Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME

PERAKITAN KULTIVAR HIBRIDA

Mata kuliah : APLIKASI TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN


KONVENSIONAL
Dosen : Farida Damayanti, SP., M.Sc., Ph.D.

OLEH :
SYAMSINAR BAKRI
NPM : 150104230028

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOPRENEUR
2023
1.1 PERAKITAN KULTIAR HIBRIDA

Perakitan kultivar hibrida mengacu pada proses pembuatan varietas hibrida tanaman
melalui persilangan atau hibridisasi. Proses ini merupakan langkah dalam pemuliaan tanaman
untuk memperluas keragaman genetik dan mendapatkan genotipe unggul1
Varietas hibrida dibuat dengan cara menyilangkan dua atau lebih populasi dengan latar
belakang genetik yang berbeda, sehingga menghasilkan keturunan langsung (generasi F1)
yang memiliki sifat heterosis atau vigor hibrida. Heterosis membuat varietas hibrida memiliki
vigor pertumbuhan yang lebih tinggi, relatif lebih tahan terhadap penyakit, dan berpotensi
memiliki hasil panen yang lebih tinggi
Proses pembuatan varietas hibrida melibatkan seleksi dan persilangan tanaman induk
dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit, untuk
mendapatkan satu atau lebih hibrida persilangan tunggal yang menjanjikan2
Hibrida yang dihasilkan kemudian dievaluasi untuk mengetahui kinerja dan
karakteristiknya, dan yang terbaik dipilih untuk pemuliaan dan pengembangan lebih lanjut.
Penciptaan varietas hibrida merupakan aspek penting dalam pertanian, dan telah diterapkan
pada berbagai tanaman seperti jagung, padi, kelapa, kakao, dan berbagai jenis sayuran.
Di Indonesia, misalnya, penelitian telah dilakukan untuk menciptakan varietas hibrida
jagung manis yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai. Proses pembuatan
varietas hibrida melibatkan berbagai langkah, termasuk pemilihan tanaman induk,
persilangan, evaluasi hibrida yang dihasilkan, dan pemilihan hibrida terbaik untuk pemuliaan
dan pengembangan lebih lanjut

1.2 Tujuan

Tujuan utama menciptakan varietas hibrida melalui perakitan kultivar hibrida adalah sebagai
berikut:
 Untuk memperluas keragaman genetik: Hibridisasi adalah cara untuk
memperkenalkan materi genetik baru ke dalam populasi tanaman, yang dapat
meningkatkan keragaman genetik populasi dan memberikan sifat-sifat baru yang
dapat diseleksi dalam program pemuliaan di masa depan.
 Untuk mendapatkan genotipe yang lebih unggul: Tujuan hibridisasi adalah untuk
menciptakan keturunan yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan dari kedua tanaman
induknya, sehingga menghasilkan genotipe unggul yang menunjukkan heterosis atau
kekuatan hibrida.
 Untuk meningkatkan hasil panen: Varietas hibrida sering kali memiliki hasil panen
yang lebih tinggi daripada tanaman induknya karena heterosis, yang dapat
meningkatkan produktivitas dan keuntungan bagi petani.
 Untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit: Varietas hibrida dapat
dikembangbiakkan agar lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan tanaman
induknya, sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan pestisida dan perawatan
kimiawi lainnya.
 Untuk beradaptasi dengan lingkungan tertentu: Varietas hibrida dapat
dikembangbiakkan agar lebih tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu, seperti
kekeringan atau salinitas tinggi, yang dapat meningkatkan produktivitas dan
ketahanannya.

Di Indonesia, misalnya, penelitian telah dilakukan untuk menciptakan varietas hibrida


jagung manis yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai melalui perakitan
kultivar hibrida. Secara keseluruhan, tujuan utama perakitan kultivar hibrida adalah untuk
menciptakan varietas tanaman baru dan lebih baik yang dapat membantu memenuhi
permintaan pangan yang terus meningkat, sekaligus mengatasi masalah

1.3 Tahapan

a. Pemilihan tetua
Pemilihan tetua baik jantan maupun betina sangatlah penting dalam penentuan
keberhasilan hibridisasi. Dalam pemilihan tetua yang akan digunakan, perlu menentukan
sumber plasma nutfah untuk persilangan. Beberapa sumber plasma nutfah yang dapat
dijadikan sumber antara lain:
1. Varietas komersial,
2. Galur elit pemuliaan,
3. Galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior,
4. Spesies introduksi, dan
5. Spesies liar.
Berikut beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan tetua dalam hibridisasi.
1. Pemilihan tetua berdasarkan data fenotip
2. Pemilihan tetua berdasarkan kombinasi data morfologi dan analisis molekuler
Penentuan tetua berdasarkan data fenotip umumnya dapat menggunakan data dari penampilan
genotipe individu tanaman, adaptabilitas dan stabilitas, persilangan diallel, persilangan atas,
data pedigree, dan penanda DNA.

b. Kastrasi atau emakulasi

Kastrasi atau emakulasi adalah teknik yang dilakukan pada tanaman untuk membuang
bagian-bagian yang dapat mengganggu proses persilangan Pada kultivar hibrida, kastrasi
dilakukan pada bunga jantan dengan memutar bunga lalu membuka mahkotanya, setelah itu
bunga yang telah di kastrasi di kerodong dengan plastik. Kastrasi atau emakulasi bertujuan
untuk menghasilkan tanaman yang mandul jantan, sehingga dapat digunakan sebagai metode
pembuatan benih hibrida dengan harapan mencapai kemurnian mencapai 100% (pure hybrid)
dan mengurangi biaya tenaga kerja serta menghemat waktu karena tidak perlu melakukan
emakulasi/kastrasi bunga jantan

c. Penyerbukan

Penyerbukan pada tahapan kultivar hibrida adalah proses penyerbukan silang antara
tetua yang berbeda susunan genetiknya. Kegiatan ini adalah langkah awal pada program
pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah dilakukannya pemilihan tetua atau
parental terutama pada tanaman menyerbuk sendiri. Sedangkan pada tanaman menyerbuk
silang, hibridisasi digunakan untuk menguji potensi tetua dalam pembentukan varietas
hibrida. Kegiatan hibridisasi bertujuan untuk menyilangkan atau menggabungkan semua sifat
baik atau yang diinginkan ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, dan
menguji potensi tetua atau memanfaatkan vigor hibrida

d. Isolasi dan pemeliharaan

Isolasi: Isolasi adalah teknik yang dilakukan untuk memastikan bahwa penyerbukan
hanya terjadi antara tetua yang telah dipilih. Ada tiga macam isolasi yang dapat dilakukan
pada produksi benih F1 hibrida, yaitu:

 Isolasi jarak: dilakukan dengan menanam tetua jantan dan betina pada jarak yang
cukup jauh agar tidak terjadi penyerbukan silang secara alami.
 Isolasi waktu: dilakukan dengan menanam tetua jantan dan betina pada waktu yang
berbeda sehingga waktu berbunga keduanya tidak bersamaan.
 Isolasi penghalang fisik: dilakukan dengan menutup bunga betina menggunakan
kantong plastik atau kain untuk mencegah penyerbukan silang.

Pemeliharaan: Pemeliharaan dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman hasil


persilangan tetap mempertahankan sifat-sifat yang diinginkan. Pemeliharaan dilakukan
dengan cara:

 Seleksi: dilakukan dengan memilih tanaman hasil persilangan yang memiliki sifat-
sifat yang diinginkan.
 Inbrida: dilakukan dengan menghasilkan galur murni melalui persilangan antara
tanaman hasil persilangan dengan tetua asalnya.
 Uji keturunan: dilakukan dengan menguji keturunan tanaman hasil persilangan untuk
memastikan bahwa sifat-sifat yang diinginkan tetap terjaga.

Kedua kegiatan ini sangat penting dilakukan pada tahapan kultivar hibrida untuk memastikan
bahwa tanaman hasil persilangan memiliki sifat-sifat yang diinginkan dan dapat dihasilkan
secara konsisten.

1.4 Konsep heterosis dan inbreeding dalam perakitan kultivar hibrida

Heterosis dan perkawinan sedarah merupakan konsep penting dalam perakitan kultivar
hibrida. Heterosis adalah fenomena genetik di mana keturunan dari dua orang tua yang
berbeda menunjukkan sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan orang tuanya. Ini
adalah kebalikan dari depresi perkawinan sedarah, yang merupakan penurunan performa
keturunan dari orang tua yang berkerabat dekat. Heterosis banyak digunakan dalam
pembentukan kultivar unggul tanaman dan hewan. Dalam pemuliaan tanaman, heterosis
digunakan untuk menciptakan kultivar hibrida yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan
seperti hasil panen yang tinggi, tahan terhadap penyakit, dan kualitas yang lebih baik.

Di sisi lain, inbreeding adalah proses perkawinan antara individu-individu yang berkerabat
dekat, sehingga menghasilkan keturunan yang secara genetik mirip dengan orang tuanya.
Perkawinan sedarah dapat menyebabkan ekspresi alel resesif yang merusak, yang dapat
menyebabkan depresi perkawinan sedarah. Dalam pemuliaan tanaman, galur inbrida
digunakan untuk membuat kultivar hibrida. Galur inbrida adalah sekelompok individu dalam
spesies yang sama yang memiliki tingkat kesamaan genetik yang tinggi karena perkawinan
sedarah yang terus menerus. Garis inbrida digunakan untuk membuat kultivar hibrida karena
memiliki tingkat homozigositas yang tinggi, yang membuatnya lebih mudah untuk
mengidentifikasi dan memilih sifat-sifat yang diinginkan.

Singkatnya, heterosis adalah fenomena genetik di mana keturunan dari dua induk yang
berbeda menunjukkan sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan induknya,
sedangkan perkawinan sedarah adalah proses perkawinan individu-individu yang berkerabat
dekat sehingga menghasilkan keturunan yang secara genetik mirip dengan induknya.

1.5 Pemanfaatan mandul jantan dalam produksi benih hibrida

Galur mandul jantan dapat dimanfaatkan dalam produksi benih padi.

 Produksi benih varietas kapas hibrida dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan
persilangan manual dan dengan memanfaatkan galur mandul jantan (male-sterile)
 Galur mandul jantan dapat digunakan untuk menghasilkan padi hibrida tahan penyakit
Hawar Daun Bakteri (HDB)
 Sistem mandul jantan (male sterility system) telah banyak dimanfaatkan untuk
eksploitasi heterosis pada berbagai tanaman, termasuk padi
 Pada produksi benih hibrida padi, digunakan galur mandul jantan (cytoplasmic male
sterile, CMS)
 Galur mandul jantan dapat dikembangkan melalui teknik iradiasi sinar gamma

Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa mandul jantan dapat dimanfaatkan dalam
produksi benih hibrida padi dengan menggunakan sistem CMS. Galur mandul jantan dapat
dikembangkan melalui teknik iradiasi sinar gamma untuk menghasilkan kandidat mandul
jantan yang dapat digunakan dalam produksi benih hibrida.

1.6 Tipe-tipe kultivar hibrida

Kultivar hibrida adalah kultivar yang merupakan keturunan langsung dari persilangan antara
dua atau lebih populasi suatu spesies yang berbeda latar belakang genetiknya. Dalam
pertanian, kultivar hibrida memiliki daya tumbuh (vigor) yang lebih tinggi, relatif lebih tahan
penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi karena adanya gejala heterosis. Berikut adalah
bebera pa tipe kultivar hibrida yang dapat dibedakan berdasarkan silsilahnya

 Silang tunggal atau single cross

Silang tunggal atau single cross pada kultivar hibrida adalah hibrida dari persilangan antara
dua galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain. Silang tunggal hanya melibatkan dua
tetua saja. Silang tunggal atau single cross merupakan dasar bagi produksi berbagai kultivar
hibrida, seperti jagung, padi, kelapa sawit, kakao, dan berbagai jenis tanaman sayuran seperti
tomat, mentimun, dan cabai. Heterosis atau efek peningkatan daya tumbuh (vigor) yang lebih
tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi merupakan gejala yang
terjadi pada varietas hibrida, termasuk pada varietas hibrida silang tunggal

 Silang tiga-jalur atau three-way cross

Silang tiga-jalur atau three-way cross pada perakitan kultivar hibrida adalah hibrida yang
melibatkan tiga tetua, yaitu persilangan antara satu tetua betina dengan dua tetua jantan yang
berbeda. Dalam silang tiga-jalur, tetua betina disilangkan dengan tetua jantan yang tidak
berkerabat, kemudian hasil persilangan tersebut disilangkan kembali dengan tetua jantan
yang berbeda. Silang tiga-jalur digunakan untuk menghasilkan hibrida yang lebih unggul
dibandingkan dengan silang tunggal atau double cross. Silang tiga-jalur dapat menghasilkan
hibrida yang lebih stabil dan memiliki heterosis yang lebih tinggi. Silang tiga-jalur banyak
digunakan dalam perakitan kultivar hibrida jagung, padi, dan tanaman sayuran seperti cabai,
tomat, dan mentimun

 Silang ganda atau double cross

Silang ganda atau double cross pada perakitan kultivar hibrida adalah progeni hibrida dari
persilangan antara dua silang tunggal. Silang ganda melibatkan empat galur murni yang tidak
berhubungan satu sama lain. Dalam persilangan silang ganda, terdapat dua tahap persilangan.
Pada tahap pertama, dilakukan persilangan antara dua galur murni yang berbeda. Kemudian,
pada tahap kedua, dilakukan persilangan antara dua hibrida silang tunggal yang dihasilkan
dari tahap pertama. Persilangan silang ganda pada tanaman hibrida dapat menghasilkan biji
hibrida yang tidak seragam karena merupakan dua persilangan tetua yang berbeda

 Silang puncak atau top cross

Silang puncak atau top cross pada perakitan kultivar hibrida adalah persilangan antara galur
inbred dengan kultivar bersari bebas. Silang puncak umumnya dilakukan pada saat pengujian
keturunan dalam melakukan seleksi untuk memilih galur-galur inbred calon tetua hibrida.
Top cross adalah progeni hibrida yang dihasilkan melalui penyerbukan suatu galur murni
dengan suatu populasi yang menghasilkan pollen yang tercampur secara genetik. Top cross
pada awalnya dihasilkan melalui persilangan antara galur inbred dengan kultivar bersari
bebas

1.7 Keuntungan dan kerugian penggunaan kultivar hibrida

Keuntungan penggunaan kultivar hibrida dalam pertanian adalah sebagai berikut:

 Hasil yang lebih tinggi: Kultivar hibrida memiliki potensi hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kultivar non-hibrida
 Tahan terhadap penyakit dan hama: Beberapa kultivar hibrida memiliki ketahanan
yang lebih baik terhadap serangan penyakit dan hama
 Daya tumbuh yang lebih baik: Kultivar hibrida memiliki daya tumbuh yang lebih baik
dibandingkan dengan kultivar non-hibrida
 Mutu gabah yang baik: Kultivar padi hibrida memiliki mutu gabah yang baik
 Kemudahan penyerbukan: Galur mandul jantan pada kultivar hibrida memfasilitasi
kemudahan penyerbukan
Namun, terdapat juga beberapa kerugian penggunaan kultivar hibrida dalam pertanian, antara
lain:

 Biaya yang lebih mahal: Kultivar hibrida memiliki biaya yang lebih mahal
dibandingkan dengan kultivar non-hibrida
 Ketergantungan pada benih: Beberapa kultivar hibrida tidak dapat dijadikan benih
untuk ditanam kembali, sehingga petani harus membeli benih baru setiap musim
tanam
 Produksi benih yang rumit: Metode produksi benih kultivar hibrida lebih rumit
dibandingkan dengan metode produksi benih kultivar non-hibrida

Dalam keseluruhan, penggunaan kultivar hibrida memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, penggunaan kultivar
hibrida dapat menjadi alternatif yang baik dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

1.8 Perkembangan kultivar hibrida di Indonesia

Perkembangan kultivar hibrida di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan


meningkatnya permintaan bahan pangan di Indonesia. Berikut adalah beberapa
perkembangan kultivar hibrida di Indonesia:

 Padi hibrida: Penelitian pertama pengembangan padi hibrida di Indonesia dimulai


pada tahun 1983 oleh Balai Tanaman Padi. Varietas padi hibrida komersial pertama di
Indonesia dirilis pada tahun 2003. Padi hibrida diharapkan dapat mendongkrak
produksi beras nasional, setidaknya varietas padi hibrida dapat dijadikan sebagai
teknologi terobosan
 Jagung hibrida: Perkembangan jagung hibrida di Indonesia pada 2015 mencapai 56%
dari total 3,79 juta hektar luas panen jagung. Jagung hibrida memiliki potensi hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung bersari bebas dengan tingkat
produktivitas yang rendah
 Kelapa sawit hibrida: Kelapa sawit hibrida dihasilkan dari persilangan antara dua
jenis kelapa sawit yang berbeda. Kultivar kelapa sawit hibrida memiliki produktivitas
yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
 Sayuran hibrida: Beberapa jenis tanaman sayuran seperti tomat, mentimun, dan cabai
juga dikembangkan dalam bentuk kultivar hibrida. Kultivar sayuran hibrida memiliki
daya tumbuh yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih
tinggi

Meskipun pengembangan kultivar hibrida di Indonesia mengalami peningkatan, namun masih


terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, seperti rendahnya jumlah pakar yang mampu
mengembangkan varietas baru dan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan kultivar
non-hibrida. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengembangan kultivar
hibrida di Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai