PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. Padi adalah salah satu komoditas
dan gandum, yang mewakili lebih dari 50% dari produksi pertanian (De
Almeida et al., 2012). Kebutuhan beras dalam negeri masih terus meningkat
masih tinggi.
Indonesia pada saat ini telah mencapai 237 juta orang. Konsumsi beras
nasional sebesar 139,15 kg/kapita/tahun atau sekitar 34 juta ton per tahun
pada tahun 2011, sementara produksi beras tahun 2011 sampai bulan
Desember mencapai 38 juta ton. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2015
tersebut.
kawasan.
Karya Ilmiah 1
yang berhasil menerapkan penanaman padi hibrida seluas 15 juta hektar
Pangan) mulai merintis program penelitian padi hibrida sejak akhir tahun
empirik dan ilmiah bahwa teknologi ini dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas dari tanaman sedikitnya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan
teknologi inbrida. Padi hibrida dipilih karena memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki oleh padi inbrida. Kelebihan yang paling utama dari padi hibrida yaitu
hasilnya lebih tinggi 20-30% dari padi inbrida, kondisi tersebut dapat
tanaman padi lebih tegak, kompak dan seragam. Padi hibrida malainya berisi
banyak dengan bulir yang penuh dan bernas, tahan terhadap penyakit serta
pertama (F1) dari hasil persilangan antara dua induk yang berbeda.
lebih cepat, anakan lebih banyak, malai lebih lebat dan hasil lebih tinggi
tidak diperoleh pada populasi generasi kedua (F2) dan berikutnya. Oleh
peran penting dan strategis sehingga benih padi hibrida lebih mahal
Karya Ilmiah 2
Namun ditengah gencar-gencarnya upaya swasembada beras
nasional, ternyata respon petani terhadap padi hibrida agak pasif. Hal ini
membutuhkan pupuk yang lebih banyak, serta pada beberapa kasus padi
B. Perumusan Masalah
berikut :
C. Tujuan
hibrida.
D. Manfaat
Karya Ilmiah 3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Difisio : Spermatopyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poceae
Genus : Oryza
Menurut Anonim (2007 a), Padi termasuk dalam suku padi-padian atau
ini juga menjadi ciri padi, misalnya berakar serabut, daun berbentuk lanset
tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret, floret
tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu
floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau
Karya Ilmiah 4
Sebagai contoh, IR64 yang matang dalam 110 hari mempunyai fase
vegetatif 45 hari, sedangkan IR8 yang matang dalam 130 hari fase
B. Padi Hibrida
Padi hibrida adalah produk persilangan antara tetua dua padi yang
turunannya akan memilki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi dari kedua
teknologi yaitu hasil persilangan antara dua jenis padi yang menurunkan
varietas unggul satu generasi sebagai suatu komoditi baru bagi petani.
(Anonim, 2006 b). Menurut Irsal et al. (2003), padi hibrida memiliki sifat
penting, antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya
produktif, (b) malai lebih panjang dan 1ebat (>300 butir/malai), (c) batang
besar dan kokoh, (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua, (e) perakaran panjang
dan lebat. Potensi hasil 10-25% tebih tinggi dibandingkan dengan varietas
dan vigor yang lebih baik. Keistimewaan lain dari padi hibrida adalah memiliki
lebih besar jika lahannya cocok dan subur (Anonim, 2003) dan menurut
Karya Ilmiah 5
20 cm x 20 cm (Anonim, 2007 c).
antara tetua betina dengan tetua jantan, dan pada umumnya adalah genotip
yang dapat memperbaiki sifat lemah yang ada pada tetua betina (Tjubaryat
galur mandul jantan dalam persilangan. Galur mandul jantan yang paling
disebut juga sistem tiga galur karena melibatkan tiga galur tetua dalam
Karya Ilmiah 6
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai Juni 2015 di
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Penyiapan Lahan
meratakan tanah.
