Anda di halaman 1dari 21

Bunga Krisan sebagai Sumber Ide

Sumber ide

Sumber ide adalah tempat asal dari rancangan yang tersusun di dalam pikiran, gagasan,

cita-cita. Gagasan atau ide menyebabkan timbulnya konsep yang merupakan dasar bagi segala

macam pengetahuan (KBBI, 2011: 356).

Teori pengembangan sumber ide menurut Dharsono Sony Kartika (2004) dapat dibagi

menjadi empat, yaitu :

a) Teori Stilisasi

Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara

menggunakan obyek atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan

disetiap kontur pada obyek atau benda tersebut. Contoh : pengambilan ornamen

motif batik, tatah sungging, lukisan tradisional dan lain-lain. Proses stilisasi ini dapat

dilakukan dengan menambahkan detail, pada setiap perubahan sehingga semakin

lama detailnya semakinrumit.

b) Teori Distorsi

Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan

cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau obyek yang digambar.

Contoh : karakter wajah gatut kaca dan berbagai wajah topeng lainnya.

c) Teori Transformasi

Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter dengan

memindahkan (trans) wujud atau figur dari obyek lain ke obyek yang digambarkan.

Contoh : penggambaran manusia berkepala binatang atau sebaliknya

d) Teori Disformasi

Merupakan penggambaran entuk yang menekankan pada interpretasi karakter,

dengan cara mengubah bentuk obyek dengan cara menggambarkan sebagian saja
yang lebih dianggap mewakili. Proses disformasi dapat dilakukan dengan cara

mengurangi bagian-bagian dari detail obyek sehingga menghasilkan desain yang

semakin sederhana.

Sumber ide adalah sesuatu yang dapat menimbulkan ide atau gagasan seseorang untuk

menciptakan suatu desain yang baru. Dalam menciptakan suatu desain yang baru,seorang

perancang dapat melihat dan mengambil berbagai objek untuk dijadikan sumber ide. Objek

tersebut dapat berupa benda-benda alam atau benda-benda yang diciptakan manusia, yang ada

di lingkungan sekitarnya maupun peristiwa-peristiwa penting yang dianggapnya menarik untuk

dikembangkan dan dituangkan dalam suatu ciptaan desain.

Sumber ide sangat diperlukan karena tidak semua orang mempunyai daya khayal yang

sama, sehingga perlu adanya sumber yang dapat merangsang lahirnya suatu kreasi. Pengamatan

terhadap sumber ide pun tidak sama bagi setiap orang, hal ini tergantung dari segi mana si

pencipta karya itu merasa tertarik. Oleh karena itu, meskipun sumber ide yang diberikan sama,

ciptaan yang dihasilkan akan berbeda-beda. Selain itu faktor terciptanya suatu karya seni juga

didorong oleh faktor luar dan faktor dalam, seperti yang disebutan oleh Widagdo (2009: 3)

menyebutkan, penciptaan karya seni didorong oleh beberapa faktor:

1. Faktor dari dalam yaitu motivasi dalam menciptakan sesuatu inovatif guna memenuhi

tuntutan kepentingan hidup yang berkelanjutan.

2. Faktor dari luar yakni faktor lingkungan yang meliputi faktor alam, lingkungan sosial,

dan lingkungan budaya. Lingkungan alam meliputi flora dan fauna.

Faktor-faktor inilah yang nantinya dapat merangsang orang untuk memiliki sumber ide dan

menciptakan karya seni.

Penciptakan suatu desain yang baru, seorang perancang dapat melihat dan mengambil

berbagai objek untuk dijadikan sumber ide atau inspirasi. Objek tersebut dapat berupa benda-

benda alam atau benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya maupun peristiwa-peristiwa
penting yang dianggapnya menarik untuk dikembangkan dan dituangkan dalam suatu ciptaan

desain. Seorang seniman atau peneliti dalam menciptakan sebuah produk seni, tidak lepas dari

pengaruh lingkungan sekitarnya. sehingga faktor dari luar maupun dari dalam diri peneliti

sangat penting untuk terciptanya sebuah sumber ide.

Dalam penciptaan motif ini, peneliti memilih bunga krisan sebagai sumber ide. Pemilihan

bunga krisan dikarenakan bunga krisan memiliki daya tarik wisatawan di Bandungan.

Bandungan merupakan salah satu daerah wisata yang cukup diminati masyarakat Jawa Tengah

sebagai jujukan tempat wisata, khususnya masyarakat Semarang. Kebun bunga di Bandungan

banyak menanam bunga krisan yang sering diminati untuk tempat mengabadikan momen indah

para wisatawan. Terdapat salah satu tempat pembudidayaan bunga krisan, yaitu Kampung

Krisan Clapar yang sangat digemari para wisatawan lokal maupun asing.

Dari segi bentuk, bunga krisan memiliki bentuk yang mudah untuk divisualisasikan

menjadi sebuah motif batik. Peneliti juga memilih bunga dan daun dari bunga krisan sesuai

morfologi tanamannya untuk divisualisasikan.

2.1.2.2. Sejarah Singkat Bunga Krisan

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau

Bunga Emas (Golden Flower) berasal dari daratan Cina. Krisan Kuning berasal dari daratan

Cina, dikenal dengan Chrysanthemum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan

C. daisy (bulat, pompom). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 979

bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East

(TTG Budidaya Pertanian, 2000).

Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun

1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis

atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke
Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial. (TTG

Budidaya Pertanian, 2000).

Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna

bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna, bunga juga menjadi

pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning,

sebagai warna dasar krisan namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan

hasil persilangan diantara warna dasar tadi (Rukmana dan Mulyana, 1997).

Gambar 1. Warna bunga krisan yang disukai konsumen


(Dokumen Pribadi)
Krisan atau dalam nama latinnya Chrysanthemum merupakan jenis bunga hias yang

banyak sekali ragam spesiesnya. Bunga krisan dapat dengan mudah kita jumpai tumbuh dan

diperjualbelikan di daerah-daerah daratan tinggi dan bersuhu rendah. Tanaman krisan ini

memang dapat dijadikan sebagai sarana/sumber untuk memperoleh penghasilan yang lumayan

menjanjikan bagi para petani bunga, tanaman ini mampu menghasilkan bunga yang dapat

tumbuh lagi, meskipun sebelumnya tangkai-tangkai dari bunga tanaman ini telah dipotong.

Krisan atau Seruni disebut juga sebagai Bunga Emas (Golden Flower) mulai dikenal di

Indonesia setelah dibawa oleh para pendatang dari daratan Eropa. Karena bunganya yang

cantik dan beragam menjadikan bunga potong ini mulai dikembangkan dan dibudayakan (Hery

Nuryanto, 2010: 1).

Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Melalui

proses seleksi dan hibridasi, para ahli botani mengembangkan krisan untuk menghasilkan
varietas-varietas baru. Tanaman krisan diperkirakan mulai masuk ke Indonesia pada tahun

1800, dan sejak tahun 1940-an tanaman krisan mulai dikembangkan secara komersial oleh

petani bunga di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang merupakan sentra penghasil bunga

krisan antara lain Bandungan, Kab. Semarang (Jawa Tengah), Cipanas (Cianjur), Cisarua,

Sukabumi, Lembang (Jawa Barat) sertas Brastagi (Sumatera Utara). Varietas yang ditanam dan

dikembangkan oleh petani bunga di Indonesia ini merupakan varietas hibrida yang berasal dari

Eropa dan Jepang (Hery Nuryanto, 2010: 1).

Bandungan merupakan salah satu daerah wisata yang cukup diminati masyarakat Jawa

Tengah sebagai jujukan tempat wisata, khususnya masyarakat Semarang. Kebun bunga di

Bandungan banyak menanam bunga krisan yang sering diminati untuk tempat mengabadikan

momen indah para wisatawan. Terdapat salah satu tempat pembudidayaan bunga krisan, yaitu

Kampung Krisan Clapar, Desa Duren yang sangat digemari para wisatawan lokal maupun

asing.

2.1.2.3. Jenis Bunga Krisan

Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll.

(Rumana dan Mulyana, 1997)

Bunga krisan merupakan bunga majemuk di dalam satu bonggol bunga terdapat bunga

cakram yang berbentuk tabung dan bunga tepi yang berbentuk pita. Bunga tabung dapat

berkembang dengan warna yang sama atau berbeda dengan bunga pita. Dengan bentuk dan
warna bunga krisan yang beranekaragam memungkinkan banyak pilihan bagi konsumen

(Rukmana dan Mulyana, 1997).

2.1.2.4. Morfologi Tanaman Krisan

1. Akar

Tanaman krisan pada umumnya memiliki akar serabut dan memiliki sistem perakaran

yang dangkal dengan demikian tanaman ini menghendaki tanah yang gembur, subur serta

cukup air.

2. Batang

Batang tanaman krisan yaitu berkayu, berwarna hijau kecoklatan dan ada juga yang

berwarna kemerah-merahan. Ketinggian tanaman ini biasanya mencapai 100 cm atau

disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Daun

Daun krisan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daunnya beraneka ragam

tergantung jenis atau varietasnya.

4. Bunga

Tanaman krisan dimanfaatkan pada bagian bunganya karena bunga krisan mempunyai

bentuk dan warna yang bervariasi. Bunga krisan mempunyai dua tipe yaitu :

1. Tipe standar

Tipe standar adalah tipe yang hanya dipelihara satu kuncup bunga dengan

meninggalkan bunga pada bagian teratas yang disebut bunga terminal, sedangkan

kuncup bunga yang lainya yang disebut bunga internal dibuang.

2. Tipe spray
Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe standar yaitu membuang kuncup bunga

teratas yang disebut dengan terminal dan memelihara bunga yang lainnya yang disebut

dengan internal

2.1.2.5. Manfaat Bunga Krisan

Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah

sebagai tumbuhan obat tradisional dsn penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di

Indonesia digunakan sebagai:

a. Bunga pot

Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya hanya 20-40 cm, berbunga lebat dan

cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga

kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy

(putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan),

Applause (kuning cerah), Yello Mandalay (semuanya dari belanda). Krisan introduksi

berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan pot di

Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time

(kuning).

b. Bunga potong

Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai

bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di

lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat

banyak antara Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma,

Reagen, Cheetah, dan Klondike


Proses Penciptaan Motif

Pada tahap ini, foto dari hasil observasi/pengamatan visual tentang bunga krisan

mencakup bentuk dan warna untuk merangkang tumbuhnya kreatifitas dalam penciptaan motif

batik. Dari hasil gambar yang diperoleh dari observasi yang telah dilakukan, peneliti

mewujudkan sketsa sebagai unsur utama motif batik yang akan dirancang tentunya

menggunakan software AnSeries. Adapun alternatif sketsa motif batik ditunjukkan pada tabel

1.

Tabel 1. Alternatif Sketsa Motif Batik

No. Realis Pengembangan Motif Batik


Bentuk
1.

2.

3.
4.

5.

6.

Dari gambar/foto yang diperoleh pada observasi yang telah dilakukan, peneliti

melakukan analisis terhadap bentuk, fungsi, warna dan teknik yang digunakan dalam

penciptaan motif batik ini. Kemudian mengembangkan imajinasi untuk memperoleh bentuk-

bentuk bunga krisan ke dalam motif batik.

4.2. Visualisasi

Visualisasi pada proyek pengembangan desain ini mengolah unsur visual dari

pengembangan motif batik yang berkaitan dengan bunga krisan. Pengembangan bunga krisan
diolah dengan arahan batik kontemporer. Alasan pemilihan mengembangkan bunga krisan

memiliki sisi historis yang kuat dibalik keindahan visualnya.

Desain pengembangan ini dikelompokkan menjadi dua arah desain, yakni desain yang

menggambarkan motif batik bunga krisan dan mengolah karakter visual yang unik dari bunga

krisan tersebut menjadi motif utama dengan isen-isen khas batik. Dari segi pemilihan warna,

warna yang digunakan sebagai ragam warna (color ways) yaitu dari unsur-unsur warna batik

klasik seperti warna cokelat, krem, putih, serta warna hitam dan biru sebagai warna dasar pada

desain motif batik.


4.2.1. Master Desain 1

Gambar 2. Master Desain 1

4.2.2. Master Desain 2

Gambar 3. Master Desain 2


4.2.3. Master Desain 3

Gambar 4. Master Desain 3

4.3. Hasil Karya Motif Batik dengan Sumber Ide Bunga Krisan menggunakan

Software AnSeries

Dari ketiga desain di atas, peneliti akan memberikan arahan warna dengan ragamnya

atau bisa disebut color ways. Sudah dijelaskan di atas, bahwa warna yang akan digunakan

sebagai ragam warna merupakan unsur-unsur warna batik klasik seperti warna cokelat, krem,

putih, serta warna hitam dan biru sebagai warna dasar pada desain motif batik.
4.3.1. Desain 1
Desain 1

Gambar 5. Desain 1

Color Ways

Gambar 6. Color Ways Desain 1

Judul : Salur Kembang Seruni


Ukuran : 13 Cm X 20 Cm
Resolusi : 360 Pixels
Repeat : Rotasi dan Salinan
Komposisi : All Over (ke arah samping kanan dan ke arah bawah)
Repeat Desain 1

Gambar 7. Repeat Desain 1


Desain ini memfokuskan pada pengolahan bentuk visual bunga krisan. Bentuk visual

bunga krisan dibuat besar dari arah atas dan dari arah samping dengan daun yang menjuntai ke

atas dan ke bawah disertai kombinasi ukel. Pengulangan (repeat) desain ini membentuk

komposisi desain dengan arah diagonal dengan pengulangan rotasi dan salinan. Pengulangan

ini digunakan agar desain terlihat dinamis. Penggunaan warna pada motif yaitu merah, kuning,

hijau dan biru tua sebagai warna dasar menjadikan motif ini terlihat harmonis. Apabila proses

pengerjaan untuk digunakan sebagai teknik batik tulis, yaitu :

1. Proses nyorek (menggambar pada kain) sebelum dilakukan proses nyanting (pemberian

malam pada kain).


2. Pewarnaan pada motif bunga krisan ini menggunakan teknik colet dengan zat warna

Remazol.

Bahan :

Merah : 20 gram o3r + 4 gram red rb

Kuning : 3 gram o3r + 1 gram rsp + 15 gram fg

Hijau : 10 gram turkis + 17 gram fg + 1 gram rsp

Biru Tua : 20 gram rsp + 15 gram black b + 2 gram red rb

3. Kain diangin-anginkan sampai kering, dilanjutkan dengan proses fiksasi menggunakan

water glass selama 1 jam, kemudian dicuci dan diangin-anginkan.

4. Melakukan proses penghilangan malam (nglorod).


4.3.2. Desain 2

Desain 2

Gambar 8. Desain 2
Color Ways

Gambar 9. Color Ways Desain 2


Judul : Seruni Latar Pecah

Ukuran : 14 cm x 20 cm

Resolusi : 360 pixels

Repeat : Refleksi dan salinan berselang

Komposisi : All Over (ke arah samping kanan dan ke bawah)

Repeat Desain 2
Gambar 10. Repeat Desain 2
Desain ini memfokuskan pada pengolahan bentuk visual bunga krisan. Bunga krisan

dirancang mekar dan krumunan daun yang membentuk arahan diagonal dengan pengulangan

refleksi dan salinan berselang atau biasa disebut pengulangan ½ langkah. Pengembangan motif

bunga krisan ini mengarah ke batik kontemporer dengan motif remukan. Penggunaan warna

pada motif yaitu kuning, merah maroon, biru turkis, hijau, coklat muda dan orange kecoklatan

yang menjadikan motif ini terlihat harmonis. Apabila proses pengerjaan untuk digunakan

sebagai teknik batik tulis, yaitu :

1. Proses nyorek (menggambar pada kain) sebelum dilakukan proses nyanting (pemberian

malam pada kain).

2. Pewarnaan pertama pada motif dan background ini menggunakan teknik colet dengan

zat warna Remazol.

Bahan :

Merah maroon : 20 gram red rb +20 gram o3r

Kuning : 6 gram o3r + 2 gram rsp + 30 gram fg

Hijau : 15 gram rsp + 5 gram yellow fg


Biru turkis : 5 gram turkis + 3 gram rsp

Coklat : 15 gram fg + 20 gram o3r + 6 gram rsp

3. Kain diangin-anginkan sampai kering, dilanjutkan dengan proses fiksasi menggunakan

water glass selama 1 jam, kemudian dicuci dan diangin-anginkan.

4. Motif dan backgraound ditembok, pada motif abstrak dicelup warna dengan zat warna

Remazol.

Bahan : Coklat Muda : 10 gram fg + 8 gram o3r + 4 gram rsp

5. Kain diangin-anginkan sampai kering, dilanjutkan dengan proses fiksasi menggunakan

water glass selama 1 jam, kemudian dicuci dan diangin-anginkan.

6. Motif abstrak ditembok, kemudian background dan motif abstrak diremuk dan dicelup

warna.

Bahan : Merah maroon : 20 gram red rb + 10 gram o3r

7. Kain diangin-anginkan sampai kering, dilanjutkan dengan proses fiksasi menggunakan

water glass selama 1 jam, kemudian dicuci dan diangin-anginkan.

8. Melakukan proses penghilangan malam (nglorod)


4.3.3. Desain 3
Desain 3

Gambar 11. Desain 3

Color Ways

Gambar 12. Color Ways Desain 3

Judul : Mahkota Bunga Krisan

Ukuran : 30 Cm X 24 Cm

Resolusi : 360 Pixels

Repeat : Salinan

Komposisi : All Over (Ke Arah Samping Kanan Dan Ke Bawah)

Repeat Desain 3
Gambar 13. Repeat Desain 3
Desain ini memfokuskan pengolahan visual bunga krisan. Pengulangan motif ini hanya

menggunakan pengulangan motif salinan sehingga membentuk ceplokan dan bisa memberi 2

krumunan motif pada desain tersebut. Pengulangan ini digunakan agar desain terlihat harmonis

dan rapi. Apabila proses pengerjaan motif ini menggunakan teknik batik tulis, maka prosesnya

adalah sebagai berikut :

1. Proses nyorek (menggambar pada kain) sebelum dilakukan proses nyanting (pemberian

malam pada kain).

2. Pewarnaan pada motif dan background ini menggunakan teknik colet dengan zat warna

Remazol.

Bahan :

Merah maroon : 4 gram black b + 15 gram o3r + 10 gram rb

Kuning : 3 gram o3r + 1 gram rsp + 15 gram fg

Hijau : 10 gram turkis + 17 gram fg + 1 gram rsp

Cokelat : 16 gram fg + 20 gram o3 r + 6 gram rsp


3. Kain diangin-anginkan sampai kering, dilanjutkan dengan proses fiksasi menggunakan

water glass selama 1 jam, kemudian dicuci dan diangin-anginkan.

4. Melakukan proses penghilangan malam (nglorod).

Dalam perjalanannya, Batik sudah mengalami berbagai perkembangan dan semakin

modern. Di zaman yang serba canggih, teknologi computer mampu membantu melestarikan

Batik. Salah satunya adalah dengam pengembangan penciptaan motif batik. Jika metode

penciptaan motif batik adalah dengan menggunakan pensil dan kertas. Kini, metode penciptaan

motif batik dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan berbagai software dengan

beragam.

Memang terdengar awam bagi perajin batik untuk menyatukan seni batik dengan

teknologi. Namun ternyata kolaborasi ini mampu membantu meringankan padaa proses

pengulangan motif pada batik tulis khususnya. Motif batik yang geometris pasti memerlukan

pengulangan yang lumayan memakan waktu lama apabila dikerjakan menggunakan pensil.

Dengan adanya software computer motif batik yang dihasilkan kemudian diapilkasikan di atas

kain dengan cara tradisional baik itu canting maupun cap.

Motif batik dapat dimodelkan dan didesain dengan menggunakan berbagai software

yang ada, salah satunya menggunakan software AnSeries. Dari hasil observasi yang peneliti

lakukan, software ini lebih sederhana dan ringan. Namun, software AnSeries belum begitu

terdengar luas di telinga para perajin batik.

Sumber ide yang diambil oleh peneliti adalah bunga krisan. Bunga krisan memiliki

bentuk yang cukup mudah untuk divisualisasikan sebagai salah satu motif batik dan warnanya

yang beragam. Motif batik yang dikembangkan dengan menggunakan software AnSeries

harapannya dapat dikombinasikan dengan proses tradisional.

Anda mungkin juga menyukai