Disusun oleh :
NIM : 22/493309/PN/17644
Golongan : B5
FAKULTAS PERTANIAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap anakan tanaman diharapkan dapat menghasilkan sifat-sifat yang baik dari
induknya melalui persilagan. Persilangan merupakan proses berpindahnya serbuk sari
dari kepala sari jantan ke kepala putik bunga betina (Khalifa et al., 2021). Penyerbukan
dalam persilangan dapat dilakukan dengan du acara yaitu penyerbukan sendiri (self-
pollination crop) dan penyerbukan silang (cross-pollination crop) (Khalifa et al., 2021).
Persilangan dilakukan pada bunga yang mekar pada tanaman yang memiliki benang
sari dan putik. Persilangan memiliki berbagati tujuan yang dapat membantu untuk
pemuliaan tanaman.
Persilangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sifat-sifat yang baik dari
induk tanaman. Persilangan tanaman juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
pada tanaman dan meningkatkan kualitas suatu tanaman (Marzinzig et al., 2018).
Persilangan dapat menjaga keseimbangan alami ekosistem (Khalifa et al., 2021).
Persilangan tanaman dapat dilakukan sebagai dasar atau tahap awal proses seleksi
dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Seleksi pada tanaman diperlukan untuk memilih
kualitas tanaman yang paling bagus untuk bahan pemuliaan tanaman. Oleh karena itu,
diperlukan adanya praktikum acara ini untuk melakukan persilangan pada tanaman.
I.2. Tujuan
PELAKSANAAN
Persilangan adalah suatu cara untuk menciptakan variasi genetik baru (Yuniastin et
al., 2018). Secara teknis, persilangan melibatkan transfer serbuk sari dari bunga jantan ke
kepala putik bunga betina, baik pada tanaman yang dapat menyerbuk sendiri (self-
pollination crop) maupun pada tanaman yang membutuhkan penyerbukan silang (cross-
pollination crop) (Yuniastin et al., 2018). Persilangan antarspesies bisa berhasil atau tidak
berhasil. Tingkat keberhasilan persilangan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
faktor genetik dan lingkungan. Manfaat dari dilakukannya persilangan yaitu dapat
meningkatkan kemungkinan tanaman melakukan pembuahan sendiri, meningkatkan
produktivitas pada tanaman, pembentukan biji yang sesuai dengan sifat yang diinginkan,
dan juga dapat meningkatkan kualitas suatu tanaman (Marzinzig et al., 2018).
Tipe penyerbukan pada tanaman ada dua macam yaitu penyerbukan sendiri (self-
pollination crop) dan penyerbukan silang (cross-pollination crop) (Khalifa et al., 2021).
Penyerbukan sendiri (self-pollination crop) terjadi ketika serbuk sari dari benang sari
(stamen) bunga jatuh atau mencapai kepala putik (pistil) pada bunga yang sama. Tanaman
yang melakukan penyerbukan sendiri memiliki bunga yang memiliki kedua organ reproduksi,
yaitu benang sari dan kepala putik, dalam satu bunga atau pada bunga yang berbeda pada
tanaman yang sama (Khalifa et al., 2021). Penyerbukan silang terjadi ketika serbuk sari dari
benang sari bunga pada tanaman satu diserahkan atau dibawa ke kepala putik bunga pada
tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini melibatkan transfer serbuk sari antara individu
tanaman yang berbeda. Beberapa tanaman membutuhkan bantuan serangga, angin, atau
faktor lainnya untuk mengalirkan serbuk sari ke tanaman lain (Khalifa et al., 2021).
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi jatuhnya serbuk sari ke kepala putik, penyerbukan
dibedakan menjadi penyerbukan air, penyerbukan air, dan penyerbukan hewan.
Penyerbukan air, dikenal sebagai hidrogami merupakan proses jatuhnya serbuk sari ke
kepala putik yang dibantu oleh air (Susilowati & Sunarto, 2020). Contohnya dapat dilihat
pada tanaman seperti Hydrilla. Penyerbukan angin, atau anemogami, adalah proses
jatuhnya serbuk sari ke kepala putik yang dibantu oleh angin (Susilowati & Sunarto, 2020).
Penyerbukan ini umumnya terjadi pada bunga dengan ciri-ciri seperti mahkota bunga yang
kecil dan tidak mencolok, bunga yang ringan, benang sari yang tergantung dan mudah
tergoyang oleh angin, kepala putik yang terentang dan berbulu untuk menangkap serbuk
sari, serta tangkai bunga yang panjang dan tidak memiliki kelenjar madu. Contohnya dapat
ditemui pada rumput-rumputan, jagung, dan padi. Penyerbukan hewan, atau zoidiogami
merupakan jatuhnya serbuk sari ke kepala putik yang dibantu oleh hewan (Susilowati &
Sunarto, 2020). Proses penyerbukan ini terjadi pada bunga yang memiliki karakteristik
seperti ukuran bunga yang besar, mahkota bunga yang berwarna mencolok dan beraroma
khas, adanya kelenjar madu, serta serbuk sari yang lengket. Contoh tanaman yang
mengalami penyerbukan jenis ini termasuk tanaman jambu, jeruk, pepaya, dan kacang.
Penyerbukan melon (Cucumis melo L.) dapat terjadi secara alami dan buatan.
Penyerbukan melon secara alami terjadi melalui bantuan serangga penyerbuk dan angin.
Namun, ketika melon ditanam di dalam greenhouse, penyerbukan alami jarang terjadi. Oleh
karena itu, diperlukan penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari
antara pukul 06.30 hingga 10.00 ketika bunga betina melon sedang dalam tahap mekar
sempurna yang ditandai dengan warna kuning cerah (Supriyanta et al., 2021). Tahapan
persilangan yang dilakukan yaitu bunga betina yang telah ditutupi dan mekar sepenuhnya
dipilih. Bunga jantan yang digunakan harus segar dengan serbuk sari yang diambil pada
hari yang sama. Persilangan dilakukan dengan mengoleskan serbuk sari yang segar secara
langsung ke kepala putik bunga betina (Mardiana et al., 2022). Bunga jantan tumbuh dalam
kelompok di hampir setiap ketiak daun, sementara bunga betina dan hermaprodit tumbuh
sendiri dengan tangkai pendek yang gemuk, dan bakal buah berada di bawah mahkota
bunga yang tumbuh pada ketiak daun yang berbeda (Supriyanta et al., 2021).
Dalam usaha pemuliaan tanaman maka persilangan tanaman melon (Cucumis melo
L.) digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian dan mengembangkan varietas yang
superior dengan sifat-sifat yang diinginkan melalui persilangan tanaman (Yuniastin et al.,
2018). Tujuan tersebut juga termasuk peningkatan kualitas hasil produksi kedua tanaman
tersebut, yang dapat dicapai dengan menggabungkan sifat-sifat unggul dari masing-masing
tanaman tersebut untuk menciptakan varietas baru yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian Badriyah dan Amzeri (2022) menyatakan bahwa persilangan
tanaman melon dilakukan untuk mendapatkan data berbagai keragaman genetik. Data ini
akan digunakan untuk proses seleksi untuk memilih varietas tanaman yang terbaik.
Persilangan tanaman melon secara buatan dikatakan berhasil apabila menghasilkan bakal
buah pada tanaman melon. Selanjutnya, bakal buah akan berkembang menjadi buah melon
yang dapat dihitung data kuantitatifnya seperti diameter buah, tebal daging buah, panjang
buah, jumlah biji, bobot buah, luas daun, dan kadar gula dalam persilangan. Hal ini
dilakukan untuk menentukan apakah persilangan yang dilakukan sudah mewariskan sifat-
sifat yang diinginkan. Heritabilitas suatu sifat adalah persentase variabilitas genetik terhadap
total variabilitas genetik ditambah dengan variabilitas lingkungan, atau bisa disebut sebagai
persentase variabilitas fenotip untuk suatu sifat. Heritabilitas memberikan gambaran tentang
sejauh mana suatu sifat dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor non-genetik
(lingkungan). Heritabilitas yang tinggi sangat penting dalam meningkatkan efektivitas
seleksi. Pada sifat dengan heritabilitas tinggi, seleksi akan berjalan lebih efektif karena
pengaruh lingkungan yang kecil, sehingga faktor genetik menjadi dominan dalam
penampilan fenotip tanaman. Namun, pada sifat dengan heritabilitas rendah, seleksi
cenderung kurang efektif karena penampilan fenotip tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor
lingkungan daripada faktor genetiknya.
BAB III
Persilangan tanaman melon (Cucumis melo L.) yang telah dilakukan dapat
dinyatakan berhasil. Persilangan tanaman dinyatakan berhasil apabila muncul bakal buah
pada tanaman. Pembuahan dilakukan selama dua sampai empat minggu sehingga dapat
menghasilkan bakal buah. Hasil persilangan yang dilakukan dapat digunakan untuk
mendapatkan anakan baru dengan sifat-sifat yang diinginkan dan menghasilkan buah yang
dapat lebih baik dari induknya. Setelah buah matang dan biji telah terbentuk, biji melon
dapat diambil dan ditanam untuk menghasilkan bibit melon yang baru.
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
IV.2. Saran
Badriyah, dan A. Amzeri. 2022. Pewarisan karakter kuantitatif persilangan tanaman melon.
Rekayasa: Jornal of Science and Technology. 15(2): 233-241.
Mardiana Y., Sumarji, dan K. Sandy. 2022. Respon persilangan interspesifik pada tanaman
famili cucurbitaceae. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia. 7(2): 111-117.
Marzinzig, B., L. Brunjes, S. Biagioni, H. Behling, W. Link, dan C. Westphal. 2018. Bee
pollinators of faba bean (Vicia faba L.) differ in their foraging behaviour and
pollination efficiency. Elsevier: Agriculture, Ecosystems and Environment. 264: 24-33.
Permana, R. S. 2020. Produksi benih pare: produksi benih. Restu Sigit Permana.
Susilowati, E., dan W. Sunarto. 2020. Pewarisan sifat pada tumbuhan. Penerbit Alprin:
Semarang.
Yuniastin, B. W., L. Ujianto, dan Mulyati. 2018. Kajian tingkat keberhasilan persilangan
antara melon (Cucumis melo L.) dengan blewah (Cucumis melo var cantalupensis).
Crop Agro: Jurnal Ilmiah Budidaya. 11(1): 33-39.
LAMPIRAN