2. Persemaian
minimal 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Kemudian
olah tanah kedua sambil membersihkan lahan dari tanaman padi yang
kg.
Karya Ilmiah 7
3. Penanaman
Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan telah didapat beberapa varietas
padi hibrida yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lainnya
yaitu :
Varietas HIPA 08
Varietas HIPA 14
Varietas DG I SHS
Varietas MAPAN 05
4. Pemupukan
Waktu Pemberian :
5. Pemeliharaan Tanaman
setempat.
Karya Ilmiah 8
C. Denah Percobaan
Varietas dan 3 kali ulangan dan denah di lapangan adalah sebagai berikut :
A B D C
D C D A
B A C B
Keterangan :
A : HIPA 08
B : HIPA 14
C : DG I SHS
D : MAPAN 05
D. Variabel Pengamatan
1. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai pucuk daun tertinggi.
Pengukuran ini dilakukan pada 10 sampel per petak pada fase vegetatif
tanaman memasuki fase vegetatif akhir dan pada saat fase masak.
terhadap serangan hama dan penyakit pada saat fase vegetatif dan fase
Karya Ilmiah 9
6. Panjang Malai, diukur mulai dari ujung malai sampai pangkal malai pada
10 tanaman sample per petak. Pengamatan ini dilakukan pada saat fase
masak.
dikeringanginkan.
10. Hasil Gabah Kering per petak (Ubinan), dengan mengukur 2,5x2,5m dan
menimbang hasilnya.
Karya Ilmiah 10
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman
fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, daun dan
batang baru, terjadi pada awal pertumbuhan. Pada fase generatif atau
bunga, buah dan biji (Novizan, 2005). Hardjowigeno (1987 dalam Kariada et
tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan varietas yang lain. Berbeda
tinggi tanaman pada pengamatan hari ke 95 hst, untuk varietas HIPA 08 dan
HIPA 14 sudah tidak ada data tinggi tanaman disebabkan sudah memasuki
Karya Ilmiah 11
masa panen. Menurut Silitonga et al. (1985) dalam Zen dan Helmidar (1993)
lebih pendek dari rata-rata kedua tetuanya, oleh karena itu kebanyakan
jumlah anakan rata-rata yang lebih banyak pada pengamatan hari ke 25 dan
varietas lain tetapi pada pengamatan selanjutnya jumlah menurun hal ini
disebabkan pada petak tersebut tanaman terserang beluk dan patah. Jumlah
anakan selain dipengaruhi oleh kesuburan tanah juga oleh varietas tanaman.
Karya Ilmiah 12
yang akan menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif merupakan salah
pengamatan. Pada saat tanaman berada pada fase vegetatif, jumlah anakan
berkisar antara 20 sampai 30, namun jumlah itu semakin lama semakin
memasuki fase produktif (Ali et al., 2004). Hal ini juga senada dengan
anakan maksimal tercapai, sebagian anakan akan mati dan tidak akan
banyak. Selain itu 33 jumlah anakan produktif juga dipengaruhi oleh ada
tanaman padi adalah banyaknya jumlah rumpun yang dipanen dalam satuan
HIPA 08 489.33
HIPA 14 492.33
DG I SHS 486.21
MAPAN 05 479.41
Pada Pada tabel 4, perbedaaan faktor perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel jumlah rumpun yang dipanen. Pada uji varietas ini
Karya Ilmiah 13
jumlah rumpun yang tertinggi adalah 497.33 pada varietas HIPA 14. Hal ini
terjadi karena tingkat kematian rumpun pada saat peralihan dari fase
vegetatif menuju fase generatif kecil. Jumlah rumpun yang dipanen pada
varietas HIPA 14 lebih tinggi dari ketiga varietas hibrida yang lain. Sedangkan
yaitu 479.41 rumpun. Jumlah rumpun yang dipanen ini digunakan sebagai
yang dipanen, maka berarti jumlah rumpun yang mati semakin banyak maka
rumpun yang mati semakin sedikit dan tingkat kehidupan tanaman semakin
besar. Tanaman yang mati biasanya terjadi pada tanaman yang masih muda,
dimana pada saat itu tanaman tidak mampu berkompetisi dengan tanaman
yang lain serta kekurangan unsur N yang sangat dibutuhkan tanaman dalam
bisa menyerang tanaman pada stadia apapun dan pada waktu kapanpun,
menjelang panen.
