Anda di halaman 1dari 29

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan (florikultura) merupakan salah satu dari
subsektor hortikultura menjadi alternatif usaha yang sangat potensial untuk
dikembangkan di Indonesia. Komoditi florikultura terdiri dari tanaman hias
pot, tanaman hias bunga potong, tanaman hias daun dan tanaman taman.
Khusus untuk tanaman hias daun terdiri atas daun potong dan tanaman hias
daun dalam pot. Daun potong adalah tanaman hias daun yang dimanfaatkan
daunnya untuk pelengkap rangkaian bunga.
Ditinjau dari letak geografis, Indonesia merupakan negara tropis dan
mempunyai beraneka ragam tanaman yang dapat dinikmati sepanjang tahun.
Keadaan tanah dan iklim Indonesia juga cocok untuk menghasilkan
berbagai jenis tanaman hias. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini
seperti dengan berkembangnya ilmu pemuliaan yang mampu menciptakan
berbagai variasi baru pada tanaman hias. Tanaman hias memiliki peranan
dan prospek dalam kehidupan manusia sehari – hari. Peranan tanaman hias
dalam meningkatkan status sosial seseorang, yaitu dengan adanya tanaman
hias yang ditata dengan indah, sehingga tercipta taman yang enak dipandang
mata. Sedangkan prospek tanaman hias di Indonesia dapat memberikan
udara yang sehat, penghasil oksigen dan menyerap polusi.
Tanaman hias pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
tanaman hias indoor dan tanaman hias outdoor. Tanaman hias indoor
sebenarnya tanaman hias outdoor yang dibawa atau dipindah ke dalam
ruangan. Tanaman hias indoor merupakan tanaman yang mampu bertahan
hidup selama beberapa hari di dalam ruangan. Kebutuhan tanaman hias
ruangan semakin meningkat dan meluas, hal ini disebabkan oleh tingkat
pendidikan dan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat, kemudian
nilai estetika yang dapat meningkatkan keasrian dan kesejukan ruangan.
Pada umumnya tanaman hias yang sering digunakan sebagai tanaman dalam
ruangan adalah tanaman hias berdaun indah. Seharusnya tanaman hias

1
2

berbunga lebih menarik jika dilihat, tetapi kondisi lingkungan yang serba
terbatas menjadikan tanaman hias lebih sulit untuk berbunga. Selain itu
tanaman hias berdaun indah lebih dapat dinikmati lebih lama daripada
tanaman hias berbunga, karena tanaman hias berdaun indah dapat dinikmati
tanpa menunggu masa berbunga tanaman
Seiring dengan berjalannya waktu, pemanfaatan daun potong semakin
bervariasi, diantaranya digunakan sebagai elemen dekorasi pada pesta
pernikahan, seminar ataupun pesta ulang tahun. Bahkan dalam
perkembangannya, para ahli perangkai bunga/florist dalam pengembangan
kreatifitasnya ada kecenderungan untuk menggunakan daun potong sebagai
elemen utama dalam rangkaian, bunga potong justru sebagai elemen
pendukung. Kondisi ini lebih didorong dengan semakin banyaknya jenis
tanaman hias daun yang memiliki warna daun bervariasi kombinasi
warnanya (Aglonema), warna-warni (puring), mungil (Taiwan leaf), artistik
(Rumohra, Monstera, Dracaena, Cordyline). Bervariasinya pemanfaatan
daun potong, mendorong meningkatnya permintaan daun potong di pasaran.
Sementara di satu sisi besarnya pasokan daun potong relatif masih terbatas,
karena belum begitu banyak petani yang mengusahakan tanaman hias daun
yang akan diambil daunnya sebagai daun potong secara khusus.
Bandungan merupakan salah satu kawasan dataran tinggi yang cocok
untuk pembudidayaan tanaman hias. Cukup banyak tanaman hias yang
tumbuh dan dapat berkembang dengan baik di sana. Tanaman hias yang
diusahakan antara lain krisan, philodendron, mawar dan masih banyak
lainnya. Perkembangannya saat ini sudah mulai meningkat dengan adanya
permintaan pasar yang tinggi dengan diiringi harganya yang cukup baik.
Pemasarannya tidak hanya pada kawasan bandungan, tetapi sudah sampai
wilayah lain seperti Solo, Yogyakarta dan Pati.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari acara praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hias yang
dilakukan di Bandungan yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui prospek, budidaya dan pemasaran krisan.
3

2. Agar mahasiswa mengetahui prospek, budidaya dan pemasaran


philodendron.
3. Agar mahasiswa mampu menganalisis pasar tanaman hias
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Krisan
Krisan, seruni atau “Bunga Emas” (Golden Flower) merupakan salah
satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai
masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Di samping
memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya, tanaman
krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai.
Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa pembungaan dan panennya
dapat diatur menurut kebutuhan pasar. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang
menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr.
Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau
varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan
masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan
dikembangkan secara komersial (Prihatman 2000).
Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), kedudukan tanaman krisan
dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Asterales (compositae)
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Beberapa spesies atau jenis krisan yang dikenal antara lain adalah C.
daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C.maximum, C. hornorum,
dan C. parthenium. Sosok tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30 –
200 cm. Daur hidup tanaman krisan dapat bersifat sebagai tanaman semusim
(annual) dan tahunan (perenial).
Tanaman krisan tumbuh subur di negara subtropik, namun dapat
beradaptasi baik di negara tropika yang berhawa sejuk. Hal yang harus

4
5

diperhatikan dalam pembudidayaan tanaman ini adalah syarat tumbuhnya.


