Anda di halaman 1dari 19

Jagung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigation Jump to search


Untuk kegunaan lain dari Jagung, lihat Jagung (disambiguasi).
Jagung

Jagung
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
(tidak termasuk): Angiospermae
(tidak termasuk): Monokotil
(tidak termasuk): Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama binomial
Zea mays ssp. mays
L.

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir
jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah
di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak.
Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena.
Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi,
kosmetika, dan kimia.
Diagram tanaman jagung.

Jagung merupakan tanaman model yang menarik[1][2], khususnya di bidang biologi dan pertanian.
Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif, dan
membantu terbentuknya teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman
ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian
agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-
unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang
disukai[3][4].

Sejarah asal-usul dan persebaran


Berkas:The Evolution of Maize (Corn).png
Evolusi tanaman jagung.

Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung
yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang
berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat
hidup secara liar di alam[5].
Gua Guila Naquitz di Oaxaca, Meksiko, lokasi ditemukannya sisa jagung tertua di dunia.

Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif di bagian selatan Meksiko,
Amerika Tengah, sejak 7 000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol jagung kuno yang ditemukan di Gua
Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar 6250 tahun; tongkol utuh tertua ditemukan di
gua-gua dekat Tehuacan, Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450 SM.[6][7]. Bangsa Olmek dan
Maya ditengarai sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah sejak 10 000 tahun yang
lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan
(Ekuador) sekitar 7 000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4
000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah
di kawasan Pegunungan Andes.[8]. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru
Benua Amerika[9].

Kedatangan orang-orang Eropa sejak akhir abad ke-15 membawa serta jenis-jenis jagung ke
Dunia Lama, baik ke Eropa maupun Asia. Penyebaran jagung ke Asia dipercepat dengan
terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan Ferdinand Magellan melintasi
Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru ini jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman
ini memiliki plastisitas fenotipe yang tinggi.

Jagung masuk Nusantara diperkirakan pada abad ke-16 oleh penjelajah Portugis[10]. Akibat
riwayat yang cukup tua ini, berbagai macam nama dipakai untuk menyebutnya. Kata "jagung"
menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar"[11],
nama yang digunakan orang Jawa dan diadopsi ke dalam bahasa Melayu. Beberapa nama lokal
adalah jagong (Sunda, Aceh, Batak, Ambon), jago (Bima), jhaghung (Madura), rigi (Nias),
eyako (Enggano), wataru (Sumba), latung (Flores), fata (Solor), pena (Timor), gandung
(Toraja), kastela (Halmahera), telo (Tidore), binthe atau binde (Gorontalo dan Buol), dan
barelle´ (Bugis)[12]. Di kawasan timur Indonesia juga dipakai luas istilah milu[13], yang nyata-
nyata merupakan adaptasi dari kata milho, berarti "jagung", dalam bahasa Portugis.

Botani
Bunga jantan (malai).

Tanaman semusim (annual) yang dalam budidaya menyelesaikan satu daur hidupnya dalam 80-
150 hari (sekitar 3 sampai 5 bulan), tergantung kultivar dan saat tanam. Istilah "seumur jagung"
menggambarkan usia rata-rata jagung yang berkisar tiga sampai empat bulan[14]. Sekitar paruh
pertama dari daur hidup merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
reproduktif. Sebagian jagung merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika
mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam[15].

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Rata-rata dalam budidaya mencapai 2,0 sampai 2,5 m,
meskipun ada kultivar yang dapat mencapai tinggi 12 m pada lingkungan tumbuh tertentu[16].
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum rangkaian bunga
jantan (malai). Meskipun ada yang dapat membentuk anakan (seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki kemampuan ini. Tangkai batang beruas-ruas dengan tiap ruas kira-kira
20 cm. Dari buku melekatlah pelepah daun yang memeluk tangkai batang. Daun tidak memiliki
tangkai. Helai daun biasanya lebar 9 cm dan panjang dapat mencapai 120 cm[17].
Bunga betina jagung (tongkol), terlindung oleh klobot, dengan "rambut". Rambut jagung
sebenarnya adalah tangkai putik.

Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 80 cm
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm. Tanaman yang sudah cukup dewasa
memunculkan akar adventif dari buku-buku bagian terbawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana pada sorgum dan tebu. Terdapat mutan
yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas.
Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung zat kayu (lignin).

Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan, sel-sel
kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat ke bawah sehingga
mengurangi transpirasi.

Susunan bunga jagung adalah diklin, yaitu memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
dalam satu tanaman (berumah satu atau monoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan
tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum
bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).
Rangkaian bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun.

Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki
puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Keanekaragaman genetik
Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar
depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara.

Satu set genom (x) jagung terdiri dari 10 kromosom, sehingga setiap sel somatik jagung memiliki
2n = 2x = 20 kromosom. Keragaman dalam spesies jagung amat luas, beberapa studi menyatakan
keragaman itu sebanding dengan perbedaan manusia dan simpanse secara molekuler[18]. Jagung
yang dibudidayakan memiliki sifat bijian yang bermacam-macam. Berdasarkan ciri bijiannya,
dikenal enam kelompok kultivar jagung :

1. Tunicata (Podcorn, jagung bersisik, merupakan kelompok kultivar yang dianggap paling
primitif)
2. Indentata (Dent, jagung gigi-kuda)
3. Indurata (Flint, jagung mutiara)
4. Saccharata (Sweet, jagung manis)
5. Everta (Popcorn, jagung berondong)
6. Amylacea (Floury corn, jagung tepung
7. Glutinosa (Sticky/glutinuous corn, jagung ketan)
8. Jagung QPM (Quality Protein Maize)
9. Jagung Minyak Tinggi (High-Oil)

Zea mays "fraise", termasuk kelompok berondong


.

Zea mays 'Ottofile giallo Tortonese'.

Melalui berbagai program pemuliaan yang dilakukan oleh instansi publik maupun swasta,
keragaman genetik jagung menjadi sangat luas. Berdasarkan suatu studi, keragaman genetik
dalam spesies jagung, dilihat dari variasi urutan DNA, sebanding dengan keragaman genetik
yang ditemukan pada manusia sampai simpanse[19]. Berbagai tipe kultivar jagung ditanam pada
masa sekarang, banyak di antaranya yang memiliki karakteristik khusus, seperti dikenal jagung
dengan kadar minyak bulir yang tinggi (kandungan minyak 7,0 to 8,0%, disebut HOC, High Oil
Corn), jagung dengan protein tinggi (QPM, Quality Protein Maize). Jagung dengan kadar
karotenoid tinggi juga telah dikembangkan[20]. Jagung juga menjadi tanaman yang digunakan
dalam biopharming, menghasilkan bahan obat atau senyawa berguna tertentu[21][22][23].

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar jagung dibuat, dikenal tipe kultivar:

1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih


2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul
3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum
(daya gabung umum) dan seragam
4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur
yang diketahui memunculkan gejala heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai
dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol
jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir
terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

Budidaya
Syarat tumbuh

Meskipun dikenal sejumlah ras jagung yang mampu beradaptasi dengan suhu rendah dan
kawasan tinggi, jagung adalah tanaman dataran rendah dengan suhu hangat dan penyuka cahaya
matahari penuh. Perkecambahan jagung terhenti pada suhu di bawah 10 °C.

Kebutuhan air jagung adalah rata-rata, namun kekurangan air pada masa awal tumbuh, masa
pembungaan, dan pengisian biji akan berakibat pada penurunan hasil yang dramatis.
Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, asalkan ketersediaan air dan hara tercukupi dan
akar mampu tumbuh dengan baik. Perakaran jagung tidak dalam, sehingga lapis olah tidak boleh
terlalu keras. Kebutuhan hara jagung tinggi, terutama terhadap nitrogen dan fosfor. Jagung
menyukai tanah dengan kemasaman netral (pH 5 - 6,5). Penanaman jagung di tanah masam,
seperti gambut dan podsolik merah kuning (PMK), memerlukan pengapuran, pengatusan
(drainasi) yang baik, serta kultivar yang toleran.

Pengolahan lahan untuk persiapan penanaman jagung biasanya mencakup pembajakan, perataan,
pembuatan parit atusan, serta pengapuran (pada tanah masam). Sebelum ditanam, lahan perlu
diirigasi terlebih dahulu.

Jenis Jenis Benih Jagung di Indonesia

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang sering ditanam oleh petani. Tanaman
jagung termasuk golongan Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminae, dan familia
Graminaceae serta genus Zea. Nama latin Zea Mays. Sekarang ini Jagung telah menjadi
komoditas perdagangan dunia, semua negara berlomba-lomba meningkatkan produksinya guna
memenuhi permintaan industrinya. Salah satu caranya yaitu dengan memakai benih jagung
unggul guna mendapatkan hasil panen yang banyak. Berdasarkan pengamatan, jagung dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

 Jagung Komposit. Jagung komposit atau jagung lokal adalah jenis jagung yang biasa
ditanam oleh petani pada jaman dulu. Sekarang sudah jarang ditanam. Keunggulan jenis
jagung komposit ini adalah umurnya yang pendek, tahan hama penyakit, tidak
menimbulkan ketergantungan dan bisa ditanam secara berulang-ulang. Kekurangan jenis
jagung komposit adalah kapasitas produksi rendah hanya sekitar 3-5 ton per hektar.
Varietas jagung komposit : Arjuna, Bisma, Joster, Sukma raga, Goter, Kretek, Gajah mas,
Genjah rante, dll.

 Jagung Hibrida. Jenis jagung hibrida adalah jagung yang pada proses pembuatannya
dengan cara pemuliaan dan penyilangan antara jagung induk jantan dan jagung induk
betina sehingga menghasilkan jagung jenis baru yang memiliki sifat keunggulan dari
kedua induknya. Keunggulan jenis jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi
sekitar 8-12 ton per hektar. Kekurangannya adalah harga jagung mahal antara 20 kali
sampai 40 kali lipat dari harga jagung konsumsi, tidak bisa diturunkan lagi sebagai benih
karena produksi akan turun mencapai 30 %, menimbulkan ketergantungan bagi petani
karena jagung tidak bisa ditanam lagi. Varietas jagung hibrida : Pioner, BISI, NK, DK,
dll..

 Jagung Transgenik. Jenis jagung transgenik adalah jagung yang proses pembuatannya
dengan cara menyisipkan gen dari makhluk hidup atau non-makhluk hidup yang hasilnya
nanti diharapkan jagung itu bisa tahan penyakit, tahan hama atau juga tahan obat kimia,
sehingga tanaman itu menjadi tanaman super. Keunggulan jenis jagung ini adalah
kapasitas produksinya besar sekitar 8-10 ton per hektar, tahan penyakit, tahan hama dan
tahan obat kimia. Kekurangannya adalah bibit jagung harus beli di toko karena tidak bisa
diproduksi oleh petani, kemungkinan akan menimbulkan hama penyakit baru yang lebih
kebal obat-obatan kimia, kemungkinan menimbulkan penyakit-penyakit baru bagi ternak
dan manusia, menimbulkan kerusakan pada tanah, gen jagung ini sudah dipatenkan.
Varietas jagung transgenik : jagung BT, jagung terminator, jagung RR-GA21, jagung
RR-NK608, dll.

Cara bercocok tanam

Jagung memerlukan cahaya matahari langsung untuk tumbuh dengan normal. Tempat dengan
curah hujan 85–200 mm per bulan, suhu udara 23-27 °C (ideal), dan pH tanah 5,6-7,5 adalah
ideal. Jenis tanah tidak terlalu penting, asalkan aerasi baik dan ketersediaan air mencukupi. Air
yang cukup pada fase pertumbuhan awal, pembungaan, serta pengisian biji adalah kritis bagi
produksi jagung pipilan. Kekurangan air pada fase-fase pertumbuhan tersebut akan secara jelas
menurunkan produksi.

Genangan tidak disukai jagung, meskipun jagung dapat membentuk pembuluh-pembuluh udara
(aerenkima) apabila mengalami terendam air dalam jangka waktu cukup lama. Pembuatan parit
pengatusan air atau pembentukan bedengan biasanya disarankan. Pada tanah masam, pengapuran
diperlukan.

Penanaman benih jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan menggunakan tugal untuk
melubangi tanah. Dalam pertanian dengan mekanisasi, penanaman bijian jagung dilakukan
menggunakan mesin penabur benih (seed driller). Kepadatan populasi tanam yang biasa dipakai
adalah 60 000 sampai 120 000 tanaman per ha, yang biasa diterjemahkan dalam jarak antarbaris
(50–100 cm) dan jarak dalam baris (10–40 cm).

Kebutuhan hara jagung dikenal cukup tinggi dan dipenuhi melalui pemupukan. Selain
memerlukan pupuk organik sebagai pupuk dasar/awal, jagung memerlukan masukan nitrogen (N,
dari urea ataupun ZA), fosfat (biasanya dari SP36), dan kalium (K, biasanya dari KCl) untuk
pertumbuhan dan hasil yang baik. Namun demikian, sejak 2000-an di Indonesia diperkenalkan
pula pupuk majemuk yang telah mengandung ketiga unsur pokok tersebut. Pupuk organik cair
(POC) juga mulai diperkenalkan untuk digunakan.

Pada pertengahan masa pertumbuhan vegetatif, jagung mengeluarkan akar udara (aerial roots)
sehingga memerlukan pembumbunan untuk memaksimalkan penyerapan hara. Pengendalian
tumbuhan pengganggu (gulma) dilakukan menggunakan herbisida atau dilakukan dengan
pendangiran.

Penanaman jagung mengandalkan pasokan air dari hujan. Apabila mengalami kekurangan air,
praktik di Indonesia pemberian air biasanya diberikan dengan cara penggenangan parit apabila
hujan tidak tersedia. Air dialirkan melalui saluran irigasi atau menggunakan pompa air.
KLIPING
TUGAS KELOMPOK

TEMA 3
PERSEBARAN TUMBUHAN JAGUNG

Disusun Oleh :

1. Khansa Tiara Fahmida


2. Asya Nafilia Rahma
3. Jessica P
4. Nazmi Safa
5. Bening S

2018 / 2019
SD N 3 REJASARI
PURWOKERTO BARAT
Organisme pengganggu
Organisme pengganggu dalam budidaya jagung di daerah tropika dan non-tropika berbeda.

Di kawasan Asia tropika, penyakit utama jagung adalah

 penyakit bulai (maize downy mildew) karena infeksi Peronosclerospora,


 karat daun jagung karena cendawan Puccinia (terutama P. polysora),
 bercak daun jagung (Southern leaf blight) karena cendawan Bipolaris maydis (teleomorf:
Cochliobolus heterostrophus),
 hawar daun jagung (Northern leaf blight) karena cendawan Setosphaeria turcica
(anamorf: Exserohilum turcicum),
 busuk pelepah (sheath blight) karena cendawan Rhizoctonia solani,
 busuk batang jagung karena bermacam-macam cendawan dan oomycetes, dan
 busuk tongkol oleh cendawan Fusarium, Diplodia, dan Gibberella,
 gosong bengkak (corn smut) karena cendawan terutama Ustilago maydis,
 penyakit mosaik kerdil jagung karena infeksi Maize Dwarf Mosaic Virus.

Hama utama jagung adalah

 penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Asia tropika) dan Ostrinia nubilalis
(daerah subtropika dan iklim empat musim)
 lalat bibit Atherigona spp.,
 uret, terutama Lepidiota stigma (Jawa dan Sumatera),
 ulat tanah, seperti Agrotis,
 ulat grayak Spodoptera,
 penggerek tongkol Helicoverpa armigera
 belalang kembara Locusta migratoria,
 tikus sawah Rattus argentiventer,
 kumbang gudang, terutama Sitophilus zeamais dan S. oryzae, dan
 ngengat gudang, seperti Sitotroga.

Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus parasit berbahaya yang diawasi ketat agar tidak masuk
ke kawasan Asia tropika, yaitu striga.

Pemanfaatan

Mengangin-anginkan jagung di beranda rumah. Sumarorong

Produk utama jagung adalah bijiannya (grain). Bijian sebenarnya adalah buah dan biji yang
menyatu. Massa bijian terbesar diisi oleh endosperma yang kaya oleh karbohidrat. Dari bijian
yang dihasilkan, jagung menjadi sumber pangan pokok manusia ketiga setelah gandum dan
beras/padi[24]. Bijian jagung dimanfaatkan sebagai pakan hewan, baik untuk unggas maupun
ternak besar. Serapan terbesar di Indonesia sekarang adalah sebagai sumber pakan ternak.
Olahan bijian juga diserap dalam industri pangan, farmasi, kosmetika, dan industri kimia.

Produk jagung penting lainnya adalah jagung tongkol. Jagung tongkol juga dipanen dalam usia
sekitar tiga minggu setelah penyerbukan untuk dijadikan sayuran atau direbus serta dibakar.
Jagung manis biasanya mengisi pangsa ini. Tongkol jagung yang masih muda dan belum
berkembang penuh dipanen sebagai sayuran segar yang dikenal sebagai jagung semi atau
babycorn.
Kelobot digunakan untuk pembungkus wajik di Yogyakarta

Tanaman jagung utuh yang masih hijau dimanfaatkan oleh usaha tani peternakan sebagai
hijauan. Kandungan protein tanaman jagung cukup tinggi sebagai sumber pakan bagi sapi dan
kerbau. Bidang bioenergi mengembangkan tanaman jagung dengan kandungan selulosa tinggi
untuk dimanfaatkan biomassanya sebagai sumber energi terbarukan.

Daun pembungkus (braktea) tongkol jagung (disebut kelobot) yang telah dikeringkan digunakan
di Jawa sebagai pembungkus penganan maupun sebagai komponen rokok tradisional ("rokok
kelobot") yang dilinting sendiri oleh penggunanya.

Pangan

Nasi jagung dari Blitar selatan

Bagian jagung yang biasa dimakan manusia adalah bijiannya, baik masih muda ketika isinya
belum mengering maupun setelah tua dan mengering.

Bijian kering dapat dihaluskan menjadi tepung jagung (maizena). Maizena merupakan bahan
untuk berbagai kue dan penganan olahan serta untuk bahan baku pembuatan mie bihun.

Dedak merupakan bijian jagung yang digiling halus. Dedak dapat dicampur dengan bahan lain
sebagai makanan sarapan.

Pecahan kasar bijian jagung diolah di Amerika Serikat sebagai makanan sarapan populer, corn
flakes. Di Jawa Timur terutama, bijian jagung kering ditumbuk agak halus untuk mendapatkan
beras jagung, yang setelah dikukus atau ditanak menjadi nasi jagung. Nasi jagung ini, murni atau
bercampur nasi padi, umum sebagai makanan pokok terutama di wilayah Jatim yang mendapat
pengaruh dari budaya Madura.

Bijian utuh jagung dapat dipanggang, disangrai, atau digoreng. Gorengan bijian kering jagung
dikenal sebagai marning di Jawa Tengah. Dari bijian jagung kering varietas tertentu juga dapat
dibuat brondong jagung.

Jagung muda biasanya dipasarkan secara utuh bersama tongkolnya. Jagung manis mengisi
kebanyakan pangsa ini, meskipun jagung ladang dan jagung ketan juga dipanen dalam keadaan
demikian. Tongkol direbus, dipanggang, atau dibakar. Beberapa masakan sayur, seperti sayur
asam dan sayur bening dilengkapi dengan potongan tongkol jagung atau bijian muda yang sudah
dipisahkan dari tongkolnya (dipipil).

Pakan
Menyimpan jagung di bawah atap. Ayotupas

Untuk unggas dapat diberikan dalam bentuk utuh (pakan burung dara), dipecah (pakan burung
pengicau), dihaluskan, sampai berbentuk bubuk.

Saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif.[25]

Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti
fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan
plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. [26]

Kandungan gizi
Lihat pula: Perbandingan kandungan zat gizi jagung

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endosperma. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan
sukrosa.[27].

Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:[28]

 Kalori : 355 Kalori


 Protein : 9,2 gr
 Lemak : 3,9 gr
 Karbohidrat : 73,7 gr
 Kalsium : 10 mg
 Fosfor : 256 mg
 Besi : 2,4 mg
 Vitamin A : 510 SI
 Vitamin B1 : 0,38 mg
 Air : 12 gr

dan bagian yang dapat dicerna 90%.

Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah,
namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak daripada beras.

Produksi jagung dan perdagangan dunia


Indonesia pada tahun 2012 sampai 2014 menempati peringkat ke-8 produsen jagung (pipilan
kering) dunia. Produksi jagung pipilan kering di Indonesia tahun 2014 meningkat dari tahun
2013, yaitu 19.008.426 ton dari sebelumnya 18.511.853 ton, namun tetap lebih rendah daripada
capaian 2012 sebesar 19.387.022 ton[29].

Produsen jagung terbesar saat ini (data 2014[29]) adalah Amerika Serikat (34,8% dari total
produksi dunia), diikuti oleh Tiongkok 20,8%, Brazil 7,7%; Argentina 3,2%, Ukraina 2,7%;
India 2,3%; Meksiko 2,2%; Indonesia 1,8%; Prancis 1,8%; dan Afrika Selatan 1,4%.

Jagung pipilan merupakan komoditas perdagangan dunia. Pada umumnya jagung yang
diperdagangkan adalah untuk pakan ternak serta untuk pembuatan tepung maizena. Berdasarkan
data FAO[29], produksi jagung dunia tahun 2014 adalah sebesar 1.038 juta ton lebih, meningkat
sedikit dari tahun 2013 sebesar 1.018 juta ton lebih pipilan kering.

Berikut adalah data produksi dari sumber yang sama menurut 20 negara penghasil terbesar. Data
ini tidak memasukkan produksi jagung manis, jagung muda/semi (babycorn), serta jagung untuk
hijauan pakan ternak.

Produsen jagung dunia (FAO, 2014)[29]


Produksi Produksi
Peringkat Negara Peringkat Negara
( ton) (ton)
Amerika Serikat 361 091 Rumania
1 11 11 988 553
140
215 646
2 Tiongkok 12 Kanada 11 486 800
300
3 Brasil 79 877 714 13 Rusia 11 332 138
4 Argentina F 33 000 000 14 Nigeria 10 790 600
Hongaria
5 Ukraina 28 496 810 15 9 315 100

6 India 23 670 000 16 Italia 9 239 545


7 Meksiko 23 273 257 17 Serbia 7 951 583
8 Indonesia 19 008 426 18 Filipina 7 770 602
9 Perancis 18 541 780 19 Ethiopia 7 234 955
Afrika Selatan Tanzania
10 14 982 000 20 6 737 197
F
1 038 281
Dunia
035
* = angka tidak resmi
F = perkiraan FAO

Rujukan dan catatan


1. ^ maizegdb.org. Laman bank data publik jagung.
2. ^ University of Arizona. Scientists decode maize genome. ScienceDaily, 19 November
2009. Diakses 13 Mei 2014.
3. ^ Nutrient deficiency in corn. Laman perbandingan gejala fisik kekurangan hara pada
jagung, sebagai pedoman bagi tanaman serealia lain.
4. ^ Nutrient management. Menggambarkkan gejala defisiensi dan keracunan (toksisitas)
mineral pada jagung sebagai contoh.
5. ^ Gepts P. 2004. Crop Domestication as a Long-term Selection Experiment. In: Janick J.
Plant Breeding Reviews, Vol. 24, Part 2, ISBN 0-471-46892-4. John Wiley & Sons, Inc.
hal. 6.
6. ^ "Origin, History and Uses of Corn". Iowa State University, Department of Agronomy.
11 Februari 2014.
7. ^ Roney, John (2009). "The Beginnings of Maize Agriculture". Archaelogy Southwest 23
(1):4
8. ^ Bakalar, Nicholas. Corn, Arrowroot Fossils in Peru Change Views on Pre-Inca Culture.
National Geographic News. Edisi 2 Maret 2006
9. ^ Roney, John (Winter 2009). "The Beginnings of Maize Agriculture". Archaeology
Southwest. 23 (1): 4.
10. ^ Milho, Makk, and Yu Mai: Early journey of maize to Asia. Chapter 6: Maize in the
southeast Asian archipelago and Australia
11. ^ Lombard, D. 1996. Jaringan Asia. Penerbit Gramedia. p. 263.
12. ^ Zea mays L.. Laman tanaman obat Departemen Kesehatan
13. ^ Sop jagung “Milu siram” yang menggoda selera. Blog untuk Sup Jagung Siram.
14. ^ Entri "seumur jagung" di Wiktionary
15. ^ Belfield S, Brown C. 2008. Field Crop Manual: Maize. A Guide to Upland Production
in Cambodia. ACIAR Publ. ISBN 978-0-7347-1882-2. p.5.
16. ^ Karl, J.R. (May 2013). "The maximum leaf quantity of the maize subspecies" (PDF). The
Maize Genetics Cooperation Newsletter. 86: 4. ISSN 1090-4573. The Maximum Leaf
Number of the Maize Subspecies; the "Leafy" Mutation Placed into the Tallest Strain
17. ^ Stevenson, J. C.; Goodman, M. M. (1972). "Ecology of Exotic Races of Maize. I. Leaf
Number and Tillering of 16 Races Under Four Temperatures and Two Photoperiods1".
Crop Science. 12 (6): 864. doi:10.2135/cropsci1972.0011183X001200060045x.
18. ^ National Science Foundation. The teacher friendly guide to the Evolution of Maize.
19. ^ Laman Teacher Friendly Guide to The Evolution of Maize.
20. ^ Dr. Ronnie W. Heiniger, Dr. E. J. Dunphy. High Oil Corn Production Q&A. Laman
NC State Univ.
21. ^ ISAAA. Maize Plants for Safe and Effective Molecular Pharming. Diakses 1 Juni 2015.
22. ^ Iowa State plant scientists tweak their biopharmaceutical corn research project. Diakses
1 Juni 2015.
23. ^ Plataforma SINC. Using Maize As An Efficient 'Factory' For Protein-based
Pharmaceutical Products. ScienceDaily. 28 Mei 2008.Diakses 1 Juni 2015.
24. ^ Saptoningsih. Diversifikasi Pangan Olahan Jagung. Laman BPPSDMP Kementerian
Pertanian.Diakses 3 Juni 2015.
25. ^ Biello, D. Can Ethanol from Corn Be Made Sustainable?. Scientific American. 20 Feb.
2013. Diakses 12 Mei 2014.
26. ^
http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/09/time/091302/i
dnews/876754/idkanal/317
27. ^ James, M. G. "Characterization of the Maize Gene sugary1, a Determinant of Starch
Composition in Kernels". The Plant Cell. 7 (4): 417–429. Parameter |coauthors= yang
tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan);
28. ^ Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
29. ^ a b c d FAOSTAT, 2016. Diakses 8 November 2016.

Pranala luar
Wikispecies mempunyai informasi mengenai
Zea mays

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Zea mays.

 [1] U.S. Grains Council


 [2] National Corn Growers Ass.
 Common Names of Plant Diseases. Daftar penyakit jagung dunia.

[sembunyikan]

 l
 b
 s

Serealia
Chia · Fonio · Gandum · Gandum hitam · Jagung · Jali · Jelai · Jawawut · Kaniwa · Kinoa ·
Milet · Haver/Oat · Padi/Beras & ketan · Sorgum · Spelt · Tef
Kategori:

 Halaman dengan berkas rusak


 Jagung
 Poaceae
 Serealia
 Tumbuhan berbiji
 Pertanian tropis
 Tumbuhan semusim
 Makanan pokok
 Zea

Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Perubahan tertunda
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu

Pencarian

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir

Bagikan

 Facebook
 Twitter
 Google+

Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak

Dalam proyek lain

 Wikimedia Commons
 Wikispecies

Perkakas

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID

Bahasa lain

 Asturianu
 Башҡортса
 Boarisch
 English
 Bahasa Hulontalo
 Basa Jawa
 Bahasa Melayu
 Basa Sunda
 中文
Sunting interwiki

 Halaman ini terakhir diubah pada 20 September 2018, pukul 07.07.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

 Kebijakan privasi
 Tentang Wikipedia
 Penyangkalan
 Pengembang
 Cookie statement
 Tampilan seluler

Anda mungkin juga menyukai