Karya Ilmiah 14
HIPA 08 7.33 1
HIPA 14 6.66 1
DG I SHS 7.55 1
MAPAN 05 6.66 1
Hama yang banyak menyerang tanaman padi pada kaji terap ini
adalah belalang dan tikus. Belalang ( Locusta sp) menyerang dengan cara
menggigit daun dari tepi atau bagian tengah daun (Lilies, 1991). Sedangkan
tanaman padi dengan cara menggigit batang padi sehingga padi tersebut
rebah. Pada tabel diatas didapat dinyatakan bahwa tingkat serangan hama
tingkat kerusakan daun pada semua galur yang diujikan tidak melebihi
tingkat kerusakan daun pada varietas hibrida lainnya. Menurut Morrill (1995
dalam Muhuria, 2003) ketahanan tanaman terhadap hama dapat berupa : (1)
hama), (2) tolerance (tanaman mampu recovery dari serangan hama), (3)
: (1) genik, sifat tahan diatur oleh sifat genetik yang dapat 37 diwariskan, (2)
morfologik, sifat tahan yang disebabkan oleh sifat morfologi tanaman yang
G. Panjang Malai
Karya Ilmiah 15
Panjang malai adalah tempat kedudukan bulir, keberadaan malai sangat
penting. Apabila malai ini rusak maka pada anakan tersebut tidak akan
HIPA 08 36.34
HIPA 14 37.33
DG I SHS 30.42
MAPAN 05 30.21
malai yang sedikit berbeda nyata dengan dua varietas lainnya (DG I SHS
MAPAN 05 hampir sama panjang. Dalam tanaman padi panjang malai ini
banyak, namun bila jumlah gabah hampa per malai tinggi, maka berat
produksi per satuan luas akan rendah. Dengan demikian malai yang semakin
panjang mempunyai peluang lebih tinggi produksi hasil per satuan luas
karena semakin panjang malainya maka gabah atau bulir semakin banyak.
Karya Ilmiah 16
Gabah merupakan hasil utama dari padi. Gabah yang berisi sempurna
Berdasarkan Tabel 8, jumlah gabah bernas tiap malai pada varietas yang
diujikan lebih banyak pada varietas HIPA 08 disusul kemudian varietas HIPA
jumlah gabah bernas tiap malai. Namun berdasarkan tabel 8 bahwa rata-rata
jumlah gabah hampa tiap malai pada varietas MAPAN 05 berbanding terbalik
(2003), bahwa jumlah gabah per malai dapat dipengaruhi oleh jumlah daun.
Jumlah daun yang cukup diperlukan untuk menjamin banyaknya jumlah bulir.
Jumlah bulir per malai juga dipengaruhi oleh stadia pertumbuhan dimana
pembentukan malai.
Karya Ilmiah 17
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi yaitu suhu rendah dan
meningkatkan jumlah bulir-bulir padi yang hampa. Luas daun yang cukup
perkembangan suatu malai yang berbulir banyak dan cukup berisi. Jumlah
bulir per malai dapat dipengaruhi oleh jumlah daun. Jumlah daun yang cukup
genetik saja, akan tetapi faktor lingkungan juga mempunyai peranan dalam
menyatakan bahwa jumlah gabah per malai dapat dipengaruhi oleh jumlah
daun. jumlah daun yang cukup diperlukan untuk menjamin banyaknya jumlah
bulir. Jumlah bulir per malai juga dipengaruhi oleh stadia pertumbuhan
yaitu suhu rendah dan sedikitnya cahaya yang tersedia pada stadia
Selain itu hama yang menyerang terutama hama sundep pada saat masa
diakibatkan cairan untuk mengisi bulir diserap oleh hama sundep demi
Karya Ilmiah 18
I. Hasil Ubinan Per Varietas
masing varietas yang dikonversikan menjadi hektar, dan nilai ini dapat
sama dengan 9.93 ton, kemudian urutan varietas selanjutnya adalah HIPA 08
lain.
seluruh galur yang diujikan mempunyai berat 1000 butir yang melebihi dari
Karya Ilmiah 19
Tabel 10. Rata-Rata Berat Gabah 1000 Butir
HIPA 08 30.64
HIPA 14 30.53
DG I SHS 28.67
MAPAN 05 29.98
1000 butir tidak berbeda nyata, jika dibandingkan dengan varietas DG I SHS
dan MAPAN 05. Berat 1000 butir lebih ditentukan oleh bentuk gabah
(Matshusima dan Muratha, 1980). Bentuk gabah yang lonjong dan besar
akan mempunyai berat yang lebih besar bila dibandingkan gabah yang
berbentuk bulat.
Karya Ilmiah 20
Tabel 11. Potensi varietas padi hibrida yang di uji terhadap variabel
Keterangan :
Karya Ilmiah 21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat dari
(Kg), dan DG I SHS (6.9 Kg) yang mempunyai jumlah gabah hampa
B. Saran
1. Perlu adanya pengujian masing-masing varietas hibrida pada musim
BAB V
PENUTUP
Demikian hasil kaji terap yang dapat kami sampaikan, jika dalam
DAFTAR PUSTAKA
Karya Ilmiah 22
Ali Usman , Rusdiansyah dan Sadarudin. Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Padi (Oryza sativa L) Pada Lahan Sawah Tadah Hujan
Akibat Umur Bibit dan Jarak Tanam yang Berbeda. Jurnal
Budidaya Pertanian 10 (2) hal 104- 112.
Anonim. 2004. Seleksi Dan Evaluasi Daya Hasil Galur Tanaman Pangan
Produk Bioteknologi
http://www.indobiogen.or.id/psdg/psdg_program_rptp_asadi .php.
Diakses pada 12 Maret 2013
Karya Ilmiah 23
Golsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Irsal Las B. Abdullah, dan Aan Drajat. 2003.Padi Tipe Baru dan Padi Hibrida
Mendukung Ketahanan
Pangan .http://www.deptan.go.id/padi20%hibrida20%/default.htm
pada 12 Maret 2013
Karya Ilmiah 24
Muhuria, L. 2003. Strategi Perakitan Gen-gen Ketahanan terhadap Hama.
http://tumoutou.net/702_07134/la_muhuria.pdf. Diakses 12
Maret 2013
Satoto.2006.PadiHibrida.http://www.knowledgebank.irri.org/
regionalsites/indonesia%20PADI/default.htm. diakses 12
Maret 2013
Karya Ilmiah 25
Vargara, B. S. 1979. A Farmer primer on Growing Rice. IRRI.Los
Baros.Philipine.220h
Yuan, L.P. 1998. Hybrid Development and used innovative approach and
challenges. IRC Newsletter 47:7-5
Karya Ilmiah 26
· Asal seleksi : · A1/PK12
· Umur tanaman : · 115 hari
· Bentuk tanaman : · Tegak
· Tinggi tanaman : · 103 cm
· Daun bendera : · Tegak
· Bentuk gabah : · Sedang
· Warna gabah : · Kuning jerami
· Kerontokan : · Sedang
· Kerebahan : · Tahan
· Tekstur nasi :· Pulen
· Kadar amilosa : · 22,3 %
· Indeks glikemik : · 73,5
· Rata-rata hasil : · 8,1 ton/ha GKG
· Potensi hasil : · 10,4 ton/ha GKG
· Ketahanan terhadap Hama : · Rentan terhadap Wereng Batang Coklat
biotipe 3
· Ketahanan terhadap Penyakit : · Agak tahan terhadap Hawar Daun
Bakteri strain III
Agak rentan terhadap Hawar Daun
Bakteri strain VIII dan
Rentan terhadap tungro
· Anjuran tanam : · Baik ditanam pada daerah dataran rendah
<450 m dpl
· Pemulia : · Satoto, Sudibyo T. W. Utomo, dan Mudhani
Direja
· Tahun dilepas : · 2010
· SK Menteri Pertanian : · 2535/Kpts/SR.120/6/2009
Karya Ilmiah 27
Budiyono
, dkk,
Uji Potensi Hasil 12 Galur Padi
Hibrida
...
Pada kesempatan ini penulis
menyam
-
paikan terima kasih kepada PT. Dupont
Pioner yang telah membantu dana dalam
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B. 2003.
Padi Tipe Baru dan
Padi Hibrida Mendukung Ketahanan
Pangan.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
No.25:1
-
4.
Ba
dan Pusat Statistik. 201
1
.
Tanaman
Pangan. http://www.bps.go.id/tnmn_
pgn. Diaskes pada tanggal 26 Ok
-
tober 2012.
De Almeida, S.,L., Schmidt, É. C.,
Rodrigues, A. C., dan Bouzon, Z. L.
2012.
Effects of natural radiation,
PAR and artificial ultraviolet rad
iation
-
B on the ultrastructure and histo
-
chemistry of
Oryza sativa
L. Amer.
J.
Karya Ilmiah 28
of Plant Sci.
3(10):1361
-
1368.
.
Hatta M., 2011.
Pengaruh Tipe Jarak
Tanam Terhadap Anakan, Komponen
Hasil, Dan Hasil Dua Varietas Padi
Pada Metode S
RI
.
J.
Floratek
6
(1):
104
-
113
.
Irsal L, B. Abdullah, dan Aan A. Daradjat.
2003.
Padi Tipe
Baru dan Padi Hibrida
Mendukung Ketahanan Pangan.
J
Puslitbang Tanaman Pangan
5
(2):76
-
92.
Manurung dan Ismuadji. 1988.
Morfologi
dan Fisiologi Padi.
J
Puslitbang
Pangan.
5(3): 22
-
33
Silitong
a, T. B., M. Warson., Indarjo. dan
L. Cholisoh. 1988
. Variabilitas dan
Kemiripan
Sifat
-
Sifat
Agronomis
Genotip
-
Genotip Padi.
J
Penelitian
Tanaman P
angan.
Karya Ilmiah 29
Balittan Bogor
3(1):25
-
26
Siregar, H., Endang, Suparman dan
Soewito.1998.
Analisis Beberapa
Sifat Galu
r Padi Sawa Dua Musim
Tanam.
J
stbilitas padi sawah
16 (2) :
18
-
19.
Tirtowirjono, S. 1988.
Identifikasi Varietas
Padi Unggul.
J
Buletin Sang Hyang.
Seri 2 (2):
32
-
34.
Umar.,S. 2008.
Variasi Genetik, Herita
-
bilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat
-
sifat
Penting
Tanaman Wijen (Sesa
-
mum indicum L.).
J
. Littri
13 (3): 88
–
92
Utami, S. N. H., dan S. Handayani. 2003
.
Sifat Kimia Entisol pada Sistem
Pertanian Organik.
j
Ilmu Per
-
tanian
10 (2): 63
-
69.
Yuan, L.P. 1994.
Increasing yield potential
in rice by exploitation o
f heterosis. In
Virmani, S.S. (Ed.). Hybrid Rice
Karya Ilmiah 30
Technology New Development and
Future Prospeks. Selected Papers
from the International Rice. Res.
Conf. IRRI, Los banos, Philippines. p.
Karya Ilmiah 31