1. Pengolahan Lahan
Lahan yang siap untuk ditanami adalah lahan yang sudah diolah terlebih
dahulu dengan cara dibajak, lalu dihaluskan sampai gembur.
Pembajakan lahan dapat dilakukan secara manual, dicangkul, dibajak
menggunakan bantuan hewan, hingga dengan traktor.Berikut ini standar
penyiapan lahan yang harus dipenuhi:
Lahan harus bebas dari pencemaran limbah beracun.Pengolahan lahan
dilakukan dengan baik agar struktur tanah menjadi gembur sekaligus
beraerasi baik.Dengan demikian, akar tanaman pangan dapat berkembang
secara optimal. Pengolahan lahan dapat dilakukan secara tradisional atau
memanfaatkan mesin pertanian. Pengolahan lahan tidak menyebabkan
erosi tanah, longsor, atau kerusakan sumber daya lahan. Pengolahan
lahan termasuk upaya pelestarian sumber daya lahan sekaligus sebagai
tindakan sanitasi serta penyehatan lahan. Bila diperlukan, pengolahan
bisa disertai dengan pengapuran lahan, penambahan bahan organik,
pembenahan tanah, serta menerapkan teknik perbaikan kesuburan tanah.
2. Persiapan Benih dan Penanaman
Persiapan benih penting dilakukan agar budi daya tanaman pangan
menghasilkan produk yang berkualitas. Ketika memilih benih, tentukan
yang punya kualitas terbaik.
Ciri benih yang baik adalah benih dari varietas unggul, benihnya sehat,
memiliki vigor (sifat benih) yang baik, dan tidak memiliki atau
menularkan organisme pengganggu tanaman (OPT). Berikut hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan benih sekaligus
penanamannya: Khusus untuk padi, benih harus melalui proses
penyemaian terlebih dahulu, sedangkan benih tanaman pangan lainnya
umumnya bisa langsung ditanam. Untuk daerah endemis dan eksplosif,
lakukan pencegahan serangan OPT. Caranya, benih yang akan ditanam
diberi perlakuan yang sesuai (seed treatment) Penanaman harus
dilakukan saat musim tanam yang tepat. Penanaman juga bisa mengikuti
jadwal tanam sesuai manajemen produksi tanaman yang bersangkutan.
Penanaman benih dilakukan dengan mengikuti teknik budi daya yang
dianjurkan. Perhatikan jarak tanam dan kebutuhan benih per hektar,
sesuaikan pula dengan persyaratan spesifik untuk setiap jenis tanaman,
varietas, sekaligus tujuan penanaman. Lakukan antisipasi agar tanaman
tidak mengalami kekeringan, banjir, atau faktor abiotik lain. Waktu atau
tanggal penanaman sebaiknya dicatat demi memudahkan jadwal
pemeliharaan,penyulaman,hingga,pemanenan.
3. Pemupukan Tanaman
Tujuan pemupukan adalah memberi nutrisi pada tanaman agar bisa
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pemupukan harus dilakukan
secara tepat, dengan memperhatikan ketepatan jenis, mutu, waktu, dosis,
hingga cara pemupukannya.
Pertama, tepat jenis: pupuk harus mengandung unsur hara makro dan
mikro yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi
kesuburan tanah.
Kedua, tepat mutu: pupuk yang digunakan harus memiliki mutu yang
baik dan sesuai standar.
Ketiga, tepat waktu: pupuk diberikan sesuai kebutuhan dengan
memperhatikan stadia/fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lapangan.
Kelima, tepat cara: aplikasi pemberian pupuk sesuai dengan tanaman dan
kondisi tanah.
Pertama, penggunaan pestisida harus tepat jenis, tepat dosis, tepat mutu,
tepat konsentrasi, tepat waktu, tepat sasaran, serta tepat cara dan alat
yang dipakai.
Kedua, penggunaan pestisida tidak membahayakan kesehatan pekerja.
Pekerja disarankan memakai pakaian pelindung khusus saat
mengaplikasikan pestisida.
Keempat, tata cara aplikasi pestisida harus sesuai dengan aturan yang
tertera pada labelnya.
Jagung
a. Persiapan Lahan
Persiapan untuk menanam jagung diperlukannya penggeburan
pada tanah agar memiliki drainase yang baik atau secara makna
adalah massa air dapat terbuang secara alami. Pada umumnya untuk
mempersiapkan tempat tanaman jagung memerlukan lahan yang
dibajak sedalam 15-20 cm.
Setelah dibajak beri tanah dengan pupuk kandang dan pupuk
kimia. Untuk memlih pupuk kandang yang bagus bisa memakai
kotoran kambing dan untuk pupuk kimia bisa memakai NPK.
Pencampuran pada pupuk kandang dan kimia adalah 40:1 sampai
50:1, secara rincinya pupuk kandang 40 ember dan di campuri
dengan 1 ember pupuk kimia. Selain itu dapat juga menaikkan pH
tanah dengan cara menambahkan kapur pada tanah, kapur yang
dipakai adalah kapur dolomit.
Selanjutnya, tanah yang dipilih jangan yang basah/becek cukup
yang lembap agar mudah dikerjakan. Jarak pada bendengan sekitar
100-50 cm, dan jarak dalam garisnya sekitar 20-25 cm.
b. Benih
Persiapkan benih tanamannya, pada umumnya benih jagung yang
dipakai adalah yang sudah bersertifikat. Karen benih jagung tersebut
telah di beri seed treatment atau disebut perawatan benih, dengan
melapisi benih dengan fungisida yang berfungsi agar tanaman
terlindung dari berbagai macam serangan penyakit dan memudahkan
benih untuk tumbuh dengan baik.
c. Penanaman
Sesudah bendengan terbentuk maka Langkah selanjutnya adalah
membuat lubang tanah sedalam 5-10 cm. Lubang dibuat merata
sepanjang alur, jika sudah masukkan benih kedalam lubang sebanyak
2 biji per lubang kemudian tutup lubang dengan tanah. Benih akan
berkecambah dan tumbuh selepas 4 sampai 7 hari.
d. Pemupukkan
Melakukan pemupukkan tambahan sebanyak 2-3 kali pada saat
salah satu masa tanam tergantung dari kesuburan tanah dan jenis
benih yang dipakai. Jenis pupuk yang dipakai pada tanaman jagung
harus melengkapi unsur N, P, dan K. Unsur N bisa ditemukan pada
urea, unsur P ditemukan pada SP-36, dan unsur K ditemukan pada
KCI.
Takaran pupuk yang harus diberi dari sumber Balitbangtan
( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ) per hektarnya
adalah 350 kg urea + 200 kg sp-36 + 100 kg KCI. pada saat memberi
pupuk kedua diberikan pada 10 dan 35 hari setelah tanam ( hst ),
sedangkan untuk memberi pupuk 3 kali diberikan pada 7-10 hst, 28-
30 hst dan 40-45 hst.
Sangat dianjurkan saat memberi pupuk untuk tidak dicampur,
dimana jarak dengan tanaman lainnya sekitar 7 cm dan
kedalamannya 7 cm.
e. Pemeliharaan
Langkah pemeliharaan yang dilakukan dalam budidaya tanaman
jagung adalah penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan,
pemangkasan daun, dan pengairan. Penyulaman bibit dapat
dilakukan sekitar 1 minggu, penjarangan tanam dilakukan 2-3
minggu setelah penanaman. Inilah salah satu yang terpenting dalam
budidaya tanaman jagung.
Agar tidak merasa rugi karena disebabkan persaingan gulma,
maka lahan harus bebas pada gulma. Penyiangan dilakukan pada saat
umur 15 hari setelah penanaman dan harus dijaga jangan sampai
merusak akar tanaman utama. Penyiangan kedua dilakukan
bersamaan dengan pembubunan pada waktu pemupukan kedua.
Langkah pemeliharaan selanjutnya adalah pemangkasan daun.
Jika menghasilkan daun jagung segar maka dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak.
f. Pengairan
Pengairan yang sangat mudah digunakan untuk penanaman
jagung di lahan sawah adalah dengan sistem penggenangan. Ada
beberapa langkah pertumbuhan tanaman jagung yang memerlukan
pengairan yaitu langkah pertumbuhan awal, langkah pertumbuhan
vegetatif, langkah pembungaan, langkah pengisian biji dan langkah
pematangan.
Melakukan pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman
jagung agar tidak layu. Jangan sampai telat pada saat pengairan,
karena akan menyebabkan daun layu. Pada daerah dengan curah
hujan yang tinggi, melalui air hujan dapat mencukupi dalam
pengairan. Tidak hanya itu pengairan juga dapat dilakukan dengan
cara mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung atau bisa
juga menggunakan pompa air jika kesulitan air.
g. Penyakit dan Hama
Tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan biji.
Beberapa hama yang biasanya menyerang adalah ulat tanah, uret,
ulat daun, lalat bibit, ulat tentara dll. Sedangkan penyakit yang
menyerang tanaman jagung adalah bercak ungu, bulai dan karat.
Agar tidak terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman
jagung, maka harus dicegah dengan cara menggunakan teknik
pengelolaan tanam pertanian atau bisa disebut agronomi,
memberikan desinfektan pada benih yang akan ditanam, dan dapat
memelihara juga memanfaatkan musuh alami pada tanaman jagung.
h. Panen dan Pasca panen
Tanaman jagung cukup matang dan siap dipanen pada umumnya
sekitar umur 7 minggu setelah berbunga. Waktu yang berpengaruh
pada saat panen jagung adalah ketinggian lahan, cuaca, dan tahap
kematangannya.
Dilakukannya pemanenan saat jagung cukup tua dan kulit jagung
berwarna kuning. Cara memeriksa apakah jagung dapat dipanen atau
tidak adalah dengan cara menekankan kuku ibu jari pada biji jagung,
jika tidak membekas pada jagung maka dapat segera untuk dipanen.
Jika jagung yang dipanen kurang pada waktunya , maka buturan
bijinya keriput dan setelah dikeringkan akan menghasilkan butiran
pecah atau butiran akan rusak saat pemipilan. Tetapi jagung yang
dipanen lebih pada waktunya, akan banyak butiran jagung yang
rusak. Pada umumnya jagung dipanen pada saat keadaan tongkol
berkelobot ( berkulit ).
Selanjutnya untuk pengarapan pasca panen bisa menggunakan
cara pengeringan. Biasanya cara pengeringan yang dilakukan adalah
menghamparkan jagung dibawah terik matahari dan menggunakan
alas tikar atau terpal.
Jika sudah di jemur selanjutnya jagung dipipil, bisa juga
menggunakan mesin pemipil jagung agar proses pemipilan mudah
dan tidak memakan waktu. Dan dapat segera di jemur kembali
sampai kering konstan, agar dapat disimpan lebih lama. Untuk
penjemuran biasa memerlukan 60 jam sinar matahari.
2. Kacang kacangan:
Kacang hijau
a. Persiapan Lahan
Untuk melakukan penanaman benih kacang hijau sebelumnya
perlu dilakukan persiapan lahan untuk mengolah media tanam yang
akan digunakan.
Pada hal ini media yang digunakan untuk menanam adalah tanah
sehingga perlu untuk melakukan pengelolaan pada tanah yang akan
digunakan.
Persiapan lahan ini dilakukan untuk memberikan hasil yang
optimal dan menunjang petumbuhan serta kualitas tanaman kacang
hijau yang dihasilkan.
Pengolahan tanah untuk membuka lahan pun mempunyai cara
yang berbeda tergantung dengan kondisi lahan yang digunakan. Pada
lahan bekas sawah tidak perlu dilakukan pengolahan tanah TOT
(Tanpa Olah Tanah) dan tunggul padi sebaiknya dipotong pendek.
Pada pengolahan TOT (Tanpa Olah Tanah) hanya dilakukan
pembersihan gulma dan bekas pertanaman padi (jerami).
Sebaiknya pembersihan gulma dilakukan 1 minggu sebelum
waktu tanam. Kemudian dilakukan pembajakan atau pencangkulan
pada tanah sedalam 15-20 cm untuk menghasilkan tanah yang
gembur. Selanjutnya pada lahan kering (tegalan) misal bekas
penanaman padi perlu dilakukan pengelolaan tanah yang intensif.
Hampir serupa dengan sebelumnya dilakukan pembersihan
gulma atau rumput liar, tanah dicangkul hingga gembur (untuk tanah
tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm).
Pada lahan kering (tegalan) perlu dilakukan pengelolaan tanah
minimal yaitu dengan pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar
dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan
perbaikan struktur tanah.
Tanah yang sudah diolah selanjutnya dapat dibuat petak atau
bedengan (tempat tumbuhnya tanaman) dengan ukuran sesuai
kondisi lahan yang ada.
Kemudian untuk menunjang kebutuhan air, perlu dibuat sistem
saluran drainase yang berjarak 100-200 cm dari bedengan. Sementara
pada kondisi tanah yang becek disarankan saluran drainase berjarak
3-5 m.
b. Pembibitan
Serupa dengan tanah, biji kacang hijau juga harus digunakan
secara hati-hati. Jika tanah belum pernah digunakan untuk menanam
kacang hijau sebelumnya, maka benih kacang hijau perlu dilakukan
inokulasi terlebih dahulu, tujuannya adalah agar benih dapat
beradaptasi dengan tanah. Inokulasi bisa dilakukan dengan
menggunakan bibit bakteri rhizobium.
Hal tersebut dilakukan dengan cara membasahi bibit kacang
hijau yang telah dipilih dengan air lalu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan selama ± 4 jam hingga kecambah pada benih
muncul.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan menggunakan sistem tugal yaitu
melubangi tanah dengan jarak yang sesuai. Pada bekas lahan
tanaman padi, penanaman kacang hijau tidak boleh dilakukan lebih
dari 5 hari sesudah padi dipanen.
Berikut cara penanaman tanaman kacang hijau yang dianjurkan :
Melubangi tanah yang telah disiapkan dengan kedalaman 3-5
cm.
Memberi jarak tanam. Disarankan untuk jarak tanam yaitu
40 x 10 cm tiap lubang untuk mencapai populasi 400–500
ribu tanaman/ha (pada musim kemarau) ataupun 40 x 15 cm
tiap lubang untuk mencapai populasi 300–400 ribu
tanaman/ha (pada musim hujan).
Memasukkan benih tanaman kacang hijau. Banyak benih
kacang hijau yang dianjurkan adalah 2-4 biji pada setiap
lubang.
Setiap lubang di beri pupuk organik dan urea atau PPC
sebagai pupuk tambahan untuk membantu pertumbuhan
kacang hijau.
Menutup lubang dengan memadatkan tanah, hal ini bertujuan
agar tanaman kacang hijau tidak mudah dimasuki hama.
d. Pemeliharaan Tanaman
Tahapan ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman
kacang hijau yang telah ditanam agar tetap terpantau tumbuh
kembangnya dan terhindar dari kemungkinan-kemungkinan
kerusakan bahkan layu atau mati.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman
kacang hijau, yaitu :
Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada lahan kering dan lahan yang kurang
subur sedangkan pada lahan sawah bekas tanaman padi yang subur
tidak perlu dilakukan pemupukan. Pada lahan kering, pemupukan
menggunakan jenis pupuk NPK.
Pemupukan pada lahan yang kurang subur dilakukan dengan
menggunakan komposisi pupuk 45-50 kg Urea + 45 – 90 kg TSP +
50 kg KCL/ha.
Berikutnya pupuk dimasukkan ke dalam lubang tugal sedalam 10
cm yang telah dibuat di sisi yang berlawanan dengan pemupukan
pertama atau dapat pula dimasukkan ke dalam larikan kemudian
ditutup dengan tanah tipis.
Selain itu, pemberian pupuk organik seperti kompos atau pupuk
kandang dapat digunakan untuk membantu menahan kapasitas air di
dalam tanah.
Penyulaman
Penyiangan
Pengairan
Apabila pada fase ini terjadi kekurangan air maka biji dan polong
kacang akan kempes. Satu minggu sebelum polong dipanen,
pengairan dihentikan. Pengairan diberikan melalui saluran drainase
antar bedengan atau petak.
Pengendalian Hama
e. Panen
Panen dapat dilakukan pada tanaman kacang hijau yang telah
memasuki umur sekitar 60-85 hari setelah masa tanam.
Ciri-ciri tanaman kacang hijau yang sudah siap untuk dipanen
yaitu berubahnya warna kacang polong yang semula berwarna hijau
menjadi warna coklat kering hingga hitam.
Tanaman kacang hijau di panen dengan cara dipetik. Disarankan
kegiatan panen tidak dilakukan terlambat atau ditunda terlalu lama.
Hal ini bertujuan agar polong tidak pecah dan terkelupas saat
dipanen. Pada tanaman kacang hijau, panen dapat dilakukan 1-3 kali
tergantung dari varietas dan jarak yang dianjurkan antar panen
sekitar 3-5 hari.
f. Pasca Panen
Polong tanaman kacang hijau yang telah dipanen dan
dikumpulkan selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3
hari atau dapat menggunakan mesin pengering.
Kemudian polong yang telah dikeringkan dilakukan pembijian.
Pembijian dilakukan secara manual. Caranya dengan memasukkan
polong ke dalam karung goni lalu dipukul-pukul dengan tongkat
kayu hingga polong pecah.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya pengurangan
hasil. Pembersihan biji dari kulit polong dilakukan dengan cara
ditampih menggunakan nyira.
Berikutnya sebelum dilakukan penyimpanan, biji kacang hijau
perlu melewati proses penjemuran kembali hingga kering dan
mempunyai kadar air 8 – 10 % sehingga aman untuk disimpan. Biji
kacang hijau yang sudah bersih dapat dimasukkan ke dalam wadah.
3. Umbi umbian:
Ubi jalar