Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENYULUHAN

B.INDONESIA

OLEH :
SALMA NURHALIZA
2210517120002

PROGAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Salma Nurhaliza Mahasiswa prodi Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, universitas Lambung Mangkurat dengan nomor induk
2210517120002, pertama² saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman sekalian
yg sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan penyuluhan saya,
penyuluhan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari bapak Isnu Wahyono
selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, okeh kali ini saya akan
menjelaskan 2 materi yaitu :
1. Apasih Proteksi Tanaman itu?
2. Bagaimana cara membasmi hama dengan cara gropyokan?

Baiklah Pertama saya akan menjelaskan apasih Proteksi Tanaman itu :

Indonesia adalah negara agraris yang mengutamakan hidup dari hasil pertanian,
namun sektor agraria kita cenderung tertinggal karena jumlah ahli di bidang
penyakit tanaman atau dokter tanaman masih belum tercukupi. Akibatnya banyak
sekali tanaman terserang penyakit dan hama yang menyebabkan gagalnya panen
dan kerugian. Jurusan proteksi tanaman sering disebut dengan ilmu hama dan
penyakit tumbuhan di beberapa PTN yang ada di Indonesia jadi keduanya sama-
sama mempelajari tentang pengamanan produksi pertanian melalui manajemen
kesehatan tanaman. Jurusan ini berfokus pada pengelolaan hama untuk
mengkonservasi lingkungan dan manajemen sumber daya hayati dalam rangka
memelihara keseimbangan ekosistem, selain itu kamu juga akan dituntut untuk
memahami jenis-jenis hama tanaman, mengetahui nama latinnya, jenis dan gejala
penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus dan bagaimana cara
pengendaliannya. Mata kuliah yang dipelajari di jurusan Proteksi Tanaman seperti
Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, Manajemen, Statistika, Sosiologi Pertanian,
Ekonomi Pertanian, Biokimia, Manajemen Usaha Pertanian, Ilmu Gulma,
Pemupukan, Kesuburan dan Kesehatan Tanah, Patogen Tumbuhan, Identifikasi
Hama Tanaman, Ekologi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Budidaya Tanaman
Tahunan, Budidaya Tanaman Semusim, Pengelolaan Hama dan Penyakit
Tanaman, Pengelolaan Hama dan Penyakit Pasca Panen, Agroklimatologi,
Mikrobiologi Pertanian, Vertebrata Hama, Biokimia Tanaman,
Patogen Tular Tanah, Pestisida dan Teknik Aplikasi, Ilmu Penyakit Tumbuhan,
Karantina Pertanian, Kebijakan Perlindungan Tanaman, Sistem Peramalan Hama,
dan Klinik Tanaman.
Mahasiswa jurusan Proteksi Tanaman dilatih untuk mengkonsep suatu
rekomendasi dalam memecahkan berbagai masalah hama dan penyakit tanaman,
serta mendesain dasar sebuah penelitian terapan dalam bidang Proteksi Tanaman.
Lulusan jurusan Proteksi Tanaman mempunyai prospek kerja yang sangat luas
setelah lulus kamu bisa bekerja di perusahaan negeri atau swasta sebagai
pengusaha pestisida atau botanis peneliti tanah dan tumbuhan manager ilmu alam
spesialis konservasi alam perencanaan restoran di lingkungan dan konsultan
lingkungan.

nah, lanjut ke pertanyaan kedua :


Keadaan ketahanan pangan nasional berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik Indonesia. Padi merupakan salah satu komoditi di Indonesia
yang masih banyak digeluti oleh jutaan petani. Ketergantungan rakyat Indonesia
pada petani padi sampai saat ini masih tinggi walaupun diversifikasi pangan lokal
lain seperti singkong, sagu, ubi dan lain-lainnya sudah mulai digalakkan.
Masyarakat Indonesia masih menganggap beras merupakan makanan pokok utama
yang memiliki gengsi tinggi dibandingkan makanan pokok lain seperti talas,
singkong, dan ubi jalar.
Salah satu unsur penting dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional
adalah dengan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Peningkatan indeks
pertanaman padi seperti yang biasa dilakukan oleh petani yaitu 3 kali dalam
setahun dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi namun terkadang
menimbulkan permasalahan lain yaitu meningkatnya populasi hama seperti tikus
sawah. Keengganan petani melakukan sistem tanam serempak juga menyebabkan
hama tikus meningkat.
Tikus sawah ( Rattus argentiveenter) merupakan hama utama tanaman padi dengan
efek kerusakan yang dapat terjadi mulai dari fase persemaian, fase generatif hingga
fase penyimpanan di gudang, dengan kerusakan kuantitatif yaitu penurunan bobot
produksi akibat dikonsumsi tikus hingga kualitas kerusakan yaitu adanya
kontaminasi kotoran maupun mikroorganisme lainnya yang terbawa oleh tikus.
Rata-rata tingkat kerusakan tanaman padi akibat serangan hama tikus ini mencapai
20-50% per tahun. Pengendalian hama ini relatif lebih sulit karena sifat biologi dan
ekologinya yaitu tubuhnya yang fleksibel, mudah beradaptasi, mudah
berkembangbiak dengan sifat prolifik yaitu beranak lebih dari 5 ekor dengan waktu
kebuntingan yang singkat yaitu 21-24 hari serta memiliki tempat persembunyian
yang sulit dijangkau manusia. Selain menjadi penyebab kerusakan dan penurunan
produktivitas tanaman padi, hama tikus juga berpotensi menjadi agen penularan
beberapa penyakit ke manusia seperti penyakit.
Hama tikus selalu menimbulkan masalah karena pengendalian yang tergolong
keterlambatan. Petani biasanya mulai mengendalikan atau membasmi setelah
terjadinya serangan. Selain itu, ledakan populasi tidak dapat diantisipasi
sebelumnya karena monitoring yang lemah sehingga menyebabkan kerugian yang
besar. Tak jarang juga pengendalian dilakukan terbatas, tidak berkelanjutan, dan
terkadang terjadi ketidak kompakan antar petani serta masih melekatnya mitos
kedaerahan. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengendalian hama tikus sawah
perlu dilakukan pada awal musim tanam secara intensif dan berkelanjutan sebelum
tikus berkembangbiak. Fase generatif yaitu pada masa tanaman padi bunting
merupakan fase awal pemicu perkembangbiakan tikus. Saat padi bunting, tikus
akan memakan dan merusak titik tumbuh atau memotong pangkal batang serta
memakan bulir gabah bahkan terkadang rumpun padi bisa habis dikonsumsi. Pada
fase padi bunting, tanaman padi mengeluarkan aroma tertentu dan bulir padi belum
mengalami proses pengerasan fisik pada bagian kulit sehingga lebih mudah untuk
dikonsumsi, selain itu kandungan karbohidrat yang ada pada padi pada masa
transisi dari substansi cairan ke bentuk padat, cenderung lebih disukai oleh tikus.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari yang
murah hingga yang mahal. Beberapa langkah yang dapat dilakukan diantaranya
dengan pengasapan atau pengemposan dengan alat alfostran yang merupakan alat
peledak berbentuk corong yang ditutup diisi dengan belerang atau solfatara,
pembuatan rumah burung hantu sebagai hewan pemangsa tikus sawah,
penggropyokan dengan melakukan kegiatan gotong royong petani dalam
memberantas tikus dan menggunakan umpan beracun atau perangkap tikus.
Penggendalian tikus sawah dengan menggunakan racun atau pengemposan dinilai
kurang diminati masyarakat karena biaya yang dikeluarkan cenderung lebih mahal
dibandingkan dengan penggropyokan. Kegiatan gropyokan tikus selain memiliki
tujuan utama dalam membasmi hama tikus juga memiliki kebermanfaatan lain.
Kearifan lokal ini mengolah sikap gotong royong antar para petani dan sebagai
ajang silaturahmi. Kegiatan ini memang tergolong tradisional dan kuno namun
seringkali lebih bersifat efektif, sederhana, murah serta ramah lingkungan.
Pelaksanaan kegiatan gropyokan oleh para petani dilakukan dengan menggunakan
alat-alat yang sederhana seperti kayu, cangkul, besi, ember, dan lainnya tanpa
menggunakan senyawa kimia seperti pestisida. Kegiatan ini sangat mengandalkan
kekompakan dari para petani. Untuk itu, dapat diartikan bahwa pengendalian tikus
sawah dengan kearifan lokal dapat dilakukan dengan kegiatan gropyokan tikus
untuk mengendalikan dampak serangan hama tikus sehingga produktivitas
tanaman padi dapat meningkat serta menghindarkan petani maupun masyarakat
sekitar persawahan dari tertular penyakit yang dibawa oleh tikus. Melalui kegiatan
ini, pantulan kearifan budaya lokal tradisional yang murah, mudah, sederhana,
ramah lingkungan dan mempererat silaturahim antar para petani.

Nah, bagaimana sih kita melakukan penggropyokan, disini saya akan menjelaskan
2 cara, yaitu :
Cara pertama :
Pelaksanaan Gropyokan tikus pada prinsipnya dilakukan dengan cara
pembongkaran lubang aktif. Lubang aktif hanya terlibat sebagai bulatan
berdiameter 6-8 cm, padahal didalam lubang tanah tersebut terdapat lorong yang
panjang dengan percabangan dan ruangan membesar untuk melahirkan dan
menepatkan anak-anaknya saat induk melahirkan. Karena Lubang tikus memiliki
2-3 lubang masuk/untuk melarikan diri pada lubang aktif, maka pastikan lubang
lainnya sudah tertutup terlebih dahulu sebelum pembongkaran lubang aktif.
Sehingga saat tikus keluar dari lubang aktif langsung dapat diburu dan dibasmi
secara langsung dengan cara dipukul menggunakan alat yang telah disiapkan.
Dengan adanya pengendalian hama tikus ini juga diharapkan akan menekan
populasi tikus dimasa tanam mendatang, dengan asumsi terbunuhnya 2 ekor tikus
akan menghilangkan 2000 ekor tikus dalam kurun waktu satu tahun kedepan,
dengan perhitungan sepasang tikus beranak 8 – 12 ekor setiap bulan dan umur
reproduksi tikus sangat singkat,tikus siap kawin setelah berusia 35 hari dengan
masa bunting 21 hari dan akan kawin lagi 2 hari setelah melahirkan, karena itu
populasi tikus sangat cepat sekali berkembang, sehingga diharapkan petani /
kelompok tani kompak melakukan pengendalian hama tikus secara rutin.
cara kedua:
Adapun langkah yang ditempuh dalam upaya gropyokan tikus ini, terlebih dahulu
para petani mencari lubang sarang tikus. Kemudian menaburkan bahan yang terdiri
dari beras aking dan obat tikus. Caranya mencampur 50 kg beras aking dengan 50
kg obat tikus. Sebelumnya beras aking direndam semalaman kemudian paginya
dicampur dengan obat tikus. Petani menaburkan campuran bahan-bahan tadi di
lubang-lubang yang diperkirakan sebagai sarang tikus kemudian menutupinya
dengan kulit padi/sekam. Dengan cara ini otomatis tikus akan mati dengan
sendirinya karena memakan beras aking yang dicampur dengan obat tikus. Kunci
keberhasilan dari pengendalian tikus ini adalah bagaimana cara menggerakkan
kekompakan para petani. Kalau dilakukan sendiri-sendiri sama saja hasilnya
karena jangkauan habitat tikus ini cukup luas,

PERTANYAAN :
1. Dimateri tadi, anda menyebutkan bahwa tikus berpotensi menjadi penyakit,
nah kalau boleh tau penyakit yang disebabkan oleh tikus ini apa saja sih?
2. Patogen tular tanah itu apa yah ?
3. Penyebab timbulnya sarang atau lubang tikus karena apa?
Jawaban :
1. a. Hantavirus Pulnomary Syndrome ( Gangguan Pernapasan )
b. Hemorrhagic fever with renal syndrome, yang bisa menyebabkan
tekanan darah rendah, syok akut, hingga gagal ginjal akut.
c. Penyakit Pes, yang bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening, dan juga bisa menyerang paru-paru.
d. Lymphocytic chorio-meningtis, menyebabkan peradangan pada
sumsung tulang belakang.
e. Rat bite fever, disebabkan oleh gigitan tikus, apabila menjadi penyakit
bisa berbahaya atau fatal.
f. Leptospirosis, kemungkina terjadi, apabila seseorang memiliki infeksi
terjadi saat luka terbuka yang belum sembuh, tidak sengaja bersentuhan atau
terkena perantara, misalnya air atau tanah yang sudah tercemar oleh urine
tikus. Penyakitnya ini tidak boleh disepelekan Karen bisa menyebabkan
meningritis (radang selaput otak), kerusakan ginjal, gangguan pernapasan,
hingga kematian apabila tidak segera ditangani.
2. Patogen tular tanah adalah kelompok mikroorganisme yang sebagian siklus
hidupnya berada di dalam tanah dan mempunyai kemampuan untuk
menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada tanaman.

3. a. Tanaman tidak serempak, sehingga tikus selalu tersedia.


b. Kondisi areal perkebunan yang tidak bersih.
c. Populasi musuh alami terus berkurang.

Sebagai penutupan, izinkan saya untuk menyampaikan satu pantun sebelum


mengakhiri penyuluhan ini. Nasi goreng rasanya gurih, dimakan di Kota Batu.
Kuucapkan terima kasih, atas semua kasih dan perhatianmu. Saya ucapkan terima
kasih atas antusiasnya. Semoga penyuluhan ini bermanfaat. Wassalamualaikum
wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai