SERTIFIKASI BENIH
TANAMAN SAYURAN
1. Benih hibrida
2. Benih non hibrida
BENIH HIBRIDA
Benih Hibrida adalah benih yang berasal dari tanaman generasi pertama (F1) hasil
suatu persilangan sepasang atau lebih tetua (galur murni), yang mempunyai
karakter unggul.
Benih hibrida dapat terbentuk pada tanaman yang menyerbuk silang maupun
menyerbuk sendiri.
Benih non hibrida adalah varietas yang benihnya diambil dari pertanaman
sebelumnya, atau dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanamannya dan belum
tercampur atau diserbuki oleh varietas lain. Benih yang digunakan tentunya berasal
dari tanaman yang mempunyai ciri-ciri dari varietas tersebut.
Alasan inilah yang menjadikan petani menyukai benih bersari bebas. Tidak perlu
mengeluarkan biaya lagi untuk membeli benih karena cukup menyimpan benih dari
pertanaman sebelumnya.
1. Produksi benih dalam konteks produksi benih awal (intial seed production)
Kemurnian genetik merupakan sasaran utama kegiatan produksi benih ini
1. Fase bibit
karakter warna hipokotil muncul pada saat tersebut.
2. Fase vegetatif
warna bulu, daun, bentuk daun menjadi karakter yang bisa dijadikan dasar dalam
penentuan tipe menyimpang.
3. Fase berbunga
warna bunga merupakan dasar penentu varietas yang sering digunakan sebagai
dasar dalam roguing
4. Fase berbuah
bentuk buah
PELAKSANAAN ROGUING
Lembaga yang mengawasi setifikasi benih adalah Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB)
KETENTUAN UMUM DI LAPANG
UNTUK SERTIFIKASI BENIH
1. Benih sumber
a. sertifikasi dapat dilakukan terhadap kegiatan produksi benih dengan
menggunakan kelas benih sumber yang jelas : benih penjenis (breeder seed),
benih dasar (foundation seed), benih pokok (stock seed) dan benih sebar
(extention seed)
b. untuk menghasilkan benih jagung hibrida, sebagai materi induk persilangan
dapat berbentuk galur murni (inbred line), single cross dan varietas bersari
bebas (open pollinated) yang sudah disertifikasi.
2. Areal sertifikasi
a. sertifikasi dapat dilakukan pada areal produksi benih dengan lapang produksi
yang jelas batas batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda
tanda yang jelas lainnya.
b. satu areal sertifikasi dapat terrdiri atas beberapa unit lapang produksi yang
terpisah pisah, tetapi jarak antar unit tidak boleh lebih dari 10 meter dan tidak
dipisahkan oleh varietas/tanaman lain.
c. dalam satu areal sertifikasi hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maksimum 5 hari.
PERSYARATAN DAN PROSEDUR
SERTIFIKASI DI LAPANG
1. Persyaratan lahan
lahan yang akan digunakan untuk produksi beih tanaman kedelai, kacang hijau,
kacang tanah, bayam, pada musim sebelumnya adalah bekas tanaman lain,
bekas bera, atau bekas dari tanaman dari varietas yang sama, dan jika bekas
varietas yang berbeda diberakan selama 3 bulan terlebih dahulu.
lahan yang akan digunakan untuk produksi benih tanaman tomat, terong, cabe,
buncis, kacang panjang, kentang, pada musim sebelumnya adalah bekas
tanaman lain dan bekas bera. Lahan dilakukan bera terlebih dahulu selama 3
bulan untuk
lahan yang akan digunakan untuk produksi benih bawang merah dan bawang
putih, pada musim sebelumnya adalah bekas tanaman lain, bekas bera dan
bekas tanaman yang sejenis
PERSYARATAN DAN PROSEDUR
SERTIFIKASI DI LAPANG
2. Persyaratan isolasi
areal dalam produksi benih dalam sistem sertifikasi harus memenuhi persyaratan
isolasi , baik isolasi jarak maupun isolasi waktu.
6. Standar lapang
STANDAR
LAPANG
PEMERIKSAAN LAPANG
Pemeriksaan lapang merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses sertifikasi
untuk menghasilkan benih bersertifikasi.
Pemeriksaan lapang secara umum dilakukan pada saat sebelum tanam, fase
vegetatif, fase berbunga, dan fase berbuah/masak.
TUJUAN PEMERIKSAAN LAPANG
b. Pemeriksaan global
mengelilingi petanaman untuk memeriksa isolasi jarak, isolasi waktu, keadaan
pertanaman dan kebersihan lapangan
Untuk tanaman tomat, terong, cabe, buncis, kacang panjang, bayam, dan kentang :
1. Untuk luasan pertanaman sampai dengan 1 ha, ditentukan minimum 5 contoh
pemeriksaan, dan setiap penambahann luasan pertanaman sampai dengan 1
ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah 1 contoh pemerikasaan
2. Rumus yang digunakan X = Y + 4
X = jumlah contoh pemeriksaan dan Y = luas areal pertanaman
3. Untuk luas areal pertanaman > 8 ha contoh pemeriksaan minimum 12 contoh
pemeriksaan
JUMLAH TANAMAN TIAP
CONTOH PEMERIKSAAN
Nomor Jenis Tanaman Jumlah tanaman/contoh
1 Padi (tandur jajar) 400 rumpun
2 Padi (tebar langsung) -
3 Jagung 100 tanaman dalam 10 baris
4 Kedelai -
5 Kacang hijau -
6 Kacang tanah -
7 Bawang merah/putih 4 x 100 rumpun
8 Tomat 10 x 10 tanaman
9 Terong 10 x 10 tanaman
10 Cabe 10 x 10 tanaman
11 Buncis 10 x 10 tanaman
12 Kacang panjang 10 x 10 tanaman
13 Bayam 10 x 10 tanaman
14 Kentang 10 x 10 tanaman
JUMLAH TANAMAN TIAP
CONTOH PEMERIKSAAN
Untuk tanaman padi tebar langsung, kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah, maka
jumlah tanaman tiap contoh pemeriksaan yang harus diambil didasarkan pada
pengambilan contoh pendahuluan. Contoh pendahuluan dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang populsi tanaman per satuan luas (m2), yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan luas suatu areal contoh
Dalam hal ini masing masing contoh pemeriksaan diharapkan mewakili bagian
bagian sudut dan bagian bagian tengah areal pertanaman
CONTOH SKETSA PENENTUAN
CONTOH PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN LAPANG
a. Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah
disediakan oleh BPSB untuk setiap pemeriksaan lapangan
b. Hasil pemeriksaan lapangan dikirim ke penangkar benih selambat lambatnya 1
minggu setelag pelaksanaan pemeriksaan lapangan