of
Starch Composition in Kernels". The Plant
Cell. 7 (4): 417–429.
2 . Sumber: Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
29. FAOSTAT, 2016. Diakses 8 November
2016.

Pranala luar
Wikispecies mempunyai informasi
 
mengenai Zea mays.
Wikimedia Commons memiliki media
 
mengenai Zea mays.
[1] (http://www.grains.org/corn) U.S.
Grains Council
[2] (http://www.ncga.com/files/pdf/20
09WOC.pdf) Diarsipkan (https://web.a
rchive.org/web/20100627214239/htt
p://www.ncga.com/files/pdf/2009WO
C.pdf) 2010-06-27 di Wayback
Machine. National Corn Growers Ass.
Common Names of Plant Diseases (htt
p://www.apsnet.org/online/common/n
ames/corn.asp) Diarsipkan (https://w
eb.archive.org/web/20070202084939/
http://www.apsnet.org/online/commo
n/names/corn.asp) 2007-02-02 di
Wayback Machine.. Daftar penyakit
jagung dunia.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Jagung&oldid=22760271"
Halaman ini terakhir diubah pada 24 Januari
2023, pukul 12.38. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai