Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR

HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN


Hama Pasca Panen Komoditas Jagung

Oleh :
Khasnaul Azka
Putra Andhika Rusadi
C. Kinanti Werdiningtyas
Ella Auliya Nurul Baity
Novia Yudhini

A1L013118
A1L013125
A1L013172
A1L013175
A1L013177

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanaman memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.


Tanaman di budidayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak semua
tanaman dapat tumbuh dengan sendirinya, oleh sebab itu tanaman perlu di budidayakan.
Dalam pembudidayaan tanaman terdapat banyak kendala yang dapat ditemui oleh para
pembudidaya kendala tersebut berupa hama serta penyakit tanaman. Tanaman tidak
selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tanaman mengalami gangguan oleh
binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama
karena mereka mengganggu tanaman dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,
wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi
hama tanaman.
Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur
disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi mereka
merusak tanaman dengan mengganggu proses proses dalam tubuh tanaman sehingga
mematikan tanaman. Oleh karena itu, tanaman yang terserang penyakit, umumnya,
bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat
menyebabkan kematian.
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di
seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. Jagung
tersebar di Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika
sekitar abad ke-16 dan orang-orang Portugal menyebarluaskan jagung ke Asia termasuk
ke Indonesia. Daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah Jawa

Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Jagung memiliki nilai ekonomi yang cukup penting di Indonesia karena
merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Jagung dikonsumsi sebagai salah satu
bahan makanan pokok karena mengandung banyak gizi yang dibutuhkan manusia
seperti protein, karbohidrat, lemak dan berbagai macam mineral, dan vitamin.
Hama dan Penyakit merupakan kendala utama dalam budidaya jagung. Banyak
jenis hama dan penyakit dilaporkan pada tanaman jagung, namn ada beberapa yang
menjadi hama dan penyakit utama, yaitu yang dapat menimbulkan kerusakan secara
ekonomis. Beberapa hama utama pada jagung yaitu lalat bibit, ulat grayak, penggerek
tongkol, penggerek batang, belalang, kutu daun, kumbang bubuk. Sedangkan penyakit
utama pada jagung yaitu penyakit bulai, karat daun, bercak daun, hawar daun, hawar
upih, busuk batang, busuk tongkol/biji dan virus mosaic. Untuk membasmi hama dan
penyakit, sering kali manusia menggunakan obat obatan anti hama. Pestisida yang
digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai ekonomi dan sosial dari komoditas jagung ?
2. Bagaimana teknik penyimpanan pasca panen komoditas jagung?
3. Bagaimana biologi dan morfologi hama gudang pada komoditas jagung?
4. Apakah kendala dari peningkatan produksi, kerusakan, dan hama gudang pada
komoditas jagung?
5. Bagaimana pencegahan serta pengendalian hama gudang komoditas jagung?

II.

PEMBAHASAN

1. Nilai Sosial dan Ekonomi Tanaman Jagung


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia
dan memiliki kedudukan yang sangat strategis setelah beras. Dalam perspektif ekonomi
modern, jagung tidak hanya berfungsi sebagai bahan pangan, tetapi juga merupakan
bahan baku utama bagi industri makanan dan pakan ternak (produk jagung). Secara
tekno-ekonomis, rendahnya pendapatan petani juga berkaitan dengan minimnya hasil
usaha tani yang terjual. Hingga kini, petani jagung hanya menjual produk dalam bentuk
biji jagung. Sementara, bagian-bagian jagung lainnya seperti batang dan daun, tongkol,
dan kelobotnya yang riil memiliki banyak manfaat belum terpasarkan (belum
ekonomis). Selama ini, bagian produk jagung selain biji jagung hanya di lirik sebagai
bahan ikutan (tidak ekonomis). Oleh sebagian petani, bahan-bahan tersebut hanya di
jadikan kayu bakar atau pakan ternak. Padahal secara kuantitatif, volume bahan-bahan
yang belum termanfaatkan tersebut jauh lebih banyak. Secara spesifik, biji jagung,
tongkol jagung, dan batang pohon jagung juga dapat diolah menjadi bebagai produk
jagung.
Pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan
jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
setelah padi dalam sub sektor tanaman pangan. Hampir seluruh bagian dari tanaman
jagung

mempunyai

potensi nilai

ekonomis.

Buah

jagung

pipilan,

sebagai

produk utamanya merupakan bahan baku utama (50%) industri pakan, selain dapat
dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot,
tongkolnya dapat dipakai sebagai pakan ternak dan pemanfaatannya lainnya. Demikian
juga halnya dengan bagian lainnya jika dikelola dengan baik berpotensi mempunyai

nilai ekonomi yang cukup menarik. Dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih
terbuka lebar, mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum
mampu secara baik memenuhi kebutuhannya, yaitu baru sekitar 90%.
Meningkatnya permintaan jagung dunia terutama dari negara-negara Asia akibat
berkembang pesatnya industri peternakan di Negara tersebut dan relatif tipisnya pasar
jagung dunia (13% dari total produksi jagung dunia) menunjukkan bahwa pasar jagung
dunia sangat terbuka lebar bagi para ekspotir baru. Negara pesaing utama Indonesia
dalam merebut pasar ekspor adalah Amerika Serikat dan Argentina.
2. Teknik Penyimpanan
Mutu jagung sampai saat ini di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi
persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya
butir rusak. Pada waktu panen produksi jagung melimpah sehingga harganya murah,
sedangkan pada waktu paceklik harganya menjadi mahal. Oleh karena itu, penyimpanan
sangat diperlukan untuk mengatasi kelebihan produksi pada musim panen raya untuk
dimanfaatkan pada saat paceklik. Para petani menjual jagung hasil panennya karena
mereka mangalami kesulitan menyimpan jagung pipil untuk waktu lama. Selama
penyimpanan jagung pipil, terjadi kehilangan sekitar 9,620,2% karena serangan
serangga tikus dan jamur. Jagung pipil berkadar air 9,6% yang disimpan dalam karung
goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan dengan kerusakan 10,34% dan bila disimpan
selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai 34,01%. Beberapa usaha untuk mencari
teknik penyimpanan dan perawatan jagung pipil terus dilakukan.
Penyimpanan jagung yang perlu diperhatikan adalah kadar air 1-2% dibawah
kadar air seimbang dengan kelembaban maksimum 80%. Usahakan wadah dapat
mempertahankan bahan tetap kering dan dingin serta dapat melindungi terhadap

serangan serangga dan tikus. Biji jagung yang disimpan harus benar-benar bersih dan
mulus, hal ini dapat dilihat dari hasil sortasi bijinya, seperti yang telah disebutkan
diatas. Permasalahan yang dihadapi petani jagung salah satunya adalah proses
penyimpanan. Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi
kualitas jagung sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan. Upaya
untuk mempertahankan kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan
dapat ditempuh dengan menggunakan kabon disulfida (CS2), penyimpanan diatas parapara, penyimpanan dengan karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen,
sedangkan untuk penyimpanan benih jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol
dan wadah dari logam.
3. Biologi dan Morfologi Hama Gudang
1 Ahasverus sp.

Gambar Ahasverus sp.


(Sumber Jurnal Rahman, Muskina Dj, dkk)

Taksonomi
Serangga ini diklasifikasikan ke dalam phylum Arthropoda, Sub-phyllum

Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili


Cucujidae, Genus Ahasverus.
b Biologi
Imago berwarna coklat kemerah-merahan dan berukuran panjang kira-kira
2 3 mm. Kedua tepi anterior dari protoraks terdapat tonjolan seperti gigi. Antena

terdiri dari 11 ruas dengan bentuk gada dan memiliki tarsi 5 ruas. Hama ini
ditemukan pada setiap lokasi sampel dengan ratarata populasi 7,45 individu..
Hama minor dan pemakan cendawan pada serealia dan serealia olahan terutama
pada daerah yang hangat dan lembab.
c

Siklus hidup
Siklus hidup 17-23 hari, kondisi optimum temperatur 27 oC, RH 75%.
Telur: diletakkan secara acak. Larva: bergerak dengan cepat, adanya jamur
membentuk kelangsungan hidup. Dewasa: berumur panjang, aktif makan dan
terbang, serta berlari cepat. Komoditas yang diserangnya: beras, tepung beras,
dedak halus, biji gandum, tepung terigu, jagung, kacang tanah, biji kakao
Hama pasca panen Ahasverus sp, meskipun tidak ditemukan pada bijian
jagung, namun hama ini dapat menyerang bijian jagung yang bercendawan.
Haines (1991) serta Syarif dan Halil (1996) menyatakan bahwa hama ahasverus
sp lebih menyukai bijian atau bahan setelah ada serangan cendawan. Dengan
demikian bahwa bijian jagung merupakan jembatan bagi hama pasca panen
lainya untuk menyerang bijian jagung, kecuali Ahaverus sp.
2

Oryzaephilus sp.

Gambar Oryzaephilus mercator


(Sumber http://bp.ub.ac.id/)

Taksonomi
Serangga ini diklasifikasikan ke dalam phylum Arthropoda, Sub-phyllum
Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili
Silvanidae, Genus Oryzaephilus.

b Biologi
Imago berwarna coklat tua kemerahan berukuran panjang kira-kira 1-2
mm dan lebar 0,5- 0,6 mm. Tubuh agak langsing dan pipih, terdapat gerigi
sebanyak 6 pasang pada masing-masing samping prothoraks. Kepala berbentuk
menyerupai segitiga, terdapat garis membujur pada elytra dan prothoraxnya.
Antenna yang berbentuk Clavate. Hama ini ditemukan di setiap lokasi sampel
dengan populasi rata-rata 11,26 Individu. Elytra menutup semua abdomen.
Perbedaan kedua spesies pada bagian belakang matanya. Merupakan hama
sekunder. O. surinamensis menyerang serealia dan produknya, sedangkan O.
mercator menyerang kacang-kacangan, juga pd buah-buahan yg dikeringkan
(dried fruit ).
c

Siklus hidup
Kebiasaan hidup kedua spesies mirip. Telur yg dihasilkan per betina 300
butir dalam waktu 10 minggu, telur menetas menjadi larva berwarna pucat dan
bentuknya silindris. Pupa terbentuk dalam cocon sutera. Larva dan imago aktif
makan, dan imago dpt hidup sampai 3 tahun. Kondisi optimum temperatur 3035 oC dan RH 70-90%Perkembangan dari telur sampai imago pd kondisi
optimum + 25 hari. Lamanya stadia telur antara 3-17 hari. Lamanya stadia larva

antara 12-15 hari, sedangkan stadia pupa 10-12 hari. kemampuan hidup serangga
dewasa 6-10 bulan namun ada yang hingga 3 tahun. Oryzaephilus surinamensis :
Serangga hidup pada suhu minimum 18 C, suhu maksimum 38 C, dan
suhu optimum 35 C, kelembaban minimum 10 %, kelembaban maksimum 90
%, kelembaban optimum 90 %.
Oryzaephilus. mercator :
Serangga hidup pada suhu minimum 18 C, suhu maksimum 38 C, dan
suhu optimum 30 C, kelembaban minimum 10 %, kelembaban maksimum 90
%, kelembaban optimum 70 %.

Gambar Oryzaephilus mercator


(Sumber http://bp.ub.ac.id/)
3

Cryptolestes sp.

Gambar Cryptolestes sp.


(Sumber http://bp.ub.ac.id/)

Taksonomi
Serangga ini diklasifikasikan ke dalam phylum Arthropoda, Sub-phyllum
Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili
Cucujidae, Genus Cryptolestes.

b Biologi
Imago berbentuk pipih berwarna coklat kemarahan dengan ukuran tubuh
panjang kira-kira 2,5 mm dan lebar 0,5 mm. Kepala berukuran hampir sama

besar dengan thorax. Memiliki antenna yang berbentuk serrate. Tarsi pada
masing-masing tungkai berjumlah 4. Hama ini ditemukan pada penampungan
jagung di semua lokasi sampel dengan rata-rata populasi sebesar 13,30
individu.Merupakan hama sekunder.
c Siklus Hidup
Siklus hidup pada kondisi optimum. yaitu temperature 33 0C dan RH
70% adalah 17 23 hari. Laju pertumbuhan maksimum populasi perbulan: 55
kali. Telur : diletakkan secara acak. Larva: bergerak bebas, tidak terkungkung.
Dewasa: berumur panjang, aktif makan, dapat terbang, berjalan cepat, mampu
memasuki makanan yang dikemas melalui celah yang kecil.
Penyebaran hama pasca panen lainya seperti Cryptoplestes sp. muncul
setelah adanya serangan hama S. zeamais pada bijian jagung. Pada jagung yang
masih utuh sulit ditemukan populasi Cryptoplestes.
Beberapa jenis parasitoid yang diketahui menyerang serangga hama gudang
diantaranya Anisopteromalus sp., Habrobracon sp., dan Braconhebetor
(Brower, 2003, Ghimire and Thomas, 2002).
4. Kendala peningkatan produksi, kerusakan, dan hama komoditasnya.
Selama penyimpanan, biji jagung dapat terserang oleh berbagai spesies
serangga hama gudang dan tikus. Ada 13 spesies serangga hama yang dapat
beradaptasi dengan baik dalam penyimpanan jagung, 10 spesies di antaranya
sebagai hama utama yang tergolong ke dalam ordo Coleoptera, sedangkan tiga
spesies masuk ke dalam ordo Lepidoptera (Granados 2000). Selain itu, sekitar
175 spesies serangga dan kutu (mites) merupakan hama minor. Kehilangan hasil
oleh jasad pengganggu di penyimpanan diperkirakan 30%. Biji rusak mencapai
100% bila disimpan selama enam bulan di daerah tropis Meksiko (Bergvinson
2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusutan bobot jagung mencapai

17% bila disimpan selama enam bulan dengan kerusakan biji 85% (Tandiabang
et al. 1996).
Kerusakan biji jagung oleh hama sering diikuti oleh organisme lain seperti
cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan kualitas biji menurun, karena
cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut aflatoksin.
Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu
hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan
kerusakan. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang dan
bertahan pada biji yang telah rusak.
Rendahnya hasil jagung disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor
fisik (iklim, jenis tanah dan lahan) dan faktor biologis (varietas, hama, penyakit
dan gulma), serta faktor sosial ekonomi. Menurut Baco dan Tandiabang (1988)
dalam Surtikanti (2011), tidak kurang dari 50 spesies serangga telah
diketemukan dapat menyerang tanaman jagung di Indonesia. Hama dan penyakit
merupakan kendala dalam peningkatan produksi jagung.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas
jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering
dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu
daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah.
5. Pencegahan dan Pengendalian Hama Gudang
a. Pengelolaan Gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan
hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Oleh karena itu pengendalian hama

di dalam gudang difokuskan pada kebersihan gudang. Higienis adalah


komponen penting dalam strategi pengendalian terpadu yang bermaksud untuk
mengeliminasi populasi serangga yang dapat terbawa pada periode penyimpanan
berikutnya. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur
gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area
gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus
dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retakretak dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida
baik pada dinding maupun plafon gudang. Semua pekerjaan ini harus
diselesaikan dua minggu sebelum penyimpanan dari hasil panen yang baru
dilakukan
b. Fumigasi
Fumigan adalah bahan kimia yang pada temperatur dan tekanan tertentu
dalam bentuk gas, yang konsentrasinya cukup untuk mengendalikan hama.
Untuk efektifnya fumigasi ini, maka wadah penyimpanan harus kedap udara.
Gudang atau wadah penyimpanan yang telah difumigasi, tidak boleh diganggu
selama paling kurang satu minggu. Fumigan yang paling banyak digunakan
yaitu metil bromid (CH3Br) dan phosphine (PH3) (Anonim 2000). Beberapa
alasan seperti kesehatan dan wadah penyimpanan yang dipunyai petani tidak
kedap udara, menyebabkan cara fumigasi ini tidak popular ditingkat petani.
c. Struktur gudang dan wadah penyimpanan
Wadah penyimpanan yang tidak memungkinkan adanya pertukaran udara
(kedap udara), seperti silo metal, kumbang bubuk tidak dapat berkembang. Jika
silo penuh dengan biji, respirasi dari serangga mengakibatkan konversi O2

menjadi CO2. Hama gudang akan mati dalam 10 hari pada silo yang tertutup
rapat (Bergvinson 2002). Pada silo kayu yang dilapisi seng, serangan kumbang
bubuk lebih rendah daripada wadah penyimpanan lain seperti karung (Baco et
al. 2000). Pada wadah kedap udara seperti aluminium foil berlapis plastik dan
jerigen plastik yang ditutup rapat dilapisi parafin serangan kumbang bubuk pada
biji jagung sangat rendah. Pada gudang biasa yang terdiri dari bangunan tembok
atau kayu, serangan kumbang bubuk sangat tergantung dari wadah yang
digunakan, tetapi pada gudang tertutup yang dapat diatur temperatur dan
kelembaban, serangan kumbang bubuk dapat dieliminir.

CARA-CARA PENGENDALIAN HAMA GUDANG


1.

Preventif (mencegah terjadinya serangan)

2.

Fisik-mekanik

3.

Cara hayati

4.

Cara kimiawi

a. Preventif
Mencegah datangnya hama lebih mudah daripada membasmi atau mengeliminasi
serangga yang sudah masuk
1. Membuat konstruksi kedap serangga: bangunan dari beton atau logam lebih
baik daripada kayu
2. Sanitasi gudang: ceceran bahan simpanan di lantai harus dibersihkan sebelum
dilakukan penyimpanan selanjutnya, celah-celah atau retakan pada lantai,
dinding, dsb. harus ditutup (sealed)

3. Tidak menyimpan alat pertanian, seperti alat pemanenan di ruang penyimpanan


karena biji-biji yang tertinggal dapat menjadi sumber infestasi
4. Jangan memakai karung bekas yang belum didisinfestasi untuk menyimpan
5. Menggunakan wadah yang tidak mudah dimasuki oleh serangga
6. Jangan menyimpan wadah bekas di ruang penyimpanan
7. Menggunakan protektan untuk melindungi bahan simpanan (khusus untuk
penyimpanan benih) seperti abu sekam dan serbuk tanaman yang diketahui
mengandung insektisida
8. Menyimpan bahan dalam bentuk yang lebih resisten, misal yang masih
dilengkapi dengan polong, terutama kacang tanah

b. Cara Fisik/Mekanik
1.

Manipulasi lingkungan fisik untuk menekan pertumbuhan populasi hama

2.

Faktor fisik yang dimanipulasi adalah: temperatur, kelembapan relatif,


kadar air, tempat penyimpanan (silo, elevator, karung, wadah lain), memberi
tekanan pada bahan simpan (kompresi), dan iradiasi

3.

Prinsip utama pelaksanaan penyimpanan: jagalah bahan simpanan tetap


dingin dan kering

DAFTAR PUSTAKA

Brower, J. 2003. Stored Product Management. Oklahoma Cooperative Extension


Service Division of Agricultural Sciences and Natural Resources Oklahoma
StateUniversity.
Fitria, Y., F. Farhanny., M. Bakhrir., B. Andrixinata., dan F.A.N. Sidig. 2009. Preferensi
Makan dan Berkembang biak Serangga Hama Gudang. Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
Ghimire, M. N and W.P. Thomas. 2002. Host Suitability of Various Stored Product
Insects for Two Strains of the Parasitoid Anisopteromalus calandrae
(Hymenoptera: Pteromalidae). Oklahoma State University, Entomology and
Plant Pathology, 127 Noble Research Center, Oklahoma State University,
Stillwater, OK.
Haines, C. P. 1991. Insect and arachinids of tropical stored product their biology and
identification. Natural resource institue, central avenue chatam maritime kent
mey 4 TB. United kingdom.
Harahap, L. H. 2003. Mengenal Lingkungan dan Perkembangan Hama Pascapanen.
Balai Besar Karantina Pertanian Belawan.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated byP.A
Van der Laan. P.T. Ichtiar Baru van Hoove, Jakarta.
Mangoendihardjo, S. 1978. Hama Hama Hasil Tanaman Pertanian di Indonesia Jilid
III. Yayasan Pembina Fakultas PertanianUniversitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Rahman, Muskina Dj, dkk. 2012. Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo
Provinsi Gorontalo. Eugenia Volume 18 No. 3
Ridwan, M. 2009. Pengenalan Serangga Hama Gudang. Program Sudi Agroteknologi,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Tadulako.

Rimbing, S.C. 2015. Keanekaragaman Jenis Serangga Hama Pasca Panen Pada
Beberapa Makanan Ternak Di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Zootek
(Zootek Journal ) Vol. 35 No. 1 : 164 177
Saenong, M. S dan A. Hipi. 2005. Hasil-hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang
Bubuk Sitophilus zeamais Motch (Coleoptera; Curculionida) pada Tanaman
Jagung.
Sembel, D.T., F. Kaseger, dan D.S. Kandowangko. 1992. Diktat Hama-Hama
Pascapanen Hasil Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. UNSRAT.
Manado.
Surtikanti. 2011.Hama Dan Penyakit Penting Tanaman Jagung Dan Pengendaliannya.
Seminar Nasional Serealia 2011.
Tandiabang, J., A. Tenrirawe dan Surtikanti. 2009. Pengelolaan Hama Pasca Panen
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Wulan P, Tri Utami. 2011. Kualitas Sensoris dan Penghambatan Kontaminasi Insekta
Beras Organik Mentikwangi dengan Berbagai Jenis Pengemas Selama
Penyimpanan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai