Anda di halaman 1dari 8

Konservasi Sumberdaya Genetik

“Domestikasi Tanaman Sedap Malam”

Disusun oleh:
Hendra Saputra (155040200111025)
Kelas A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2018
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunga sedap malam telah dikenal luas di Indonesia sebagai bunga potong. Selain
dimanfaatkan sebagai bunga ptong, minyak dari bunga sedap malam juga digunakan dalam
pembuatan parfum. Bunga ini disebut dengan nama sedap malam karena biasa mekar dan
menebar aroma wangi pada malam hari. Sampai saat ini baru ada dua varietas unggul nasional
bunga sedap malam yang beredar di Indonesia, yaitu Roro Anteng dan Dian Arum (Shihombing
et al. 2012).

Bunga sedap malam dengan nama ilmiah Polianthes tuberosa berkerabat dekat dengan
family Amarylidaceae atau bawang-bawangan yang merupakan tanaman introduksi dan telah
sejak lama ditanam di Indonesia. Bunga ini telah cukup lama beradaptasi dengan lingkungan
tropis di Indonesia sehingga dianggap sebagai varietas lokal. Diperkirakan bunga ini berasal dari
Meksiko dan telah diintroduksi ke Indonesia sejak masuknya bangsa China dan Eropa ke
Indonesia. Bahkan bunga sedap malam telah ditetapkan sebagai maskot provinsi Jawa Timur
melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 471 tahun 1991 dan merupakan salah satu
komoditas tanaman hias unggulan dari provinsi Jwa Timur. Sentra produksi bunga sedap malam
terdapat di Kecamatan Bangil dan Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan serta Kecamatan
Giri Kabupaten Banyuwangi (Shihombing et al. 2012).

Walaupun bukan tanaman asli Indonesia, tapi bunga sedap malam sudah sangat lekat
sekali dengan lingkungan budidaya tanaman hias di Indonesia. Lalu bagaimana sebenarnya
proses masuknya bunga ini ke Indonesia dan bagaimana perkembangannya dari awal masuk
sampai sekarang? Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut makalah ini dirasa penting untuk
disusun.

1.2 Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui rekam jejak dari proses
domestifikasi bunga sedap malam serta perkembangannya.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Sedap Malam

Bunga sedap malam merupakan salah satu bunga potong yang sangat banyak digunakan
dalam perayaan hari-hari besar agama atau pesta perayaan. Hal ini karena bunga sedap malam
mepunyai aroma yang wangi, warna yang cantik, dan susunan bunga pada tangkai yang menarik.
Selain dimanfaatkan keindahannya sebagai bunga potong, menurut Rustika et al (2005) bunga
sedap malam juga banyak digunakan sebagai bunga tabur dan bahan baku industri minyak atsiri.
Berdasarkan pengamatan di lapang menunjukkan bahwa jenis dan tipe bunga sedap malam hanya
dapat dibedakan berdasarkan jumlah lapisan petal, yakni bunga tunggal yang memiliki satu lapis
petal, semi ganda dengan dua sampi tiga lapis petal dan bunga ganda lebih dari tiga petal. Bunga
tunggal memiliki petal 5 helai, bunga semi ganda memiliki petal 10-12 helai, dan bunga ganda
memiliki petal 18-25 helai (Sihombing et al., 2010).

Agar dapat tumbuh dengan baik, maka Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian menyaratkan beberapa syarat tumbuh yang harus diperhatikan, yaitu: (1)
suhu berkisar 16-27oC, (2) kelembaban udara 75-90 %, (3) curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun,
(4) jenis tanah andisol dan bertekstur liat hingga berpasir, dan (5) pH berkisar 5-7. Sedap malam
berbunga tunggal dan semi ganda lebih cocok ditanam di dataran rendah dengan elevensi di
bawah 50 m dpl. Sedap malam berbunga ganda cocok ditanam di daerah dengan elevensi di atas
100 m sampai 600 m dpl. Bila sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda ditanam di dataran
sedang, maka bunga yang dihasilkan akan memiliki tangkai bunga yang agak panjang, tidak
kokoh dan kurang kekar serta malai bunga agak panjang dan bagian ujung malai terkulai dengan
jumlah kuntum bunga lebih sedikit. Kualitasnya menjadi jelek dan tidak layak untuk dijual.
Tempat penanaman harus terbuka dan tidak dinaungi oleh pepohonan.

2.2 Pengertian Domestikasi

Pemanfaatan sumberdaya hayati beserta dengan ekosistemnya merupakan serangkaian


kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup mausia. Dalam hal ini
pemanfaatan sumberdaya tersebut dapat berupa kegiatan pertanian, kehutaan, perkebunan, dan
perikanan. Proses menanam dan beternak berawal dari domestikasianeka tumbuhan dan hewan
dari kehidupannya yang liar. Domestikasi atau penjinakan tumbuhan dan hewan merupakan
markah awal perkembangan pertanian secara luas (King dan Stanbinsky, 1998).

Tanaman pertanian yang ada saat ini bisa dibilang adalah hasil dari domestikasi yang
dilakukan oleh manusia zaman dulu. Menurut Wallack (2001), proses domestikasi ini telah
berlangsung lebih dari 10.000 tahun terakhir. Penjinakan atau domestikasi tumbuhan liar menjadi
tanaman pertanian melalui dua tahapan, yaitu pemilihan atau seleksi dan pemindahan dari habitat
liar ke lahan pertanian. Hal yang sangat berperan dalam munculnya suatu proses domestikasi
tanaman dan masuknya pertanian adalah kondisi ekologi dan kondisi kultural masyarakat
setempat.

Proses domestikasi tanaman liar menjadi tanaman yang dibudidayakan tentu saja akan
mengalami beberapa perubahan sebagai proses adaptasi dari tumbuhan tersebut. Evans (1996)
mengungkapkan bahwa proses domestikasi tanaman ini telah mennyebabkan terjadinya
perubahan penampilan dari tumbuhan, seperti perubahan bentuk dan ukuran pada sejumlah
tanaman, serta laju perkembangan dan pertumbuhannya. Selain itu, perpindahan lokasi dari
tumbuhan yang didomestikasi menyebar scara luas dan jauh dari asalnya. Seperti yang
dicontohkan oleh Wallack (2001) bahwa tanaman gandum yang awalnya berasal dari Timur
Tengah kini diproduksi besar-besaran di China, India, dan Amerika. Jagung yang awalnya dari
Meksiko, tapi kini telah menyebar ke seluruh dunia. Begitu pun dengan bunga sedap malam yang
awalnya berasal dari Meksiko namun kini telah jadi tanaman penciri Provinsi Jawa Timur.
2.3 Domestikasi Tanaman Sedap Malam

Gambar 1. Bunga sedap malam

Tanaman sedap malam adalah tanaman liar yang tumbuh di dataran Meksiko yang
berkerabat dekat dengan tanaman bawang-bawangan atau family Amarylidaceae (Roostika et al,
2005). Tanaman ini dari dulu sudah terkenal dengan kenidahan bunganya sebagai daya Tarik
bagi yang memandangnya. Oleh karena daya Tarik warna bunganya itulah tanaman sedap malam
yang awalnya tanaman liar ini menurut Gonzales et al (2012) oleh penduduk setempat (Meksiko)
digunakan secara lokal sebagai hiasan dan memiliki kualitas yang bagus untuk didomestikasi.
Bunga sedap malam memiliki warna mulai dari warna putih, orange, merah, dan kuning sampai
merah muda.

Polianthes tuberosa dijelaskan oleh Gonzales et al (2012) bahwa tanaman ini sudah
dibudidayakan sejak lama oleh bangsa suku Aztecs di daerah Mexico, Amerika Tengah sejak
abad ke-16 M yang kemudian mulai ditransportasikan kenegara-negara lainnya kebeberapa
belahan dunia. Tanaman ini kemudian ditanam secara komersial sebagai bunga potong seperti di
India, Selandia Baru, Jepang, dan Indonesia.

2.4 Perkembangan Tanaman Sedap Malam di Indonesia

Sedap malam merupakan tanaman introduksi dan telah ditanam sejak lama dan telah
dapat beradaptasi dengan lingkungan tropis Indonesia. Saat ini sedap malam (Polianthes tuberosa
L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias unggulan dari provinsi Jawa Timur dan telah
ditetapkan sebagai maskot provinsi Jawa Timur dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur
No. 471 tahun 1991. Sentra produksi sedap malam di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur dengan areal penanaman yang cukup luas dan jumlah petani yang cukup banyak
(Sihombing et al,. 2012). Sentra produksi tanaman sedap malam yang di Jwa Timur terdapat di
Kecamatan Bangil dan kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan serta Kecamatan Giri
Kabupaten Banyuwangi.

Pada umumnya petani sedap malam di Jawa Timur menanam kultivar lokal berbunga
semi ganda dan berbunga tunggal. Kultivar berbunga semi ganda awalnya ditanam di sentra
sedap malam di sekitar Desa Lumpang Bolong Kecamatan Bangil Pasuruan dan kemudian
berkembang ke desa-desa sekitarnya di Kecamatan Rembang Pasuruan. Sementara kultivar
berbunga tunggal hanya dibudidayakan di Kecamatan Giri Banyuwangi. Kultivar berbunga
ganda asal Jawa Barat belum dikenal secara luas, walapun sudah mulai dikembangkan di
Rembang Pasuruan.

Menurut Haryanto et al (dalam Sihombing 2012) peluang untuk menciptakan varietas


baru hanya sebesar 0.05 %, hal ini karena persilangan bunga sedap malam hanya bisa dilakukan
antara bunga tunggal dengan bunga ganda dan hanya bisa dilakukan searah karena bunga ganda
pada sedap malam tidak memiliki pollen. Namun saat ini berdasarkan laporan dari Sihombing
dan Wahyu (2008) sudah terdapat dua varietas unggul nasional sedap malam yang telah
dilepaskan ke publik. Yaitu varietas Roro Anteng kultivar lokal sedap malam berbunga semi
ganda asal Pasuruan dan sedap malam berbunga ganda asal Cianjur dengan nama Dian Arum.

Gambar 2. Perbedaan penampakan varietas Bunga sedap


malam
BAB III KESIMPULAN

Dari pemaparan yang telah disampaikan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Yaitu:

1. Tanaman sedap malam meerupakan tanaman hasil domestikasi yang dilakukan oleh
bangsa Astek di daerah Meksiko, Amerika Tengah sejak abad ke 16 M.
2. Tanaman sedap malam merupakan tanaman domestikasi yang telah beradaptasi dengan
iklim tropis di Indonesia sejak lama dan bahkan kini telah dijadikan sebagai mascot resmi
provinsi Jawa Timur.
3. Saat ini di Indonesia baru terdapat dua varietas unggul nasional, yaitu varietas Roro
Anteng dan varietas Dian Arum.
DAFTAR PUSTAKA

Evans, L.T. 1996. Crops Evolution, Adaptation, and Yield. Combridge Univ. Press.
Gonzales, Rodrigo Barba. Jose manuel Rodriguez-Dominguez, Ma. Claudia Castaneda-Saecedo,
Aaron Rodriguez, Jaap M. Van Yuyl, Erbesto Tapia-Campos. 2012. Mexican Geophytes
I. The Genus Polianthes. Floriculture and ornamental Biotecnology 6, 122-128. Global
Science Books
King, J. dan D. Stabinsky. 1998. Biotechnology under globalisation : The Corporate
Expropriation of Plant, Animal and Microbial Species.
http://hornacek.coa.edu/dave/Reading/race.html.
Roostika, I. Mariska, dan R. Purnamaningsih. 2005. Regenerasi Tanaman Sedap Malam melalui
Organogenesis dan Embriogenesis Somatik. J. Hort. 15(4):233-241
Sihombing, D, Dewi, IR, Kasmiati, & Handayati, W 2013, Kajian pengaruh jarak tanam dan
ukuran benih terhadap pertumbuhan dan produksi bunga sedap malam varietas Roro
Anteng, Prosiding Seminar Nasional Hortikultura, Puslitbang Hortikultura, Lembang 5
Juli 2012, Hlm.114-117
Sihombing, D, Kartikaningrum, S, & Handayati, W 2012, Karakterisasi varietas unggul baru
sedap malam Dian Arum, Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi,
Univ. Trunojoyo, Bangkalan 27 Juni 2012, Hlm. 701 - 709.
Sihombing, D, dan Wahyu Handayati. 2008. Budidaya Bunga Sedap Malam Roro Anteng.
Tabloid Sinar Tani, Jawa Timur 19 November 2008.
Wallack, B. 2001. The Great Mirror : An Introduction to Human Geography.
http://geography.ou.edu/courses/1103bw/domestication.html.

Anda mungkin juga menyukai