Anda di halaman 1dari 36

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Indonesia dikenal
dengan sebutan negara agraris yaitu mayoritas penduduknya memiliki mata
pencaharian di sektor pertanian. Menurut Panennungi, M. A., & Xu, N. (2017)
bahwa sektor pertanian terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman
bahan makanan, subsektor perikanan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan
dan subsektor tanaman perkebunan (hortikultura).
Salah satu subsektor pertanian yang berperan penting pada peningkatan
sektor pertanian yaitu subsektor tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura
merupakan salah satu subsektor pertanian yang berfungsi sebagai penghasil
bahan pangan. Selain itu tanaman hortikultura memiliki fungsi sebagai penyedia
pangan, ekonomi, kesehatan dan sosial budaya.
Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peluang
yang cukup besar kaitannya dengan fungsi tanaman hortikultura. Tomat
merupakan tanaman semusim dan tergolong famili Solanaceae. Tomat memiliki
akar tunggang masuk ke dalam tanah, dan akar serabutnya tumbuh di permukaan
tanah yang dangkal. Batangnya berbentuk persegi hingga membulat, lunak dan
kuat. Bunga tanaman tomat berwarna kuning dengan ukuran kecil dengan daun
berbentuk oval bergerigi dengan celah yang menyirip.
Tomat merupakan salah satu tanaman buah sayur yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat. Tomat menjadi salah satu komoditas unggulan
dalam usaha tani sayur dan buah di Indonesia,. Menurut Buurma (1992) areal
pertanaman tomat di Indonesia selauas 30.000 ha dan 15.000 ha di antaranya
terdapat di pulau Jawa dengan hasil rata-rata 2,65 ton/ha di dataran rendah dan
10,40 ton/ha di dataran tinggi. Luas areal pertanaman tomat di dataran rendah
pulau Jawa 34% sedangkan di dataran tinggi 66%.
Berdasarkan data BPS (2019), produksi tanaman hortikultura terutama
tomat dalam tiga tahun terakhir relatif meningkat yaitu sebanyak 883.242 ton
tahun 2016, 962.845 ton tahun 2017, dan sebanyak 976.790 ton pada tahun 2018.
Hal ini menunjukkan bahwa permintaan pasar terhadap tomat cukup besar.
Dengan demikian, produktivitas dan luas lahan tanaman tomat dan efektivitas
dalam penggunaan benih perlu ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan menggunakan benih hibrida.
Menurut Syukur, M., Sujiprihati, S., & Yunianti, R. (2012) bahwa benih
hibrida adalah keturunan pertama dari suatu hasil persilangan dan hanya
digunakan untuk sekali penanaman saja. Pembenihan cara hibrida menggunakan
tetua yang memiliki keunggulan tertentu, teknik dan cara pembenihan yang khas,
serta memerlukan ketelitian yang tinggi. Benih hibrida memiliki keunggulan
seperti pertumbuhannya kuat, hasil panennya tinggi, dan keseragamannya tinggi

1
baik dalam bentuk, pertumbuhan, serta kualitasnya. Benih hibrida dihasilkan dari
persilangan antara dua tetua galur murni atau lebih. Persilangan dilakukan agar
tetua betina dapat diserbuki oleh tetua jantan dari tetua galur yang memiliki
karakteristik berbeda sehingga dapat diperoleh benih tomat hibrida yang
diinginkan. Tujuan persilangan adalah untuk memproduksi benih hibrida.
Tomat merupakan tanaman hermafrodit yaitu memiliki sel kelamin jantan
dan sel kelamin betina dalam satu bunga. Hal ini menyebabkan tanaman tomat
dikenal dengan sebutan tanaman self pollination yaitu dalam kondisi normal
mempunyai tingkat penyerbukan silang sangat rendah. Oleh sebab itu, penyediaan
benih tomat hibrida yang merupakan generasi F1 dari persilangan antara dua galur
atau varietas homozigot sering menjadi faktor pembatas dalam penerapan
teknologi padi hibrida secara luas.
Dalam melakukan kegiatan produksi benih hibrida, diperlukan kegiatan
konvensional seperti pemilihan bunga yang telah mekar, kastrasi, emaskulasi,
pengumpulan serbuk sari dari tetua jantan, penyerbukan dan pelabelan atau
dengan menggunakan genotipe mandul jantan. Emaskulasi adalah kegiatan
pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina sebelum bunga mekar
atau sebelum terjadinya penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan
pada tanaman berumah satu yang hermafrodit dan fertil. Sedangkan kastrasi
adalah kegiatan pembersihan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan
diemaskulasi dari kotoran, serangga, dan kuncup bunga yang tidak dipakai.
Emaskulasi pada program pemuliaan hibridisasi tanaman menyerbuk
sendiri membutuhkan tenaga kerja dan waktu yang cukup banyak. Kegiatan
emaskulasi-kastrasi ini mengakibatkan tingginya biaya produksi. Oleh karena itu,
diperlukan solusi agar dapat melakukan kegiatan produksi benih hibrida dengan
biaya yang lebih murah dan memperoleh keseragaman yang tinggi yaitu dengan
menggunakan galur mandul jantan (Dhaliwal, M. S., and D. S. Cheema, 2008).
Produksi benih hibrida dilakukan dengan menggunakan galur mandul
jantan. Mandul jantan diartikan sebagai ketidakmampuan tanaman membentuk
biji karena kegagalan polen atau sel telur berfungsi secara normal. Galur mandul
jantan mempunyai polen steril, sehingga hanya dapat menghasilkan benih apabila
terjadi persilangan atau mendapat polen normal (fertil) dari galur atau varietas
lain. Penggunaan galur mandul jantan ini dapat meminimalkan terjadinya tanaman
OP (open pollinated) dan mengurangi biaya produksi benih hibrida. Untuk
menggunakan galur mandul jantan, diperlukan pengetahuan yang lebih rinci
mengenai karakteristik mandul jantan tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh yaitu:
1. Untuk mengetahui teknik budidaya produksi tanaman tomat genotipe
mandul jantan.

2
2. Untuk mengetahui karakteristik tanaman tomat genotipe mandul jantan
(male steril).
3. Untuk mengetahui karakteristik tanaman tomat non mandul jantan (male
fertil).

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh yaitu:
1.3.1 Manfaat Magang Bagi Mahasiswa
1. Untuk mempelajari karakteristik genotipe mandul jantan tomat.
2. Sebagai wadah untuk menimba ilmu mengenai dunia usaha dan peluang
yang sesungguhnya pada perusahaaan dan ataupun indusri.
3. Untuk meningkatkan keterampilan serta keahlian secara teknis di
lapangan.
4. Untuk mempelajari sosiologi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan
tersebut.
5. Memberikan pengetahuan keterampilan kepada mahasiswa tentang dunia
kerja.
6. Mengetahui kiat-kiat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada suatu
industri ditinjau dari aspek majerial.
7. Sebagai peruwujudan program keterkaitan dan kesepadanan antara dunia
pendidikan dan dunia industri.
1.3.2 Manfaat Magang Bagi Perguruan Tinggi
1. Terjalinnya kerjasama bilateral antara Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu dengan Perusahaaan.
2. Meningkatkan kualitas Lulusan melalui pengalaman kerja selama kegiatan
magang.
3. Dikenalnya Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu didunia perusahaan
dan/atau industri.
1.3.3 Manfaat Magang Bagi Perusahaan
1. Terjalinnya kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha
(perusahan/industri), sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan
akademis dan peneliti.
2. Adanya masukan-masukan ataupun kritikan-kritikan yang membangun
dari mahasiswa peserta magang dan/atau dosen pembimbing magang dari
universitas untuk perbaikan perusahaan dimasa yang mendatang.
3. Adanya peluang perusahaan untuk memanfaatkan tenaga mahasiswa
peserta magang sebagai tenaga kerja paruh waktu.

3
II. GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG

2.1 Sejarah Perusahaan


a. Latar Belakang Berdirinya Perusahaan
PT. BISI International Tbk didirikan pada 22 Juni 1983 dengan nama PT.
Bright Indonesia Seed Industry yaitu sebagai perusahaan Penanaman Modal
Asing (PMA) yang berlokasi di Jalan Raya Pare Wates, Desa Sumber Agung,
Kecamatan Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pada 1994 PT. Bright
Indonesia Seed Industry berganti nama menjadi Perusahaan Penanaman Modal
Dalam Negeri dengan nama PT. Benih Inti Subur Intani atau sering disebut PT.
BISI International Tbk.
PT BISI International Tbk merupakan perusahaan penghasil benih hibrida
terakreditasi pertama dari pemerintah untuk memberikan label sendiri pada
produk-produk benih yang dihasilkannya. di Indonesia untuk komoditas tanaman
padi, jagung dan berbagai jenis tanaman hortikultura, dan sekaligus salah satu
penghasil pestisida di Indonesia serta distributor berbagai jenis pupuk. Perusahaan
benih ini memiliki kantor pusat yang berada di Sidoarjo Jawa Timur dengan
fasilitas pengolahan yang terletak di Kediri, Jawa Timur.
Dalam pengembangan produknya, PT. BISI International Tbk selalu
menerapkan teknologi pemuliaan tanaman dengan menggabungkan penelitian
lapangan dan laboratorium sehingga mampu menghasilkan produk benih yang
berkualitas, beradaptasi luas, tahan hama dan penyakit, serta berproduksi tinggi.
Sebagai perusahaaan multinasional yang senantiasa mengikuti perkembangan
teknologi dan memiliki fasilitas laboratorium yang modern pabrik.
PT. BISI International Tbk telah mendapatkan kepercayaan dari
pemerintah sebagai instalasi karantina tumbuhan dan memiliki wewnang untuk
mengevaluasi kesehatan benih karena memiliki Sertifikat Karantina Mandiri yang
diterbitkan melalui Surat Keputusan Menteri Tahun 2006. Selain itu, PT. BISI
Internasional Tbk pernah dianugerahi penghargaan dari pemerintah yaitu Satya
Lencana yang merupakan pernghargaan tertinggi dari pemerintah untuk individu
atau institusi yang telah menghasilkan produk yang berkualitas dan bermutu
tinggi. PT. BISI International Tbk juga mendapatkan Akreditasi Sistem Mutu dari
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
LSSM-BTPH pada tahun 2000. Setelah itu, pada tahun 2005 mendapatkan
Sertifikat untuk Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu sesuai standar SNI dan
LSSM-BTPH dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Ditahun yang sama, PT.
BISI International Tbk mulai mengembangkan ekspor hingga ke mancanegara
antara lain China, Philipina, Jepang, Vietnam, dan Malaysia yang pemasarannya
kemudian dikembangkan lagi ke India pada tahun 2008.
Produk benih, pestisida, dan pupuk yang dipasarkan oleh PT. BISI
International Tbk dan anak usahanya menggunakan merk Cap Kapal Terbang dan
untuk produk pestisida impor menggunakan beberapa merk dari pemilik

4
(prinsipal) merk seperti Turek dan Besmor. Adapun untuk produk pengembangan
sendiri, PT. BISI International Tbk dan anak usahanya menggunakan merk seperti
Rambo, Ranger, dan Noxone.
Tim penelitian dan pengembangan produk melakukan pengamatan melalui
penerapan teknologi pemuliaan tanaman dengan menggabungkan penelitian
lapangan dan penelitian laboratorium, sehingga produk yang dihasilkan
merupakan benih tanaman yang berkualitas. Hingga saat ini departemen penelitian
dan pengembangan produk BISI telah memiliki lahan pengujian dan penelitian
yang terletak pada daerah dataran rendah, menengah dan tinggi yang tersebar di
seluruh Indonesia. Lahan pengujian dan penelitian tersebut diantaranya berlokasi
di Jl. Kolonel Masturi No.112, Sukajaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat,
Jawa Barat 40391.
PT. BISI International Tbk memiliki beberapa departemen dengan
tugasnya masing-masing seperti Departemen Produksi dan Departemen Quality
Control (QC). Departemen Produksi terdiri dari produksi jagung, padi, sayuran
hibrida, dan sayuran bersari bebas atau OP. Sebagai upaya penyediaan benih yang
berkualitas dan memenuhi enam asas tepat yakni tepat varietas, tepat jenis, tepat
mutu, tepat jumlah, tepat lokasi, dan tepat harga, perusahaan bekerja sama dengan
petani-petani binaan, tim produksi juga terjun langsung dalam melakukan
pengawasan, mulai saat pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai
dengan panen. Pemrosesan benih dilakukan melalui serangkaian pengawasan
yang sesuai dengan standarisasi mutu produk yang juga dilakukan oleh
perbenihan internasional.
Sementara itu, Departemen QC berperan aktif dalam pengawasan produksi
benih mulai dari persiapan benih induk, lahan penanaman, pengujian kadar air,
daya tumbuh dan vigor tanaman, sampai benih siap dikemas dan dipasarkan.
Dengan demikian, produk benih tanaman yang diproduksi dapat memenuhi
standar kualitas yang telah ditetapkan dan standarisasi perbenihan yang berlaku.
Hingga saat ini ada 122 varietas benih tanaman unggul yang telah diproduksi dan
dirilis serta telah mendapat respon yang baik dari pasar. Benih varietas tanaman
unggul tersebut antara lain adalah jagung, padi, cabai, tomat, mentimun, terong,
kacang panjang, melon, semangka, kubis, jagung manis, pare, sawi putih, selada,
lobak, bayam, kangkung, kol bunga, brokoli, buncis, sawi, gambas, spinach,
seledri, kalian, waluh, dan blewah. Benih-benih tanaman yang telah lulus uji,
dalam penyimpanannya ditempatkan dalam ruang kontrol khusus yang kondisi
temperatur, kelembaban dan tekanannya disesuaikan dengan standar
penyimpanan, serta selalu mendapatkan pengawasan yang ketat dan diatur oleh
tenaga-tenaga profesional.
Saat ini, pabrik pengolahan benih pada PT. BISI International Tbk terbagi
menjadi 11 HCRD Farm (Horticulture Crop Research and Development Farm).
Salah satunya yaitu PT. BISI International Tbk, HCRD Farm Lembang Jawa
Barat dengan luas lahan 16,4 ha dan berada pada ketinggian 1000 mdpl. Farm ini

5
difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas
unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan
teknologi pemuliaan tanaman.

b. Tujuan Perusahaan
Tujuan kegiatan usaha utama di PT. BISI International Tbk adalah
memproduksi dan menjual benih hibrida berkualitas tinggi untuk tanaman pangan
dan hortikultura serta agrokimia berupa pupuk dan pestisida.

c. Visi dan Misi Perusahaan


Visi : Menyediakan pangan bagi dunia yang berkembang.
Misi : Dengan meningkatnya permintaan dunia akan pangan, papan, bahan bakar
dan serat, kami memberikan produk, teknologi dan dukungan yang
inovatif untuk membantu petani meningkatkan produktivitas.

2.2 Struktur Organisasi


Adapun struktur organisasi di PT. BISI International Tbk sebagai berikut:

HEAD OF RESEARCH &


DEVELOPMENT

(Putu Dasarna, Ph.d)

GM OF HORTICULTURE
RESEARCH & DEVELOPMENT

(Mulyantoro, Ph.d)

HEAD OF JABAR HCRD FARM &


TOMATO BREEDING

(Rudy Hermanto, M.Si)

SUPERVISOR OF LEMBANG & SECTION HAND OF TOOMATO


BOGOR FARM BREEDING & LEMBANG
ADMINISTRATION FARM OPERATIONAL

(Purwati, SP) (Janwar Eka Saputra, SP)

Gambar 1. Struktur Organisasi di PT. BISI International Tbk, HCRD Farm


Lembang

6
2.3 Sistem Manajemen Produksi
Sistem manajemen produksi yang diterapkan di PT. BISI International
Tbk, HCRD Farm Lembang yaitu saat F1 hasil pendaftaran varietas mendapatkan
respon yang baik oleh petani kemudian dilakukan kegiatan uji coba produksi
benih. Kegiatan uji coba produksi benih dilakukan oleh tim R&D (research and
development). Setelah dilakukan uji coba, benih dikirim ke processing yang
sebelumnya sudah dilakukan test daya tumbuh dan kemurnian benih F1. Benih
akan diproses, disortir, dan dikemas dengan baik. Setelah proses pengemasan
selesai, dilakukan kegiatan pemasaran produk oleh tim marketing. Saat
permintaan pasar meningkat, maka kapasitas produksi benih akan ditingkatkan
sesuai permintaan pasar. Kegiatan ini dilakukan oleh Departemen Produksi.

2.4 Sistem Tata Kelola Tenaga Kerja


Tenaga kerja PT. BISI International Tbk, HCRD Farm Lembang direkrut
berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kegiatan yang ada di perusahaan. Tenaga
kerja yang memiliki pendidikan terakhir di tingkat SMP/SMU diposisikan ke
dalam kegiatan non perawatan. Sementara itu, tenaga kerja yang memiliki
pendidikan terakhir di tingkat SD diposisikan ke dalam kegiatan perawatan.
Sistem perekrutan tenaga kerja di PT. BISI International Tbk, HCRD Farm
Lembang dilakukan dengan menggunakan kontrak tahunan (per 1 tahun) dengan
kegiatan istirahat ketika kegiatan di perusahaan mulai berkurang. Kegiatan
istirahat ini disebut dengan rolling. Rolling antar tenaga kerja dilakukan selama
masa kontrak.

7
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tanaman Tomat


Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
sayur yang berasal dari Andean, Amerika Selatan yang meliputi wilayah Chili,
Ekuador, Bolivia, Columbia, dan Peru. Tomat merupakan tanaman hortikultura
yang bersifat multiguna dan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia sehingga
kebutuhan pasar akan buah tomat pun terus meningkat. Tomat yang
didomestifikasikan pertama kali ada di Meksiko yaitu tomat cherry. Setelah itu,
tomat menyebar ke negara-negara Eropa, kemudian menyebar ke Cina, Asia,
termasuk Indonesia.
Tomat memiliki banyak kandungan vitamin dan mineral. Sebagai sumber
vitamin, tomat kaya akan vitamin C yang berguna untuk meningkatkan kekebalan
tubuh serta mengobati berbagai macam penyakit. Selain vitamin C, tomat juga
kaya akan vitamin A yang dapat mencegah dan mengobati xeropthalmia pada
mata. Sebagai sumber mineral, tomat mengandung Fe (zat besi) yang berguna
untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Selain itu, tomat juga
mengandung serat untuk membantu penyerapan makanan dalam sistem
pencernaan, mengandung potassium yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan
darah tinggi, dan mengandung zat pembangun jaringan tubuh maupun zat yang
menghasilkan energi seperti karbohidrat, lemak, protein, dan kalori (Supriati,
2009).
Menurut Wiryanta (2002) bahwa tanaman tomat terdiri dari akar, batang,
daun, bunga, dan biji. Tinggi tanaman tomat dapat mencapai 2-3 meter. Batang
tanaman tomat berbentuk bulat dengan tekstur lunak saat masih muda kemudian
berubah menjadi keras berkayu. Seluruh permukaan batang ditumbuhi oleh bulu-
bulu halus berwarna putih. Akarnya berbentuk serabut yang dapat menyebar ke
segala arah dan dapat menembus lapisan tanah pada kedalaman 30-70 cm.
Daun tanaman tomat berwarna hijau berbulu dan memiliki panjang sekitar
20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Daun tomat ini tumbuh di dekat ujung cabang.
Sementara itu, tangkai daunnya berbentuk berbentuk bulat memanjang sekitar 7-
10 cm dengan ketebalan 0,3-0,5 cm.
Tanaman tomat memiliki bunga berwarna kuning dan tersusun atas 5 helai
kelopak daun dan 6 mahkota bunga. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan
sendiri karena memiliki serbuk sari dan benang sari dalam satu bunga atau disebut
dengan tipe bunga berumah satu. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan terjadi penyerbukan silang.
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih, atau oval. Buah
tomat dapat berwarna hijau, oranye hingga merah. Bijinya berbentuk pipih,
berbulu, dan diselimuti dengan daging buah. Biji tomat berwarna putih, putih
kekuningan, dan kecokelatan. Berdasarkan bentuk buahnya, tomat dibedakan
menjadi tomat biasa, tomat apel, tomat kentang, tomat tegak, tomat cherry.

8
Sementara itu, berdasarkan tipe pertumbuhannya tanaman tomat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu tomat determinate, semideterminate, dan indeterminate.
Berikut ini adalah klasifikasi tanaman tomat:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum lycopersicum L.

3.2 Syarat Tumbuh


Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap produksi benih tomat. Beberapa faktor iklim tersebut adalah cahaya
matahari, suhu udara, curah hujan, dan angin. Tanaman tomat termasuk kelompok
tanaman berhari netral yang memerlukan penyinaran matahari minimal selama 8
jam per hari. Tanaman tomat akan tumbuh baik di daerah yang memperoleh
intensitas cahaya tinggi baik di daerah tropis maupun subtropis. Selama masa
pertumbuhannya, tanaman tomat menghendaki suhu udara siang hari sekitar 240C.
Suhu udara yang berpengaruh baik terhadap warna buah tomat adalah 240C -
280C. Perbedaan suhu antara siang dan malam yang terlalu tinggi akan
menyebabkan rendahnya pembentukan bunga dan buah sehingga produksi buah
tomat pun menurun. Tanaman tomat tidak tahan terhadap suhu dibawah 100C
dalam waktu yang lama. Sedangkan pada suhu sekitar 420C, proses pembuahan
menjadi terganggu karena serbuk sari menjadi steril (Pitojo, 2005).
Menurut Pracaya (2012) bahwa pertumbuhan tanaman tomat akan baik
bila suhu pada malam hari sekitar 100C-200C dan pada siang hari sekitar 180C-
290C. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan buah menjadi rusak akibat
paparan sinar matahari. Suhu dibawah 40C menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat, sedangkan pada suhu 00C tanaman tomat menjadi mati.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanman menjadi mudah terserang
penyakit. Intensitas sinar matahari berperan penting dalam pembentukan vitamin
C dan karoten dalam buah tomat. Pertumbuhan tanaman tomat di dataran tinggi
lebih baik daripada di dataran rendah karena tanaman akan menerima sinar
matahari yang lebih banyak dengan suhu yang rendah.
Selain suhu udara dan intensitas cahaya matahari, faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat lainnya adalah curah hujan. Tanaman
tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Sedangkan pada
fase generatif, tanaman tomat memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan

9
yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh benih
menjadi rendah. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman tomat adalah
sekitar 750-1.250 mm per tahun. Faktor lain yang memepengaruhi pertumbuhan
tanaman tomat adalah angin dan kondisi tanah. Angin yang kencang cenderung
merugikan tanaman seperti mempercepat proses penguapan air di lapisan tanah
atas dan memacu terjadinya evaporasi sehingga tanaman menjadi layu dan buah
menjadi rontok. Selain itu, angin yang kencang juga akan menyebabkan serangga
penyerbuk yang membantu persarian bunga relatif berkurang sehingga
menyebabkan proses penyerbukan bunga tomat menjadi terganggu (Pitojo, 2005).
Menurut Cahyono (2008) bahwa sifat kimia, fisik, dan biologi tanah juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat. Sifat fisika tanah yang baik
untuk penanaman tomat adalah tanah yang memiliki tekstur lempung atau
lempung berdebu. Selain itu, tanah yang baik untuk penanaman tomat adalah
tanah yang berstruktur remah atau gembur dan banyak mengandung bahan
organik, subur, dan mudah mengikat air (porous). Hal ini akan menyebabkan
aktivitas mikroorganisme dalam tanah akan meningkat sehingga dapat
menguraikan bahan-bahan organik yang diperlukan tanaman dan dapat
meningkatkan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan oksigen di
dalam tanah akan memperlancar drainase sehingga terhindar dari penggenangan
air yang dapat menyebabkan kematian pada tomat. Selain itu, akar tanaman tomat
dapat menembus tanah dengan mudah dan mengurangi erosi tanah yang
menyebabkan hilangnya unsur hara yang diperlukan tanaman.
Sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah derajat keasaman. Tanaman tomat akan tumbuh
dengan baik pada tanah yang memiliki pH 5,5 - 6,8. Derajat keasaman (pH) tanah
akan berpengaruh terhadap aktivitaas organisme tanah dalam menguraikan bahan-
bahan organik dan ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman.
Selain sifat fisika dan kimia, sifat biologi tanah juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman tomat. Sifat biologi tanah berkaitan dengan sifat fisika dan
kimia tanah. Sifat biologi tanah yang baik dapat membantu melarutkan unsur hara
yang tidak larut dan dapat menyimpan kelebihan hara. Selain itu, sifat biologi
tanah yang baik akan membantu terjadinya proses nitrifikasi, menekan
pertumbuhan organisme tanah yang merugikan, dapat menyuburkan tanah, dan
membantu melancarkan peredaran udara di dalam tanah (aerasi).

3.3 Pemuliaan Tanaman


Pemuliaan tanaman (plant breeding) adalah ilmu dan seni dalam merakit
keragaman genetik suatu populasi tanaman tertentu agar lebih baik dari
sebelumnya. Tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk memperoleh atau
mengembangkan varietas agar lebih efisien dalam penggunaan unsur hara dan
tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik sehingga dapat menghasilkan produksi
yang tinggi. Ilmu tentang cara perkembangbiakan tanaman sangat penting bagi

10
pemulia tanaman terutama dalam menentukan metode seleksi. Perkembangbiakan
tanaman dibagi menjadi dua yaitu secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan
secara seksual dibagi menjadi dua yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan
silang. Ada dua golongan benih yang dapat dihasilkan dari upaya pemuliaan untuk
tanaman menyerbuk sendiri, yaitu benih hibrida dan non hibrida (galur murni).
Menurut Yati dan Firmansyah (2009) bahwa hibrida merupakan turunan
individu hasil perkawinan secara alami atau sengaja antara dua jenis tumbuhan
dalam satu famili sehingga dapat memunculkan sifat-sifat unggul yang
diinginkan. Benih hibrida merupakan benih hasil persilangan antara dua varietas
tanaman sejenis yang memiliki sifat induk berbeda untuk mendapatkan sifat
unggul dari masing-masing induknya. Sedangkan benih non hibrida tidak melalui
persilangan dua tetua galur murni (bukan generasi F1 hasil persilangan).
Tanaman tomat sering dikenal dengan sebutan tanaman berumah satu yang
berarti memiliki kelamin jantan dan kelamin betina dalam satu bunga sehingga
dapat melakukan penyerbukan sendiri. Tanaman menyerbuk sendiri ini akan
menghasilkan benih OP (open pollinated) yaitu benih yang dihasilkan dari
penyerbukan sendiri. Benih hibrida memiliki keunggulan dibandingkan dengan
benih OP. Benih hibrida memiliki vigor yang lebih baik dan dapat menghasilkan
tanaman dengan pertumbuhan dan waktu panen yang seragam. Dengan kata lain,
benih hibrida memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, baik dalam hal iklim
maupun kondisi tanah tertentu. Selain kemampuan vigor yang unggul, benih
hibrida juga memiliki viabilitas (daya kecambah) yang tinggi. Benih hibrida lebih
tahan terhadap hama dan penyakit. Hal inilah yang menyebabkan permintaan
pasar akan benih hibrida semakin meningkat.

3.4 Mandul Jantan


Mandul jantan (male sterility) pada tomat pertama kali dideskripsikan pada
tahun 1915 dan telah menjadi subjek penelitian genetik yang berkelanjutan sejak
1930-an (Crane, 1915). Menurut Syukur (2012) bahwa genotipe mandul jantan
banyak dimanfaatkan oleh pemulia tanaman dalam memproduksi benih hibrida.
Kemandulan tanaman dapat diartikan sebagai ketidakmampuan tanaman
membentuk biji karena kegagalan polen atau sel telur berfungsi secara normal.
Ketidaknormalan perkembangbiakan dapat menyebabkan terjadinya kemandulan.
Dengan kata lain, mandul jantan adalah bunga yang tidak memiliki polen atau
memiliki polen yang tidak berfungsi secara normal. Kemandulan terjadi karena
danya ketidaksetimbangan nukleus atau sitoplasma akibat persilangan
antarspesies yang berbeda. Kesetimbangan akan kembali pulih pada generasi
berikutnya melalui mutasi dalam nukleus yang menghasilkan alel pemulih.
Menurut Syukur (2012) ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
mandul jantan seperti tidak adanya benang sari, kegagalan dalam memproduksi
polen disebabkan oleh terganggunya fase pertumbuhan, dan polen terbentuk
namun gagal dalam proses pematangan karena adanya penyimpangan susunan

11
kepala sari. Sistem mandul jantan dibedakan menjadi tiga tipe yaitu mandul jantan
genik, mandul jantan sitoplasmik, dan mandul jantan sitoplasmik-genik.
Mandul Jantan Genik (Genic Male Sterility) adalah tipe kemandulan yang
banyak terjadi pada spesies tanaman menyerbuk sendiri maupun tanaman
menyerbuk silang. GMS umumnya dikendalikan oleh lokus tunggal dengan dua
alel (Ms, ms). Genotipe ms/ms umumnya mandul, sedangkan Ms/ms atau Ms/Ms
adalah fertil. GMS dapat muncul secara spontan atau diinduksi secara buatan
dengan mutagen fisik atau kimia.
Ada lima jenis mandul jantan dalam tomat tetapi hanya tipe serbuk sari
abortif (sporogenik) dan sterilitas fungsional saja yang telah dieksploitasi untuk
produksi benih hibrida. Mekanisme mandul jantan lain terkait dengan
perkembangan buah yang cacat pada keturunan hibrida. Mandul jantan fungsional
dapat dipertahankan dengan penyerbukan manual dan mandul jantan homozigot
sebagai induk betina. Jenis serbuk sari yang abortif dipertahankan dengan
melakukan backcrossing tanaman mandul jantan (male steril) homozigot (msms)
dengan tanaman jantan subur (male fertil) heterozigot (Msms). Progen tersebut
memisahkan ke dalam kesuburan jantan dan steril jantan dalam perbandingan 1:1.
Sebuah populasi tanaman GMS tidak dapat dihasilkan, tetapi gen-gen
GMS dapat dibawa dalam frekuensi yang cukup tinggi pada tanaman menyerbuk
sendiri jika benih dari tanaman GMS digunakan untuk menanam generasi
selanjutnya. Benih yang dipanen dari tanaman male-steril (msms) dapat diserbuki
oleh tanaman male-fertile homozigot (MsMs) atau heterozigot (Msms). Akan
tetapi, jika penyerbukan terjadi oleh Msms, maka keturunannya akan bersegregasi
50% Msms : 50 % msms. Jika tanaman male-sterile (msms) diserbuki oleh
tanaman male-fertile (MsMs), maka semua tanaman F1 akan heterozigot dan
male-fertile (Msms). Akan tetapi, generasi F2 akan bersegregasi 25% MsMs : 50%
Msms : 25% msms.

Tabel 1. Keturunan yang Dihasilkan dari Berbagai Kombinasi Persilangan pada


Mandul Jantan Genik
No. Persilangan Keturunan yang Dihasilkan
1. ms ms x Ms Ms F1 (Ms ms) → fertil
2. Ms Ms x ms ms Tidak ada F1 yang dihasilkan
3. ms ms x Ms ms F1 (Ms ms) → fertil
F1 (ms ms) → steril
4. Ms ms x ms ms Tidak ada F1 yang dihasilkan

Proporsi tanaman male-sterile dan male-fertile pada generasi berikutnya


dapat diperkirakan dari proporsi polen dengan gen Ms polen dengan gen ms. Pada
F2, 66.6% sel polen akan bergenotipe Ms dan 33.3% akan bergenotipe ms. Kawin
acak gamet jantan dengan proporsi tersebut dengan sel telur ms akan
menghasilkan populasi F3 dengan proporsi 66.6% heterozigot : 33.3% homozigot

12
resesif dan male-sterile. Tanaman male-fertile pada F3 akan heterozigot, 50%
polen akan membawa gen resesif dan proporsi ini akan dipelihara pada generasi-
generasi berikutnya. Adanya mandul jantan genetik tersebut dapat meningkatkan
penyerbukan silang alami dan mengurangi waktu serta biaya tenaga kerja untuk
melakukan emaskulasi dalam memproduksi benih hibrida.
Mandul Jantan Sitoplasmik (Cytoplasmic Male Sterility) dikendalikan oleh
sitoplasma streil. CMS tidak berkaitan dengan faktor genetik kecuali bila suatu
gen mempunyai pengaruh pada perubahan kegiatan sitoplasma. Keturunan hasil
persilangan CMS akan tetap steril karena memiliki sitoplasma dari tetua
betinanya. Kebanyakan CMS disebabkan oleh hibridisasi antara spesies yang
berbeda, antara sub-spesies, atau antara varietas berbeda dari spesies yang sama.
Dalam pemuliaan tanaman, CMS banyak diguankan untuk memproduksi benih
tanaman hias atau tanman yang bagian vegetatifnya memiliki nilai ekonomi.
Mandul Jantan Sitoplasmik-Genik (Cytoplasmic-Genic Male Sterility)
dikendalikan oleh interaksi sitoplasma (sebagai penyebab mandul) dan gen
pemulih dalam nukleus (sebagai penyebab fertilitas/memulihkan fertilitas).
Kemandulan dengan tipe ini terjadi jika sitoplasma steril, sedangkan alel pada
lokus gen pemulih tidak ada. CGMS memiliki dua tipe sitoplasma yaitu fertil
normal (N) dan jantan steril (S), dan di inti terdapat gen Ms yang dominan
terhadap ms. Sitoplasma diwariskan kepada keturunan hanya dari tetua betina.
Gen Ms dominan terhadap sitoplasma steril (S). Berdasarkan tipe sitoplasma dan
gen yang dimilikinya, tanaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Tipe Sitoplasma dan Gen Inti


Inti
Ms Ms Ms ms ms ms
Sitoplasma
N Fertil Fertil Fertil
S Fertil Fertil Steril

Adanya pengaplikasian genotipe mandul jantan dapat meningkatkan


penyerbukan silang alami. Gen mandul jantan memberikan mekanisme untuk
meningkatkan penyerbukan silang pada tanaman menyerbuk sendiri. Melalui gen
mandul jantan, kemampuan untuk mendapatkan kombinasi persilangan akan
semakin meningkat, terutama untuk penyerbukan silang diantara generasi-
generasi yang bersegregasi.
Sistem mandul jantan juga dapat digunakan sebagai penghasil benih
hibrida. Tanaman A yang memiliki polen steril disilangkan dengan tanman fertil
B. Kedua tanaman ini dipilih sebagai tetua yang dapat menimbulkan heterosis
pada F1. Pada pemuliaan tanaman, mandul jantan dapat digunakan untuk
menghindari pekerjaan emaskulasi sebelum hibridisasi yang memerlukan tenaga
kerja dan waktu yang banyak sehingga dapat menghemat biaya produksi benih.

13
IV. METODE MAGANG

4.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan magang berlangsung mulai dari 11 Juni - 8 Agustus 2019 di PT.
BISI International Tbk, HCRD Farm Lembang Jawa Barat.

4.2 Tahapan Pelakasanaan


Pelaksanaan magang ini meliputi beberapa tahapan. Adapun tahap-tahap
pelaksanaan kegiatan magang ini sebagai berikut.
1. Penentuan Peserta dan Kelompok Magang
Peserta magang merupakan mahasiswa Agroekoteknologi yang telah
memenuhi beberapa syarat. Adapun syarat–syarat peserta magang yaitu:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada tahun akademik berjalan di Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
2. Telah lulus 80 Satuan Kredit Semester (SKS), yang dinyatakan dengan
transkrip nilai yang disahkan oleh Dekan.
3. Nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tidak kurang dari 2.00.
4. Tidak sedang menjalani sanksi akibat pelanggaran akademis tertentu.
Selain itu, peserta magang menentukan anggota kelompok. Adapun
anggota kelompok magang ini yaitu Cindya Reva Mardella, Anggita Sri
Wahyuni dan Deksa Umroh. Selanjutnya, mahasiswa yang memenuhi syarat
mendaftarkan diri beserta kelompok ke koordinator magang. Peserta magang
bisa mendiskusikan perihal tempat magang kepada koordinator atau dosen
lainnya. Pertemuan dengan calon peserta magang dilakukan pada 13 Maret
2019. Setelah dilakukan pertemuan, calon peserta magang dapat langsung
melakukan pendaftaran magang.
2. Penentuan Lokasi dan Pembimbing Magang
Lokasi magang dipilih oleh mahasiswa dengan cara melakukan
komunikasi secara informal terlebih dahulu dengan Perusahaan/Instansi calon
tempat magang. Jika sudah ada penerimaan secara informal oleh pihak
instansi/perusahaan calon tempat magang, mahasiswa melaporkan kepada
Koordinator Mata Kuliah Magang dengan memberikan alamat calon tempat
magang, nama dan nomor penghubung dan hal-hal yang dipersyaratkan oleh
pihak Perusahaan/Instansi yang harus dipenuhi baik oleh mahasiswa maupun
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jika perusahaan/instansi dinilai
layak sebagai tempat magang oleh Koordinator Mata Kuliah Magang,
selanjutnya mahasiswa diberi surat pengantar oleh pihak Jurusan BDP kepada
Fakultas untuk menerbitkan Surat Permintaan Resmi kepada
Perusahaan/Instansi sebagai tempat magang mahasiswa Program Studi.
Agroekoteknologi. Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan
masih belum memperoleh tempat magang, maka koordinator magang dan

14
dosen pembimbing memberi masukan. Akhirnya, ditetapkan tempat magang
yang diambil penulis yaitu di PT. BISI International Tbk, HCRD Farm
Lembang, Jawa Barat.
Selanjutnya diberikan dosen pembimbing magang yang terdiri dari dua
orang, yaitu seorang Dosen Pembimbing Magang (DPM) yang berkedudukan
di kampus dan seorang Pembimbing Lapang yang berkedudukan di
Perusahaan/Instansi tempat magang. Adapun dosen pembimbing magang
penulis yaitu Helfi Eka Saputra, S.P., M.Si dan pembimbing lapang adalah
Janwar Eka Saputra, S.P.
3. Kuliah Pembekalan Kegiatan Magang.
Kuliah pembekalan magang dilakukan sebanyak 2 kali. Kuliah
pembekalan magang pertama kali dilakukan di Lab Agronomi pada 22 Maret
2019. Kuliah pertama ini membahas tentang panduan magang serta timeline
kegiatan. Selain itu, pertemuan ini membahas mengenai beberapa tempat
rekomendasi magang untuk peserta magang.Sedangkan kuliah magang kedua
dilakukan di GB 1 pada 30 Maret 2019. Kuliah pembekalan magang kedua
berisi tentang arahan untuk menjaga sikap di tempat magang sekaligus
pemberian plakat untuk instansi tempat magang.
4. Pembuatan Kerangka Acuan Magang.
KAM (Kerangka Acuan Magang) adalah proposal kegiatan magang yang
disusun oleh setiap mahasiswa peserta magang dibimbingan Dosen
Pembimbing Magang dari hasil komunikasi dengan perusahaan/instansi tempat
magang, dan dibuat rangkap dua. KAM secara garis besar memuat Cover dan
Lembar Pengesahan yang ditanda tangani oleh DPM, data umum mahasiswa
yang meliputi nama lengkap, nomor mahasiswa, alamat rumah, nomor telepon
rumah, nomor HP, alamat email dan seterusnya. Selain itu, KAM juga
membahas tentang judul magang yang akan dilaksanakan, deskripsi singkat
tentang kegiatan magang yang akan dilaksanakan. Selanjutnya tinjauan pustaka
dan garis besar rencana kegiatan selama magang yang mencakup keseluruhan
kegiatan yang dilaksanakan dalam satu perusahaan. Beberapa mahasiswa boleh
mengambil komoditi yang sama, tetapi dengan topik yang berbeda. Penulis
mengambil komoditi tomat yang dibuat dalam KAM. KAM yang telah dibuat
dan disetujui Dosen Pembimbing Magang diserahkan ke jurusan pada 24 April
2019.
5. Pelaksanaan Kegiatan Magang.
Pelaksanaan magang dilakukan mulai 11 Juni 2019 – 8 Agustus 2019.
Kegiatan selama magang dilakukan di lapangan terbuka dan di green house.
Kegiatan yang dilakukan tidak hanya berkaitan dengan topik KAM saja yaitu
“Studi Karakterisasi Mandul Jantan Tanaman Tomat” tetapi juga melakukan
kegiatan lain seperti mempelajari teknik produksi benih tomat dan budidaya
produksi benih tomat. Kegiatan yang dilakukan meliputi persemaian,
pengolahan lahan, pemasangan mulsa, pelubangan jarak tanam, penanaman,

15
polinasi-kastrasi, perawatan, pemanenan dan penyortiran benih. Setelah
pelaksanaan kegiatan magang per hari, mahasiswa menuliskan kegiatan
magang yang telah dilakukan di logbook harian dan ringkasan secara detail
yang mencakup (5W+1H) yaitu what, why, who, where, when, dan how.
Logbook Kegiatan yang telah dibuat harus ditandatangani oleh Pembimbing
Lapang setiap hari pembuatan laporan magang. Ketika menjelang hari terakhir
magang, peserta meminta hasil pengisian formulir penilaian magang kepada
pembimbing lapang.
6. Pembuatan Laporan Magang
Laporan Magang disusun oleh mahasiswa dan dibimbing oleh DPM segera
setelah mahasiswa selesai melakukan magang di perusahaan/instansi.
Meskipun saat di lapangan peserta magang melakukan kegiatan diluar KAM,
isi laporan kegiatan magang hanya sesuai dengan KAM yang telah disetujui
oleh DPM dan Pembimbing Lapang.
Format dan ketentuan penyusunan laporan magang harus sesuai dengan
ketentuan yang ada. Laporan Magang selambat-lambatnya sudah disetujui dan
diuji secara komprehensif oleh DPM 4 minggu setelah pelaksanaan magang
selesai. Jadwal penyusunan Laporan Magang dibimbing oleh DPM mulai 10
Agustus – 13 September 2019. Setelah itu, laporan magang disetujui dan diuji
oleh DPM paling lambat pada 13 September 2019. Setelah itu, hasil perbaikan
dari ujian komprehensif disahkan oleh Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan
paling lambat pada 20 September 2019 dan dijilid menggunakan kertas buffalo
warna oranye rangkap empat. Laporan Magang yang telah disahkan kemudian
dikirim oleh mahasiswa ke Perusahaan/Instansi Magang. Bukti penerimaan
berupa resi pengiriman atau tanda terima diserahkan ke Jurusan BDP sebagai
syarat keluar nilai.
7. Evaluasi (Penilaian Pembimbingan, Penilaian Lapang, Penilaian Laporan,
Penilaian Akhir)
Ujian komprehensif dilaksanakan paling lambat sebulan setelah selesai
magang, dengan poin-poin penilaian seperti pada format penilaian. Segala
keperluan ujian komprehensif disediakan oleh mahasiswa. Keterlambatan
pengumpulan laporan akan mengurangi nilai satu derajat, untuk setiap minggu
keterlambatan. Sehingga bagi yang nilainya A dan terlambat mengumpulkan
selama 1 minggu, nilai menjadi B; terlambat 2 minggu menjadi C, dst. Nilai
akhir merupakan penjumlahan dari nilai pembimbing lapang (40%), nilai
bimbingan dosen magang (20%) dan nilai ujian komprehensif (40%). Seluruh
berkas magang yang berupa: Laporan Akhir Magang, nilai-nilai magang dan
resi bukti pengiriman/tanda terima laporan ke perusahaan, diserahkan ke
Jurusan Budidaya Pertanian paling lambat lima minggu setelah selesai magang.
Nilai akan diupload setelah keseluruhan berkas yang ada diserahkan ke Jurusan
Budidaya Pertanian Universitas Bengkulu.

16
4.3 Mekanisme Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan kegiatan magang pada hari Senin-Kamis dimulai
pada pukul 07.00 – 12.00 WIB kemudian dilanjutkan kembali pukul 13.00-15.00
WIB. Sedangkan mekanisme pelaksanaan magang di hari Jum’at dimulai pukul
07.00 – 11.00 WIB dan dilanjutkan kembali pukul 13.00 – 15.00 WIB. Berbagai
kegiatan yang dilakukan saat magang mulai dari persiapan lahan, persemaian,
penanaman, pemeliharaan, polinasi, kastrasi, pemanenan hingga penyortiran benih
untuk dipasarkan. Dalam melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan penulis
menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Metode Observasi
Penulis turun langsung ke lapangan untuk melihat keadaan yang
sebenarnya terjadi di lapangan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
dilakukan di lapangan.
2. Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak terkait
yang ada di lapangan dan kepada semua yang bertanggung jawab di lapangan.
3. Pencatatan
Selama melaksanakan kegiatan di lapangan, penulis mencatat apa saja
keterangan yang disampaikan oleh pembimbing lapangan di logbook.
4. Studi Pustaka
Penulis melakukan pencarian informasi dari buku dan jurnal mengenai
karakterisasi mandul jantan tanaman tomat.
5. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh selama melaksanakan kegiatan di lapangan
sehingga penulis dapat mengambil foto atau gambar untuk memperkuat isi
laporan.

17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANG/ MAGANG

5.1 Akar
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang dapat tumbuh menembus ke
dalam tanah dan akar samping yang menjalar diseluruh permukaan atas.
Berdasarkan sifat perakarannya, tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik jika
ditanam pada tanah yang gembur dan porous (Tugiyono, 2005). Menurut Pitojo
(2005) bahwa akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman,
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah
Berikut adalah gambar akar tanaman tomat mandul jantan (male steril) dan
tanaman tomat non mandul jantan (male fertil).

(a) (b)
Gambar 2. Akar tanaman tomat mandul jantan (male steril) (a) Akar tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) (b)

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman tomat 33 A


mandul jantan (male steril) dan non mandul jantan (male fertil) tidak memiliki
perbedaan karakteristik pada akar sehingga saat melakukan seleksi tanaman tidak
bergantung pada karakteristik akar.

5.2 Batang
Secara umum, batang tomat memiliki karakteristik yaitu memiliki batang
lunak yang cukup kuat, berbulu atau berambut halus yang tumbuh di seluruh
permukaan batang. Saat tanaman tomat masih muda, batang tanaman tomat
berbentuk segi empat hingga bulat dan memiliki tekstur yang lunak dan semakin
tua karakteristik batang tomat berubah menjadi bersudut dan bertekstur keras
berkayu. Selain itu, batang tanaman tomat dapat bercabang sehingga perlu
dilakukan pemangkasan agar cabang tidak menyebar secara merata. Oleh karena
itu, diperlukan kegiatan pewiwilan yaitu pemangkasan tunas lateral pada tanaman
tomat.

18
PT. BISI International Tbk, HCRD Farm Lembang memiliki tiga jenis
tomat berdasarkan tipe tumbuhnya yaitu tomat determinate, semideterminate, dan
indeterminate. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wiryanta (2002)
bahwa berdasarkan tipe tumbuhnya, tomat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
tomat tipe determinate, semideterminate, dan indeterminate. Pertumbuhan tomat
determinate diakhiri dengan tumbuhnya rangkaian bunga atau buah. Sedangkan
pertumbuhan tomat indeterminate tidak diakhiri dengan tumbuhnya bunga dan
buah. Sementara itu, tomat semideterminate memiliki karakteristik sama dengan
tomat tipe determinate dan tipe pertumbuhannya sama dengan tomat tipe
indeterminate.
Tanaman tomat akan menghasilkan banyak cabang. Cabang tersebut harus
dikendalikan agar asupan makanan untuk buahnya tidak diambil untuk
pertumbuhan cabang. PT. BISI International Tbk, HCRD Farm Lembang
memiliki karyawan yang bertugas di bagian pemeliharaan tanaman seperti
kegiatan pewiwilan atau pemangkasan cabang (tunas lateral). Pewiwilan
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu pewiwilan tanaman tomat tipe determinate,
indeterminate, dan semideterminate. Pada tomat tipe determinate, pewiwilan
dilakukan di bagian bawah cabang Y. Setiap tunas lateral yang tumbuh di bawah
cabang Y harus dipangkas. Sementara itu, pada tomat tipe semideterminate dan
indeterminate, pewiwilan dilakukan pada bagian bawah dan atas cabang Y.
Setelah itu, tanaman tomat diikat ke penyangga di beberapa bagian dengan
menggunakan tali rafia yang membentuk angka 8 agar tanaman tidak terkulai dan
roboh.
Berikut adalah gambar tanaman tomat male steril dan male fertil saat di
persemaian umur 2 minggu:

(a) (b)
Gambar 3. Batang tanaman tomat mandul jantan (male steril) (a) Tanaman tomat
non mandul jantan (male fertil) di persemaian (b)

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman tomat


mandul jantan (male steril) dan non mandul jantan (male fertil) memiliki

19
karakteristik warna hipokotil yang berbeda. Warna hipokotil tomat 33 A mandul
jantan berwarna hijau dan non mandul jantan berwarna ungu. Hipokotil adalah
batang dari kecambah yang dapat ditemukan di bawah kotiledon (daun biji) dan di
atas radikula (akar). Beberapa literatur menyatakan bahwa warna hipokotil pada
tomat dapat digunakan sebagai marka pada uji hibriditas untuk mengetahui
kebenaran varietas hibrida secara genetik. Beberapa peneliti seperti Groenewegen,
C., King, G., & George, B. F. (1994) dan Reeves (1973) menggunakan warna
hipokotil untuk menentukan tingkat penyerbukan silang alami pada tomat.
Dalam membedakan tomat mandul jantan (male steril) dan non mandul
jantan (male fertil) kaitannya dengan warna batang, maka harus dilakukan
pengamatan warna hipokotil pada saat persemaian. Pada saat persemaian,
kecambah tomat memiliki dua warna hipokotil yaitu merah keungu-unguan
karena mengandung antosianin dan warna hijau menunjukkan tidak adanya
kandungan antosianin. Warna hipokotil hanya dapat terlihat hingga tanaman
berumur dua minggu karena seiring pertumbuhan tanaman maka perbedaan warna
tersebut akan hilang. Oleh karena itu, sebelum di pindah tanam di lahan, tomat
harus ditanam terlebih dahulu di persemaian untuk mengetahui warna
hipokotilnya dan untuk menentukan apakah tanaman tersebut memiliki genotipe
mandul jantan atau tidak. Setelah itu, dilakukan seleksi pada tanaman tomat yang
memiliki warna hipokotil atau warna batang hijau untuk ditumbuhkan sampai
berbunga. Setelah tanaman tersebut berbunga, maka tanaman tersebut diseleksi
kembali. Untuk mengetahui karakteristik mandul jantan pada tanaman tomat juga
dapat dilakukan dengan melihat posisi stigma (putik) dan anther.
Bunga tanaman tomat mandul jantan (male steril) dicirikan dengan posisi
stigma yang lebih tinggi dibandingkan dengan tabung anther atau dengan kata lain
disebut dengan bunga tomat yang putiknya keluar. Sementara itu, bunga tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) dicirikan dengan posisi stigma yang lebih
rendah dibandingkan dengan tabung anther atau dengan kata lain disebut dengan
bunga tomat yang putiknya tidak keluar. Oleh karena itu, bunga tanaman tomat
non mandul jantan berfungsi sebagai bunga jantan dan bunga tanaman tomat
mandul jantan dijadikan sebagai bunga betina yang akan diserbuki oleh bunga
jantan.
Menurut Kim et al. (2012) bahwa warna hipokotil hijau berhubungan
dengan karakter penting seperti GMS (Genetic Male Sterility). Tanaman tomat
mandul jantan terpaut dengan warna batang hijau steril (msms) sedangkan batang
tanaman tomat non mandul jantan berwarna ungu fertil (Msms). Hal ini
menunjukkan bahwa karakter warna hipokotil dikendalikan oleh dua pasang gen
epistasis dominan-resesif (Sobir dan Syukur, 2015). Menurut Kim Hyoun-Joung,
et al. (2012) dan Ritonga A. W. (2013) bahwa warna hipokotil dikendalikan oleh
gen dominan tunggal. Gen pengendali warna ungu bersifat dominan terhadap gen
pengendali warna hijau pada hipokotil tomat.

20
Berikut ini adalah gambar batang tanaman tomat mandul jantan (male steril) dan
tomat non mandul jantan (male fertil) saat ditanam di lahan. Umur tanaman 2,5
bulan.

(a) (b)
Gambar 4. Batang tanaman tomat mandul jantan (male steril) (a) Batang tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) (b)

Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa pada saat tanaman


tomat sudah di pindah tanam di lahan dan mulai tumbuh membesar, maka warna
batang pada tanaman tomat genotipe mandul jantan (male steril) dan tomat non
mandul jantan (male fertil) sudah sulit untuk dilihat perbedaannya sehingga sekali
lintas seperti tidak ada perbedaan pada warna batang. Hal ini sesuai yang
dinyatakan Syukur M., Helfi Eka Saputra, and S. P. Rudy Hermanto (2015)
bahwa warna hipokotil hanya dapat terlihat hingga tanaman berumur dua minggu.
Seiring pertumbuhan tanaman, maka perbedaan warna tersebut akan hilang.

5.3 Daun
Tanaman tomat memiliki daun majemuk yang terdiri dari beberapa anak
daun. Daun-daun tersebut tumbuh secara berselang-seling pada batang tanaman.
Daun tomat dapat dibedakan berdasarkan tipe helaiannya yaitu menyirip (tidak
memiliki anak daun) dan menyirip ganda (memiliki anak tangkai daun).
Daun tanaman tomat berbentuk oval, bergerigi di bagian tepinya
membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun pada tanaman
tomat berjumlah ganjil, antara 5-7 helai. Disela-sela pasangan daun terdapat 1-2
pasangan daun kecil yang berbentuk delta.
Daun tomat memiliki panjang sekitar 20-30 cm dan memiliki lebar sekitar
15-20 cm. Daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu,
tangkai daunnya memiliki panjang sekitar 7-10 cm dengan ketebalan sekitar 0,3-
0,5 cm. Tomat memiliki tangkai daun yang berbentuk bulat memanjang
(Wiryanta, 2002).

21
Berikut adalah gambar tanaman tomat male steril dan male fertil saat di
persemaian dengan umur 2,5 bulan:

(a) (b)
Gambar 5. Daun tanaman tomat mandul jantan (male steril) (a) Daun tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) (b)

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan


karakteristik antara daun tanaman tomat mandul jantan (male steril) dan daun
tanaman tomat non mandul jantan (male fertil). Hal ini berarti daun tanaman
tomat tidak bisa dijadikan acuan saat menentukan apakah tanaman tomat tersebut
memiliki genotipe mandul jantan atau tidak.

5.4 Bunga
Bunga tomat termasuk bunga hermaprodit yaitu memiliki kelamin jantan
dan kelamin betina dalam satu bunga. Bunga tomat tergolong bunga lengkap
karena memiliki putik, benang sari, mahkota, dan kelopak. Bunga tomat berwarna
kuning dan memiliki perhiasan bunga berupa mahkota dan kelopak yang
berjumlah 6. Posisi bunga terdapat pada tandan bunga.
Stamen (male) pada tomat memiliki 6 buah kotak sari yang mengelilingi
pistil. Kotak sari merupakan tempat serbuk sari (polen). Apabila polen telah
matang, maka kotak sari akan pecah. Polen tersebut akan mengumpul di
permukaan kotak sari. Selain stamen, bunga tomat juga memiliki putik yang
terdiri atas kepala putik, tangkai putik, dan bakal buah (ovary). Posisi pistil
(female) tertutup oleh stamen yang menyebabkan polen dari tanaman lain tidak
bisa menyerbuki pistil sehingga peluang terjadinya penyerbukan silang sangat
kecil. Tangkai pistil awalnya berukuran pendek dan memanjang seiring mekarnya
bunga. Pemanjangan tangkai pistil ini akan menyentuh permukaan kotak sari
sehingga terjadinya polinasi.
Mahkota bunga tomat memiliki 5 buah petal berwarna kuning cerah.
Warna cerah ini menjadi faktor pengundang serangga datang sehingga apabila
stamen sudah pecah sebelum matang dan putik sudah keluar, maka keberadaan
serangga tersebut akan menjadi peluang terjadinya penyerbukan silang sekitar 1-

22
5%. Selain mahkota, tomat juga memiliki kelopak bunga berwarna hijau sebanyak
5 petal yang berfungsi sebagai pelindung bagian bunga lainnya seperti putik,
benang sari, dan mahkota bunga. Bunga pertama terbentuk pada umur 23-31 HST.
Berikut adalah gambar bunga tomat male steril dan male fertil umur 2,5 bulan:

(a) (b)
Gambar 6. Bunga tanaman tomat mandul jantan (male steril) (a) Bunga tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) (b)

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman tomat


dengan genotipe mandul jantan (male steril) memiliki putik yang posisinya lebih
tinggi dari tabung anther atau dikenal dengan putiknya yang keluar. Sementara
itu, tanaman tomat dengan genotipe non mandul jantan (male fertil) memiliki
putik yang posisinya lebih rendah dari tabung anther. Hal ini sesuai dengan
beberapa teori yang menyatakan bahwa tomat adalah tanaman berumah satu yang
memiliki stigma dan tabung anther dengan beberapa posisi stigma yaitu lebih
tinggi daripada tabung anther, lebih rendah daripada tabung anther, atau sama
tinggi dengan tabung anther.
PT. BISI International Tbk, Farm HCRD Lembang memiliki 2 blok green
house yang digunakan sebagai tempat kegiatan produksi benih hibrida dengan
menggunakan tomat mandul jantan tipe GMS (Genic Male Sterility) yaitu blok C
dan blok B1. Bunga yang digunakan sebagai bunga jantan adalah bunga tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) sedangkan bunga yang digunakan sebagai
betina adalah bunga tomat genotipe mandul jantan (male steril).
Menurut Syukur, M., Helfi Eka Saputra, and S. P. Rudy Hermanto (2015)
bahwa salah satu faktor pembatas produksi benih hibrida adalah waktu berbunga
yang tidak serentak antara tetua jantan dan tetua betina. Hal ini mengakibatkan
perlunya sinkronisasi pembungaan. Sinkronisasi pembungaan bertujuan agar
penyerbukan dapat dilaksanakan secara maksimal. Secara teknis, sinkronisasi
dapat dilakukan dengan mengatur waktu semai dan waktu pindah tanam.
Penyemaian dan pindah tanam dilakukan beberapa hari untuk tetua yang memiliki
umur berbunga lebih lama dengan jumlah hari merupakan selisih hari antara tetua

23
yang memiliki umur berbunga lama dengan tetua yang memiliki umur berbunga
yang cepat. Dalam hal ini, bunga jantan ditanam dan disemai terlebih dahulu dan
disusul dengan penanaman bunga betina sehingga pertumbuhan tanaman tomat
male fertil lebih cepat dibanding tanaman tomat male steril. Selain itu, tomat male
fertil yang memiliki vigor yang bagus, bunganya dipilih sebagai bunga jantan
untuk menyerbuki bunga betina. Tidak semua bunga tanaman tomat male steril
dapat digunakan untuk menyerbuki bunga jantan namun hanya jantan terpilih saja.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan benih hasil produksi yang berkualitas, tahan
hama penyakit, dan unggul.
Dalam memproduksi benih hibrida dengan menggunakan tanaman tomat
genotipe mandul jantan, maka perlu dilakukan kegiatan polinasi. Polinasi
merupakan suatu kegiatan yang berupa penempelan serbuk sari ke kepala putik.
Sebelum melakukan polinasi, dilakukan pengambilan benang sari pada bunga
jantan yang telah ditentukan dan diambil serbuk sarinya untuk menyerbuki bunga
betina pada nomor yang telah ditentukan dengan menggunakan tusuk gigi. Selain
tusuk gigi, alat yang digunakan saat polinasi adalah kantong plastik, gunting kecil,
kertas label, spidol, dan tali.
Berikut ini adalah gambar denah blok B1:
...

341 340 273 272 205 204 137 136 69 68 1

.... 2
... ... ... ... ...
... ...

238
374 307 306 239 171 170 103 102 35 ...

Male fertil Male fertil Male fertil Male fertil


375 442 443 510

.. .. .. .. .. .. .. ..

.. .. .. .. .. .. .. ..

... ... .. .. .. .. .. .. .. ..

Gambar 7. Denah Lahan Blok B1


Keterangan:
Hijau : Betina
Ungu : Jantan
33 A Hijau 1 s.d 68 x 33 A Ungu 13 s.d 24
33 A Hijau-137 s.d 204 x 33 A Ungu-25 s.d 36
33 A Hijau-205 s.d 238 x 33 A Ungu-37 s.d 48
33 A Hijau-239 s.d 306 x 33 A Ungu-49 s.d 60

24
33 A Hijau-307 s.d 374 x 33 A Ungu-61 s.d 72
33 A Hijau-375 s.d 442 x 33 A Ungu-73 s.d 84
33 A Hijau-443 s.d 510 x 33 A Ungu-85 s.d 103

Kegiatan polinasi harus dilakukan sesuai dengan nomor yang telah


ditentukan. Hal ini bertujuan agar dapat mengoptimalkan jumlah bunga tomat
sebagai jantan untuk menyerbuki betina. Penomoran ini telah diatur sedemikian
rupa oleh peneliti agar jumlah bunga jantan untuk menyerbuki bunga betina
menjadi seimbang dan meminimalisasi terjadinya kekurangan bunga jantan. Satu
bunga jantan dapat menyerbuki hingga lima bunga betina. Hal ini sesuai dengan
kondisi di lapangan bahwa jumlah tanaman tomat mandul jantan (male steril) jauh
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tanaman tomat non mandul jantan
(male fertil) terutama bunga jantan yang terpilih. Di PT. BISI International,
tanaman jantan terpilih adalah tanaman yang sewaktu di persemaian memiliki
pertumbuhan dan vigor yang baik. Tanaman jantan terpilih ditandai dengan
adanya pilox di mulsa pada bagian depan tanaman tersebut.
Setelah pengambilan benang sari, langkah selanjutnya yaitu membuka
benang sari dengan menggunakan tusuk gigi untuk mengambil serbuk sari.
Setelah itu, serbuk sari ditempelkan ke kepala putik bunga betina. Penempelan
serbuk sari ke kepala putik harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak
putik. Apabila putiknya patah, maka tidak akan terjadi pembuahan. Bunga yang
telah diserbuki tersebut akan rusak dan rontok dan tidak akan menghasilkan buah.
Bunga yang sudah siap dipolinasi adalah bunga yang sudah mekar dengan
sempurna dan yang belum mekar sempurna. Bunga yang masih kuncup tidak
boleh dilakukan polinasi karena bunga tersebut menandakan bahwa ia belum siap
dipolinasi. Apabila tetap dilakukan polinasi, maka bunga tersebut akan rontok dan
tidak akan menghasilkan buah karena waktu penyerbukannya tidak tepat.
Kerontokan pada bunga terjadi bukan hanya karena kesalahan atau
ketidaktelitian seseorang dalam melakukan polinasi. Akan tetapi, kerontokan pada
bunga juga dapat terjadi karena kurangnya unsur fosfor pada tanaman. Fosfor
adalah unsur hara makro essensial yang berperan penting dalam berbagai proses
seperti fotosintesis, asimilasi, dan respirasi. Hal ini sesuai dengan teori Meylia dan
Koesriharti (2018) yang menyatakan bahwa unsur hara fosfor sangat diperlukan
oleh tanaman pada saat pembungaan, pertumbuhan akar, dan pucuk tanaman.
Keterbatasan kandungan fosfor merupakan salah satu kendala utama dalam
peningkatan produksi pertanian. Kurangnya unsur fosfor akan berakibat pada
kerontokan pada bunga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan
penambahan unsur fosfor pada tanaman tomat yang dapat dilakukan dengan
pemberian pupuk yang mengandung fosfor tinggi. Menurut Izhar (2012) bahwa
respon tanaman tomat akan berbeda sesuai dengan kondisi unsur hara P pada
tanah yang bertingkat, mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Oleh karena
itu, diperlukan jumlah fosfor yang sesuai dengan kebutuhan tomat tersebut.

25
Berikut ini adalah gambar bunga tanaman tomat yang rontok:

Gambar 8. Bunga tanaman tomat yang rontok

Setelah melakukan polinasi, kalik dipotong sebanyak 2-3 helai untuk


menandakan bahwa bunga tersebut telah dipolinasi. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan saat panen. Apabila kalik pada buah masih utuh, maka
kemungkinan telah terjadi penyerbukan sendiri sebelum dilakukan penyerbukan
buatan. Buah yang kaliknya masih utuh tidak boleh dipanen bersamaan dengan
buah dari genotipe mandul jantan. Apabila buah dipanen secara bersamaan, maka
kemungkinan akan terjadi ketidakseragaman benih hasil produksi pada saat
melakukan quality control. Kegiatan produksi benih hibrida menggunakan
genotipe mandul jantan sangat perlu dilakukan untuk menghilangkan potensi
panen OP (open pollinated) betina pada saat kegiatan produksi dan untuk
mengurangi biaya produksi dari kegiatan emaskulasi. Pada kegiatan produksi
benih hibrida menggunakan genotipe mandul jantan tidak perlu dilakukan
emaskulasi. Hal ini dikarenakan posisi putik sudah keluar dan serbuk sari berada
di dalam bunga steril sehingga kegiatan yang dilakukan hanya polinasi.

5.5 Buah
Buah tomat memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam tergantung
pada varietasnya. Buah tomat dapat berbentuk bulat, lonjong, oval, dan bulat
persegi. Saat masih muda, buah tomat umumnya berwarna hijau. Pada saat
matang, umumnya buah tomat akan berwarna merah atau kuning. Perbedaan ini
menunjukkan adanya perbedaan kandungan nutrisi yang dimiliki. Menurut
Syukur, M., Helfi Eka Saputra, and S. P. Rudy Hermanto (2015) menyatakan
bahwa buah tomat yang berwarna merah memiliki kandungan lycopen yang
tinggi, sedangkan buah berwarna kuning memiliki kandungan vitamin C yang
tinggi.
Buah tomat mengandung biji yang tersusun secara berkelompok dan
dibatasi oleh daging buah. Biji tomat memiliki lendir sehingga biji tomat dapat

26
saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun. Daging buah tomat
bertekstur lunas agak keras, mengandung banyak air, dan memiliki selaput kulit
tipis yang dapat dikelupas apabila sudah matang.
Berikut adalah gambar buah tomat male steril dan male fertil umur 2,5 bulan:

(a) (b)
Gambar 9. Buah tanaman tomat mandul jantan (male steril) (a) Buah tanaman
tomat non mandul jantan (male fertil) (b)

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan


karakteristik antara buah tomat tipe mandul jantan (male steril) dan non mandul
jantan (male fertil). Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tanaman
jantan yang mandul juga dapat menghasilkan buah. Hal ini disebabkan karena
batang ungunya fertil (terdapat polen) dan berfungsi untuk memperbanyak MS
yang steril sehingga dapat menghasilkan buah.
Pada gambar di atas terlihat perbedaan jumlah kalik pada tomat male steril
dan male fertil. Jumlah kalik pada pada tomat male steril sudah tidak utuh lagi
sedangkan jumlah kalik pada tomat male fertil masih utuh. Hal ini dikarenakan
kalik telah dipotong sebanyak 2-3 helai saat melakukan polinasi sehingga pada
saat pembentukan buah, kalik tidak akan kembali utuh seperti pada gambar.
Berikut ini adalah gambar bagian-bagian bunga dan buah tomat:

Sumber: (https://www.slideshare.net/hnistiq/tanaman-tomat?next_slideshow=1)
Gambar 10. Bagian-bagian bunga dan buah tomat

27
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kalik (sepal)
pada buah akan sama dengan kalik saat masih menjadi bunga. Apabila kalik pada
bunga telah dipotong untuk menandakan bahwa bunga tersebut telah dipolinasi,
maka akan berpengaruh juga terhadap jumlah kalik pada buah nantinya.. Hal ini
akan memudahkan tim panen untuk membedakan buah tanaman tomat mandul
jantan (male steril) dan non mandul jantan (male fertil).
Tingkat kematangan buah sangat berpengaruh terhadap benih hasil
produksi sehingga harus diperhatikan terutama saat panen. Sebelum melakukan
pemanenan, peneliti melakukan uji coba tingkat kematangan buah berdasarkan
warna buah yang siap untuk dipanen agar dapat menghasilkan benih yang
berkualitas. Setelah dilakukan uji coba terhadap warna buah maka dapat
disimpulkan bahwa waktu panen yang tepat pada tanaman tomat genotipe mandul
jantan yang ada di blok B1 PT. BISI International Tbk, HCRD Farm Lembang
adalah saat buah tomat berwarna oranye.
Menurut Desiliyarni et al. (2003) bahwa apabila buah tomat yang dipanen
berwarna hijau, maka akan dihasilkan biji atau benih yang belum sempurna. Pada
saat melakukan kegiatan ekstraksi, benih tersebut akan mengapung di air. Hal ini
menunjukkan bahwa benih tersebut kurang bagus.. Sementara itu, apabila tomat
yang dipanen berwarna merah, maka akan dihasilkan benih yang sudah tumbuh
radikulanya. Pada saat melakukan penyortiran benih, maka akan dihasilkan benih
yang berlubang.

5.6 Biji
Tomat memiliki buah yang berbentuk oval, bulat, tergantung pada
varietasnya. Buah tomat mengandung banyak air dan lendir dari daging tomat
tersebut. Bagian dalam buah tomat terdapat biji yang berukuran kecil berbentuk
pipih, ringan, berbulu, dan diselimuti oleh daging buah. Warna biji tomat dapat
berupa putih, putih kekuningan, dan cokelat. Biji inilah yang umumnya digunakan
untuk perbanyakan tanaman (Wiryanta, 2002).
Berikut adalah gambar benih tomat:

Gambar 11. Benih tomat

28
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, dapat dinyatakan bahwa
tanaman tomat genotipe mandul jantan dan non mandul jantan memiliki beberapa
perbedaan karakteristik. Berikut ini adalah tabel perbedaan karakteristik antara
tanaman tomat 33A mandul jantan dan non mandul jantan di PT. BISI
International Tbk, HCRD Farm Lembang:

Tabel 3. Perbedaan Karakteristik Tanaman Tomat Mandul Jantan dan Non


Mandul Jantan
Mandul Jantan Non Mandul Jantan
No. Bagian Tanaman
(male steril) (male fertil)
1. Akar sama sama
2. Batang warna hipokotil hijau warna hipokotil ungu
3. Daun sama sama
posisi stigma lebih posisi stigma lebih
4. Bunga
tinggi dari anther rendah dari anther

Berikut adalah bagan pengembangan male sterility:


Sumber MS (male sterility) (♀) x Calon genotipe (♂) (BISI)
msms (steril) non MS (fertil)

F1 x Calon genotipe (♀) (BISI)

F1 BC1 - - - - - > selfing

F2 BC1
MsMs Msms msms Msms
msms x Calon genotipe

F1 BC2 - - - - - > selfing

(F2 BC2) msms (hijau steril)


msms x Calon genotipe (BISI)

F1 BC3 - - - - - > selfing

29
F2 BC3 x Calon genotipe(BISI)
(msms)

F1 BC4 - - - - - > selfing

F2 BC4 - msms
Msms

Ms ms

ms Msms msms
50% steril; 50% fertil
ms Msms msms

Gambar 12. Bagan Pengembangan Male Sterility

30
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari magang kerja ini sebagai berikut:
1. Teknik budidaya produksi benih tanaman tomat genotipe mandul jantan yaitu
melakukan pengolahan lahan, pemasangan mulsa, pengaturan jarak tanam
dan pembuatan lubang tanam, persemaian, penanaman, pemeliharaan
(pewiwilan, penyiraman, pemupukan, pembersihan atap green house),
polinasi, panen, proses benih, ekstraksi benih, pengeringan benih, penjemuran
benih, penyortiran benih.
2. Karakteristik tanaman tomat genotipe mandul jantan (male steril) yaitu
memiliki hipokotil berwarna hijau dan posisi stigma pada bunga lebih tinggi
daripada posisi anther.
3. Karakteristik tanaman tomat non mandul jantan (male fertil) yaitu memiliki
hipokotil berwarna ungu dan posisi stigma pada bunga lebih rendah daripada
posisi anther.

6.2 Saran
Perlu dilakukannya pengamatan secara lebih mendetail pada beberapa
karakter-karakter tanaman. Pemahaman dan penguasaan pada petunjuk descriptor
sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan pengamatan di lapang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Buurma, J. S. Exploration survey on lowland tomatoes in Pandeglang Internal


Communication. LEHRI/ATA-395 Lembang, 1992.
Cahyono, Bambang. 2008. Tomat (Usaha Tani & Penanganan Pascapanen).
Yogyakarta: Kanisius.
Crane, M. B., and M. B. Crane. "Heredity of types of inflorescence and fruits in
tomato." Journal of Genetics 5.01 (1915)
Desiliyarni et al. 2003. Vertikultur Teknik Bertanam di Lahan Sempit. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Dhaliwal, M. S., and D. S. Cheema. "Development of male sterile lines of tomato
and assessment of their utility in hybrid development." The Indian
Journal of Genetics and Plant Breeding 68.1 (2008): 44-46.
Groenewegen, C., King, G., & George, B. F. (1994). Natural cross pollination in
California commercial tomato fields. HortScience, 29(9), 1088-1088.
Hidayati, Nurul dan Rahmansyah Dermawan. 2012. Tomat Unggul. Jakarta:
Penebar Swadaya.
https://www.bps.go.id/site/resultTab Diakses pada 5 September 2019
Iritani, Galuh. 2012. Vegetable Gardening Panduan Praktis Menanam Sayur di
Rumah. Yogyakarta: Indonesia Tera.
Izhar, L., et al. "Penentuan metode terbaik uji fosfor untuk tanaman tomat pada
tanah inceptisols." Jurnal Hortikultura 22.2 (2013): 139-147.
Kim, Hyoun-Joung, et al. "CAPS marker linked to tomato hypocotyl
pigmentation." Korean Journal of Horticultural Science and
Technology 30.1 (2012): 56-63.
Panennungi, M. A., & Xu, N. (2017). Perekonomian Indonesia dalam Tujuh
Neraca Makroekonomi: Seri 1. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Meylia, R. D., & Koesriharti, K. (2019). Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor dan
Sumber Kalium yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Jurnal Produksi
Tanaman, 6(8).
Mustafa, Marlina, Muhamad Syukur, and Surjono Hadi Sutjahjo. "Pewarisan
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan Kotiledon Tomat
(Solanum lycopersicum L.) Silangan IPB T64 x IPB T3." Jurnal
Hortikultura Indonesia 7.3 (2016): 155-164.
Pitojo, Setijo. 2005. Benih Tomat. Yogyakarta: Kanisius.
Pracaya. 2012. Bertanam Tomat. Yogyakarta: Kanisius.
REEVES, ALVINF. AnObservation onNatural Outcrossing inthe Tomato
(Lycopersicon esculentum L.) inNorthwest Arkansas. ARKANSAS
ACADEMYOF SCI ENCE, 6: 24.

32
Ritonga, A. W. Penyerbukan silang alami beberapa genotipe cabai (Capsicum
annuum L.) dan penentuan metode pemuliaannya. Diss. Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2013.
Syukur, M., Sujiprihati, S., & Yunianti, R. (2012). Teknik pemuliaan tanaman
[Plant breeding technique]. Jakarta, ID: Penebar Swadaya.
Syukur, M., Helfi Eka Saputra, and S. P. Rudy Hermanto. Bertanam Tomat di
Musim Hujan. Penebar Swadaya Grup, 2015.
Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wiryanta, B.T.W. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Bertanam Tomat.
Jakarta : Agromedia Pustaka.
Supriati, Y., & Siregar, F. D. (2009). Bertanam Tomat dalam Pot dan Polibag.
Penebar Swadaya.

33
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alamat Kantor Perusahaan dan Narahubung


Alamat : Jalan Kolonel Masturi 112, Desa Sukajaya, Cikahuripan,
Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat (40391).
Narahubung : 081221889982 a.n Janwar Eka Saputra
083691826550 a.n Purwati

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Magang


A. Pengenalan Lingkungan Magang

B. Pengolahan Lahan, Pemasangan Mulsa, Pembuatan Lubang Tanam

C. Persemaian dan Pindah Tanam

D. Pembuatan Media Tanam (Cocopeat)

34
E. Pengambilan Bunga Jantan (male fertil) dan Polinasi

F. Pemasangan Label

G. Perawatan (Proteksi, Penyiraman, Pembersihan Atap Green House,


Pewiwilan, dan Pengikatan Cabang)

35
H. Pemanenan

I. Proses Ekstraksi Benih

J. Pengeringan Benih (kering angin, di bawah terik matahari, dalam seed


dryer)

K. Penyortiran Benih

L. Kunjungan ke Petani Subang

36

Anda mungkin juga menyukai