PENDAHULUAN
1
diperhatikan lainnya adalah perbaikan lingkungan tumbuh terutama cara budidayanya
(Sasongko, 2009).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh yaitu:
1. Memahami dan terampil melakukan proses produksi tanaman ubi jalar.
2. Mengetahui pengaruh interaksi pemberian dosis pupuk kandang sapi dan pupuk kimia
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
3. Mengetahui pengaruh pupuk kandang sapi dan pupuk kimia secara tunggal terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Pertumbuhan akan terhambat jika temperatur di bawah 0 0C. Curah hujan yang optimum
untuk pertumbuhannya antara 750 mm hingga 1.000 mm per tahun. Tanaman ubi jalar
menyukai sandy-loam soil dengan kadar bahan organik tinggi dan permeable subsoil.
Tanah dengan kerapatan tinggi atau aerasi yang buruk dapat menghambat pembentukan
akar dan hasil rendah. Penanamannya harus dilakukan di atas guludan karena ubi sangat
menyukai tanah yang gembur. Apabila pertanaman tidak dilakukan di atas guludan maka
umumnya umbi yang dihasilkan berukuran kecil sebab biasanya batang menjalar ke
segala arah dan membentuk akar kembali. Keasaman tanah optimum untuk
pertumbuhannya yaitu antara 5,6-6,6. Ubi jalar dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya
yang relatif tinggi (Rukmana, 1997).
2.3 Pemupukan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun an-organik. Dosis pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman
karena apabila pemberian pupuk terlalu sedikit atau terlalu banyak, maka akan
membahayakan tanaman. Pupuk dapat diberikan ke tanah ataupun disemprotkan ke daun.
Pemupukan dimaksudkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman budidaya agar
dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi dan kualitas yang baik. Pemupukan yang
baik dilakukan secara rutin dan menggunakan teknologi pengaplikasian yang benar.
Teknologi pemupukan setiap tanaman berbeda-beda, tergantung jenis tanaman dan
kebutuhan pupuk tanaman tersebut. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan
organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos
(Nugroho, 1999).
Tanaman ubi jalar relatif tidak membutuhkan pupuk yang banyak. Dalam
budidaya ubi jalar secara organik dapat diberikan pupuk kandang atau kompos. Pupuk
kandang yang baik adalah campuran kotoran ayam dan sapi atau kambing yang telah
matang. Pemberian pupuk yang tepat baik dalam komposisi maupun pelaksanaan
pemupukannya sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman yang
diusahakan (Hartono, 2008).
Aplikasi pemupukan diberikan pada saat pengolahan tanah menjelang tanam dan
setelah tanam. Pemupukan yang tepat akan membuat tanah menjadi subur dan gembur,
bibit mudah tumbuh bertunas, akar mudah berkembang dan menembus tanah, dan umbi-
umbi pun akan tumbuh tanpa kesulitan.
4
2.4 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya tersusun dari materi
makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar
haranya.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa
panen, sabut kelapa, limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian,
dan limbah kota. Secara fisik bahan organik berperan dalam merangsang granulasi,
menurunkan kohesi, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya tahan tanah dalam
menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, menstabilkan kelembaban dan
temperatur tanah, dan dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah
(Hanafiah, 2004)
Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan
penyusunnya. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi pupuk organik
cair dan padat. Sedangkan berdasarkan bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk
kandang dan pupuk kompos. Pupuk kompos berasal dari sampah organik yang telah
mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi mikro-organisme
yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik yang dipakai seperti dedaunan, rumput,
jerami, kotoran hewan, dan sampah.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam mempertahankan atau menaikkan
kandungan organik tanah yaitu dengan menggunakan pupuk kandang, kompos atau
pupuk hijauan, mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah, melakukan penanaman
secara tumpang sari sehingga tanah akan tertutup oleh tanaman, pengolahan tanah
dilakukan seminimal mungkin (Yuwono, 2005).
5
pupuk organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan
(Sutanto.R, 2002).
Ada beberapa kelebihan penggunaan pupuk an-organik seperti: unsur yang
terkandung akan cepat terurai, lebih cepat terserap oleh tumbuhan, pemupukan lebih
mudah dilakukan karena pupuk kimia telah dikonsentrasikan pada jenis unsur tertentu.
Adapun jenis-jenis pupuk anorganik tersebut adalah antara lain pupuk urea, TSP, dan
KCl.
Pupuk Urea merupakan pupuk kimia yang memiliki kandungan Nitrogen (N) yang
tinggi. Pupuk urea berbentuk butiran kristal berwarna putih. Pupuk urea merupakan
pupuk yang mudah larut di dalam air (higroskopis). Oleh karena itu, pupuk urea
sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Kandungan unsur hara (N)
yang terdapat pada pupuk urea yaitu sebesar 46% .
Pupuk KCl adalah pupuk kimia yang mengandung kadar kalium (K2O) sebesar
60%, serta klorida sebanyak 46%. Pupuk ini berwarna merah dan putih yang berbentuk
kristal. Pupuk KCl sangat mudah larut di dalam air. Konsentrasi nutrisi pada pupuk KCl
ini cukup tinggi. Oleh sebab itu, harganya cenderung kompetitif dengan jenis pupuk
lainnya yang mengandung kalium.
Pupuk TSP adalah pupuk kimia yang memiliki kandungan fosfor yang tinggi.
Unsur fosfor merupakan unsur hara makro yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman
dalam jumlah yang besar. Ketersediaan P dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk
tanah, reaksi tanah (pH), C-organik tanah, dan tekstur tanah. Pupuk TSP (Triple Super
Posfat) memiliki kandungan P2O5 mencapai 43-45% sehingga baik digunakan untuk
meningkatkan unsur hara P pada tanah yang miskin unsur hara fosfat.
Pupuk SP-36 merupakan pupuk kimia yang memiliki kandungan fosfor yang
tinggi. Kandungan hara fosfor pada pupuk SP-36 yaitu sebesar 36%. Pupuk SP-36
berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Unsur hara ini hampir seluruhnya larut dalam
air, tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi
penyimpanan yang baik.
6
III. METODOLOGI
3.3 Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan untuk menghitung data pada praktikum ini
adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Faktorial.
7
posisi miring dan condong ke depan dan membentuk sudut 450 serta tunas stek ke
atas.
c. Pemasangan waring
1. Meruncingkan pancang menggunakan parang.
2. Menancapkan pancang pada bagian tertentu sebagai tempat melekatnya waring.
3. Memasang waring di sekeliling lahan.
d. Penentuan Sampel
1. Menentukan sampel sebanyak 6 buah secara acak dengan metode lotre. Sampel tidak
boleh berada di bagian pinggir. Guludan pertama diperoleh 1 sampel yaitu sampel 3.
Guludan kedua diperoleh 2 sampel yaitu sampel 1 dan 6. Guludan ketiga diperoleh 2
sampel yaitu sampel 2 dan 4. Guludan pertama diperoleh 1 sampel yaitu sampel 5.
2. Memasang sampel dengan menggunakan map kuning yang dipotong kecil-kecil.
e. Pemupukan
1. Pemupukan yang diberikan yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemupukan
pertama yaitu pupuk kandang kotoran sapi diberikan pada Selasa, 12 Februari 2019
sebanyak 8 kg. Masing-masing guludan diberi pupuk sebanyak 2 kg.
2. Pemupukan kedua yaitu pupuk urea, TSP, dan KCl diberikan pada Senin, 18 Februari
2019. Dosis pupuk urea yang diberikan sebanyak 0,04 kg. Dosis pupuk TSP yang
diberikan sebanyak 0,02 kg. Dosis pupuk KCl yang diberikan sebanyak 0,015 kg.
Antar tanaman diberi lubag untuk menaburkan pupuk kimia tersebut
f. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman meliputi penyiangan, penyiraman, dan pengelolaan OPT.
Penyiangan dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat
pertumbuhan ubi jalar. Penyiraman dilakukan agar tanaman ubi jalar tetap segar dan
untuk mempertahankan struktur tanah tetap gembur. Penyiraman sebaiknya dilakukan
setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pengelolaan OPT dilakukan untuk
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh OPT pada tanaman ubi jalar.
g. Panen
Panen dilakukan pada Senin, 6 Mei 2019. Umbi yang dipanen hanya 5 sampel
saja untuk menentukan jumlah umbi yang telah terbentuk per batangnya, bobot umbi,
panjang umbi, jumlah umbi, dan diameter umbi.
8
a. Panjang Batang Utama (cm)
Panjang batang utama (cm) diamati setiap minggu dimulai dari minggu kedua setelah
tanam, yakni dengan mengukur panjang tanaman dimulai dari permukaan tanah
sampai titik tumbuh terpanjang.
b. Jumlah Umbi Per Tanaman
Menghitung jumlah umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
c. Diameter Umbi (cm)
Mengukur diameter umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
d. Panjang Umbi (cm)
Mengukur panjang umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
e. Bobot Umbi Per Tanaman (g)
Menimbang bobot umbi pada lima sampel yang dilakukan pada saat panen.
f. Jumlah Tunas
Menghitung jumlah tunas pada enam tanaman sampel.
9
4.1 Gambaran Umum
Praktikum dilaksanakan di Lahan Zona Pertanian Terpadu, Medan Baru, Bengkulu.
Persiapan lahan dilakukan pada Jum’at, 8 Februari 2019 untuk membuat petakan lahan
berukuran 4 x 2 m. Satu hari setelahnya Sabtu, 9 Februari 2019 dilakukan pembagian
lahan seluruh praktikan komoditi ubi jalar. Selanjutnya pada Minggu, 10 Februari 2019
dilakukan pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari
gulma dan sisa-sisa tanaman, menggemburkan tanah dan membuat siringan. Pada Senin,
11 Februari 2019 dilakukan pembuatan guludan. Satu petakan dibuat guludan sebanyak 4
buah dengan jarak 50 cm. Perlakuan yang diperoleh adalah A2K1. Setelah itu, diberikan
pupuk kandang kotoran sapi sebanyak 8 kg/m2. Pupuk kandang dicampur dengan tanah
dan dilubangi sesuai jarak tanam dengan menggunakan caplak. Masing-masing guludan
diperoleh 7 lubang tanam dan kemudian ditanami bibit ubi jalar dengan posisi miring
condong ke depan. Setelah melakukan penanaman, kemudian diberikan pupuk kimia
(Urea, TSP, KCl) sesuai perlakuan. Setelah itu, dilakukan penyulaman bagi bibit ubi jalar
yang tidak tumbuh atau mati. Kemudian, dilakukan pengacakan dan pemasangan sampel
serta pengamatan dari variabel yang diamati setiap minggunya. Petakan dan tanaman harus
sering dilakuka pemeliharaan agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Pada Senin, 9
Mei 2019 dilakukan pemanenan pada lima buah sampel dan dilakukan pengamatan sesuai
dengan variabel yang telah ditentukan. Dari data yang didapatkan data dianalisis
menggunakan rancangan percobaan RAKL Faktorial. Jika H0 ditolak maka dilakukan uji
lanjut dengan taraf 5%. Setelah itu, dapat disimpulkan perlakuan mana yang sangat
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
V. PENUTUP
10
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa
1. Proses produksi ubi jalar dilakukan mulai dari pengolahan lahan, pembuatan siringan,
pembuatan guludan, pemberian pupuk kandang, penentuan jarak dan lubang tanam,
penanaman, pemberian pupuk kimia dengan dosis sesuai,
2. Perbedaan dosis pupuk organik dengan pupuk an-organik tidak berpengaruh terhadap
jumlah/banyaknya umbi yang terbentuk, tetapi berpengaruh terhadap berat umbi yang
terbentuk. Sedangkan pemberian dosis pupuk yang semakin meningkat akan
meningkatkan pertumbuhan tanaman ubi jalar.
5.2 Saran
Perawatan tanaman sangat penting dilakukan dalam melakukan budidaya tanaman.
Apabila perawatan yang dilakukan maksimal, maka hasil tanaman akan semakin
meningkat. Oleh karena itu, praktikan harus benar-benar merawat tanaman ubi jalar agar
hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, pengamatan juga harus
dilakukan dengan benar dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
11
Apriliyanti, T. 2010. Kajian Sifat Fisiokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas blackie) dengan Variasi Proses Pengeringan. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret.
Hanafiah. 2004. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Yogyakarta: Kanisius.
Hartono. 2008 Pola Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Karena Pengaruh Pupuk N. Agrivita
13(3): 82-89.
Nihayatul, Ninik W. 2002. Daya Silang Ubi Jalar Berdaging Umbi Jingga dengan Ipomoea
trífida Diploid dan Hubungan Genetiknya Berdasarkan RAPD. Jurnal Natur
Indonesia 5 (1) : 1-8. Universitas Riau Press, Riau.
Nugroho, A., N.Basuki dan M.A. Nasution, 1999. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan
Kalium Terhadap Kualitas Ubi Jalar pada Lahan Kering. Habitat 10 (105). p. 33-38.
Rukmana, R. 1997. UBI JALAR Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Sasongko, L.A., 2009. Perkembangan Ubi Jalar Dan Peluang Pengembangannya Untuk
Mendukung Program Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan Di Jawa Tengah.
Mediaagro. Vol 5 No.1, 2009.
Suparman. 2006. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Bandung: Azka Press.
Suprapti, L. M. (2003). Tepung Ubi Jalar Pembuatan dan pemanfaatanya. Yogyakarta:
Kanisius.
Sutanto.R. 2002. Usaha Tani Ubi. Yogyakarta: Kanisius.
Syamsir, E. dan T. Honestin. 2009. Karakteristik Fisiko-Kimia Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
batatas) Varietas Sukuh dengan Variasi Proses Penepungan, J. Teknol.dan Industri
Pangan. 10 (2):90-95.
Yuwono, M, Basuki, N., Agustin ,L. 2002. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea
batatas (L) Lamb) pada Macam dan Dosis Pupuk Organik Yang Berbeda terhadap
Pupuk An Organik.
LAMPIRAN
12
1. Layout
13
A. Tabel Anava Panjang Batang Utama
1. Minggu ke-1
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 236,84 33,83 1,92 2,49
Blok 3 363,71 121,19 6,9 3,07
Galat 21 368,71 17,15
Total 31 969,12
2. Minggu ke-2
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 147,26 21,03 1,01 2,49
Blok 3 310,63 103,54 5 3,07
Galat 21 434,07 20,67
Total 31 891,96
3. Minggu ke-3
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 220,86 31,55 0,56 2,49
Blok 3 380,41 126,8 2,27 3,07
Galat 21 1.170,21 55,72
Total 31 1.771,48
4. Minggu ke-4
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 184,91 26,41 0,19 2,49
Blok 3 196,64 65,54 0,47 3,07
Galat 21 2.904,51 138,31
Total 31 3.286,07
5. Minggu ke-5
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.162,73 166,1 0,59 2,49
Blok 3 935,59 311,86 1,12 3,07
Galat 21 5.829,70 277,6
Total 31 7.928,02
6. Minggu ke-6
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.460,99 208,71 0,56 2,49
Blok 3 2.617,48 872,49 2,37 3,07
14
Galat 21 7.708,75 367,08
Total 31 11.787,22
7. Minggu ke-7
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 1.920,43 174,34 0,49 2,49
Blok 3 4.827,80 1.609,26 2,93 3,07
Galat 21 11.523,42 548,73
Total 31 18.271,65
8. Minggu ke-8
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 2.935,41 419,34 0,52 2,49
Blok 3 6.939,90 2.313,30 2,86 3,07
Galat 21 16.971,26 808,16
Total 31 26.846,57
2. Minggu ke -2
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 7,97 1,13 1,56 2,49
Blok 3 10,07 3,36 4,66 3,07
Galat 21 15,16 0,72
Total 31 33,22
3. Minggu ke -3
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan 7 9,72 1,39 1,76 2,49
Blok 3 109,00 0,36 0,46 3,07
Galat 21 16,66 0,79
Total 31 27,47
4. Minggu ke -4
SK DB JK KT F hitung F 5%
15
Perlakuan 7 15,47 2,21 0,88 2,49
Blok 3 1,59 0,53 0,21 3,07
Galat 21 52,65 2,5
Total 31 69,71
4. Dokumentasi Kegiatan
16
Gambar 1. Pengolahan lahan dan pembuatan Gambar 2. Pembuatan guludan
Siringan
17
Gambar 7. Penyiangan Gambar 8. Pertambahan panjang
Gambar 9. Tanaman menjalar ke petakan Gambar 10. Daun dibalikkan ke atas agar
batang tidak berakar lagi
18
Gambar 13. Kotoran hama menempel di daun Gambar 14. Munculnya bunga
Gambar 15. Daun bagian bawah berwarna Gambar 16. Timbul penyakit pada daun
kuning
19
Gambar 19 dan 20. Menghitung dan mengukur jumlah umbi, bobot umbi,
diameter umbi, panjang umbi
20