Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRAK
Sedap malam merupakan salah satu tanaman hias yang populer. Namun
ketersediaan varietas unggul yang sudah dilepas sangat sedikit, sehingga pilihan
konsumen menjadi terbatas. Berkaitan dengan masalah tersebut, setelah melalui proses
seleksi rumpun induk tunggal dan uji obeservasi, dari kultivar lokal Cianjur diperoleh
satu klon harapan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul baru
dengan SK Pelepasan No. 613/Kpts/SR.120/5/2008. Keunggulan varietas tersebut
ditunjukkan oleh warna dan bentuk bunga yang manarik, malai panjang, tangkai kekar,
aroma bunga harum dan memiliki masa kesegaran dalam vas yang cukup lama (4
sampai 6 hari) serta agak tahan terhadap penyakit bercak daun (Xanthomonas sp.)
Kata kunci : Sedap malam, varietas unggul, pelepasan, Dian Arum, karakterisasi
PENDAHULUAN
Sedap malam (Polianthes tuberosa) merupakan salah satu tanaman hias yang
populer (Dwiatmini et al., 1994) dan penting baik dari aspek estetika dan nilai
komersial (Asif et al., 2001). Permintaan bunga sedap malam cukup tinggi, meskipun
pola permintaannya cenderung tidak menentu (Effendie, 1994).
Sentra produksi bunga sedap malam di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur dengan jumlah petani cukup banyak dan areal pertanaman
cukup luas dibandingkan dengan propinsi lainnya (Djatnika dan Rahardjo, 1996;
Djatnika, 1997). Luas areal pertanaman sedap malam di Indonesia pada tahun 2006
mencapai 549,34 ha (Anonim, 2009), sementara di kabupaten Cianjur sebagai salah satu
sentra produksi bunga sedap malam di Jawa Barat mencapai 35,15 ha (Djatnika dan
Rahardjo, 1996).
Keragaman warna dan bentuk bunga sedap malam sangat terbatas. Warna
bunganya hanya putih dengan sedikit perbedaan ada tidaknya semburat berwarna pink
di bagian ujung petal bunga. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang menunjukkan
bahwa jenis dan tipe bunga sedap malam hanya dapat dibedakan berdasarkan jumlah
lapisan petal yakni bunga tunggal yang memiliki satu lapis petal, semi ganda dengan 2-
3 lapis dan bunga ganda yang memiliki lebih dari 3 lapis petal. Bunga tunggal memiliki
petal 5 helai, tipe semi ganda antara 10 – 12 helai dan tipe ganda antara 18–25 helai
(Sihombing et al., 2010).
Program pemuliaan untuk menciptakan varietas baru pada tanaman sedap malam
sampai saat ini masih langka (Djatnika, 1997). Namun peluang menciptakan varietas
baru sedap malam melalui persilangan sangat kecil, karena keberhasilan persilangan
yang sangat kecil yaitu 0.05 % (Haryanto et al., 1997). Hal tersebut dipengaruhi oleh
persilangan sedap malam yang sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan antara bunga
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
tunggal dengan bunga ganda; serta hanya bisa dilakukan searah, karena pada bunga
ganda tidak memiliki pollen.
Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memperoleh varietas unggul
adalah seleksi terhadap kultivar lokal atau varietas introduksi yang telah lama
beradaptasi di suatu lingkungan tertentu dan atau telah dianggap sebagai varietas lokal.
Untuk memperoleh varietas unggul baru sedap malam dapat dilakukan melalui seleksi
tanaman induk tunggal atau rumpun induk tunggal. Sedap malam kultivar Cianjur
merupakan jenis sedap malam yang sudah lama beradaptasi dan dibudidayakan di
daerah Cianjur Jawa Barat serta sudah dianggap sebagai kultivar lokal. Kultivar ini
termasuk bunga ganda dan merupakan jenis yang paling banyak diperdagangkan
sebagai bunga potong terutama di Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Berkaitan dengan hal tersebut, agar tersedia alternatif pilihan varietas bagi petani
dalam pengembangan usaha budidaya sedap malam sesuai preferensi konsumen serta
mendukung pengembangan industri florikultura nasional khususnya budidaya sedap
malam yang berbasis pada potensi daerah, maka setelah melalui proses seleksi dan uji
observasi, sedap malam kultivar Cianjur tersebut telah dilepas sebagai varietas unggul
baru dengan nama Dian Arum dengan SK pelepasan oleh Menteri Pertanian No.
613/Kpts/SR.120/5/2008.
METODE
Asal usul varietas
Sedap malam berasal dari Mexico dan sampai ke pulau Jawa diperkirakan tahun
425 (Becker, 1968). Sementara di daerah Cianjur diperkirakan sudah lama
dibudidayakan, sehingga telah dianggap sebagai kultivar lokal.
Seleksi individu dilakukan terhadap populasi kultivar lokal sedap malam
berbunga ganda tersebut di lahan petani di Desa Mayak Kecamatan Cibeber Kabupaten
Cianjur Jawa Barat, sehingga diperoleh rumpun induk tunggal terseleksi. Pada tahap
awal dipilih sepuluh rumpun tanaman dari populasi alami sedap malam (tanaman
petani). Kemudian umbi dari setiap rumpun ditanam dalam barisan terpisah.
Selanjutnya dilakukan seleksi secara klonal melalui observasi terhadap turunan rumpun
induk tunggal dan diperoleh satu klon terpilih (calon varietas) yang memiliki
penampilan terbaik. Setelah melalui pengujian dan observasi dilepas sebagai varietas
unggul baru dengan nama Dian Arum.
rumpun tanaman yang memiliki penampilan fenotipik yang homogen dan dianggap
telah mewakili populasi sedap malam di desa Mayak Kecamatan Cibeber Kabupaten
Cianjur. Setelah diperbanyak dengan umbi, dilanjutkan dengan seleksi secara klonal
terhadap turunan masing masing rumpun induk tunggal. Satu klon terpilih diperbanyak
secara vegetatif yakni dengan cara menanam umbinya, sehingga diperoleh jumlah umbi
yang memadai sebagai bahan uji observasi dengan ukuran yang seragam (berdiameter
antara 1,5–2,5 cm).
bercak daun dengan kriteria sebagai berikut : 0 = imun, 1–10 % = tahan, 11–20 % =
agak tahan, 21–40 % = agak rentan, 41–60 % = rentan dan > 60 % = sangat rentan.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
4 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Salah satu karakter yang menjadi perhatian konsumen adalah periode kesegaran
bunga dalam vas. Konsumen umumnya menginginkan periode kesegaran yang lama.
Pada varietas Dian Arum periode kesegarannya cukup baik yakni lebih dari 4 sampai 6
hari. Periode kesegaran ini hampir sama dengan pembanding (varietas Roro Anteng).
Aroma bunga
Hasil uji aromatik oleh 30 orang panelis menunjukkan bahwa 80 % dari panelis
menilai bahwa Dian Arum memiliki aroma yang lebih harum dan disukai panelis
dibanding Roro Anteng. Hal ini sejalan dengan Suyanti (2002) bahwa konsumen bunga
sedap malam menginginkan aroma bunga yang harum.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
6 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Penampilan bunga
Penampilan bunga varietas Dian Arum secara keseluruhan cukup baik dengan
susunan kuntum yang teratur dan kompak, sehingga bagian tangkai malai bunga
tertutupi. Demikian juga tangkai bunga yang lurus dan kekar (kaku), sehingga mudah
ditancapkan saat merangkai bunga dalam vas baik vas besar maupun vas kecil. Hal ini
juga akan mempercantik penampilan bunga secara keseluruhan (Tabel lampiran 1).
KESIMPULAN
1. Varietas Dian Arum memiliki warna sepal putih kehijauan dengan ujung kemerahan,
petal putih, aroma bunga yang harum, jumlah kuntum bunga banyak dan tersusun
teratur, kesegaran bunga lama, tangkai bunga lurus dan kekar serta agak tahan
terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas sp.
2. Penampilan bunga varietas Dian Arum secara keseluruhan kompak dan menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Amiarsi, D., Yulianingsih dan S. Sabari. 2004. Karakterisasi mutu untuk bahan
penyusunan standar mutu bunga sedap malam. Prosiding Seminar Nasional
Florikultura Bogor, 4-5 Agustus : 432 – 437.
Anonim, 2009. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2002–2006.
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/EIS07/LP_Tanaman%20Hias.htm.
Unduh 24 Maret 2009.
Asif, M., M., Qosim and M. Mustafa, 2001. Effect of Planting Dates on Growth,
Flowering and Corm Characteristics of Tuberose (Polianthes tuberosa) cv.
Single. International Journal Agriculture And Biology 3 (4) : 391–393
Becker . 1968. Flora of Java. Groningen. The Netherland.
Darliah, W. Handayati, Maryam Abn dan D. Kurniasih. 2004. Keragaan hasil dan
kualitas bunga klon-klon mawar potong. Jurnal Hortikultura 14 (Edisi Khusus) :
320 -325
Djatnika, I. 1997. Efisiensi sistem produksi dan usahatani sedap malam (Polianthus
tuberosa L.). Monograf Sedap Malam. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Djatnika I dan I.B. Rahardjo. 1996. Inventarisasi penyakit penting tanaman sedap
malam. Jurnal Hortikultura 6 (3) : 280 - 286
------------------------------------.1998. Studi epidemiologi penyakit bercak daun pada
tanaman sedap malam. Jurnal Hortikultura 7 (4) : 899 – 970
Dwiatmini, K., D. Herlina dan S. Wuryaningsih. 1994. Inventarisasi dan karakterisasi
beberapa jenis bunga potong komersial di pasaran bunga Cipanas, Lembang,
Bandung dan Jakarta. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2 (1) : 7 – 18
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Effendie, K. 1994. Tataniaga dan perilaku konsumen bunga potong. Buletin Penellitian
Tanaman Hias 2 (2) : 1 – 17.
Haryanto, B., D.S. Badriyah dan L. Sanjaya. 1997. Pemuliaan varietas sedap malam
melalui hibridisasi dan poliploidisasi. Laporan Hasil Penelitian. Balithi Jakarta
(tidak dipublikasikan).
Misra, R. 2010. Gogrees Farm tuberose basics.
http://www.articlesnatch.com/Article/Gogreen-Farms-tuberose-Basics/449472.
unduh 15 Oktober 2010.
Nurmalinda, D. Herlina dan Satsijati. 2004. Studi diagnostik eksploratif perkembangan
tanaman hias potensial. Jurnal Hortikultura 14 (Edisi khusus) : 442 – 453
Ramachandrudu, K. and M. Thangam. 2009. Performance of tuberose (Polianthes
tuberose L.) in Goa. Journal Horticulture Science 4 (1) : 76 - 77
Sarwana, R.T. dan A. Wasito. 1998. Kultur teknis untuk meningkatkan produksi dan
kualitas bunga sedap malam. Risalah Seminar Nasional Tanaman Hias. Balai
Penelitian Tanaman Hias:107 – 115.
------------------, 2009. Ragam bunga sedap malam di Indonesia. Warta Penelitian
Pertanian 31 (5) : 10 – 12.
Sihombing, D., M.C. Mahfud dan W. Handayati. 2010. Keragaan Pertumbuhan,
Produksi dan Penampilan Bunga Beberapa Genotip Sedap Malam Di Dataran
Sedang Malang. Makalah dalam Seminar Nasional dan Kongres III Komda
Sumber Daya Genetik Se-Indonesia. Surabaya, 3 – 5 Agustus 2010..
Suyanti. 2002. Teknologi Pasca Panen Bunga Sedap Malam. Jurnal Litbang Pertanian.
21 (1) : 24 – 31.
Tisnawati, 2007. Karakterisasi bunga sedap malam (Polianthes tuberosa) asal Pasuruan,
Jawa Timur. Buletin Teknik Pertanian 12 (1) : 24 – 26.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
8 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012