NAMA
: HERMAN
NIM
: G111 13 009
KELAS
:A
ASISTEN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemuliaan tanaman merupakan salah satu aspek penting yang dipelajari
khususnya dibidang pertanian. Kebutuhan akan tanaman pangan yang berkualitas
dan memiliki produiktifitas tinggi sangat dibutuhkan. Dalam mewujudkan hal
tersebut dibutuhkan bibit unggul baru.
Selain menghasilkan bibit unggul baru perlu juga ditopang dari segi
kemampuan sumber daya manusia dalam mewujudkan hal tersebut. Tidak bisa
dipungkiri bahwa mahasiswa dalam melakukan tekhnik pemuliaan khususnya
tanaman budidaya sangat membutuhkan pengetahuan dan kecakapan khusus
dibidang tersebut sehingga, diharapkan adanya wadah untuk mempelajari hal
tesebut.
Wadah untuk menuntut ilmu sekarang ini kusussnya dalam pemuliaan
tanaman diantanya kampus. Dalam menuntut ilmu pertanian selain dalam kampus,
yaitu bisa dilakukan dengan melakukan praktek dan melakukan suatu observasi
langsung ke lapangan. Salah satu tempat yang cocok untuk melakukan observasi
langsung adalah balit sereal yang mengkhusus pada tanaman serealia. Balai
tanaman serealia adalah tempat yang membudidayakan tanaman jenis rumputrumputan. Didalamnya dikembangkan berbagai metode memperbanyak jenis
tanaman yang memiliki sifat khusus yang bisa dikembangkan. Tanaman yang
awalnya kurang dibudidayakan menjadi menjadi sangat dibutuhkan bahkan sangat
diminati. Berkaitan dengan uraian itu maka dilakukan praktek lapang ke Balit
Kabupaten Maros.
Mempelajari penerapan teknologi yang digunakan di BALIT SEREAL,
sehingga memungkinkan balai ini dapat menghasilkan benih-benih unggul
dengan kualitas yang bermutu tinggi dan memadukannya dengan mesin-mesin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi BALIT SEREAL
Balitsereal Maros melaksanakan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum
dan serealia potensial lain. Adapun fungsinya yaitu Penelitian genetika,
pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jagung, sorgum,
gandum dan serealia potensial lain; Penelitia morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi, dan fitopatologi tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia
potensial lain; Penelitan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman
jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial; Pemberian pelayanan teknik
kegiatan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial;
Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia
potensial lain; Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga (Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, 2016).
2.2 Deskripsi Tanaman Jagung dilokasi Praktik Lapang
Varietas kawali yang memiliki cirri-ciri yaitu umur panen 100 HTS. Potensi
hasil 5 ton/ha, tahan rebah, agak tahan hama aphis, tahan penyakit karat dan
bercak daun, kadar protein 9,12%, lemak 3,94% dan karbohidrat 84,58% dan
dapat ditanam pada lahan sawah dan tegal.
Varietas super-2 yang memiliki cirri-ciri umur panen 115-120 HTS, potensi
hasil 6,3 ton/ha, produksi biomassa 39,3 ton/ha, produksi etanol 3.941 liter/ha,
kadar gula (brix) 12,7%, tahan rebah, hama aphis, agak tahan penyakit
antraksnose, tahan penyakit karat dan bercak daun cocok ditanam pada musim
kering.
Varietas super-1 yang memiliki cirri-ciri yaitu umur panen 110 HTS,
potensi hasil 5,7 ton/ha, produksi biomassa 38,7 ton/ha, produksi etanol 4.3850
liter/ha, kadar gula (Brix) 13,5 %, tahan rebah, hama Aphis, penyakit antraknose,
penyakit karat dan bercak daun cocok ditanam pada musim kering.
Varietas numbu memiliki cirri-ciri yaitu umur panen 100 HTS, potensi hasil
5 ton/ha, tahan rebah, hama aphis, penyakit karat dan bercak daun, kadar protein
9,12%, lemak 3,94, dan karbohidrat 84,58%, dan dapat ditanam pada lahan sawah
dan tegal.
Varietas JH-22 AGRITAN yang memiliki cirri-ciri yaitu umur genjah 80
HTS, potensi hasil tinggi 12,1 ton/ha, tahan bulai (peronosclerospora maydis),
tahan karat daun, tahan hawar daun, adaptif pada lahan ketinggian 5-650 m dpl.
Varietas JH-36 yang memiliki cirri-ciri yaitu umur genjah 89 HTS, potensi
hasil tinggi, tahan bulai, tahan karat daun, tahan hawar daun, tahan rebah akar dan
rebah batang, kandungan lemak 5,02% protein 7,97% dan karbohidrat 74,71%.
Varietas JH-45 yang memiliki cirri-ciri aitu umur 99 HTS, potensi hasil
tinggi 12,6 Ton/ha, tahan bulai, taan karat daun, tahan hawar daun, tahan rabah
akar dan rebah batang beradaptasi luas di daratan rendah.
2.2.1 Jagung Komposit
Tanaman jagung termasuk tanaman menyerbuk silang dan peluang
menyerbuk sendiri kurang dari 5%, sehingga tanaman mendapat serbuk sari dari
tanaman jagung yang ada di sekitarnya. Tepung sari dapat diterbangkan sampai
ratusan meter, bergantung pada kecepatan angin. Karakteristik ini membuka
peluang bagi tanaman jagung untuk dapat membentuk komposit atau sintetik dari
plasma nutfah terpilih (Neni, 2011).
Varietas komposit dibentuk dari galur, populasi, dan atau varietas yang
tidak dilakukan uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk
pembentukan komposit berasal dari galur dan varietas. Varietas atau hibirida dapat
dimasukkan ke dalam komposit yang telah ada (Neni, 2011).
Adapun tahapan pembentukan varietas komposit adalah sebagai berikut:
(a) masing-masing bahan penyusun digunakan sebagai induk betina, (b) induk
jantannya campuran dari sebagian atau seluruh bahan penyusun, dan (c) diadakan
seleksi dari generasi ke generasi (Neni, 2011).
2.2.3 Jagung Hibrida
Tanaman jagung varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil
persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada
tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung varietas hibrida
secara komersial telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930-an (Hallauer
and Miranda 1987 dalam Faesal, 2013).
Sejak akhir 1980-an pemerintah memberikan perhatian yang terhadap
pengembangan jagung hibrida. Pada tahun 1992, Badan Litbang Pertanian
melepas jagung hibrida varietas Semar-1 (Subandi, 1987 dalam Nani, 2009).
Dalam membentuk varietas Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua
inbrida yang unggul. Karena itu, pembuatan inbrid unggul merupakan langkah
pertama pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi
daripada varietas bersari bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan
kelebihan
sorgum
sebagai
bahan
pangan
adalah
nasi.
Jewawut
banyak
tumbuh
di
Indonesia,
namun
sumber karbohidrat. Sumber protein yang mudah dicerna adalah sumber protein
dari hewani, sedangkan sumber karbohidrat adalah gembili (Bernadheta, 2013).
Dilakukan
jewawut
sebagai
sumber serat
Ada dua masalah yang saling terkait dan berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman kedelai, yaitu faktor teknis dan sosial-ekonomi. Faktor teknis yang
berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kedelai yaitu kualitas benih yang
ditanam, pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan dan pengairan serta
penanganan panen dan pasca panen. Sedangkan faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi produktivitas tanaman kedelai diantaranya adalah luas lahan,
pemilikan tanah dan modal (Nugroho, 2012).
2.6 Teknik Persilangan
Persilangn adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan
pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi
cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya
tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan
(Fradana, 2014).
Tujuan utama melakukan persilangan adalah : 1. Menggabungkan semua sifat
baik ke dalam satu genotipe baru, 2. Memperluas keragaman genetik, 3.
Memanfaatkan vigor hibrida, dan 4. Menguji potensi tetua (Ashari, 1998).
2.6.1 Selfing
Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan
pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih
dalam satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan
meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda
pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik
mengering
sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah
tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima
minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
2.6.2 Sibbing
Jagung digolongkan menjadi koleksi dasar yang disimpan untuk jangka
panjang (> 10 tahun), koleksi aktif yang disimpan untuk jangka menengah (<10
tahun) dan digunakan untuk perbanyakan, regenerasi, distribusi, karakterisasi, dan
evaluasi. Keaslian genetik tanaman tetap dipertahankan melalui persilangan
antartanaman (sibbing) dalam setiap aksesi. Karakterisasi dan evaluasi dilakukan
secara berkala, bertujuan untuk memeriksa penyimpangan sifat sekaligus untuk
pembaruan benih (Rukmana, 2007)
Perbaikan populasi untuk tujuan perakitan varietas dapat dicapai jika
terdapat keragaman genetik sifat yang diinginkan antara tanaman dalam populasi.
Nilai proporsi ragam genetik terhadap ragam total atau disebut heritabilitas sangat
menentukan keberhasilan seleksi. Semakin tinggi nilai heritabilitas, semakin
mudah dilakukan seleksi, sedangkan nilai heritabilitas yang rendah sulit
memperoleh kemajuan dalam seleksi karena sifat yang diseleksi lebih banyak
disebabkan oleh faktor lingkungan. Pemilihan populasi dasar yang tepat
merupakan awal dalam seleksi untuk perakitan varietas (Rukmana, 2007).
2.6.3 Crossing
Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan
pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies
yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga
tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak
maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu
setelah mekar (Sandra, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Pelaksanaan praktek lapang ini dilasanakan pada tanggal 1 Mei 2016
pukul 08.00-selesai di Balitseral Maros, Sulawesi selatan.
3.2 Metode pelaksanaan
3.2.1 Dalam Ruangan
Mendengarkan materi terkait balitsereal maros dan melakukan Tanya
jawab terkait materi yang diberikan.
3.2.1 Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung beberapa varietas
yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Foto jagung hibrida di lapangan
Keterangan : Jagung varietas Bima-3 dengan tetua betina Nei-9008 dan tetua
jantan MR-14
Gambar 2. Foto perbandingan komoditas di lapangan
a
Keterangan : Sorgum varietas Kawali (a) dan Numbu(b)
pollen
ke
dalam
ovari
(bakal
buah)
pada
waktu
biji tipis, kulit buah tebal dengan warna menarik serta memiliki
daya simpan yang panjang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktik lapang ini yaitu sangat diharapkan ada lagi
kedepannya karena dalam menuntut ilmu sangat dibutuhkan pengalaman yang
banyak.
5.2 Saran
Sebaiknya pelaksanaan praktik lapang berikutnya lebih dioptimalkan lagi
dalam hal penjadwalan transportasi karena membuat peserta telat sampai ke
tempat tujuan.
5.3 Kesan dan kesan
Menarik dan sangat bagus
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.
Adisarwanto, 2005. Kedelai (Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan
pengoptimalan peran bintil akar). Penebar Swadaya. Jakarta. pp. 104.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2016. Tugas dan Fungsi. diakses
dalam http://www.litbang.pertanian.go.id/unker/one/263/
Bernadheta, Gisca. 2013. Penambahan Gembili Pada Flakes Jewawut Ikan Gabus
Sebagai Alternatif Makanan Tambahan Anak Gizi Kurang. Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
Fradana, Ari Nst. 2014. Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung (Zea Mays
L.). Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
Nugroho, Agung., Dewani, Mochammad., dan Firmansyah, Aries. 2012. Upaya
Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill)
Varietas Panderman Melalui Dosis Dan Waktu Pemberian Kalium.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Faesal. 2013. Peningkatan Peran Penelitian Tanaman Serealia Menuju Pangan
Mandiri. Badan Penelitian Tanaman Serealia.
Nani, Zuraida dan Sutoro. 2009. Pengelolaan Plasma Nutfah Jagung. Balai Besar
dan Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian:
Bogor.
Neni, Iriany,. dkk. 2011. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas.
Balai Penelitian Tanaman Serealia: Maros.
Permadi dan Haryati. 2014. Kajian Beberapa Varietas Unggul Jagung Hibrida
dalam Mendukung Peningkatan Produktifitas Jagung. 4 (2): 188-194.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. http://eshaflora.com/index. php?option=com
content &task=view&id=63&Itemid=61. Diakses 30 November 2011.
Sarawa, Andi Nurmas, Muh.Dasril A. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Kedelai (Glycine Maxl.) Yang Diberi Pupuk Guano Dan
Mulsa Alang-Alang. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo, Kendari.
Satria, Pahlevie . 2009. Pemilihan Tetua untuk Selfing Tanaman dan Tanaman
Bersari Bebas Varietas Jagung (Zea Mays L.). Universitas Sumatera
Utara: Medan
Sirappa. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum Di Indonesia Sebagai Komoditas
Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Balai Pengkajian