Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara mega biodiversity yang memiliki keanekaragaman
hayati tertinggi setelah Brazilia. Indonesia terletak di kawasan iklim tropis dan berada di
belahan timur bumi dengan 60 LU-110 LS dan antara 950 BT–1410 BT. Hal ini membuat
Indonesia selalu disinari matahari sepanjang tahun dan memiliki kekayaan alam yang
melimpah. Selain memperoleh penyinaran matahari sepanjang tahun, Indonesia juga
memperoleh curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi akan membuat tanah
menjadi subur dan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi optimal, salah satunya
pada tanaman pangan yaitu ubi jalar.
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia. Ubi jalar
merupakan bahan substitusi bagi beras dan jagung. Bagi orang Indonesia ubi jalar
merupakan makanan pokok setelah beras dan jagung. Ubi jalar merupakan tanaman
palawija yang mengandung sumber karbohidrat yang cukup potensial sebagai bahan
penganekaragaman pangan dan agroindustri. Ubi jalar termasuk salah satu makanan
pokok bagi sekelompok penduduk Indonesia sehingga berperan penting dalam posisi
lumbung pangan nasional. Selain itu, ubi jalar juga memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional (Suparman, 2006).
Pangan merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memenuhi energi bagi tubuh
manusia dalam pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang
rusak. Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan sumber gizi. Ubi jalar memiliki potensi
yang cukup besar jika dilihat dari segi konsumsi, gizi maupun kesehatan. Meskipun
potensinya cukup besar, tetapi studi genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih
terbatas (Nihayatul, 2002).
Ubi jalar memiliki prospek dan peluang yang cukup besar sebagai bahan baku
industri pangan. Perkembangan pemanfaatannya dapat ditingkatkan dengan cara
penerapan teknologi budidaya yang tepat dalam upaya peningkatan produktivitas serta
tersedianya jaminan pasar yang layak (Apriliyanti, 2010).
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ubi jalar adalah
melalui intensifikasi seperti penggunaan benih unggul, perbaikan pengelolaan usaha tani
dengan penggunaan dosis pupuk berimbang, waktu dan cara yang tepat sesuai dengan
kondisi dan sifat kimia tanah. Kondisi dan sifat kimia tanah yang tidak sesuai dapat
diperbaiki dengan melakukan penambahan unsur hara. Selain itu, faktor yang perlu

1
diperhatikan lainnya adalah perbaikan lingkungan tumbuh terutama cara budidayanya
(Sasongko, 2009).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh yaitu:
1. Memahami dan terampil melakukan proses produksi tanaman ubi jalar.
2. Mengetahui pengaruh interaksi pemberian dosis pupuk kandang sapi dan pupuk kimia
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
3. Mengetahui pengaruh pupuk kandang sapi dan pupuk kimia secara tunggal terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum sebagai berikut:
1. Bagaimana cara terampil dalam melakukan proses produksi tanaman ubi jalar?
2. Bagaimana pengaruh interaksi pemberian dosis pupuk kandang sapi dan pupuk kimia
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar?
3. Bagaimana pengaruh pupuk kandang sapi dan pupuk kimia secara tunggal terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Ubi Jalar


Ubi jalar adalah tanaman dikotiledon dengan batang panjang menjalar dan bentuk
daun berbentuk jantung hingga bundar yang tertopang tangkai daun tegak. Tipe kultivar
yaitu semak, semak menjalar, lebih ditentukan oleh panjang ruas daripada panjang
batang. Batang tanaman ubi jalar berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku. Tipe
pertumbuhannya tegak dengan panjang sekitar 1 m – 2 m atau menjalar dengan panjang
sekitar 2 m – 3 m. Perakaran pada ubi jalar yaitu serabut dan dapat tumbuh secara
adventif dari kedua sisi setiap ruas pada bagian batang yang bersinggungan dengan tanah
(Suprapti, 2003).
Umbi adalah modifikasi akar yang terbentuk dari penebaran akar sekunder. Tanaman
ubi jalar biasanya memiliki 4-10 umbi dengan berat sekitar 100-400 g. Umbi tanaman ubi
jalar terjadi karena adanya proses diferensiasi akar sebagai akibat terjadinya penimbunan
asimilat dari daun yang membentuk umbi. Bentuk umbi tanaman ubi jalar ada yang bulat,
bulat lonjong, dan bulat panjang. Kulit umbi dapat berwarna putih, kuning, ungu, jingga,
dan merah (Samsyir, 2009).
Mahkota bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet, berdiameter 3-4 cm dan
berwarna merah jambu. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Bijinya terbentuk dalam
kapsul sebanyak 1-4 biji. Setelah biji tua maka akan berwarna hitam, bentuknya pipih,
dan keras. Tanaman ubi jalar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulus
Familia : Convolvulacea
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea batatas L.

2.2 Syarat Tumbuh


Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah berhawa panas yang lembab,
suh optimum 27ºC dan lama penyinaran 11-12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh
sampai ketinggian 1000 m dpl. Tanaman ini tidak membutuhkan tanah subur.

3
Pertumbuhan akan terhambat jika temperatur di bawah 0 0C. Curah hujan yang optimum
untuk pertumbuhannya antara 750 mm hingga 1.000 mm per tahun. Tanaman ubi jalar
menyukai sandy-loam soil dengan kadar bahan organik tinggi dan permeable subsoil.
Tanah dengan kerapatan tinggi atau aerasi yang buruk dapat menghambat pembentukan
akar dan hasil rendah. Penanamannya harus dilakukan di atas guludan karena ubi sangat
menyukai tanah yang gembur. Apabila pertanaman tidak dilakukan di atas guludan maka
umumnya umbi yang dihasilkan berukuran kecil sebab biasanya batang menjalar ke
segala arah dan membentuk akar kembali. Keasaman tanah optimum untuk
pertumbuhannya yaitu antara 5,6-6,6. Ubi jalar dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya
yang relatif tinggi (Rukmana, 1997).

2.3 Pemupukan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun an-organik. Dosis pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman
karena apabila pemberian pupuk terlalu sedikit atau terlalu banyak, maka akan
membahayakan tanaman. Pupuk dapat diberikan ke tanah ataupun disemprotkan ke daun.
Pemupukan dimaksudkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman budidaya agar
dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi dan kualitas yang baik. Pemupukan yang
baik dilakukan secara rutin dan menggunakan teknologi pengaplikasian yang benar.
Teknologi pemupukan setiap tanaman berbeda-beda, tergantung jenis tanaman dan
kebutuhan pupuk tanaman tersebut. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan
organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos
(Nugroho, 1999).
Tanaman ubi jalar relatif tidak membutuhkan pupuk yang banyak. Dalam
budidaya ubi jalar secara organik dapat diberikan pupuk kandang atau kompos. Pupuk
kandang yang baik adalah campuran kotoran ayam dan sapi atau kambing yang telah
matang. Pemberian pupuk yang tepat baik dalam komposisi maupun pelaksanaan
pemupukannya sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman yang
diusahakan (Hartono, 2008).
Aplikasi pemupukan diberikan pada saat pengolahan tanah menjelang tanam dan
setelah tanam. Pemupukan yang tepat akan membuat tanah menjadi subur dan gembur,
bibit mudah tumbuh bertunas, akar mudah berkembang dan menembus tanah, dan umbi-
umbi pun akan tumbuh tanpa kesulitan.

4
2.4 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya tersusun dari materi
makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar
haranya.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa
panen, sabut kelapa, limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian,
dan limbah kota. Secara fisik bahan organik berperan dalam merangsang granulasi,
menurunkan kohesi, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya tahan tanah dalam
menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, menstabilkan kelembaban dan
temperatur tanah, dan dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah
(Hanafiah, 2004)
Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan
penyusunnya. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi pupuk organik
cair dan padat. Sedangkan berdasarkan bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk
kandang dan pupuk kompos. Pupuk kompos berasal dari sampah organik yang telah
mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi mikro-organisme
yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik yang dipakai seperti dedaunan, rumput,
jerami, kotoran hewan, dan sampah.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam mempertahankan atau menaikkan
kandungan organik tanah yaitu dengan menggunakan pupuk kandang, kompos atau
pupuk hijauan, mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah, melakukan penanaman
secara tumpang sari sehingga tanah akan tertutup oleh tanaman, pengolahan tanah
dilakukan seminimal mungkin (Yuwono, 2005).

2.5 Pupuk An-organik


Pupuk anorganik adalah pupuk buatan melalui bantuan pupuk organik dengan
kadar unsur hara tertentu yang tujuannya untuk menyuburkan tanaman, agar tanaman
tumbuh dengan subur dan dapat menghasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pupuk
anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan
tanpa memerlukan proses pelapukan. Tiga senyawa utama dalam pupuk anorganik yaitu
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Secara umum, nutrisi NPK yang siap diserap
oleh tanaman pada pupuk anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan

5
pupuk organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan
(Sutanto.R, 2002).
Ada beberapa kelebihan penggunaan pupuk an-organik seperti: unsur yang
terkandung akan cepat terurai, lebih cepat terserap oleh tumbuhan, pemupukan lebih
mudah dilakukan karena pupuk kimia telah dikonsentrasikan pada jenis unsur tertentu.
Adapun jenis-jenis pupuk anorganik tersebut adalah antara lain pupuk urea, TSP, dan
KCl.
Pupuk Urea merupakan pupuk kimia yang memiliki kandungan Nitrogen (N) yang
tinggi. Pupuk urea berbentuk butiran kristal berwarna putih. Pupuk urea merupakan
pupuk yang mudah larut di dalam air (higroskopis). Oleh karena itu, pupuk urea
sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Kandungan unsur hara (N)
yang terdapat pada pupuk urea yaitu sebesar 46% .
Pupuk KCl adalah pupuk kimia yang mengandung kadar kalium (K2O) sebesar
60%, serta klorida sebanyak 46%. Pupuk ini berwarna merah dan putih yang berbentuk
kristal. Pupuk KCl sangat mudah larut di dalam air. Konsentrasi nutrisi pada pupuk KCl
ini cukup tinggi. Oleh sebab itu, harganya cenderung kompetitif dengan jenis pupuk
lainnya yang mengandung kalium.
Pupuk TSP adalah pupuk kimia yang memiliki kandungan fosfor yang tinggi.
Unsur fosfor merupakan unsur hara makro yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman
dalam jumlah yang besar. Ketersediaan P dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk
tanah, reaksi tanah (pH), C-organik tanah, dan tekstur tanah. Pupuk TSP (Triple Super
Posfat) memiliki kandungan P2O5 mencapai 43-45% sehingga baik digunakan untuk
meningkatkan unsur hara P pada tanah yang miskin unsur hara fosfat.
Pupuk SP-36 merupakan pupuk kimia yang memiliki kandungan fosfor yang
tinggi. Kandungan hara fosfor pada pupuk SP-36 yaitu sebesar 36%. Pupuk SP-36
berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Unsur hara ini hampir seluruhnya larut dalam
air, tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi
penyimpanan yang baik.

6
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di kebun percobaan, Zona Pertanian Terpadu Kampung
Medan Baru Kelurahan Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu. Praktikum dilaksanakan
pada awal bulan Februari hingga Mei 2019.

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan


Alat yang digunakan saat praktikum meliputi gembor, waring, ember, pancang kayu,
meteran, penggaris, ajir, tali rafia, cangkul, sabit, parang, neraca, jangka sorong,
kalkulator, penuntun, dan ATK. Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi stek
batang ubi jalar sepanjang 25 cm, pupuk kandang kotoran sapi, pupuk kimia TSP, Urea,
dan KCl.

3.3 Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan untuk menghitung data pada praktikum ini
adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Faktorial.

3.4 Metode Percobaan


a. Pembuatan Lahan
1. Membuat bedengan berukuran 4 m x 2 m dengan jarak antar shift 1 m dan jarak antar
plot 0,5 m. Setiap bedengan harus dibuat sejajar dengan petakan lainnya.
2. Memberi batas petakan dengan menggunakan ajir, kemudian mengelilingi bedengan
dengan menggunakan tali rafia.
3. Membersihkan lahan dari gulma atau sisa tanaman-tanaman yang ada.
4. Melakukan pengolahan lahan dengan dengan menggemburkan tanah menggunakan
cangkul.
5. Membuat guludan yang berjarak 50 cm. Satu petakan memiliki 4 buah guludan.
6. Membuat siring atau parit sebagai pembatas antar bedengan.
b. Penanaman
1. Menyiapkan bibit ubi jalar berupa bagian batang yang telah dipotong sepanjang 25 cm
sebanyak 28 batang
2. Menugal tanah pada guludan sebanyak 7 lubang untuk menanam bibit ubi jalar..
3. Membenamkan stek ubi jalar 2/3 bagian ke dalam lubang yang telah dibuat dengan

7
posisi miring dan condong ke depan dan membentuk sudut 450 serta tunas stek ke
atas.
c. Pemasangan waring
1. Meruncingkan pancang menggunakan parang.
2. Menancapkan pancang pada bagian tertentu sebagai tempat melekatnya waring.
3. Memasang waring di sekeliling lahan.
d. Penentuan Sampel
1. Menentukan sampel sebanyak 6 buah secara acak dengan metode lotre. Sampel tidak
boleh berada di bagian pinggir. Guludan pertama diperoleh 1 sampel yaitu sampel 3.
Guludan kedua diperoleh 2 sampel yaitu sampel 1 dan 6. Guludan ketiga diperoleh 2
sampel yaitu sampel 2 dan 4. Guludan pertama diperoleh 1 sampel yaitu sampel 5.
2. Memasang sampel dengan menggunakan map kuning yang dipotong kecil-kecil.
e. Pemupukan
1. Pemupukan yang diberikan yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemupukan
pertama yaitu pupuk kandang kotoran sapi diberikan pada Selasa, 12 Februari 2019
sebanyak 8 kg. Masing-masing guludan diberi pupuk sebanyak 2 kg.
2. Pemupukan kedua yaitu pupuk urea, TSP, dan KCl diberikan pada Senin, 18 Februari
2019. Dosis pupuk urea yang diberikan sebanyak 0,04 kg. Dosis pupuk TSP yang
diberikan sebanyak 0,02 kg. Dosis pupuk KCl yang diberikan sebanyak 0,015 kg.
Antar tanaman diberi lubag untuk menaburkan pupuk kimia tersebut
f. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman meliputi penyiangan, penyiraman, dan pengelolaan OPT.
Penyiangan dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat
pertumbuhan ubi jalar. Penyiraman dilakukan agar tanaman ubi jalar tetap segar dan
untuk mempertahankan struktur tanah tetap gembur. Penyiraman sebaiknya dilakukan
setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pengelolaan OPT dilakukan untuk
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh OPT pada tanaman ubi jalar.
g. Panen
Panen dilakukan pada Senin, 6 Mei 2019. Umbi yang dipanen hanya 5 sampel
saja untuk menentukan jumlah umbi yang telah terbentuk per batangnya, bobot umbi,
panjang umbi, jumlah umbi, dan diameter umbi.

3.5 Variabel yang Diamati


Variabel yang diamati pada praktikum ini yaitu:

8
a. Panjang Batang Utama (cm)
Panjang batang utama (cm) diamati setiap minggu dimulai dari minggu kedua setelah
tanam, yakni dengan mengukur panjang tanaman dimulai dari permukaan tanah
sampai titik tumbuh terpanjang.
b. Jumlah Umbi Per Tanaman
Menghitung jumlah umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
c. Diameter Umbi (cm)
Mengukur diameter umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
d. Panjang Umbi (cm)
Mengukur panjang umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
e. Bobot Umbi Per Tanaman (g)
Menimbang bobot umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
f. Jumlah Tunas
Menghitung jumlah tunas pada enam tanaman sampel.

3.6 Analisis Data


Setiap data hasil pengamatan yang diperoleh digabungkan dan dirata-ratakan. Data
dianalisis secara statistik dengan analisis varian sesuai dengan rancangan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Faktorial. Apabila H0 ditolak, maka
akan dilakukan uji lanjut dengan taraf 5%.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

9
4.1 Gambaran Umum
Praktikum dilaksanakan di Lahan Zona Pertanian Terpadu, Medan Baru, Bengkulu.
Persiapan lahan dilakukan pada Jum’at, 8 Februari 2019 untuk membuat petakan lahan
berukuran 4 x 2 m. Satu hari setelahnya Sabtu, 9 Februari 2019 dilakukan pembagian
lahan seluruh praktikan komoditi ubi jalar. Selanjutnya pada Minggu, 10 Februari 2019
dilakukan pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari
gulma dan sisa-sisa tanaman, menggemburkan tanah dan membuat siringan. Pada Senin,
11 Februari 2019 dilakukan pembuatan guludan. Satu petakan dibuat guludan sebanyak 4
buah dengan jarak 50 cm. Perlakuan yang diperoleh adalah A2K1. Setelah itu, diberikan
pupuk kandang kotoran sapi sebanyak 8 kg/m2. Pupuk kandang dicampur dengan tanah
dan dilubangi sesuai jarak tanam dengan menggunakan caplak. Masing-masing guludan
diperoleh 7 lubang tanam dan kemudian ditanami bibit ubi jalar dengan posisi miring
condong ke depan. Setelah melakukan penanaman, kemudian diberikan pupuk kimia
(Urea, TSP, KCl) sesuai perlakuan. Setelah itu, dilakukan penyulaman bagi bibit ubi jalar
yang tidak tumbuh atau mati. Kemudian, dilakukan pengacakan dan pemasangan sampel
serta pengamatan dari variabel yang diamati setiap minggunya. Petakan dan tanaman harus
sering dilakuka pemeliharaan agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Pada Senin, 9
Mei 2019 dilakukan pemanenan pada lima buah sampel dan dilakukan pengamatan sesuai
dengan variabel yang telah ditentukan. Dari data yang didapatkan data dianalisis
menggunakan rancangan percobaan RAKL Faktorial. Jika H0 ditolak maka dilakukan uji
lanjut dengan taraf 5%. Setelah itu, dapat disimpulkan perlakuan mana yang sangat
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.

4.2 Rangkuman Hasil Anava

4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

4.4 Komponen Hasil

V. PENUTUP

10
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa
1. Proses produksi ubi jalar dilakukan mulai dari pengolahan lahan, pembuatan siringan,
pembuatan guludan, pemberian pupuk kandang, penentuan jarak dan lubang tanam,
penanaman, pemberian pupuk kimia dengan dosis sesuai,
2. Perbedaan dosis pupuk organik dengan pupuk an-organik tidak berpengaruh terhadap
jumlah/banyaknya umbi yang terbentuk, tetapi berpengaruh terhadap berat umbi yang
terbentuk. Sedangkan pemberian dosis pupuk yang semakin meningkat akan
meningkatkan pertumbuhan tanaman ubi jalar.

5.2 Saran
Perawatan tanaman sangat penting dilakukan dalam melakukan budidaya tanaman.
Apabila perawatan yang dilakukan maksimal, maka hasil tanaman akan semakin
meningkat. Oleh karena itu, praktikan harus benar-benar merawat tanaman ubi jalar agar
hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, pengamatan juga harus
dilakukan dengan benar dan teliti.

DAFTAR PUSTAKA

11
Apriliyanti, T. 2010. Kajian Sifat Fisiokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas blackie) dengan Variasi Proses Pengeringan. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret.
Hanafiah. 2004. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Yogyakarta: Kanisius.
Hartono. 2008 Pola Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Karena Pengaruh Pupuk N. Agrivita
13(3): 82-89.
Nihayatul, Ninik W. 2002. Daya Silang Ubi Jalar Berdaging Umbi Jingga dengan Ipomoea
trífida Diploid dan Hubungan Genetiknya Berdasarkan RAPD. Jurnal Natur
Indonesia 5 (1) : 1-8. Universitas Riau Press, Riau.
Nugroho, A., N.Basuki dan M.A. Nasution, 1999. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan
Kalium Terhadap Kualitas Ubi Jalar pada Lahan Kering. Habitat 10 (105). p. 33-38.
Rukmana, R. 1997. UBI JALAR Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Sasongko, L.A., 2009. Perkembangan Ubi Jalar Dan Peluang Pengembangannya Untuk
Mendukung Program Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan Di Jawa Tengah.
Mediaagro. Vol 5 No.1, 2009.
Suparman. 2006. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Bandung: Azka Press.
Suprapti, L. M. (2003). Tepung Ubi Jalar Pembuatan dan pemanfaatanya. Yogyakarta:
Kanisius.
Sutanto.R. 2002. Usaha Tani Ubi. Yogyakarta: Kanisius.
Syamsir, E. dan T. Honestin. 2009. Karakteristik Fisiko-Kimia Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
batatas) Varietas Sukuh dengan Variasi Proses Penepungan, J. Teknol.dan Industri
Pangan. 10 (2):90-95.
Yuwono, M, Basuki, N., Agustin ,L. 2002. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea
batatas (L) Lamb) pada Macam dan Dosis Pupuk Organik Yang Berbeda terhadap
Pupuk An Organik.

LAMPIRAN

12
1. Layout

2. Hasil Analisis Anava

13
A. Tabel Anava Panjang Batang Utama
1. Minggu ke-1
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 236,84 33,83 1,92 2,49
Blok 3 363,71 121,19 6,9 3,07
Galat 21 368,71 17,15
Total 31 969,12

2. Minggu ke-2
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 147,26 21,03 1,01 2,49
Blok 3 310,63 103,54 5 3,07
Galat 21 434,07 20,67
Total 31 891,96

3. Minggu ke-3
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 220,86 31,55 0,56 2,49
Blok 3 380,41 126,8 2,27 3,07
Galat 21 1.170,21 55,72
Total 31 1.771,48

4. Minggu ke-4
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 184,91 26,41 0,19 2,49
Blok 3 196,64 65,54 0,47 3,07
Galat 21 2.904,51 138,31
Total 31 3.286,07

5. Minggu ke-5
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.162,73 166,1 0,59 2,49
Blok 3 935,59 311,86 1,12 3,07
Galat 21 5.829,70 277,6
Total 31 7.928,02

6. Minggu ke-6
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.460,99 208,71 0,56 2,49
Blok 3 2.617,48 872,49 2,37 3,07

14
Galat 21 7.708,75 367,08
Total 31 11.787,22

7. Minggu ke-7
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.920,43 174,34 0,49 2,49
Blok 3 4.827,80 1.609,26 2,93 3,07
Galat 21 11.523,42 548,73
Total 31 18.271,65

8. Minggu ke-8
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 2.935,41 419,34 0,52 2,49
Blok 3 6.939,90 2.313,30 2,86 3,07
Galat 21 16.971,26 808,16
Total 31 26.846,57

B. Tabel Anava Jumlah Tunas


1. Minggu ke-1
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 5,67 0,83 1,1 2,49
Blok 3 3,62 1,20 1,6 3,07
Galat 21 15,78 0,75
Total 31 25,27

2. Minggu ke -2
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 7,97 1,13 1,56 2,49
Blok 3 10,07 3,36 4,66 3,07
Galat 21 15,16 0,72
Total 31 33,22

3. Minggu ke -3
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 9,72 1,39 1,76 2,49
Blok 3 109,00 0,36 0,46 3,07
Galat 21 16,66 0,79
Total 31 27,47

4. Minggu ke -4
SK DB JK KT F hitung F 5%

15
Perlakuan 7 15,47 2,21 0,88 2,49
Blok 3 1,59 0,53 0,21 3,07
Galat 21 52,65 2,5
Total 31 69,71

C. Tabel Anava Jumlah Umbi Per Tanaman


SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 7,72 1,1 2,2 2,49
Blok 3 3,09 1,03 2,06 3,07
Galat 21 10,66 0,5
Total 31 21,47

D. Tabel Anava Diameter Umbi


SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 7 194,37 27,76 1,41 2,49
Blok 3 73,33 24,44 1,24 3,07
Galat 21 411,67 19,6
Total 31 678,37

E. Tabel Anava Panjang Umbi


SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 103,70 14,81 0,74 2,49
Blok 3 46,95 15,65 0,79 3,07
Galat 21 415,88 19,8
Total 31 265,23

F. Tabel Anava Bobot Umbi


SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.387,40 198,2 1,16 2,49
Blok 3 716,30 238,76 1,4 3,07
Galat 21 3.573,02 170,14
Total 31 5.676, 72

4. Dokumentasi Kegiatan

16
Gambar 1. Pengolahan lahan dan pembuatan Gambar 2. Pembuatan guludan
Siringan

Gambar 3. Penentuan sampel Gambar 4. Pemberian pupuk

Gambar 5. Posisi sampel Gambar 6. Munculnya tunas

17
Gambar 7. Penyiangan Gambar 8. Pertambahan panjang

Gambar 9. Tanaman menjalar ke petakan Gambar 10. Daun dibalikkan ke atas agar
batang tidak berakar lagi

Gambar 11 dan 12. Hama memakan daun

18
Gambar 13. Kotoran hama menempel di daun Gambar 14. Munculnya bunga

Gambar 15. Daun bagian bawah berwarna Gambar 16. Timbul penyakit pada daun
kuning

Gambar 17. Pemanenan Gambar 18. Umbi pada 5 sampel

19
Gambar 19 dan 20. Menghitung dan mengukur jumlah umbi, bobot umbi,
diameter umbi, panjang umbi

20

Anda mungkin juga menyukai