Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

HIBRIDISASI BUATAN PADA TANAMAN MENYERBUK SENDIRI (CABAI) DAN


MENYERBUK SILANG (JAGUNG)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Praktikum Pemuliaan Tanaman Semester IV

Oleh:

Putri Amelia

1197060064

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2021

I. Dasar Teori
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di
Indonesia karena bernilai ekonomis tinggi sehingga mendapat prioritas untuk
dikembangkan di Indonesia. Cabai memiliki kandungan gizi dan vitamin pada cabai rawit
segar (Rukmana, 2006). Cabai merupakan tanaman hortikultura yang memiliki beberapa
varietas yang umum dibudidayakan masyarakat salah satunya yaitu cabai rawit
(Capsicum frutescens). Menurut Wijoyo (2009) Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
tergolong dalam family Solanaceae dan termasuk tanaman semusim atau berumur
pendek.
Cabai memiliki bunga yang termasuk bunga tunggal dan muncul di bagian ujung
ranting, mahkota bunganya berwarna putih, dan berbentuk bintang dengan kelopak
seperti lonceng (Djarwiningsih, 2005). Menurut Prajnanta (2007) bunga cabai berbentuk
seperti terompet (hypocrateriformis) dan memiliki alat  kelamin jantan (benang  sari)  dan
alat  kelamin betina  (putik)  pada cabai terletak dalam satu  bunga sehingga 
disebut berkelamin dua (hermaprodit).
Cabai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (self-pollination) karena cabai
memiliki bunga hermaprodit yang self-compatiblei, sehingga frekuensi terjadinya
penyerbukan sendiri sangat besar. Struktur bunga yang hermaprodit dan self–compatible
sangat berperan dalam tingginya tingkat penyerbukan sendiri pada suatu tanaman
(Hosana et al. 2015). Oleh karena itu, metode pemuliaan tanaman cabai umumnya
mengikuti metode pemuliaan tanaman pada tanaman menyerbuk sendiri. Tanaman
menyerbuk sendiri umumnya adalah tanaman yang memiliki tingkat penyerbukan silang
alami yang rendah, yaitu 4 – 5% (Sleper & Poehlman, 2006).
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan yang penting di
Indonesia karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung
memiliki kandungan gizi dan vitamin yaitu 355 kalori, 9,2 gr protein, 3,9 gr lemak, 73,7
gr karbohidrat, dan 10 mg kalsium (Ekowati & Nasir, 2011). Jagung (Zea mays L.)
merupakan tanaman serealia termasuk family poaceae, ordo Poales yang merupakan
tanaman berumah satu (monoius) dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga
betina tetapi masih dalam satu tanaman. Jagung merupakan tanaman protandrus yaitu
mekarnya bunga jantan pelepasan tepung sari biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum
munculnya bunga betina (Warrier & Tripathi, 2011).
Tanaman jagung (Zea may L.) merupakan tanaman yang menyerbuk silang (cross
pollination) karena 95 % serbuk sari berasal dari tanaman lain dan hanya 5 % berasal dari
tanaman sendiri. Keberhasilan dalam melakukan hibridisasi pada tanaman jagung
tergolong tinggi sekitar 95,43% karena struktur dan biologi bunga tanaman jagung yang
mudah untuk dilakukan hibridisasi. Banyaknya buah dan biji yang diperoleh dari tanaman
sebagian besar bergantung pada proses penyerbukan.
Hibridisasi atau persilangan merupakan proses penyerbukan silang antara tetua-
tetua yang berbeda susunan genetiknya yang bertujuan untuk merakit varietas unggul
baru dalam kegiatan pemuliaan tanaman (Syukur et al., 2015). Tujuan utama persilangan
adalah a) Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, b) Memperluas
keragaman genetik, c) Memanfaatkan vigor hibrida, dan b) Menguji potensi tetua (uji
turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki
peranan penting dalam pemuliaan tanarnan, terutarna dalam hal memperluas keragarnan.
Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang
luas. secara umum, teknik hibridisasi dapat digolongkan menjadi hibridisasi buatan pada
tanaman menyerbuk sendiri dan pada tanaman menyerbuk silang.
Tanaman yang menyerbuk sendiri merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua bertujuan untuk memperoleh individu
tanaman homozigot sedangkan pada tanaman menyerbuk silang bertujuan untuk
memperoleh populasi tanaman heterozigot. Suatu varietas tanaman menyerbuk silang
pada dasarnya merupakan suatu populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu,maka
keragaman genetik dapat dipertahankan dari generasi ke generasi karena adanya kawin
acak, sehingga baik frekuensi gen maupun genotipe dapat tetap sama pada generasi
keturunan. Sebagai langka awal program pemuliaan tanaman menyerbuk silang adalah
tersedianya populasi dasar ,yang dapat berasal dari varietas lokal atau dibentuk oleh
pemuliaan. Tujuan dari pembentukan populasi dasar untuk meningkatkan keragaman sifat
yang mempunyai arti ekonomi penting dan mempertahankan keseragaman sifat lainnya
(Poespodarsono,1988).
Persilangan dari beberapa kegiatan diantaranya yaitu persiapan, emaskulasi,
isolasi, pengumpulan serbuk sari, penyerbukan dan pelabelan. Terdapat beberapa hal
penting yang harus diperhatikan dalam melak ukan persilangan untuk meningkatkan
keberhasilan persilangan buatan yaitu pemilihan tetua yang berkaitan dengan tujuan
dilakukan persilangan, pengetahuan tentang morfologi dan reproduksi tanaman, waktu
berbunga tanaman dan keadaan atau cuaca saat penyerbukaan (Yunianti et al., 2009)

II. Tujuan Praktikum

1. Agar mampu melaksanakan hibridisasi buatan tanaman menyerbuk sendiri

2. Agar mampu melaksanakan hibridisasi buatan tanaman menyerbuk silang

III. Metodologi
III.1 Menyerbuk Sendiri (Tanaman Cabai)
Waktu : Sabtu, 22 Mei 2021
Tempat : Kp. Cibolerang, Cinunuk, Bandung
Alat dan Bahan : Pinset, label, plastic bening, spidol, kamera, serta
bunga betina dan jantan yang siap disilangkan.
Metode : Survey
Tahapan Pelaksanaan : Prosedur hibridisasi buatan tanaman cabai

Melakukan survey ke lapangan

Melakukan persiapan

Melakukan tahapan persilangan diantaranya kastrasi, emaskulasi,


pengumpulan polen, penyerbukan, penyungkupan/isolasi, dan
labelisasi
Melakukan pengamatan terhadap cabai rawit

Menuliskan hasil pengamatan

III.2 Menyerbuk Silang (Tanaman Jagung)


Waktu : Senin, 31 Mei 2021
Tempat : Kp. Cisintok, Cidaun Cianjur
Alat dan Bahan : Gunting, amplop polio, plastic bening, label,
spidol, kamera, serta tetua betina dan malai jantan
yang siap disilangkan.
Metode : Survey
Tahapan Pelaksanaan : Prosedur hibridisasi buatan tanaman jagung

Melakukan survey ke lapangan

Melakukan persiapan

Menyungkup tetua betina terlebih dahulu

Pengambilan tetua jantan menggunakan amplop, kemudian di


goyangkan agar anter dan polen jatuh ke dalam amplop

Tetua betina yang telah disungkup, dibuka terlebih dahulu.


Kemudian dilakukan pemotongan pada bunga betinanya di sisakan
kurang lebih 2 cm diatas tongkol

Polen yang terdapat dalam amplop di sungkupkan


kedalam tetua betina
Diikat dan diberi label

Melakukan pengamatan terhadap jagung

IV. Hasil dan Pembahasan


IV.1 Hasil Pengamatan
Tabel Kontrol Persilangan Cabai

Komoditas : Cabai Rawit


Tujuan Persilangan : Untuk Menghasilkan Varietas Baru
Tetua Jantan : Cabai Rawit Lokal
Tetua Betina : Cabai Rawit Lokal
Tanggal Persilangan : Sabtu, 22 Mei 2021

Gambar Prosedur Persilangan Gambar Hasil Persilangan

a. Melakukan Seleksi Bunga 1 MSP (Minggu Setelah Persilangan)

b. Melakukan Kastrasi 2 MSP


c. Melakukan Emaskulasi

d. Mengumpulan dan Penyimpanan


Serbuk Sari dari Bunga Tetua Jantan
yang Telah Mekar

e. Melakukan Polinasi

f. Pelabelan
Tabel Kontrol Persilangan Jagung

Komoditas : Jagung
Tujuan Persilangan : Untuk Menghasilkan Varietas Baru
Tetua Jantan : Jagung Lokal
Tetua Betina : Jagung Lokal
Tanggal Persilangan : Senin, 31 Mei 2021

Gambar Prosedur Persilangan Gambar Hasil Persilangan

a. Menutup Bunga Betina 1 MSP (Minggu Setelah Persilangan)

b. Menutup Bunga Jantan dengan Amplop


Polio Kertas Samson
c. Menggoyangkan Malai pada Kantong
Penutupnya

d. Pengumpulan Polen

e. Memotong Rambut Tongkol

f. Menaburkan Serbuk Sari Ujung


Rambut Tongkol Bersamaan Dengan
Proses Isolasi
g. Pelabelan

IV.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum kali ini mengenai hibridisari tanaman menyerbuk sendiri
dan menyerbuk silang yang dilakukan pada dua tempat dengan komoditas yang berbeda.
Pada tanaman menyerbuk sendiri dilakukan di Kp. Cibolerang, Cinunuk, Bandung
dengan komoditas yaitu tanaman cabai, dan pada tanaman menyerbukan silang dilakukan
di Kp. Cibolerang, Cinunuk, Bandung dengan komoditas yaitu tanaman jagung.
Berdasarkan table hasil pengamatan diketahui bahwa cabai mengalami
kerontokan dan tidak terjadi pembuahan sehingga hibridisasi cabai mengalami kegagalan.
Kegagalan hibridisasi bunga cabai dipengaruhi oleh beberapa factor seperti tidak
sterilnya alat yang digunakan, kualitas tepung sari, kualitas bunga cabai, waktu
persilangan, dan cuaca. Hal ini sesuai dengan Subekti (2008) menyatakan bahwa
kegagalan hibridisasi pada tanaman cabai ditandai dengan calon buah tidak membesar
atau rontok sehingga tidak terjadi pembuahan.
Berdasarkan table hasil pengamatan diketahui bahwa jagung mengalami
pemanjangan rambut jagung yang disertai perubahan warna ujung rambut jagung menjadi
kecoklatan dan terdapat bintil-bintil kecil disekitar tongkol jagung. Namun, kami tidak
dapat menyebutkan sepenuhnya bahwa persilangan tersebut berhasil karena kurangnya
waktu pengamatan sehingga perlu adanya pengamatan lebih lanjut untuk membuktikan
persilangan tersebut dikatakan berhasil. Hal ini sesuai dengan Subekti (2008) menhatakan
bahwa keberhasilan hibridisasi tanaman jagung ditandai dengan rambut jagung berwarna
merah kecoklatan dan tidak rontok serta tongkol jagung mengalami pembesaran.
Keberhasilan hibridisasi yang terbagi menjadi dua yakni faktor internal dan fakor
eksternal. Faktor internal terdiri dari pemilihan tetua dan waktu tanaman berbunga.
Pemilihan tetua perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap peluang
dihasilkannya varietas unggul. Sedangkan, waktu tanaman berbunga perlu diperhatikan
untuk menyesuaikan waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina
sehingga penyerbukan dapat berlangsung dengan tepat. Jika tidak terjadi kesesuaian
maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman
anatara kedua tetua sehingga kedua tetua ajan siap dalam waktu yang bersamaan (Syukur,
2009). 
Faktor eksternal terdiri dari pengetahuan organ reproduksi dan tipe penyerbukan,
cuaca saat penyerbukaan, dan pelaksanaan pemuliaan. Pengetahuan dalam organ
reproduksi tersebut merupakan cara untuk mengetahui tipe penyerbukan bunga.
Selanjutnya, cuaca saat penyerbukaan perlu diperhatikan, suhu yang tinggi dan
kelembaban yang terlalu rendah, serta angin yang kencang dan hujan yang lebat dapat
menyebabkan rontoknya bunga. Dan pelaksanaan hibdirdisasi harus dilakukan dengan
benar dan tepat serta bersungguh-sungguh karena jika pemulia ceroboh, maka hibridisasi
dapat mengalami kegagalan (Syukur, 2009). 

V. Daftar Pustaka
Bosland PW, Votava E. 1999. Peppers: VegeTabels and Spice Capsicums. New York
(USA): CABI Publishing 204 p.
Djarwaningsih, T. 2005. review: Capsicum spp. (Cabai): Asal, Persebaran dan Nilai
Ekonomi. Biodiversitas. 6 (4):292-296.
Ekowati, D dan M. Nasir. 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays. L)
Varietas Bisi 2 pada Pasir Reject dan Pasir Asli di Pantai Trisik
Kulonprogo. Fakultas Biologi, Universitas Yogyakarta. 3 (18) : 220-231
Hosana C, Alamerew S, Tadesse B, Menamo T. 2015. Test cross performance and
combining ability of maize (Zea mays L.) inbred lines at Bako, Western
Ethiopia. Glob. J. Sci. Front. Res. 15 (4): 1-24.
Poespodarsono. 1988. Pengantar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas.
IPB. Bogor.
Prajnanta, Final. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, R., Y.Y. Oesman. 2006. Bertanam Cabai Dalam Pot. Kanisius,
Yogyakarta.
Sleper DA dan Poehlman JM. 2006. Breeding Field Crop. Ed ke 8. Iowa: Blackwell
Publishing
Subekti, N.A., Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman
dan Fase Pertumbuhan Jagung. Blai Pertanian Tanaman Serealia. Maros. 
Syukur, M. Sujiprihati, S. Yunianti, R. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman (revisi).
Penebar Swadaya : Jakarta. Halaman 123-125.
Yunianti, R., Sujiprihati, S., & Syukur, M. 2009. Teknik Persilangan Buatan.
Departemen Agronomi Dan Hortikultura IPB. Bogor.
Warrier, Ranjini and Tripathi, K.K. 2011. Biology OfZea Mays (Maize). Departmen
Of Biotechnology Government Of India.
Wijoyo, P. M. 2009. Taktik Jitu Menanam Cabai di Musim Hujan. Bee Media
Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai