Anda di halaman 1dari 16

RANGKUMAN PRAKARYA

A. Pengertian Budidaya Tanaman Pangan


Pengertian budidaya tanaman pangan adalah kegiatan tanam menanam
tanaman yang bisa menjadi sember penghasil karbohidrat dan protei yang
nantinya bisa di konsumsi sendiri mau pun untuk di jual sebagai mata
pencaharian bagi petani sebagai penanamnya. Berbicara tentang tanaman
pangan, sebenarnya Indonesia merupakan negara dengan penghasil tanaman
pangan yang baik.

B. Tujuan Budidaya Tanaman Pangan


Tujuan dilakukannya budidaya tanaman pangan adalah untuk
1. Memenuhi kebutuhan sehari hari
2. Mendapatkan hasil yang setinggi mungkin baik dari segi kuantitas
maupun kualitas apakah itu berupa bagian generatif atau vegetatif.
3. Peningkatan pendapatan masyarakat tani ke arah yang lebih baik, dan
4. Merubah perekonomian
C. Fungsi Budidaya Tanaman Pangan
Berikut ini adalah fungsi dari hasil budidaya tanaman pangan
1. Hasilnya dapat dijual
2. Dapat di konsumsi sendiri
3. Dapat dijual dalam bentuk bibit tanaman
4. Tidak banyak mengeluarkan banyak biaya
5. Mutu dan kualitas lebih terjamin
D. Jenis Jenis Budidaya Tanaman Pangan
Jenis jenis atau macam macam budidaya tanaman pangan secara umum
dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu serealia, biji bijian, umbi umbian dan
jenis tumbuhan lainnya, antara lain:
1. Serealia
Serealia adalah sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen
biji atau bulirnya sebagai sumber karbohidrat atau pati.
Contoh tanaman serealia adalah:
a. Padi (Oryza sativa L)
Tanaman padi merupakan golongan kerabat dekat dengan
rumput-rumputan (Poaceae) berakar serabut, batang berbuku dan
berongga membentuk rangkaian daun sebagai penopang
daun,bunga tersusun majemuk,bulir padi terdapat pada malai
dimiliki oleh anakan padi dan memiliki warna hijau muda
hinggga hijau tua.
b. Jagung (Zea mays ssp).
Tanaman jagung masih termasuk golongan famili Poaceae,
berakar serabut, batang beruas-ruas berdiri tegak,daun sempurna
(pelepah, tangkai, helai daun),berumah satu (monoecious),bunga
tersusun majemuk (bunga jantan berbentuk malai dan bunga
betina berbentuk tongkol). Pemanfaatan tanaman jagung tidak
hanya terbatas sebagai olahan pangan dan pakan ternak akan
tetapi dewasa ini pemanfaatan tanaman jagung telah memasuki
pasar industri bahan olahan biji jagung,kimiawi dan farmasi.
Berdasarkan bentuk dan tipe biji tanaman jagung dapat
dibedakan menjadi 7 kategori (jagung mutiara, jagung manis,
jagung gigi kuda, jagung pod, jagung brondong, jagung ketan
(pulut) dan jagung tepung)
c. Gandum (Triticum spp)
Tanaman gandum tergolong famili Poaceae, berakar serabut,
batang beruas dan berongga, daun tumbuh tegak atau
melengkung, berbunga majemuk, memilliki sistem penyerbukan
sendiri (self polination) dan untuk struktur biji tersusun atas 3
bagian kulit (bran), endosperma (bagian inti) dan bagian lembaga
(cangkang). Tanaman gandum kaya akan nutrisi tinggi seperti;
Serat pangan, protein, vitamin B1, B2, B3, B6, asam folat,
magnesium, tembaga, fosfor,seng, mangan ,selenium,vitamin E,
zat besi ,lemak essensial dan tidak mengandung kolesterol.
Dewasa ini pemanfaatan gandum ditelah merambah di industri
makanan pokok dan pakan ternak.Berdasarkan bentuk biji dan
tekstur tanaman gandum dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu :Triticum aestivum, Triticum compactum dan Triticum
durum.
d. Sorgum (Shorghum spp)
Tanaman sorgum tergolong kedalam famili Poaceae,berakar
serabut, batang berbuku-buku dan berdiri tegak,bentuk daun
melengkung,bunga tumbuh dari malai terdapat pada ujung
batang.sistem pembungaan tergolong hermafrodit (satu tanaman
terdapat kelamin jantan dan betina) dan tanaman sorgum terlihat
seperti tanaman jagung. Kandungan nutrisi yang terdapat pada
tanaman sorgum antara lain; protein, lemak, karbohidrat, air,
serat, kalsium (Ca), fosfor (P), Besi (Fe) dan magnesium (Mg).
Oleh karena itu pemanfaatan sorgum secara luas dilakukan
bidang industri;bahan pangan, bahan pakan ternak dan bahan
bakar alternatif (bioetanol).
E. Tanaman Biji Bijian / Kacang Kacangan
Tanaman kacang-kacangan tergolong dalam kerabat dekat tanaman
polong-polongan (Fabaceae) tumbuhan dikotil,memiliki ukuran relatif besar,
banyak mengandung protein, karbohidrat, folat dan besi.
a. Kacang tanah (Arashis hypogeae L)
Kacang tanah (Arashis hypogeae L).Tanaman kacang tanah tergolong
kedalam famili fabaceae, memiliki sistem morfologi perakaraan
tunggang dan berbintil (nodul), batang berukuran pendek, berbuku dan
tunggal, bentuk daun majemuk dan memiliki polong yang tumbuh
didalam tanah. Tanaman ini berasal dari Negara Brazillia, Amerika
Selatan, dan kacang tanah di Indonesia merupakan tanaman terpenting
ke-dua (2) dalam jenis kacang-kacangan setelah kedelai. Kondisi iklim
Indonesia yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman ini menjadikan
tanaman mudah sekali beradaptasi,
b. Kacang Hijau (Vigna radiata L)
Tanaman kedelai tergolong famili fabaceae, akar tunggang, batang
tegak,bulat, berbulu, daun terdapat tiga (3) helai daun yang letak
berselingan,bunga muncul pada batang dan tersusun pada tandan,sistem
penyerbukan sendiri dan buah kacang hijau berbentuk polong.
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman palawija terpenting ketiga
setelah tanaman kedelai dan tanaman kacang tanah,dan merupakan
sumber nabati hayati tertinggi jenis suku polong-polongan.
Pembudidayaan kacang hijau memerlukan pemeliharaan yang intensif
untuk menghasilkan biji kacang hijau yang berkualitas dan bermutu baik
c. Kedelai (Glycine max L)
Tanaman kedelai tergolong famili fabaceae, memiliki sistem perakaran
tunggang, batang berkambium, tumbuh merambat, daun tunggal dan
bentuk daun bertiga (trifoliate), buah kedelai berbentuk polong, bunga
sempurna (setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan betina).
Kandungan sumber protein nabati yang tinggi kaya vitamin B, zat besi,
asam folat, kalsium, potasium, dan serat. Tinggi permintaan pasar
terhadap hasil olah berbahan baku kedelai menjadikan biji kedelai
mempunyai harga yang terbilang tinggi berkisar 6000-7000/kg untuk biji
kedelai kering ini yang kemudian menjadikan budidaya tanaman kedelai
menjadi prospek bisnis budidaya cukup menjanjikan.
F. Tanaman Umbi Umbian
Tanaman umbi-umbian adalah tumbuhan atau tanaman yang mengalami
modifikasi (perubahan) baik ukuran, bentuk,dan fungsinya.
a. Ubi Jalar (Ipomae batatas)
Tanaman ubi jalar merupakan tanaman dari famili Convolvulaceae (Suku
Kankung-kankungan) memiliki batang yang menjalar dan pertumbuhan
dapat berupa semak-semak. Terdapat jenis varietas Budidaya Ubi Jalar di
Indonesia yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Balitkabi) antara lain:
Cilembu, Borobudur, Prambanan, Mendut, Kalasan, Ibaraki, Lampeneng,
Sawo, Rambo, Jahe, Kleneng, Gedang, Tumpuk, Layang-layang,
Goergia, Karya, SQ-27dan Daya.
b. Talas (Colocasia esculenta)
Tanaman Talas merupakan tanaman dari golongan talas-talasan
(Araceae), monokotil (tanaman berkeping satu (1)),memiliki sistem
perakaran serabut, berbatang pendek dan berbulu,bunga sempurna (helai
daun, pelepah,tangkai daun). Tanaman talas atau keladi di Indonesia
dimanfaatkan sebagai tanaman pokok dan makan tambahan. Bagian dari
tanaman talas seperti; umbi, pelepah dan daun talas itu dimanfaatkan
sebagai olahan bahan makanan,pakan ternak, pakan ikan dan
pembungkus makanan yang mengandung nilai karbohidrat tinggi,
protein,lemak dan vitamin. Terdapat jenis-jenis talas yang bernilai
ekomonis tinggi yang banyak dibudidayakan di Indoensia.
c. Singkong (Manihot esculenta)
Tanaman singkong atau ketela pohon tergolong kedalam genus Manihot,
berakar tunggang dengan akar cabang menjadi umbi, tanaman perdu
mencapai tinggi 5-7 meter dan sistem percabangan yang jarang,
Tanaman Singkong merupakan jenis tanaman yang tumbuh baik di
daerah Tropis dan berasal dari Amerika (Brazil dan Paraguay) dengan
penamaan ilmiah Manihot esculenta.
Budidaya Singkong di Indonesia terbilang sangat populer dan familiar
dengan beragam varietas singkong budidaya pangan dan kebutuhan
industri Etanol, dalam kurun waktu 15-tahun terakhir ini dan tanaman
singkong saat ini menempati urutan tiga (3) sebagai makan pokok
sumber karbohidrat tertinggi setelah padi dan jagung yang mempunyai
manfaat dan khasiat tanaman singkong bagi kesehatan tubuh manusia.
d. Kentang (Solanum tuberasum)
Tanaman kentang tergolong kedalam famili Solanaceae, memiliki batang
yang berongga dan berkayu, daun majemuk terdiri tangkai daun dan anak
daun dan sistem bunga hermafrodit. Di Indonesia tanaman kentang
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1811, pemanfaatan tanaman
kentang terletak pada bagian umbi dengan masa tanam 90-180 hari bisa
dipanen, tergantung dengan jenis varietas yang dipilih, kandungan umbi
kentang antara lain; karbohidrat tinggi, protein, asam amino esensial,
sumber vitamin dan mineral yang dominan dimanfaatkan untuk industri
makan.
G. Tahapan Budidaya Tanaman
Pangan Tahapan proses dalam produksi budi daya tanaman pangan terdiri
dari pengolahan lahan, persiapan benih dan penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, hingga proses
pemanenan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan rinci tahap-tahap
budidaya tanaman pangan

1. Pengolahan Lahan
Lahan yang siap untuk ditanami adalah lahan yang sudah diolah terlebih
dahulu dengan cara dibajak, lalu dihaluskan sampai gembur.
Pembajakan lahan dapat dilakukan secara manual, dicangkul, dibajak
menggunakan bantuan hewan, hingga dengan traktor.Berikut ini standar
penyiapan lahan yang harus dipenuhi:
Lahan harus bebas dari pencemaran limbah beracun.Pengolahan lahan
dilakukan dengan baik agar struktur tanah menjadi gembur sekaligus
beraerasi baik.Dengan demikian, akar tanaman pangan dapat berkembang
secara optimal. Pengolahan lahan dapat dilakukan secara tradisional atau
memanfaatkan mesin pertanian. Pengolahan lahan tidak menyebabkan
erosi tanah, longsor, atau kerusakan sumber daya lahan. Pengolahan
lahan termasuk upaya pelestarian sumber daya lahan sekaligus sebagai
tindakan sanitasi serta penyehatan lahan. Bila diperlukan, pengolahan
bisa disertai dengan pengapuran lahan, penambahan bahan organik,
pembenahan tanah, serta menerapkan teknik perbaikan kesuburan tanah.
2. Persiapan Benih dan Penanaman
Persiapan benih penting dilakukan agar budi daya tanaman pangan
menghasilkan produk yang berkualitas. Ketika memilih benih, tentukan
yang punya kualitas terbaik.
Ciri benih yang baik adalah benih dari varietas unggul, benihnya sehat,
memiliki vigor (sifat benih) yang baik, dan tidak memiliki atau
menularkan organisme pengganggu tanaman (OPT). Berikut hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan benih sekaligus
penanamannya: Khusus untuk padi, benih harus melalui proses
penyemaian terlebih dahulu, sedangkan benih tanaman pangan lainnya
umumnya bisa langsung ditanam. Untuk daerah endemis dan eksplosif,
lakukan pencegahan serangan OPT. Caranya, benih yang akan ditanam
diberi perlakuan yang sesuai (seed treatment) Penanaman harus
dilakukan saat musim tanam yang tepat. Penanaman juga bisa mengikuti
jadwal tanam sesuai manajemen produksi tanaman yang bersangkutan.
Penanaman benih dilakukan dengan mengikuti teknik budi daya yang
dianjurkan. Perhatikan jarak tanam dan kebutuhan benih per hektar,
sesuaikan pula dengan persyaratan spesifik untuk setiap jenis tanaman,
varietas, sekaligus tujuan penanaman. Lakukan antisipasi agar tanaman
tidak mengalami kekeringan, banjir, atau faktor abiotik lain. Waktu atau
tanggal penanaman sebaiknya dicatat demi memudahkan jadwal
pemeliharaan,penyulaman,hingga,pemanenan.

3. Pemupukan Tanaman
Tujuan pemupukan adalah memberi nutrisi pada tanaman agar bisa
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pemupukan harus dilakukan
secara tepat, dengan memperhatikan ketepatan jenis, mutu, waktu, dosis,
hingga cara pemupukannya.
Pertama, tepat jenis: pupuk harus mengandung unsur hara makro dan
mikro yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi
kesuburan tanah.

Kedua, tepat mutu: pupuk yang digunakan harus memiliki mutu yang
baik dan sesuai standar.
Ketiga, tepat waktu: pupuk diberikan sesuai kebutuhan dengan
memperhatikan stadia/fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lapangan.

Keempat, tepat dosis: pupuk diberikan sesuai dengan jumlah yang


dianjurkan.

Kelima, tepat cara: aplikasi pemberian pupuk sesuai dengan tanaman dan
kondisi tanah.

Selain itu, pemberian pupuk juga sebaiknya mengacu pada analisis


kesuburan tanah dan tanaman. Analisis ini lazimnya dilakukan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Selanjutnya, langkah-langkah pemberian pupuk yang benar adalah


sebagai berikut: Penyemprotan pupuk cair secara langsung pada tanaman
(foliar spray) tidak meninggalkan residu zat kimia berbahaya, terutama
ketika sudah dipanen. Dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik
yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
Penggunaan pupuk tidak mengakibatkan pencemaran air, baik itu air
tanah, air permukaan (sungai, waduk, bendungan), maupun air baku
untuk konsumsi. Pupuk berupa limbah kotoran manusia harus diberi
perlakuan yang sesuai sebelum digunakan.
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman (mengganti
tanaman mati/rusak), dan pembumbunan (tanah digundukkan di pangkal
batang tanaman). Setiap tanaman memiliki kekhasan masing-masing.
Pemeliharaan harus dilakukan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
spesifik tanaman pangan. Hal ini berguna agar tanaman dapat tumbuh
secara optimal dan menghasilkan produk pangan bermutu tinggi.
Pemeliharaan juga dilakukan dengan menjaga tanaman agar terhindar
dari gangguan hewan, baik hewan liar, ternak, atau hewan lainnya.
5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida.
Kendati demikian, pestisida yang digunakan mesti seminimal mungkin
untuk mengurangi residu ketika tanaman dipanen. Karena itulah,
dianjurkan untuk menggunakan pestisida hayati yang mudah terurai,
tidak meninggalkan residu, serta tidak berbahaya bagi manusia dan
ramah lingkungan. Standar penggunaan pestisida dalam budidaya
tanaman adalah sebagai berikut.

Pertama, penggunaan pestisida harus tepat jenis, tepat dosis, tepat mutu,
tepat konsentrasi, tepat waktu, tepat sasaran, serta tepat cara dan alat
yang dipakai.
Kedua, penggunaan pestisida tidak membahayakan kesehatan pekerja.
Pekerja disarankan memakai pakaian pelindung khusus saat
mengaplikasikan pestisida.

Ketiga, penggunaan pestisida harus ramah lingkungan dan tidak


memberikan dampak negatif pada biota tanah dan biota air.

Keempat, tata cara aplikasi pestisida harus sesuai dengan aturan yang
tertera pada labelnya.

Kelima, pestisida dengan residu berbahaya bagi manusia dilarang


diaplikasikan menjelang atau saat panen.

Selanjutnya, penggunaan pestisida juga harus mengikuti standar


pengendalian OPT seperti berikut: Penggunaan pestisida harus dicatat
jenisnya, dosis, konsentrasi, waktu, serta cara aplikasinya. Pencatatan
penggunaan pestisida harus mencakup nama pestisida, lokasi,
waktu/tanggal aplikasi, nama distributor, dan nama operator atau orang
yang bertugas menyemprot pestisida. Catatan tersebut minimal
digunakan selama tiga tahun.

6. Panen dan Pasca Panen


Tahap akhir dari proses budi daya tanaman pangan adalah panen.
Pemanenan tanaman pangan harus dilakukan pada waktu yang tepat agar
kualitas hasil produk tanaman pangan juga optimal ketika dikonsumsi.
Selain itu, Penentuan masa panen yang tepat berbeda untuk setiap
tanaman pangan dan harus mengikuti standar yang berlaku. Standar
panen yang baik adalah sebagai berikut: Cara pemanenan harus sesuai
dengan teknik dan anjuran baku untuk setiap jenis tanaman pangan.
Dengan demikian, hasil panen akan memiliki mutu tinggi, tidak rusak,
segar dalam waktu lama, dan risiko tingkat kehilangan panen pun bisa
ditekan seminimal mungkin. Panen dapat dilakukan secara manual atau
memanfaatkan mesin pertanian. Wadah atau kemasan yang akan dipakai
harus disimpan di tempat yang aman untuk mencegah kontaminasi.

H. CONTOH BUDI DAYA TANAMAN PANGAN


1. Serealia:

Jagung

a. Persiapan Lahan
Persiapan untuk menanam jagung diperlukannya penggeburan
pada tanah agar memiliki drainase yang baik atau secara makna
adalah massa air dapat terbuang secara alami. Pada umumnya untuk
mempersiapkan tempat tanaman jagung memerlukan lahan yang
dibajak sedalam 15-20 cm.
Setelah dibajak beri tanah dengan pupuk kandang dan pupuk
kimia. Untuk memlih pupuk kandang yang bagus bisa memakai
kotoran kambing dan untuk pupuk kimia bisa memakai NPK.
Pencampuran pada pupuk kandang dan kimia adalah 40:1 sampai
50:1, secara rincinya pupuk kandang 40 ember dan di campuri
dengan 1 ember pupuk kimia. Selain itu dapat juga menaikkan pH
tanah dengan cara menambahkan kapur pada tanah, kapur yang
dipakai adalah kapur dolomit.
Selanjutnya, tanah yang dipilih jangan yang basah/becek cukup
yang lembap agar mudah dikerjakan. Jarak pada bendengan sekitar
100-50 cm, dan jarak dalam garisnya sekitar 20-25 cm.
b. Benih
Persiapkan benih tanamannya, pada umumnya benih jagung yang
dipakai adalah yang sudah bersertifikat. Karen benih jagung tersebut
telah di beri seed treatment atau disebut perawatan benih, dengan
melapisi benih dengan fungisida yang berfungsi agar tanaman
terlindung dari berbagai macam serangan penyakit dan memudahkan
benih untuk tumbuh dengan baik.
c. Penanaman
Sesudah bendengan terbentuk maka Langkah selanjutnya adalah
membuat lubang tanah sedalam 5-10 cm. Lubang dibuat merata
sepanjang alur, jika sudah masukkan benih kedalam lubang sebanyak
2 biji per lubang kemudian tutup lubang dengan tanah. Benih akan
berkecambah dan tumbuh selepas 4 sampai 7 hari.
d. Pemupukkan
Melakukan pemupukkan tambahan sebanyak 2-3 kali pada saat
salah satu masa tanam tergantung dari kesuburan tanah dan jenis
benih yang dipakai. Jenis pupuk yang dipakai pada tanaman jagung
harus melengkapi unsur N, P, dan K. Unsur N bisa ditemukan pada
urea, unsur P ditemukan pada SP-36, dan unsur K ditemukan pada
KCI.
Takaran pupuk yang harus diberi dari sumber Balitbangtan
( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ) per hektarnya
adalah 350 kg urea + 200 kg sp-36 + 100 kg KCI. pada saat memberi
pupuk kedua diberikan pada 10 dan 35 hari setelah tanam ( hst ),
sedangkan untuk memberi pupuk 3 kali diberikan pada 7-10 hst, 28-
30 hst dan 40-45 hst.
Sangat dianjurkan saat memberi pupuk untuk tidak dicampur,
dimana jarak dengan tanaman lainnya sekitar 7 cm dan
kedalamannya 7 cm.
e. Pemeliharaan
Langkah pemeliharaan yang dilakukan dalam budidaya tanaman
jagung adalah penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan,
pemangkasan daun, dan pengairan. Penyulaman bibit dapat
dilakukan sekitar 1 minggu, penjarangan tanam dilakukan 2-3
minggu setelah penanaman. Inilah salah satu yang terpenting dalam
budidaya tanaman jagung.
Agar tidak merasa rugi karena disebabkan persaingan gulma,
maka lahan harus bebas pada gulma. Penyiangan dilakukan pada saat
umur 15 hari setelah penanaman dan harus dijaga jangan sampai
merusak akar tanaman utama. Penyiangan kedua dilakukan
bersamaan dengan pembubunan pada waktu pemupukan kedua.
Langkah pemeliharaan selanjutnya adalah pemangkasan daun.
Jika menghasilkan daun jagung segar maka dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak.
f. Pengairan
Pengairan yang sangat mudah digunakan untuk penanaman
jagung di lahan sawah adalah dengan sistem penggenangan. Ada
beberapa langkah pertumbuhan tanaman jagung yang memerlukan
pengairan yaitu langkah pertumbuhan awal, langkah pertumbuhan
vegetatif, langkah pembungaan, langkah pengisian biji dan langkah
pematangan.
Melakukan pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman
jagung agar tidak layu. Jangan sampai telat pada saat pengairan,
karena akan menyebabkan daun layu. Pada daerah dengan curah
hujan yang tinggi, melalui air hujan dapat mencukupi dalam
pengairan. Tidak hanya itu pengairan juga dapat dilakukan dengan
cara mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung atau bisa
juga menggunakan pompa air jika kesulitan air.
g. Penyakit dan Hama
Tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan biji.
Beberapa hama yang biasanya menyerang adalah ulat tanah, uret,
ulat daun, lalat bibit, ulat tentara dll. Sedangkan penyakit yang
menyerang tanaman jagung adalah bercak ungu, bulai dan karat.
Agar tidak terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman
jagung, maka harus dicegah dengan cara menggunakan teknik
pengelolaan tanam pertanian atau bisa disebut agronomi,
memberikan desinfektan pada benih yang akan ditanam, dan dapat
memelihara juga memanfaatkan musuh alami pada tanaman jagung.
h. Panen dan Pasca panen
Tanaman jagung cukup matang dan siap dipanen pada umumnya
sekitar umur 7 minggu setelah berbunga. Waktu yang berpengaruh
pada saat panen jagung adalah ketinggian lahan, cuaca, dan tahap
kematangannya.
Dilakukannya pemanenan saat jagung cukup tua dan kulit jagung
berwarna kuning. Cara memeriksa apakah jagung dapat dipanen atau
tidak adalah dengan cara menekankan kuku ibu jari pada biji jagung,
jika tidak membekas pada jagung maka dapat segera untuk dipanen.
Jika jagung yang dipanen kurang pada waktunya , maka buturan
bijinya keriput dan setelah dikeringkan akan menghasilkan butiran
pecah atau butiran akan rusak saat pemipilan. Tetapi jagung yang
dipanen lebih pada waktunya, akan banyak butiran jagung yang
rusak. Pada umumnya jagung dipanen pada saat keadaan tongkol
berkelobot ( berkulit ).
Selanjutnya untuk pengarapan pasca panen bisa menggunakan
cara pengeringan. Biasanya cara pengeringan yang dilakukan adalah
menghamparkan jagung dibawah terik matahari dan menggunakan
alas tikar atau terpal.
Jika sudah di jemur selanjutnya jagung dipipil, bisa juga
menggunakan mesin pemipil jagung agar proses pemipilan mudah
dan tidak memakan waktu. Dan dapat segera di jemur kembali
sampai kering konstan, agar dapat disimpan lebih lama. Untuk
penjemuran biasa memerlukan 60 jam sinar matahari.

2. Kacang kacangan:
Kacang hijau

a. Persiapan Lahan
Untuk melakukan penanaman benih kacang hijau sebelumnya
perlu dilakukan persiapan lahan untuk mengolah media tanam yang
akan digunakan.
Pada hal ini media yang digunakan untuk menanam adalah tanah
sehingga perlu untuk melakukan pengelolaan pada tanah yang akan
digunakan.
Persiapan lahan ini dilakukan untuk memberikan hasil yang
optimal dan menunjang petumbuhan serta kualitas tanaman kacang
hijau yang dihasilkan.
Pengolahan tanah untuk membuka lahan pun mempunyai cara
yang berbeda tergantung dengan kondisi lahan yang digunakan. Pada
lahan bekas sawah tidak perlu dilakukan pengolahan tanah TOT
(Tanpa Olah Tanah) dan tunggul padi sebaiknya dipotong pendek.
Pada pengolahan TOT (Tanpa Olah Tanah) hanya dilakukan
pembersihan gulma dan bekas pertanaman padi (jerami).
Sebaiknya pembersihan gulma dilakukan 1 minggu sebelum
waktu tanam. Kemudian dilakukan pembajakan atau pencangkulan
pada tanah sedalam 15-20 cm untuk menghasilkan tanah yang
gembur. Selanjutnya pada lahan kering (tegalan) misal bekas
penanaman padi perlu dilakukan pengelolaan tanah yang intensif.
Hampir serupa dengan sebelumnya dilakukan pembersihan
gulma atau rumput liar, tanah dicangkul hingga gembur (untuk tanah
tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm).
Pada lahan kering (tegalan) perlu dilakukan pengelolaan tanah
minimal yaitu dengan pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar
dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan
perbaikan struktur tanah.
Tanah yang sudah diolah selanjutnya dapat dibuat petak atau
bedengan (tempat tumbuhnya tanaman) dengan ukuran sesuai
kondisi lahan yang ada.
Kemudian untuk menunjang kebutuhan air, perlu dibuat sistem
saluran drainase yang berjarak 100-200 cm dari bedengan. Sementara
pada kondisi tanah yang becek disarankan saluran drainase berjarak
3-5 m.
b. Pembibitan
Serupa dengan tanah, biji kacang hijau juga harus digunakan
secara hati-hati. Jika tanah belum pernah digunakan untuk menanam
kacang hijau sebelumnya, maka benih kacang hijau perlu dilakukan
inokulasi terlebih dahulu, tujuannya adalah agar benih dapat
beradaptasi dengan tanah. Inokulasi bisa dilakukan dengan
menggunakan bibit bakteri rhizobium.
Hal tersebut dilakukan dengan cara membasahi bibit kacang
hijau yang telah dipilih dengan air lalu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan selama ± 4 jam hingga kecambah pada benih
muncul.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan menggunakan sistem tugal yaitu
melubangi tanah dengan jarak yang sesuai. Pada bekas lahan
tanaman padi, penanaman kacang hijau tidak boleh dilakukan lebih
dari 5 hari sesudah padi dipanen.
Berikut cara penanaman tanaman kacang hijau yang dianjurkan :
 Melubangi tanah yang telah disiapkan dengan kedalaman 3-5
cm.
 Memberi jarak tanam. Disarankan untuk jarak tanam yaitu
40 x 10 cm tiap lubang untuk mencapai populasi 400–500
ribu tanaman/ha (pada musim kemarau) ataupun 40 x 15 cm
tiap lubang untuk mencapai populasi 300–400 ribu
tanaman/ha (pada musim hujan).
 Memasukkan benih tanaman kacang hijau. Banyak benih
kacang hijau yang dianjurkan adalah 2-4 biji pada setiap
lubang.
 Setiap lubang di beri pupuk organik dan urea atau PPC
sebagai pupuk tambahan untuk membantu pertumbuhan
kacang hijau.
 Menutup lubang dengan memadatkan tanah, hal ini bertujuan
agar tanaman kacang hijau tidak mudah dimasuki hama.
d. Pemeliharaan Tanaman
Tahapan ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman
kacang hijau yang telah ditanam agar tetap terpantau tumbuh
kembangnya dan terhindar dari kemungkinan-kemungkinan
kerusakan bahkan layu atau mati.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman
kacang hijau, yaitu :
Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada lahan kering dan lahan yang kurang
subur sedangkan pada lahan sawah bekas tanaman padi yang subur
tidak perlu dilakukan pemupukan. Pada lahan kering, pemupukan
menggunakan jenis pupuk NPK.
Pemupukan pada lahan yang kurang subur dilakukan dengan
menggunakan komposisi pupuk 45-50 kg Urea + 45 – 90 kg TSP +
50 kg KCL/ha.
Berikutnya pupuk dimasukkan ke dalam lubang tugal sedalam 10
cm yang telah dibuat di sisi yang berlawanan dengan pemupukan
pertama atau dapat pula dimasukkan ke dalam larikan kemudian
ditutup dengan tanah tipis.
Selain itu, pemberian pupuk organik seperti kompos atau pupuk
kandang dapat digunakan untuk membantu menahan kapasitas air di
dalam tanah.

Penyulaman

Penyulaman sebaiknya dilakukan sekitar 7-15 hari setelah


penanaman benih dilakukan. Pada tahapan ini, benih tanaman kacang
hijau yang tidak tumbuh sempurna hingga mati perlu diganti dengan
benih yang baru. Hal ini bertujuan agar pada masa panen nantinya
hasil yang didapatkan akan merata.

Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan yang perlu dilakukan untuk


membersihkan gulma dan rumput liar disekitar tanaman kacang yang
dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan.

Penyiangan perlu dilakukan sedini mungkin karena tanaman


kacang hijau merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap gulma.

Penyiangan dianjurkan dilakukan setelah 14 hari setelah tanam


dan 30-40 hari (±4 minggu) setelah masa tanam secara rutin.
Disamping itu, untuk menekan pertumbuhan serangan hama lalat
bibit, pertumbuhan gulma, dan penguapan air dapat menggunakan
jerami padi sebagai mulsa.

Pengairan

Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang toleran


terhadap kondisi kekeringan dan cocok ditanam pada musim
kemarau.

Meski relatif tahan terhadap kurangnya air, tanaman kacang hijau


tetap memerlukan pengairan intensif terutama pada periode kritis
pada waktu perkecambahan (umur 5 hari), menjelang berbunga
(umur 25 hari) dan pembentukan polong (umur 45-50 hari).

Apabila pada fase ini terjadi kekurangan air maka biji dan polong
kacang akan kempes. Satu minggu sebelum polong dipanen,
pengairan dihentikan. Pengairan diberikan melalui saluran drainase
antar bedengan atau petak.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Tahapan ini diperlukan untuk tetap menjaga pertumbuhan tanaman


kacang hijau agar tidak terhambat oleh hama dan penyakit serta
menjaga kualitas kacang hijau yang baik pada saat panen.

Pengendalian Hama

Hama yang biasa menyerang tanaman kacang hijau adalah


Agromyza phaseolli (lalat kacang), penggerek polong Meruca
testualitis dan Etiella zinckenella, kepik hijau Nezara viridula, kepik
coklat Riptortus linearis, Plusia chalsites (ulat jengkal), dan kutu
Thrips.

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan varietas


bibit unggul yang tahan hama penyakit. Apabila serangan hama tidak
dapat dikendalikan dengan cara biologi, pengendalian hama dapat
dilakukan dengan penggunaan pestisida,intektisida,ungisida, dan
sejenisnya.

Langkah pengendalian hama dapat menggunakan insektisida,


seperti: Regent, Confidor, Curacron, Furadan, Atabron, atau
Pegassus dengan dosis 2–3 ml/liter air dan volume semprot 500–600
liter/ha.

Lalat bibit Agromyza phaseoli di daerah endemik memerlukan cara


perlakuan benih dengan menggunakan insektisida Carbosulfan (10
g/kg benih) atau Fipronil (5 cc/kg benih).
Pengendalian Penyakit

Penyakit yang umum terjadi pada tanaman kacang hijau yaitu


Cercospora Canescens (bercak daun), Erysiphe polygoni (embun
tepung), Scierotium rolfsii (busuk batang), dan penyakit puru Elsinoe
glycines. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara biologi yaitu
menanam varietas yang tahan penyakit dan menggunakan fungisida
untuk penyemprotan.

Penyemprotan fungisida dapat menggunakan bahan seperti:


Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada
awal serangan dengan dosis 2 g/l air.

Penyakit embun tepung Erysiphe polygoni sangat efektif


dikendalikan dengan fungisida hexakonazol yang diberikan pada
umur 4 dan 6 minggu. Penyakit bercak daun dapat diatasi secara
maksimal menggunakan fungisida hexakonazol yang diberikan pada
umur 4, 5, dan 6 minggu.

e. Panen
Panen dapat dilakukan pada tanaman kacang hijau yang telah
memasuki umur sekitar 60-85 hari setelah masa tanam.
Ciri-ciri tanaman kacang hijau yang sudah siap untuk dipanen
yaitu berubahnya warna kacang polong yang semula berwarna hijau
menjadi warna coklat kering hingga hitam.
Tanaman kacang hijau di panen dengan cara dipetik. Disarankan
kegiatan panen tidak dilakukan terlambat atau ditunda terlalu lama.
Hal ini bertujuan agar polong tidak pecah dan terkelupas saat
dipanen. Pada tanaman kacang hijau, panen dapat dilakukan 1-3 kali
tergantung dari varietas dan jarak yang dianjurkan antar panen
sekitar 3-5 hari.
f. Pasca Panen
Polong tanaman kacang hijau yang telah dipanen dan
dikumpulkan selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3
hari atau dapat menggunakan mesin pengering.
Kemudian polong yang telah dikeringkan dilakukan pembijian.
Pembijian dilakukan secara manual. Caranya dengan memasukkan
polong ke dalam karung goni lalu dipukul-pukul dengan tongkat
kayu hingga polong pecah.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya pengurangan
hasil. Pembersihan biji dari kulit polong dilakukan dengan cara
ditampih menggunakan nyira.
Berikutnya sebelum dilakukan penyimpanan, biji kacang hijau
perlu melewati proses penjemuran kembali hingga kering dan
mempunyai kadar air 8 – 10 % sehingga aman untuk disimpan. Biji
kacang hijau yang sudah bersih dapat dimasukkan ke dalam wadah.
3. Umbi umbian:
Ubi jalar

a. Persiapan Lahan Budidaya Ubi Jalar


Lahan yang baik untuk budidaya ubi jalar adalah lahan yang
memiliki drainase yang baik dan tidak becek. Karena ubi jalar
membutuhkan tanah yang gembur untuk perkembangan umbi, maka
lahan budidaya ubi jalar harus digemburkan terlebih dahulu dengan
cara dicangkul atau dibajak. Kemudian dibuat bedengan setinggi 30 –
40 cm dengan lebar sekitar 1 meter. Jarak antar bedengan 50 atau 70
cm
b. Pemberian Pupuk Dasar Budidaya Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar adalah tanaman yang tidak rakus nutrisi atau tidak
membutuhkan banyak pupuk. Bahkan budidaya ubi jalar pada
kondisi tanah tertentu sama sekali tidak membutuhkan pupuk.
Misalnya pada tanah sawah bekas tanaman padi atau tanah bekas
tanaman cabe, tomat, semangka dan lain sebagainya. Pada kondisi
tanah tersebut pemberian pupuk justru akan mengurangi produksi ubi
jalar karena tanaman terlalu subur dan tidak mampu untuk
membentuk umbi. Sebaiknya pupuk dasar hanya diberikan pada
tanah-tanah yang tandus dan kering. Pupuk dasar yang baik adalah
pupuk kandang atau kompos. Berikan dolomit jika pH tanah dibawah
5,5.
c. Persiapan Bibit Ubi Jalar
Pada umumnya budidaya ubi jalar dilakukan dengan stek batang.
Tanaman yang baik untuk dijadikan bibit stek adalah tanaman yang
sudah berusia minimal 2 bulan. Pilih tanaman yang sehat, kemudian
dipotong-potong sepanjang 20 – 25 cm. Dalam satu batang stek
minimal memiliki 2 ruas batang. Batang stek kemudian diikat dan
disimpan pada tempat teduh selama kurang lebih satu minggu.
Untuk mempertahankan kualitas, perbanyakan dengan stek
sebaiknya dilakukan sampai 4 atau 5 generasi saja. Karena
perbanyakan dengan stek yang dilakukan secara terus menerus akan
menurunkan kualitas. Setelah 5 generasi perbanyakan dilakukan
dengan cara menumbuhkan umbi kembali. Caranya dengan memilih
umbi yang berkualitas baik, sehat dan tidak berpenyakit. Umbi
disimpan pada tempat teduh dan lembab hingga keluar tunas.
Kemudian umbi ditanam pada lahan hingga tunas-tunas tumbuh dan
memanjang. Setelah tunas memiliki panjang kira-kira 1 meter, tunas
siap dipotong untuk distek kembali.
d. Cara Menanam Bibit Ubi Jalar/Ubi Rambat
Bibit ubi jalar ditanam pada bedengan, satu atau dua baris tiap
bedengan. Bibit ditanam pada tengah bedengan dengan jarak 30 cm,
satu lubang satu batang stek. Jika satu bedengan ditanam dua baris
bibit ditanam pada pinggir bedengan dengan jarak antar baris kurang
lebih 40 cm. Penanaman sebaiknya dilakukan saat tanah dalam
kondisi basah atau setelah turun hujan.

Anda mungkin juga menyukai