Krisan sangat baik pertumbuhannya jika dibudidayakan di daerah
khatulistiwa yang mempunyai panjang hari 12 jam. Untuk penambahan
panjang hari, dapat dilakukan dengan memanipulasi fotoperiode (periode
penyinaran) melalui penyinaran buatan pada saat matahari terbenam atau
periode gelap. Tujuan penambahan intensitas penyinaran/cahaya ini yakni
meningkatkan laju fotosintesis tanaman yang secara otomatis akan
meningkatkan hasil fotosintesis. Budidaya tanaman krisan sebaiknya
dilakukan didaerah yang sejuk dengan suhu antara 20-26 °C. Jadi untuk
Indonesia sebaiknya berada pada ketinggian di atas 400 m dari permukaan
laut. Intensitas penyinaran harus cukup, tanahnya harus subur dan
gembur, drainase bagus dan pH tanah yang terbaik sekitar 6
(Simandjuntak 2008).
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida
berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Menurut Sartika (1998)
krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
1. Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di
Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain
sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu
kali penanaman. Contoh C. Maksimum berbunga kuning banyak ditanam
di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual.
Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C.i.hybr.
Dolaroid, C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo,
Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink
Pingpong (berbunga pink).
6

3. Krisan produk Indonesia


Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas
krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7
dan 30.13A.
Di Indonesia tanaman krisan merupakan komoditas andalan dalam
industri florikultura. Krisan tersebut merupakan salah satu bunga potong
dengan nilai ekonomi yang tinggi. Tahun 2010 produktivitas tanaman ini
sudah mencapai 185.232.970 tangkai, dengan permintaan pasar, baik lokal
maupun internasional yang terus meningkat. Produktivitas dan permintaan
bunga krisan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, jelas membutuhkan
ketersediaan varietas-varietas unggul baru dan benih berkualitas secara
berkesinambungan. Hingga tahun 2011, Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi) telah berhasil merakit dan melepas varietas-varietas unggul baru
krisan, yang jumlahnya lebih dari 40 varietas. Sebagian besar varietas
tersebut kini juga telah banyak digunakan oleh petani dan pelaku usaha
krisan di berbagai daerah sentra produksi krisan (Soedarjo 2012).
B. Philodendron
Philodendron termasuk dalam famili Araceae. Nama Philodendron
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “Philo” yang berarti cinta dan
“dendron” yang berarti pohon. Karena keindahan bentuk dan warna-warni
daunnya, membuat Philodendron banyak diminati sebagai tanaman penghias
di dalam maupun di luar ruangan. Philodendron termasuk tanaman hias
daun, yaitu tanaman hias dengan pesona utama terletak pada keindahan
daun-daunnya. Bentuk daun Philodendron sangat bervariasi mulai dari yang
menjari, berbentuk hati, lonjong berujung lancip seperti tombak, hingga
membulat. Tepi daun Philodendron bermacam – macam ada yang
bergelombang dan ada pula yang rata, serta tekstur daunnya halus dan
mengkilap seperti dilapisi lilin. Pada umumnya daun Philidendron berwarna
hijau, tetapi ada juga yang memiliki warna lain, seperti kuning, ungu muda,
hijau putih atau ungu kehitaman. Variasi warna daun tersebut menambah
keindahan Philodendron (Wediyanto 2009).
7

Runtunan taksonomi Philodendron adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Familia : Araceae
Subfamilia : Aroidae
Tribe : Philodendrae
Genus : Philodendron
(Lingga 2007).
Philodendron tidak terlalu membutuhkan cahaya matahari secara
penuh. Philodendron akan tahan lama bila ditaruh di dalam ruangan. Tetapi
tetap membutuhkan cahaya sedang yang berkisar antara 30% sampai 50%.
Untuk suhu membutuhkan sekitar 18 – 24o C sedangkan kelembaban udara
50% - 60% (Triharyanto 2006).
Stek batang merupakan cara yang mudah untuk memperbanyak
tanaman philodendron yaitu dengan cara pemotongan bagian batang atas
tanaman. Cara perbanyakan tanaman philodendron seperti ini sangat
ringkas. Hanya memerlukan pisau atau cutter tajam, alkohol, dan
philodendron siap potong. Langkah pertama yang dilakukan untuk stek
batang tanaman philodendron yaitu mengolesi pisau atau cutter dengan
alkohol. Lalu memilih bagian batang tanaman philodendron yang akan di
setek. Media yang paling pas untuk budidaya Philodendron adalah pasir.
Pasir dicuci bersih dan batang yang habis dipotong tidak boleh terkena
pupuk karena pohon bisa mati (Sari 2010).
Menurut Kristanti (2006) jenis – jenis Philodendron antara lain :
1. Philodendron imbe. Termasuk jenis yang tumbuh cepat, dalam dua
sampai tiga tahun dapat mencapai panjang 7 kaki.
2. Philodendron burgundy. Pertumbuhannya lambat, dalam waktu 2 – 3
tahun panjangnya hanya 1kaki.
8

3. Philodendron scandens atau sweetheart plant. Termasuk yang mudah


tumbuh, tangkai daun berukuran 3 – 5 inci, daun mengkilap tumbuh
sebagai tanaman pemanjat.
4. Philodendron hastatum. Daun besar mencapai 6 – 15inci, bentuk seperti
panah dengan permukaan daun berlilin.
5. Philodendron tuxia. Seperti hastatum tetapi memiliki banyak cabang.
6. Philodendron melacochrysum. Daun berbulu seperti beludru
Banyak penata taman memanfaatkan Philodendron sebagai elemen
taman, terutama pada rancangan taman tropis. Beberapa spesies
Philodendron memiliki sosok yang sangat eksotis sehingga bisa dijadikan
titik perhatian dalam sebuah taman. Di Amerika, Philodendron merupakan
tanaman indoor yang sangat populer. Badan antariksa NASA bahkan
merekomendasikan Philodendron sebagai tanaman yang bermanfaat
menyerap polusi udara dalam bentuk benzena, trikloroethylen dan
formaldehida (Dreher 2003).
C. Prospek dan Pemanfaatan Tanaman Hias Secara Umum
Tanaman hias merupakan salah satu komoditi hortikultura non-pangan
yang digolongkan florikultura. Florikultura adalah cabang ilmu hortikultura
yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, tanaman pot atau
tanaman penghias taman. Tanaman hias merupakan tanaman yang
mempunyai nilai keindahan baik karena bentuk, warna daun, tajuk maupun
bunganya, sering digunakan sebagai penghias pekarangan atau ruangan di
rumah-rumah atau gedung perkantoran. Tanaman hias akan membuat
suasana sekitar rumah menjadi lebih hijau, memperindah komposisi warna
lingkungan sekitar dan tentu saja membuat keberadaan taman dan
lingkungan sekitar rumah lebih semarak (Endah 2007).
Agribisnis tanaman hias menurut produk yang dihasilkan dapat
digolongkan menjadi delapan kelompok yaitu (1) tanaman hias bunga
potong seperti mawar, krisan, gladiol, sedap malam, anggrek, anthurium;
(2) tanaman hias pot seperti anggrek, kaktus, petunia, adenium,
euphorbiace; (3) tanaman hias untuk replanting, beding dan taman, yaitu
9

tanaman hias dalam unit polybag untuk ditanam di media tanah; (4) tanaman
hias berupa daun, ranting, buah untuk filler karangan bunga; (5) industri
perbenihan dan pembibitan (seedling and planting material) seperti pada
anggrek dan krisan; (6) tanaman hias hasil alam seperti palem, pakis,
Dracaena; (7) tanaman hias bonsai hasil seni bentuk dan kesabaran dan (8)
industri BTH (Bunga Tanaman Hias) preserfative dengan pengeringan dan
pewarnaan (Deptan 2009).
Bunga merupakan jenis tanaman yang memiliki banyak sekali fungsi
atau kegunaan sehingga layak untuk dibudidayakan dan dikembangkan,
selain berguna dalam bidang ilmu pengetahuan, penghias ruangan dan
sebagai pengungkap perasaan orang, dari segi ekonomi, bunga juga dapat
dijadikan sebagai sumber devisa yang sangat menjanjikan. Bunga memang
merupakan salah satu komoditas yang potensial dan prospek ekonominya
cukup bagus, apalagi bila dikembangkan secara agribisnis. Di Jawa Barat
seperti di Lembang dan Cisarua, bunga benar – benar sudah dikembangkan
secara agribisnis (Riskomar 2002).
Keuntungan membudidayakan dan memasarkan tanaman hias juga
telah dirasakan oleh Surami, anggota Kelompok Ponco MargoTani di Dusun
Dukuh, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. ”Saya tertarik bertani tanaman hias dua tahun terakhir ini karena
hasilnya lebih menguntungkan dan pemasukan harian juga ajek, kondisi ini
berbeda ketika saya masih bertani sayuran, penghasilan tidak didapat tiap
hari dan harga sayuran juga fluktuatif. Saat ini, dalam sehari saya bisa
mengantongi Rp 50.000 - Rp 100.000 dari penjualan tanaman hias,” kata
Surami, anggota Kelompok Ponco Margo Tani (Arianti 2006).
Perkembangan florikultura di Indonesia sebenarnya telah dimulai
pada akhir 1980-an ketika para petani dapat memenuhi kebutuhan
primernya dari usaha tanaman hias. Pengusahaan bunga dan tanaman hias
ternyata mampu mengubah pola usaha tani dari sekedar hobi menjadi usaha
komersial yang prospektif. Kebutuhan pasar dalam dan luar negeri pada
kenyataannya tidak dapat dipenuhi hingga masih diperlukan impor 5 – 15%
10

dari total volume yang dibutuhkan. Bahkan, sejak 10 tahun terakhir


permintaan akan bunga dan tanaman hias meningkat pesat dari tahun ke
tahun, di kota-kota besar tercatat lebih dari 50 juta tangkai bunga potong
dibutuhkan setiap tahun untuk mencukupi permintaan pasar ibu kota
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2001).
Rendahnya tingkat pertumbuhan usaha bunga dan tanaman hias di
Indonesia menurut Rachmat (2000) diduga berkaitan dengan belum
terpenuhinya kuantitas dan kualitas benih/bibit bermutu sesuai dengan
permintaan pasar serta permasalahan dalam kontinuitas produksi oleh skala
kecil yang relatif tertinggal dalam penerapan teknologi, permodalan dan
informasi. Disamping hal tersebut sarana penunjang yang sesuai terutama
transportasi dan promosi ekspor tanaman hias dan bunga yang masih
rendah, serta penelitian dan keterkaitan/komunikasi yang terintegrasi antara
peneliti dan pengusaha yang masih rendah menyebabkan Indonesia belum
dapat memenuhi dinamika perubahan yang cepat dari selera konsumen
terhadap bunga dan tanaman hias. Oleh karena hal tersebut perlu dilakukan
kajian yang lebih mendalam terhadap tingkat risiko usaha serta peluang
keberhasilan usaha tersebut, baik ditinjau dari aspek produksi maupun aspek
pemasarannya.
11

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hias pada Sabtu, 26
Oktober 2013 dengan mengunjungi Perkebunan Krisan, Philodendron dan
Pasar Tanaman Hias di Bandungan, Semarang.
B. Kegiatan yang Dilakukan
1. Perkebunan Krisan
Pada perkebunan krisan melakukan pengambilan data dengan metode
pengamatan dan wawancara pada pemilik lahan krisan.
2. Perkebunan Philodendron
Pada perkebunan philodendron melakukan pengambilan data dengan
metode pengamatan dan wawancara pada pemilik lahan philodendron.
3. Pasar Tanaman Hias
Melakukan survei pasar tanaman hias dengan metode pengamatan dan
wawancara pada pedagang tanaman hias di Pasar Tanaman Hias
Bandungan.

11
12

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Krisan
Tabel 1.1 Hasil Wawancara Petani Krisan
Tahapan Budidaya Hasil Wawancara
Pembuatan Green House Green house dengan luas lahan
5000 m2, dengan atap dan
dinding memakai plastik dan
penyangga memakai bambu.
Pengolahan lahan Dengan dicangkul serta
memakai pupuk dasar yaitu
pupuk kandang dengan takaran
1200 kg untuk setiap 300 m2,
dolomit serta SP-36. Kemudian
membuat bedengan.
Pembibitan Stek pucuk dari tanaman induk
yang berumur bisa mencapai
satu tahun. Dalam satu tahun
bisa melakukan pembibitan 2-3
kali. Pembibitan pada budidaya
krisan dilakukan dengan
menggunakan media dari arang
sekam. Pembibitan dilakukan
selama sekitar 12 hari.
Maksimal dilakukan
transplanting adalah 15 hari.
Penanaman Tanah yang akan ditanami
disiram hingga lembab, lalu
ditugal dan dimasukkan
bibitnya. Jarak tanam 10-11 cm
Perawatan dan pengendalian hama Pemberian pupuk 10 HST dan
penyakit 35 HST dengan pupuk KNO3
merah. Pemberian lampu
sampai tanaman krisan
mencapai tinggi 75 cm, karena
bila diberi penyinaran terus
menerus tidak akan mau
berbunga. Pemberian pupuk
daun 1 minggu sekali dan
pemberian fungisida atau
insektisida apabila ada hama
ulat dan cendawan yang
menyerang.

12
13

Panen dan pasca panen Panen ketika tanaman berumur 4


bulan, lalu melakukan grading
dan sortasi menurut kelenturan
batang. Dijual per ikat 16 ribu –
35 ribu (tergantung kualitasnya)
yang berisi 10 batang bunga
krisan.
Sumber : Laporan Sementara
2. Philodendron
Tabel 1.2 Hasil Wawancara Petani Philodendron
Tahapan Budidaya Hasil Wawancara
Pengolahan lahan Lahan seluas 1500 m2 diolah
mengunakan cangkul dan
traktor. Setelah diolah, tanah
yang akan ditanami ditugal
sedalam 4 cm untuk lubang
tanam
Pembibitan Menggunakan umbi. Untuk
pembibitan biasanya Pak
Sukiman langsung membeli
bibit jadi dari Jakarta, sehingga
tinggal menanamnya saja di
lahan milik sendiri. Untuk lahan
seluas 1500 m2 dibutuhkan
sekitar 7000 bibit
Penanaman Tanah yang akan ditanam
disiram hingga lembab, lalu
ditugal dengan kedalamaan 4 cm
dan dimasukkan bibitnya. Jarak
penanaman philodendron di
lahan pak sukirman adalah 30 x
30 cm. Philodendron merupakan
jenis tanaman yang tidak
memerlukan banyak cahaya
sehingga memerlukan tanaman
lain sebagai naungan. Naungan
yang digunakan adalah tanaman
pisang. Jarak tanaman pisang
sebagai naungan yang
digunakan adalah 3x3 m.
Perawatan dan pengendalian hama Perawatan tanaman yang
dilakukan adalah dengan
penyakit
pemupukan. Pupuk yang
digunakan yaitu pupuk SP-36
14

dan ZA agar daun menjadi lebih


hijau dan mengahasilkan daun
yang banyak. Pengairan
philodendron dilakukan setiap
hari. Tanaman philodendron
jarang terserang hama, kalaupun
ada biasanya ulat dan bisa
dibasmi secara mekanik, apabila
terlalu banyak memakai
insektisida.
Panen dan pasca panen Umur philodendron dari tanam
sampai panen sekitar 4 bulan.
Hasil panen philodendron
berupa daun. Daun
philodendron dijual oleh Bapak
Sukirman dengan harga Rp
6.000,00 per ikat nya.
Sumber : Laporan Sementara
3. Pasar Hias
Tabel 1.3 Hasil Wawancara Pedagang Tanaman Hias
Analisis Pasar Hasil Wawancara
Harga Anggrek Bulan = Rp 75.000,00
Anggrek Dendrodium = Rp 125.000,00
Krisan = Rp 25.000,00
Philodendron = Rp 7.000,00
Kaladiva = Rp 25.000,00
Anthurium = Rp 50.000,00
Kaktus = Rp 5.000,00 sampai
Rp 15.000,00
Bambu Hias = Rp 20.000,00
Aglonema = Rp 30.000,00
Sepatu filles = Rp 25.000,00
Booming Untuk saat ini tidak ada tanaman yang lagi
booming, semua tanaman sama.
Komoditas yang paling Krisan lebih laku daripada tanaman yang lain
laku dengan harga Rp 25.000,00 per pot. Krisan
diperoleh dari Malang, Jawa Timur. Pada
saat menjelang hari Raya Idul Fitri,
permintaan konsumen terhadap tanaman hias
meningkat. Philodendron kurang laku
dibanding dengan krisan, dengan harga Rp
7.000,00 per pot. Philodendron juga
diperoleh dari Malang, Jawa Timur.
15

Prediksi ke depan Ibu Mursana memprediksikan suatu saat ada


tanaman hias yang sangat booming seperti 7
tahun yang lalu, sehingga pendapatan
meningkat dan dapat mencukupi kebutuhan
hidup keluarganya.
Hal yang Harga-harga tanaman hias bisa berfluktuasi
mempengaruhi setiap waktu. Fluktuasi harga terjadi
fluktuasi harga dikarenakan tidak seimbangnya antara
jumlah hasil produksi atau persediaan
tanaman dengan jumlah permintaan
konsumen.
Perawatan Selagi belum terjual, ibu Mursana melakukan
perawatan dengan menyirami tanaman setiap
hari serta memberikan pupuk NPK sebanyak
5 butir setiap 2 minggu sekali.
Pendapatan Pendapatan yang diperoleh ibu Mursana
dalam satu hari berkisar Rp 200.000,00
sampai Rp 700.000,00.
Sumber : Laporan Sementara
4. Dokumentasi Praktikum

Gambar 1.1 Lahan Krisan


Gambar 1.2 Lahan Philodendron

Gambar 1.3 Pasar Tanaman Hias Bandungan


16

B. Pembahasan
1. Prospek Krisan
Tanaman krisan pada saat ini masih sangat dibutuhkan dan sangat
diburu di pasaran karena harganya yang cukup terjangkau oleh
masyarakat Indonesia. Tanaman krisan yang digunakan sebagai hiasan
sangat beragam dan menyesuaikan dari kebutuhannya. Krisan dapat
dimanfaatkan sebagai bunga potong dan tanaman pot. Bunga potong
yaitu untuk bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas bunga) dan
rangkaian aneka macam variasi bunga. Tanaman pot yaitu untuk
penghias lobi hotel, tanaman border, penghias meja ruangan restoran,
kantor atau rumah tinggal.
Di Indonesia tanaman krisan merupakan komoditas andalan dalam
industri florikultura. Krisan tersebut merupakan salah satu bunga potong
dengan nilai ekonomi yang tinggi. Tahun 2010 produktivitas tanaman ini
sudah mencapai 185.232.970 tangkai, dengan permintaan pasar baik
lokal maupun internasional yang terus meningkat. Produktivitas dan
permintaan bunga krisan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, hal
ini jelas membutuhkan ketersediaan varietas-varietas unggul baru dan
benih berkualitas secara berkesinambungan untuk mempertahankan
ketertarikan dan daya beli konsumen yang membutuhkan krisan sebagai
bunga potong (Soedarjo 2012).
Menurut Wisudiastuti (1999), pada perdagangan tanaman hias
dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati
oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong,
serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris. Krisan menempati
urutan kedua setelah bunga mawar. Dari waktu ke waktu permintaan
terhadap bunga krisan baik dalam bentuk bunga potong maupun dalam
pot mengalami kenaikan. Dengan memperhatikan pada keunggulan yang
dimiliki serta jarak lokasi yang relatif dekat dengan pasar (Jakarta),
maka pengembangan usaha bunga potong krisan memberikan prospek
yang menjanjikan.
17

Melihat kebutuhan pasar lokal dan internasional yang sangat


terbuka lebar, krisan sangat bagus untuk dikembangkan dan
dibudidayakan. Tanaman krisan yang dalam pembudidayaannya cukup
mudah membuat petani mau mengusahakannya sebagai sumber
penghasilan mereka. Oleh karena hal tersebut untuk tahun 2013 ini dalam
pengusahaan tanaman krisan sebagai bunga potong lebih terbuka lebar
dari pada yang diusahakan sebagai tanaman pot.
2. Budidaya Krisan
Langkah pertama yang baiknya dilakukan yaitu membuat rumah
kaca atau rumah plastik untuk lebih meminimalkan biaya. Tanaman hias
krisan akan lebih baik hasilnya jika dilakukan atau diusahakan pada
rumah kaca. Pemilik lahan merubah rumah kaca yang semula bahannya
dari kaca menjadi plastik bening agar memperingan biaya usahanya.
Daya tahan rumah plastik yang dibuat pemilik lahan bisa sampai 5 tahun
jika tidak ada gangguan iklim seperti adanya angin ribut yang keras.
Untuk tiang-tiang penyangga cukup dengan menggunakan bambu,
sehingga terlihat bangunan tidak permanen yang digunakan untuk
budidaya tanaman hias krisan ini.
Plastik yang digunakan diaplikasikan pada dinding dan atap rumah
kaca. Setiap 300 m plastik bening dibeli dengan ukuran 1 roll dengan
berat 50 – 60 kg dengan harga tiap kilogramnya Rp 35.000,-. Tanaman
krisan akan lebih baik jika diberikan penyinaran yang lama. Pemilik
lahan untuk dapat memberikan tanaman cahaya yang lama dilakukan
dengan memberikan lampu dengan jarak kurang lebih 2,5 m tiap lampu
dengan penerangan 3 – 6 jam dalam malam harinya. Pembuatan rumah
kaca sedeimikian ini membutuhkan biaya sekitar 6 juta dengan luasan
lahan 5000 m2.
Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah membuat rumah
kaca adalah pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan secara
konvensional menggunakan cangkul. Tanah yang telah dicangkul untuk
digemburkan kemudian diberikan input pupuk kandang sebanyak 30 kg
18

tiap 300 m, dolomit dan pupuk P seperti SP-36 atau TSP. Tanah yang
selesai diberikan input selanjutnya dibentuk bedengan-bedengan. Pada
bedengan yang dibuat, di atasnya dibuat rajutan kotak-kotak dengan
ketinggian rendah kemudian jika tanaman tumbuh rajutan ikut
digerakkan atau dipindah ke atas. Lahan yang telah diolah maka siap
untuk ditanami, tetapi sebelum penanaman harus mempersiapkan dari
bibit terlebih dahulu agar tanaman dapat seragam dan bagus.
Pembibitan tanaman hias krisan oleh pemilik lahan menerapkan
cara vegetatif yaitu dengan stek. Tanaman krisan pembibitan dilakukan
pada media arang sekam yang tebalnya 4 – 5 cm diwadahkan tempat
berbentuk segi empat. Pembibitan tidak boleh diletakkan pada
permukaan tanah, agar dapat tumbuh dengan baik maka diletakkan
dengan ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Jarak tanam bibit pada
media tanam sekitar 2 cm. Untuk perawatan bibit tanaman krisan
dilakukan penyiraman setiap 3 hari sekali. Bibit yang siap ditanam
berumur sekitar 12 – 15 hari, setelah 15 hari bibit yang dibuat tidak bisa
ditanam karena sudah terlalu tua dan kualitasnya jelek. Penyinaran
tambahan perlu dilakukan dengan lampu dengan durasi sekitar 7 jam,
yaitu pukul 6 sore sampai pukul 1 dini hari. Bibit krisan tanpa penyinaran
menyebabkan tanaman pada nantinya akan cepat tua, pendek dan muncul
buahnya.
Lahan krisan sebesar 5000 m2 membutuhkan benih sekitar 170.000
sampai 255.000. Tanaman yang berasal dari indukan yang bagus akan
memiliki ketahanan hidup dan berproduksi sampai 1 tahun untuk dapat
digunakan sebagai bahan tanam (bibit). Pemotongan untuk bibit pada
tanaman induk, bagian ujung atau titik tumbuhnya yang diambil. Pada
pemotongan tersebut tingginya sekitar 5 cm. Indukan tanaman krisan
boleh atau dapat dipotong kembali setelah sepuluh hari dari pemotongan
sebelumnya. Awal mulanya indukan tanaman yang digunakan pemilik
lahan berasal dari Cipanas, Jawa Barat.
19

Langkah selanjutnya yaitu penanaman tanaman krisan. Tanah yang


telah diolah kemudian dibasahi dengan gembor secukupnya. Penanaman
pada tanah yang sudah basah dilakukan dengan menggunakan tugal
untuk membuat lubang tanamnya. Jarak tanam yang baik menurut
pemilik lahan adalah 10 atau 11 cm. Perawatan tanaman dengan
pengairan harus selalu diperhatikan, jika tanah mulai kering harus
disiram. Tanah yang sangat kering, pemilik lahan dapat memberikan air
dengan cara menggenanginya.
Pemeliharaan tanaman salah satunya yaitu pemupukan. Pemupukan
susulan diberikan dua kali. Pada hari ke-7 sampai 10 diberikan pupuk
susulan I berupa KNO merah sebesar 1.400 kg, pada pupuk susulan II
diberikan ketika tanaman sudah 35 HST dengan dosis yang sama.
Pengaplikasian pupuk tersebut diberikan di antara tanaman satu dan
lainnya. Pemicu tumbuh tanaman krisan salah satunya adalah dengan
penambahan pupuk daun yang diberikan pada umur 7 HST, dosis yang
diberikan adalah 96 cc / 300 m2 dan sekitar 1632 cc / 5000 m2. Fungisida
dan insektisida diberikan ketika tanaman krisan terdapat tanda-tanda dari
serangan jamur dan hama.
Tanaman krisan harus selalu diperhatikan atau dipantau
pertumbuhannya maupun HPT yang ada di lingkungan lahan.
Pertumbuhan tanaman yang tingginya telah mencapai 75 cm, penyinaran
lampu dapat dikurangi bahkan dicukupkan. Tanaman krisan yang sudah
besar sudah mampu berproduksi baik jika pada fase pertumbuhannya,
yaitu sebelum tingginya 75 cm penyinaran tambahan diberikan secara
baik dan rutin.
Pemanenan bunga krisan mulai dapat dilakukan ketika tanaman
krisan berumur sekitar 4 bulan. Dalam satu tahun pemanenan bunga
krisan dapat sampai dua kali panen. Bunga krisan dipanen dengan
memotong tangkai bunganya.
20

3. Pemasaran Krisan
Bunga krisan yang telah dipanen siap dikemas dan dipasarkan.
Pengemasan bunga krisan dilakukan secara membungkusnya pada kertas
koran. Pada tiap satu bungkus kertas koran berisi 10 atau 11 batang untuk
bunga krisan dengan kualitas baik. Bunga krisan yang afkir atau memiliki
kualitas jelek dapat berisi 20 pada tiap bungkus korannya. Rata-rata
penjualan per bungkus kertas koran yaitu Rp 16.000,-. Pada harga yang
tinggi seperti hari besar, harga bunga krisan per ikatnya mencapai Rp
35.000,-.
Bunga krisan yang telah panen dan dikemas dikirim atau dijual ke
beberapa wilayah luar Bandungan yaitu Pati, Solo dan Yogyakarta.
Pengiriman ke beberapa wilayah di luar tempat produksi panen harus
sangat diperhatikan kondisi lingkungannya. Penumpukan atau
penyusunan bunga krisan akan mempengaruhi kualitas bunga krisan yang
dikirim tersebut.
4. Prospek Philodendron
Tanaman hias philodendron merupakan salah satu tanaman hias
yang dimanfaatkan keindahan daunnya. Biasanya daun philodendron
digunakan sebagai pelengkap rangkaian bunga. Jenis daun potong untuk
pelengkap rangkaian dalam tahun-tahun terakhir ini banyak mengalami
peningkatan baik harga, volume dan jenis daun. Tahun 2003 hanya
terdapat 16 jenis daun pelengkap rangkaian, namun sampai dengan tahun
2006 bertambah menjadi 28 jenis daun pelengkap rangkaian.
Perkembangan industri daun potong dipengaruhi oleh tren rangkaian
bunga. Sekitar tahun 2003, tren rangkaian bunga mengalami perubahan.
Daun – daunan mulai dipakai untuk menambah keindahan rangkaian,
tidak sekedar penutup dasar rangkaian. Bahkan dengan penataan artistik,
rangkaian bunga terlihat lebih eksklusif (Karen 2009).
Bisnis daun potong merupakan bisnis yang menguntungkan. Hal
ini dikarenakan harga produk yang cenderung stabil. Harga daun potong
jenis baru seperti Philodendron congo dan Philodendron williamsii
21

cukup tinggi, mencapai Rp 7.500,- sampai Rp 10.000 ,- per lembar.


Budidaya tanaman hias daun potong tidak memerlukan lahan yang luas
dan relatif hanya membutuhkan biaya yang kecil dalam budidayanya.
Tanaman hias daun dengan sekali tanam saja, beberapa lembar daun
dapat diambil hasilnya beberapa kali dalam setahun. Oleh karena itu,
daun potong yang mempunyai nilai potensial ekonomis mempunyai
prospek yang cukup baik untuk diusahakan.
Di Bandungan, Semarang merupakan daerah yang cocok untuk
tumbuh tanaman philodendron dengan baik. Faktor lingkungan yang
tersedia di Bandungan meliputi suhu, cahaya dan kelembaban tanaman
sangat mendukung untuk tumbuhnya tanaman ini. Selain itu, pemasaran
daun potong philodendron ini cenderung mudah untuk dijual di pasaran
Bandungan dan banyak pemesan dari luar daerah. Oleh sebab itu,
philodendron merupakan salah satu usahatani di Bandungan yang cukup
berprospek mengingat permintaan pasar yang bagus sampai saat ini.
5. Budidaya Philodendron
Tempat penanaman tanaman hias philodendron dilakukan di lahan
kebun dengan luas 1500 m2. Tata penyiapan lahan untuk penanaman
tanaman hias agak berbeda dengan dalam pot atau polybag. Penanaman
pada lahan harus dibuat dahulu tanah yang gembur, subur dan
mendapatkan sinar matahari secara langsung. Membersihkan lokasi lahan
dari rumput – rumput liar, sampah, batu atau kerikil dan benda-benda
yang mengganggu.
Lahan yang sudah siap selanjutnya diperlukan bahan tanam. Bahan
tanam diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif. Keuntungan
perbanyakan secara vegetatif adalah tanaman baru tumbuh lebih cepat
karena pada dasarnya tanaman tersebut memang telah mature atau
dewasa. Pada philo tanaman muda hasil perbanyakan secara vegetatif
menghasilkan daun – daun berukuran hampir sama dengan induknya.
Kelemahannya, tanaman muda yang dihasilkan jumlahnya hanya sedikit,
maksimum empat tanaman dalam sekali perbanyakan. Stek batang
22

merupakan cara yang mudah untuk memperbanyak tanaman


philodendron yaitu dengan cara pemotongan bagian batang atas tanaman.
Cara perbanyakan tanaman philodendron seperti ini sangat ringkas.
Hanya memerlukan pisau atau cutter tajam, alkohol, dan philodendron
siap potong. Langkah pertama yang dilakukan untuk stek batang tanaman
philodendron yaitu mengolesi pisau atau cutter dengan alkohol. Lalu
memilih bagian batang tanaman philodendron yang akan di setek.
Usahakan pemotong batang adalah batang yang terdapat akar udaranya.
Bagian batang atas yang terpotong kemudian diolesi dengan
fungisida. Langkah ini untuk menghindari tumbuhnya jamur dari bekas
potongan. Sementara itu jangan mengacuhkan bagian bawah batang yang
tersisa. Batang bawah tanaman bisa ditanam dengan cara mengolesi juga
bagian batang yang terpotong itu dengan fungisida. Apabila semuanya
lancar, dalam 2 minggu bakal keluar helaian daun baru. Sehingga akan
ada dua buah tanaman Philodendron. Kemudian meletakkannya di bawah
naungan dengan daya tangkai sinar matahari sekitar 60-65%.
Batang yang telah terolesi fungisida selanjutnya ditanam atau
disemaikan setek batang ke dalam medium tumbuh yang telah disiapkan
pada posisi tegak, sesuai keadaan setek. Di dalam membuat setek batang
ukuran panjang disesuaikan dengan jenis tanaman dan macam setek.

Dalamnya penanaman setek antara ⅓-½ dari bagian setek batang.

Kemudian menyiram medium persemaian dengan air bersih sehingga


cukup basah. Memberi kerudung permukaan wadah persemaian dengan
lembar plastik bening, menyimpan wadah persemaian di tempat yang
teduh dan lembab. Memelihara atau merawat semaian setek batang
secara intensif, terutama dalam hal penyiraman. Membuka kerudung
(penutup) wadah persemaian apabila dari mata setek telah tumbuh tunas-
tunas baru
Pemeliharaan tanaman philodendron dilakukan beberapa aspek
yaitu penyiraman, pengendalian gulma dan pemupukan. Penyiraman
23

dilakukan setiap 2-3 hari sekali atau disesuaikan dengan kelembaban


lahan yang ada. Jika tanah sudah terlalu kering maka penyiraman harus
segera dilakukan agar kelembaban meningkat. Namun jika banyak terjadi
hujan, sebaiknya penyiraman tidak usah dilakukan karena biasanya jika
sering terjadi hujan kelembaban dan kadar air di lahan akan tetap terjaga
dan cukup untuk hidup tanaman philodendron yang dibudidayakan
pemilik lahan.
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan dan
pendangiran juga termasuk ke dalam kegiatan pemeliharaan.
Pengendalian gulma dilakukan pemilik lahan dengan cara manual yaitu
dicabut dengan menggunakan tangan. Pengurangan gulma dapat dengan
penyemprotan herbisida, tetapi harus sesuai dosisnya. Dosis herbisida
yang berlebihan dapat membuat tanaman philo ikut layu dan mati.
Tanaman hias philodendron perlu ditambahkan pemupukan
tambahan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pupuk yang
diperlukan terutama pupuk N. Pupuk N perlu ditambahkan agar dapat
memproduksi klorofil, mengaktifkan daun dan pertumbuhan tunas
sehingga daun philodendron akan lebih nampak bagus dengan hijau
warnanya.
Tanaman philodendron yang ukuran daunnya cukup bagus dan
sesuai dengan permintaan konsumen maka siap dipanen. Tanaman
philodendron memiliki siklus hidup sampai 7 tahun, jika lebih dari itu
maka kualitas akan menurun. Panen bisa dilakukan setiap 4 bulan. Daun
bisa bertahan satu minggu setelah potong. Setelah itu dikumpulkan dan
diikat, tiap ikat sepuluh daun dan daun siap dipasarkan.
6. Pemasaran Philodendron
Tanaman hias philodendron yang diambil daunnya untuk
keindahan, biasanya digunakan sebagai karangan bunga. Namun,
posisinya sebagai karangan bunga tidak lagi seperti dahulu yang terkesan
bukan penghias utama pada karangan bungan tersebut. Sudah dapat
dijadikan fungsi lain dalam karangan bunga merupakan salah satu
24

kelebihan dan peluang dalam pemasaran daun potong dari philodendron


ini.
Daun potong philodendron oleh responden, yaitu Bapak Sukiman
dipasarkan secara langsung di pasar dan dijual kepada pemesan yang
biasanya seorang dekorator karangan bunga. Pengikatan daun
philodendron yang terdiri dari sepuluh tangkai dihargai Rp 6.000,-/ikat
pada musim kemarau. Harga pada musim hujan lebih rendah daripada
musim kemarau, yaitu Rp 2.000,- sampai Rp 2.500,-. Hal ini disebabkan
karena kemungkinan besar daun yang dihasilkan berkualitas tidak bagus.
7. Analisis Pasar Tanaman Hias
Analisis pasar tanaman hias dilaksanakan di Pasar Tanaman Hias
Bandungan, Semarang. Harga tanaman yang diberikan oleh penjual
sangat bervariatif dan kita harus pandai – pandai menawar jika ingin
memboyong pulang salah satu tanaman hias yang ada di sana. Harga
pada setiap penjual berbeda – beda dalam pembukaan harganya.
Responden yang kelompok kami datangi menyebutkan harga kaktus
yaitu Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-. Harga begonia berkisar Rp 20.000,-
dan mawar Rp 10.000,-. Pedagang juga menjual tanaman pucuk merah
dan krisan, tetapi kurang diminati oleh pembeli.
Tanaman yang dijual oleh responden yang paling laku atau laris
yaitu kaktus. Tanaman kaktus paling laku karena penjual tanaman hias di
sana menyediakan berbagai hasil silangan tanaman kaktus dengan hasil
baru dengan warna tongkol bervariatif, yaitu ungu, merah muda, kuning,
oranye dan masih beragam lainnya. Hal lain yang membuat tanaman ini
laku laris yaitu harganya yang relatif murah dan sangat terjangkau oleh
semua kalangan baik bawah, menengah maupun atas. Tanaman yang
diminati selanjutnya adalah begonia dan mawar, kedua tanaman ini
tersedia dengan variasi lebih sedikit dari kaktus. Oleh karena hal tersebut
maka tidak perlu diherankan jika minat pembeli lebih rendah daripada
kaktus.
25

Harga tanaman hias yang dijual oleh pedagang tanaman hias di


Pasar Tanaman Hias Bandungan juga mengalami fluktuasi harga. Harga
yang berfluktuasi biasanya disebabkan oleh musim yang ada. Musim
yang baik dan cocok bagi tanaman – tanaman yang diperjualkan oleh
pedagang biasanya akan mendapat harga yang cukup rendah
dibandingkan dengan cuaca yang tidak cocok. Musim yang baik
mendapatkan harga yang kurang baik karena pada musim tersebut
banyak yang menghasilkan atau memprokdusi tanaman, tetapi jika hasil
baik pada musim yang kurang mendukung akan mendongkrak harga jual
tanaman tersebut akibat langkanya produsen yang menjual.
Tanaman hias biasanya mengalami booming pada waktu
ditemukannya varietas baru. Tanaman hias yang booming cukup lama
adalah Anthurium. Anthurium pernah booming sampai 2 tahun lamanya
yaitu pada era sekitar 2007. Bahkan dahulu pedagang dan kolektor sangat
memburu tanaman ini meskipun harganya selangit mahalnya. Anthurium
masih satu famili dengan Aglonema dan Alokasia yang notabennya
memiliki daun yang berbentuk bagus dan unik. Beberapa Anthurium
yang pernah booming yaitu Anthurium jenmanii, wave of love
(gelombang cinta), Hookeri, Jenmanii sawi dan Anthurium variegata.
Namun yang paling mahal adalah jenis Jenmanii.
Anthurium yang telah mampu menguasai pasar tanaman hias
selama kurang lebih 2 tahun, bukan tidak mungkin jika dapat tergeserkan
oleh jenis tanaman hias yang lain. Tanaman hias yang diprediksi mampu
menggeser dominasi anthurium yaitu philodendron. Philodenderon
merupakan tanaman hias yang sangat cantik tidak hanya pada daunnya
saja, tetapi batang dan bunganya juga memiliki bentuk yang tergolong
unik. Keunggulan yang dimiliki oleh tanaman philodendron yaitu
terjangkaunya harga dibandingkan dengan anthurium. Jenis
philodenderon yang sangat digemari oleh pecinta tanaman hias adalah
cardinal black.
26

Semakin majunya ilmu dan teknologi pada pertanian khususnya


akan membuat usahatani tanaman hias semakin maju. Era yang akan
datang, dapat diperkirakan bahwa tanaman hias akan banyak yang
booming dengan jenis – jenis baru yang unik. Majunya ilmu pertanian
akan membuat petani dan pemulia tanaman hias menjadi lebih pandai
untuk menghasilkan varietas baru dengan hasil yang bagus dan waktu
dengan relatif cepat. Tanaman hias yang dapat dihasilkan dalam varietas
baru akan membuat pemasaran semakin jauh dan dapat berpeluang untuk
membuka lapangan pekerjaan bagi distributor maupun produsen
(pembudidaya) tanaman hias secara langsung.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Teknologi Budidaya
Tanaman Hias yaitu :
1. Tanaman hias krisan dimanfaatkan bagian bunga dan tangkainya
2. Krisan perlu adanya pembuatan rumah plastik, pembibitan, pembuatan
rajutan benang, penambahan cahaya lampu dan pengemasan saat panen
27

3. Tanaman hias philodendron dimanfaatkan bagian daunnya untuk hiasan,


biasanya karangan bunga, tetapi dalam budidayanya cukup di lahan
terbuka biasa
4. Prospek tanaman hias saat ini masih sangat terbuka luas dan sangat bagus
jika dikembangkan
5. Pemasaran tanaman hias philodendron dan krisan ditujukan di Pasar
Tanaman Hias Bandungan dan dikirim ke luar daerah juga
6. Harga tanaman hias di Pasar Tanaman Hias Bandungan sangat bervariatif
tiap jenis dan penjualnya, kaktus merupakan tanaman yang paling laku di
sana
7. Pada masa yang akan datang dapat diprediksikan akan lebih berkembang
usahatani tanaman hias dan philodendron dapat menggeser anthurium
8. Fluktuasi harga disebabkan oleh musim yang berdampak pada kualitas
tanaman hias yang dihasilkan
B. Saran
Saran untuk praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hias yaitu perlu
adanya kunjungan lebih banyak dari responden petani tanaman hias dengan
jenis tanaman hias yang bervariasi dan perlu adanya tempat tujuan lain
untuk wisata. Pembuatan jadwal praktikum fieldtrip yang fix lebih baik
dilaksanakan jika direncanakan dengan matang dan jauh- jauh hari
sebelumnya. Sehingga pada saat praktikum kunjungan ini praktikan
memperoleh banyak manfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Arianti NK 2006. Tanaman Hias Mengalahkan Sayur. https://www.kompas.com/.


28
Diakses pada 11 November 2013.
Deptan 2009. www.hortikultura.deptan.go.id. Diakses pada 11 November 2013.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2001.
http://www.warintekjogja.com/. Diakses pada 11 November 2013.
Dreher Diane 2003. Garden Healingand Transformation. Wordl and I Magazine.
Vol.18.
28

Endah J 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Jakarta: Agromedia


Pustaka.
Karen S 2009. Bunga Segar yang Dirangkai Nilai Tambahnya meningkat.
http://www.tokobungaonline.net. Diakses pada 11 November 2013.
Kristanti dan Johana Ani 2006. Philodendron Daun Unik Cetak Duit.
Maj.Kontan. Edisi Khusus. Agustsus 2006. Hal 12–13.
Lingga Lanny 2007. Philodendron. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Prihatman Kemal 2000. Krisan. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan. BAPPENAS.
Rachmat 2000. Tanaman Hias. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Riskomar WD 2002. Industri Agribisnis Tunggu Investor.
http://www.pikiran-rakyat.com/. Diakses pada 11 November 2013.
Rukmana dan Mulyana AE 1997. Budidaya Krisan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sari Ulisna 2010. Budidaya Tanaman Hias Philodendron di Deni Nursery and
Gardening Karangpandan. Tugas Akhir DIII Agribisnis Hortikultura
dan Arsitektur Pertamanan. UNS.
Sartika Dewi. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.
Simanjuntak B M 2008. Peluang Pengembangan Agroforestri dengan Tanaman
Krisan. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
Soedarjo Muchdar, Herni Shintiavira, Yadi Supriyadi dan Yiyin Nasihin 2012.
Peluang Bisnis Inovasi Krisan. Badan Litbang Pertanian.
Triharyanto Eddy 2006. Tanaman Hias Indoor. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Winarto, Rianawati dan D Herlina 2007. Pengaruh Media Regerasi terhadap
Pembentukan Tunas Aksiler dan Adventif pada Philodendron c.v.
Moon Light. J. Hort. 17(1) : 8-16.
29

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai