Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SEMENTARA

MULTIPLIKASI DAN AKLIMATISASI BIBIT PISANG

Oleh :

ADELLIA ZAHWA ARSYIFA

19025010100

GOLONGAN C1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2021
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada perbanyakan tanaman secara in vitro dengan metode kultur jaringan


digunakan untuk memperoleh tanaman yang bebas akan virus, mengatasi
inkompatibilitas seksual, hibridisasi somatik, perbaikan genetik, menghasilkan
tanaman haploid, triploid, dan poliploid, seleksi mutan tahan garam tinggi,
kekeringan, herbisida, bebas hama dan penyakit (Bajaj, 1983 dalam Dwi, 2010).
Pelaksanaan teknik in vitro dapat melalui jalur organogenesis (melalui pembentukan
organ langsung dari eksplan dan embryogenesis (melalui pembentukan embrio
somatic). Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan melalui embryogenesis
somatic lebih menguntungkan daripada melalui organogenesis dikarenakan
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak. Selain itu, juga karena
embrio somatic berasal dari sel tunggal sehingga dapat dengan mudah mengatur atau
mengawasi proses pertumbuhan pada setiap individu tanaman (Jimenez, 2001 dalam
Lizawati, 2012).
Perbanyakan tanaman sangat sulit dilakukan menggunakan cara perbanyakan
konvensional seperti stek atau sambungan. Oleh karena itu, saat ini perbanyakan
tanaman selalu menggunakan teknik kultur jaringan yang mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan teknik konvensional yaitu, tidak tergantung dengan
musim karena lingkungan tumbuh in vitro yang sudah terkendali, bahan tanam yang
digunakan dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak merusak pohon induk, tidak
membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah
banyak. Namun di sisi lain, kendala yang di temui dalam pelaksanaan kultur jaringan
adalah tanaman hasil kultur jaringan sering berbeda dengan tanaman induknya atau
dapat mengalami mutasi. Hal ini dikarenakan penggunaan metode yang perbanyakan
yang salah, seperti frekuensi subkultur yang terlalu tinggi, perbanyakan
organogenesisi yang tidak langsung melalui fase kalus atau konsentrasi zat pengatur
tumbuh yang digunakan terlalu tinggi (Mariska et al., 1992 dalam Deden, 2013).
Kegiatan multiplikasi harus dilakukan dan terjaga dalam kondisi steril. Tahapan
perbanyakan calon tanaman umumnya dikerjakan di Laminar Air Flow (LAF) untuk
menghindari adanya kontaminasi dari mikroorganisme yang dapat memicu kegagalan
pertumbuhan dari eksplan menjadi plantet. Haryanto et al., (2018) berpendapat bahwa
keberhasilan dari tahapan multiplikasi yaitu munculnya tunas pada eksplan.

1.2 Tujuan

Praktikum bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan subkultur plantet


pisang, melakukan aklimatisasi plantet pisang dari botol ke media pembibitan, serta
memelihara bibit pisang dengan baik dan benar selama di screen house.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan secara in vitro yaitu perbanyakan klon dari tanaman yang sifat
genetiknya identic dengan tanaman induk. Perbanyakan in vitro atau kultur jaringan
menggunakan bagian begetatif tanaman sebagai bahan perbanyakan (Arimorsetiowati
dan Ardiyani, 2012). Perbanyakan in vitro terbukti dapat memepercepat pengadaan
bibit skala besar sesuai kebutuhan secara berkesinambungan (Hutami dan
Purnamaningsih, 2017).

Dalam kultur jaringan terdapat proses yang disebut multiplikasi. Multiplikasi


merupakan cara meningkatkan perbanyakan pada planlet (Azizi Akbar et al, 2017).
Multiplikasi merupakan proses yag dilakukan setelah inisiasi kultur planlet.
Multiplikasi planlet dilakukan dengan memotong planlet menjadi beberapa bagian
kemudian menanamnya pada media.

Daftar Pustaka

Arimorsetiowati dan Ardiyani. 2012. Pengaruh Penambahan Auksin Terhadap


Pertunasan dan Perakaran Kopi Arabika Perbanyakn Somatik Embriogenesis.
Pelita perkebunan. 28(2): 82-90

Azizi Akbar, Faridah Endrioko, dan Herawan. 2017. Induksi Tunas, Multiplikasi, dan
Perakaran  Gyrinops versteegii (Gilg.) Secara In Vitro. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan, 11(1): 155-168.

Hutami dan Purnamaningsih. 2017. Perbanyakan Klonal Mangga Melalui Kultur In


Vitro. Buletub plasma Nutfah, 9(1): 39-44.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum multiplikasi dan aklimatisasi bibit pisang dilaksanakan secara daring
dirumah masing-masing mahasiswa, Jl. Halmahera VI No. 08 Kelurahan Kaliwungu,
Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, pada hari Rabu, 12 Mei 2021 pukul 15.00
– 16.40 WIB.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum multiplikasi dan aklimatisasi bibit
pisang kali ini antara lain cawan petri steril, Bunsen, alat diseksi, dan Laminar
Air Flow (LAF).
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada prkatikum multiplikasi dan aklimatisasi bibit
pisang adalah Media MS dan planlet pisang.

2.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilaksanakan pada kegiatan praktikum multipliasi dan
aklimatisasi bibit pisang adalah sebagai berikut :
1. Menyalakan UV satu jam sebelum LAF digunakan.
2. Membersihkan LAF menggunakan alkohol 70% dan tissue sebelum
digunakan.
3. Memanaskan cawan petri yang akan digunakan menggunakan api bunsen.
4. Mengambil plantet pisang yang akan dilakukan tahapan multiplikasi.
Sebelum diambil, botol disterilkan menggunakan api bunsen.
5. Membuang bagian daun, akar, dan media yang menempel pada plantet
pisang. Sehingga menyisakan bagian bonggol untuk dijadikan sebagai
eksplan.
6. Memotong eksplan menjadi 2 bagian. Apabila bonggol berukuran besar
dapat dipotong menjadi 3-4 bagian untuk dijadikan eksplan.
7. Menanam eksplan pisang yang telah dipotong ke dalam media MS.
Melakukan pengaturan jarak eksplan agar tidak terlalu dekat dengan
eksplan yang lain.
8. Menutup botol media tanam menggunakan plastik dan karet.
9. Meletakkan media ke dalam rak kultur di dalam ruang inkubasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 3.1.1 Pengamatan Pelaksaan Multiplikasi Bibit Pisang

No Dokumentasi Keterangan
.

Memanaskan cawan petri yang


1. akan digunakan

Gambar 1

Mengambil plantet pisang


2.

Gambar 2

Membuang bagian daun, akar,


3. dan media yang menempel
sehingga hanya menyisahkan
bagian bonggol.

Gambar 3
Memotong eksplan menjadi 2
4. bagian

Gambar 4

Menanam eksplan pisang yang


5. telah dipotong ke dalam media
MS.

Gambar 5

3.2 Pembahasan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman varietas


pisang, sehingga berpotensi untuk dikengkan secara intensif. Kendala dalam budidaya
pisang secara intensif adalah pemenuhan bibit yang baik. Perbanyakan bibit dengan
bonggol membutuhkan waktu yang relatif lama. Salah satu alternatif penyediaan
pisang yang cepat adalah dengan tentik perbanyakan secara in vitro. (Kasutjianingati,
2011)
Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan terbagi menjadi atas
beberapa tahan yaitu inisiasi kultur, multiplikasi, perakaran dan aklimatisasi planlet
(Avivi et al, 2013). Pada tahap multiplikasi, zat pengatur tumbuh (ZPT) baik eksogen
dan endogen akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan. Zat pengetur tumbuh
(ZPT) akan memacu pertumbuhan tunas dan menghasilkan benih yang lebih banyak
(Haryanto et al, 2018).
Multiplikasi dilakukan didalam Laminar Air Flow (LAF) untuk menjaga agar
planlet tidak terkontaminasi. Bahan untuk multiplikasi berasal dari planlet pisang
yang sebelumnya telah dikulturkan. Bagian daun, batang, dan media dibersihkan dan
diambil bagian bonggol sebagai eksplan. Pengambilan eksplan dilakukan dengan alat
diseksi. Kemudian bonggol dipotong menjadi 2 bagian untuk dijadikan ekplan atau
tergantung pada ukuran bonggol. Eksplan yang sudah dipotong kemudian ditanam
pada media MS. Eksplan diletakkan berjarak adar memudahkan apabila salah satu
eksplan terkontaminasi. Kemudian eksplan yang telah dimultiplikasi disimpan pada
ruang inkubasi. Setelah itu tanaman perlu melalui proses aklimatisasi, proses
aklimatisasi merupakan proses penyesuaian peralihan lingkungan yang sebelumnya
dalam kondisi heterotroph ke lingkungan autotroph pada planlet. Pada tahap ini
memerlukan banyak perhatian karena kondisi berupa cahaya maupun suhu akan
berbeda dan akan berdampak kepada bibit yang baru ditumbuhkan.
V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum multiplikasi dan aklimatisasi bibit pisang yang telah


dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Multiplikasi merupakansalah satu prosedur dalam kultur jaringan yang


dilakukan setelah inisiasi.
2. Multiplikasi dilakukan untuk perbanyakan planlet.
3. Multiplikasi dikauakn pada Laminar Air Flow untuk mencegah kontaminasi
4. Setelah proses multiplikasi akan terjadi proses aklimatisasi yang merupakan
penyesuaian pelarihan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Avivi, Soedarmo, Prayesetyo. 2013. Multiplikasi Tunas dan Aklimatisasi Tiga


Varietas Pisang: Raja Nangka, Kepok, dan Mas. Jurnal Hortikultura Indonesia,
4(2): 83-89

Deden, Sukmadjaja dan Mariska, Ika. 2013. Perbanyakan Bibit Jati melalui Kultur
Jaringan ISBN 979-95627-8-3. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian.

Dwi Wahyuni Ardiana dan Ida Fitrianingsih. 2010. Teknik Kultur Jaringan Tunas
Pepaya dengan Menggunakan Beberapa Konsentrasi IBA. Dwi W Buletin
Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2:52-55.

Haryanto, E. T., dkk. 2018. Kajian Konsentrasi IAA dan BAP pada Multiplikasi
Pisang Raja Bulu In Vitro dan Aklimatisasinya. Agrotechnology Research
Journal, 2(1): 1 – 5

Kasutjianingati, K. 2011. Pengaruh Media Induksi Terhadap Multiplikasi Tunas dan


Pertumbuhan Planlet Pisang pada Berbagai Media Multiplikasi. Indonesia
Jurnal og Agronomy, 39(3), 7756.

Lizawati. 2012. Proliferasi Kalus Dan Embriogenesis Somatik Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) dengan Berbagai Kombinasi ZPT Dan Asam Amino (Callii
Proliferation and Somatic Embryogenesis of Physic Nut (Jatropha curcas L.)
Various Combination with PGR’s and Amino Acids). Jurnal Universitas
JambiJurnal Universitas Jambi Vol 1, No. 4.

Anda mungkin juga menyukai