Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM ILMU PEMULIAAN TANAMAN

OLEH :

Nama : Denisa Kartika Dewi


NIM : C1M020031
Prodi : Agroekoteknologi A
Kelompok : 6

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga Laporan tetap
Praktikum Ilmu Pemuliaan Tanaman dapat tersusun hingga selesai tepat pada waktunya. Adapun
praktikum yang dilaksanakan sebanyak empat acara yaitu “Eksplorasi Dan Koleksi Plasma
Nutfah Tanaman Pangan Dan Hortikultura”, “Biologi Bunga”, “Tenik Persilangan Tanaman
Menyerbuk Sendiri dan Teknik Persilangan Tanaman Menyerbuk Silang”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada Dosen mata kuliah Ilmu Pemuliaan Tanaman yang telah meberikan tugas lengkap dengan
pedoman penulisan sekaligus. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalan proses praktikum ini.

Laporan Praktikum ini jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik
dari studi yang sesungguhnya, dan yang paling penting semoga Laporan Praktikum ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... I

DAFTAR ISI ......................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... III

1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 3

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................... 9

BAB II HASIL DAN PEMBAHASA .................................................................... 10

2.1. TABEL HASIL PRAKTIKUM........................................................... 10

2.2 PEMBAHASAN ................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 20

KESIMPILAN ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22

LAMPIRAN ............................................................................................................24
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain sumber daya air, sumber
daya tanah dan udara yang penting untuk dilestarikan. Dalam bidang pertanian, plasma nutfah
banyak dikaji dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produk pertanian dan penyediaan
pangan karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman
seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma dan gen untuk ketahanan
terhadap cekaman lingkungan abiotik. Selain itu, plasma nutfah juga merupakan sumber gen
yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman.Kegiatan koleksi merupakan
kegiatan dalam arti pengkayaan plasma nutfah yang bersumber/berasal dari hasil eksplorasi,
introduksi, serta hibridisasi. Tujuan koleksi adalah untuk menghimpun gen-gen yang membawa
suatu karakter ke dalam suatu himpunan yang akan digunakan sebagai materi dalam kegiatan
pemuliaan maupun kegiatan lain. Seberapa besar jumlah materi yang dikumpulkan, namun yang
penting adalah variasi yang di dalam spesiesnya itu sendiri. Keragaman dalam satu spesies
inilaih yang disebut plasma nutfah. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu, produktivitas,
maupun ketahanan terhadap hama penyakit dan cekaman lingkungan, serta yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen, menjadi syarat yang harus dipenuhi pada era industrial pertanian dan
liberalisasi perdagangan. Varietas unggul dapat dirakit jika tersedia plasma nutfah atau sumber
daya genetik yang dikehendaki. Koleksi plasma nutfah dapat dilakukan secara in-situ (habitat
aslinya) maupun ex-situ (diluar habitat aslinya, biasanya berbentuk kebun koleksi kerja).
Pemulia tanaman dalam upaya memperbaiki varietas menggunakan maaterial genetik sebagai
tetua bersumber dari kebun koleksi kerja, karena material genetik dari koleksi kerja mempunyai
harapan kemajuan genetik relatif tinggi.

. Plasma Nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara turun
termurun, sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi yang lainnya.
Perbedaan yang terjadi itu dapat dinyatakan, misalnya dalam ketahanan terhadap penyakit,
bentuk fisik, daya adaptasi terhadap lingkungannya dan sebagainya. Dengan kata lain, plasma
nutfah merupakan masa organisme (flora dan fauna) yang masih membawa sifat-sifat genetik asli.
Sedangkan menurut Pengertian atau Definsi yang terdapat pada Kamus Pertanian adalah
merupakan substansi sebagai sumber sifat keturunan yang terdapat di dalam setiap kelompok
organisme yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit agar tercipta suatu jenis
unggul atau kultivar baru. Upaya pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam hayati tidak
dapat dilepaskan dari upaya pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah selaku pembawa sifat
keturunan species keanekaragaman hayati tersebut (Ja Posman Napitu, 2008). Plasma nutfah
tanaman merupakan sumber daya alam yang dapat dilestarikan tetapi sekali musnah maka
plasma nutfah tersebut tidak dapat ditemukan kembali dan tidak dapat dihidupkan kembali.
Plasma nutfah berfungsi sebagai sumber daya hayati, sumber gen dalan pemuliaan tanaman, dan
sistem penyangga kehidupan. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman merupakan aset penting
sebagai sumber gen bagi para pemulia untuk lebih berpeluang dalam menghasilkan kultivar-
kultivar yang lebih unggul (Silitonga, 2004). Kegiatan plasma nutfah meliputi eksplorasi,
konservasi, karakteristik, dokumentasi, evaluasi, rejuvenasi dan utilisasi. Manfaat
mengumpulkan plasma nutfah yang beragam adalah membuat populasi yang bervariasi,
menseleksi individu-individu yang mempunyai sifat khusus, memanfaatkan individu-individu
terseleksi tersebut untuk membentuk varietas unggul baru. Meskipun pelestarian dalam koleksi
dalam satuan genotipe dapat dilakukan, pelestarian dalam bentuk koleksi populasi lebih
dianjurkan. (KPN, 2000). Kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan pelacakan atau penjajakan,
mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu dilakukan untuk
mengamankan dari kepunahan. Konservasi plasma nutfah harus dilakukan dilakukan bersama-
sama dengan masyarakat, dalam arti kegiatan budidaya tanaman tersebut dilakukan oleh
masyarakat yang menggunakannya. Bahwa yang harus kita kembangkan segera adalah
teknologi-teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah sumber bahan baku. (Hasanah, 2003).
Semakin banyak koleksi plasma nutfah, semakin besar peluang untuk mendapatkan varietas
unggul. Sedangkan salah satu akibat dari pengembangan varietas unggul adalah terjadinya
pergesaran varietas lokal atau erosi genetik. Erosi genetik terjadi karena gen dan komplek gen
yang terdapat pada varietas lokal tidak terkandung di dalam varietas modern. Oleh karena itu
koleksi terhadap plasma nutfah lokal yang berpotensi perlu terus dilakukan karena ketersediaan
plasma nutfah yang memiliki variasi yang besar merupakan sumber gen yang mendukung upaya
pembentukan varietas sifat lainnya yang berdaya hasil tinggi, ketahanan terhadap hama atau
penyakit, umur genjah dan sifat lainnya (Siterasmi, 2013).

Bunga adalah salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan secara generatif. Bunga memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda
menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian
tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Pada perkembangan bunga, apabila tiba saatnya
tumbuhan berbiji akan mengeluarkan bunga. Bunga merupakan suatu cabang yang tumbuhnya
terbatas, beruas pendek-pendek, dan daun-daunnya telah mengalami perubahan bentuk menjadi
kelopak (calyx), tajuk (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistillum), yang tersusun
melingkar rapat sehingga tampaknya seperti bertumpuk pada sebuah buku (nodus). Secara umum,
bagian-bagian bunga yaitu makota bunga, kepala sari, benang sari, kepala putik, tangkai putik,
kelopak bunga, bakal biji, dasar bunga dan tangkai bunga. Pengetahuan biologi bunga perlu
diketahui dalam pemuliaan tanaman, karena di dalam pemuliaan hibridasi kita sering melakukan
persilangan. Agar pekerjaan persilangan dapat efektif dan berhasil maka diperlukan informasi
tentang perilaku struktur bunga yang akan disilangkan. Bunga (flos) adalah struktur reproduksi
sexual pada tumbuhan berbunga. Bunga hanya dipunyai oleh divisi Magnoliophyta atau
Spermatophyta sub Divisi Angiosprmae.Bunga tidak ditemukan di Gymnosprmae, Pteridophyta
atau Bryophyta. Pada bunga terdapat organ reproduksi yang dinamakan putik dan benang sari.
Bunga secara sehari-hari juga digunakan untuk menyebut struktur yang secara botani disebut
bunga majemuk
Bunga adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu tumbuhan-tumbuhan
dalam divisi Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-organ tumbuhan, dan fungsinya ialah
untuk menghasilkan biji-biji melalui pembiakan. Untuk tumbuhan-tumbuhan yang bertaraf lebih
tinggi, biji-biji merupakan generasi berikutnya, dan bertindak sebagai cara yang utama untuk
penyebaran individu-individu spesies secara luas (Lakitan, 2010). Berdasarkan jumlah bunga,
tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan
berbunga banyak (planta multiflora). Berdasarkan letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga
terminal bila letaknya di ujung cabang atau ujung batang dan bunga aksiler apabila bunga
terletak di ketiak daun (Allard, 2011). Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga
(pedicel), dasar bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan
putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun
pelindung (bract), daun tangkai (bracteola), tangkai daun dan bunga (Widya, 2012). Tumbuhan
yang hanya menghasilka satu bunga saja dinamakan bunga tunggal sedangkan bunga yang
menghasilkan bunga bayak dinamakan bunga banyak. Jika tumbuhan hanya memiliki satu bunga
saja, biasaya bunga tersbut berada di ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-
bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-
cabang. Jadi menurut tempatnya bungan terletak pada ketiak daun dan juga ujung batang
(Tjirosoepomo, 2003). Bunga merupakan alat bantu dalam perkembang biakan secara seksual
dan merupakan bagian dari tanaman. Bunga menjadikan tanaman tetap berkembang biak menjadi
berbagai macam bentuk dengan jenis atau spesies yang berbeda-beda. Bunga merupakan organ
atau bagian terpenting dari tumbuhan agar selalu dapat berkembang biak. Bunga merupakan
salah satu alat perkembangbiakan generatif tanaman yang melibatkan organ tanaman sebagai alat
penyerbukan (Sunarto 2011).

Penyerbukan sendiri terjadi apabila putik dan benang sari berasal dari satu bunga yang
sama. Penyerbukan sendiri dapat dilakukan dengan cara buatan yaitu dengan cara
mengumpulkan serbuk sari dari kepala sari suatu tanaman dan kemudian mengoleskannya atau
menaruhnya pada putik bunga yang sejenis atau bunga pada tanaman yang sama namun belum
diserbuki. Penyerbukan dengan rekayasa manusia sering disebut dengan persilangan sendiri atau
selfing. Pengetahuan mengenai tanaman menyerbuk sendiri sangat penting bagi seorang pemulia
tanaman karena diperlukan saat perakitan varietas. Perakitan varietas sangat ditentukan oleh
sistem penyerbukan atau pun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman
penyerbuk sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman penyerbuk silang. Metode yang
dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara aseksual. Persilangan
padi secara buatan dilakukan dengan campur tangan manusia. Persilangan padi secara buatan
pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif pendek berumur genjah anakan produktif
banyak, dan hasil tinggi. Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang
relatif tinggi berumur panjang anakan produktif sedikit, dan produktivitas rendah. Persilangan
pada tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung Sari dengan
kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih titik secara teknis persilangan
padi secara buatan dimulai dengan pemilihan ketua pada peta tanaman petak hibridisasi,
dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi dan pemeliharaan.

Hibridisasi merupakan persilangan antar tanaman (dalam spesies sama) yang memiliki
sifat-sifat genetik yang berbeda. Tujuan diadakannya proses hibridisasi adalah agar
menghasilkan perpaduan genetik antara kedua tanaman sehingga diharapkan akan menghasilkan
rekombinasi baru (Soeranto, 2003). , persilangan akan menaikkan persentase heterosigositas dan
variansi genetik. Tujuan lain persilangan adalah pembentukan bangsa baru, grading up, dan
pemanfaatan heterosis. Melakukan persilangan harus betul-betul diperhatikan keunggulan dan
kelemahan dari kedua tetua yang akan disilangkan serta tujuan yang ingin dicapai. Selain itu hal
penting dalam melakukan persilangan yaitu menjaga kelestarian plasma nutfah (Matondang dan
Rusdiana, 2013). Penyerbukan adalah pemindahan serbuk sari dari anther ke stigma.
Perpindahan serbuk sari di dalam bunga yang sama (atau setiap bunga pada tanaman atau kelon
sama) dikenal dengan istilah penyerbukan sendiri (self-pollination). Pemindahan serbuk sari
kepada bunga dari suatu tanaman yang berbeda susunan genetiknya disebut penyerbukan silang
(cross-pollination) (Harjadi, 2002). Padi merupakan bahan makanan pokok sehari-hari pada
kebanyakan penduduk di negara Indonesia. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan utama yang di setiap tahunnya meningkat sebagai akibat
pertambahan jumlah penduduk yang besar serta berkembangnya industri pangan dan pakan.
Tanaman padi merupakan tanaman jenis rerumputan (Wahid, 2003).

Tanaman menyerbuk silang adalah tanaman yang dalam proses penyerbukannya, polen
atau serbuk sari berasal dari tanaman lain yang berbeda secara genotip. Individu tanaman
menyerbuk silang hampir selalu memiliki komposisi genetik heterozigot, sehingga keturunannya
akan memiliki komposisi genetik heterosigot maupun homozigot pada beberapa pasangan
alelnya. Keturunan dengan genotip yang beragam akan menampakkan fenotip yang beragam
pula. Perbedaan fenotip satu individu dengan individu lainnya dalam suatu kelompok tanaman
dinamakan dengan Heterogen. Setiap individu dalam sekelompok tanaman menyerbuk silang
berbeda secara genetis, umumnya memiliki susunan genetik heterozigot. Kelompok tanaman
(populasi) dari tanaman menyerbuk silang menunjukkan penampilan heterogen. Jagung
merupakan tanaman yang menyerbuk silang secara alami. Penyerbukan buatan baik penyerbukan
sendiri (persilangan dalam) atau penyerbukan silang adalah kegiatan yang sangat erat kaitannya
dengan pemuliaan tanaman jagung. Persilangan dalam bertujuan untuk mendapatkan galur-galur
yang terbaik dan bersifat homozigot, sedangkan persilangan antara 2 galur bertujuan untuk
menggabungkan sifat-sifat baik dari keduanya, persilangan ini sering dilakukan dalam
penciptaan varietas unggul jagung baik itu hibrida atau varietas bersari bebas. Oleh karenanya
pengetahuan serta pemahamani cara penyerbukan yang tepat adalah hal yang sangat penting, jika
penyerbukan dilakukan dengan a baik maka proses pembuahan sampai terbentuknya biji akan
berjalan dengan baik pula yang pada akhirnya diperoleh hasil biji yang tinggi. Biji ini yang akan
digunakan sebagai benih untuk tahap pemuliaan selanjutnya. Tanaman jagung bersifat
protandrus yaitu tepung sari terlepas dari malai sebelum periode rambut-rambut putik pada
tongkol siap untuk diserbuk. Hal ini yang sering menjadi kendala dalam melakukan kegiatan
penyerbukan buatan pada tanaman jagung, terutama untuk mendapatkan serbuksari yang masih
viabel pada saat penyerbukan. Umumnya jagung yang tumbuh pada lingkungan optimal selang
waktu keluarnya serbuksari dan terbentuknya rambut adalah 2-4 hari dan pada kondisi yang
demikian hasil yang dicapai sangat maksimal. Sebaliknya pada kondisi lingkungan yang tidak
optimal dijumpai periode yang lebih panjang antara terbentuknya serbuk sari dan keluarnya
rambut. Praktis kondisi demikian akan menurunkan hasil.

Persilangan merupakan salah satu cara memperbesar keragaman genetik melalui


perpaduan sifat tetua untuk mendapatkan suatu varietas baru yang diharapkan. Beberapa factor
penting seperti faktor alat yang berhubungan pada kebersihan alat, sedangkan faktor lingkungan
adalah seperti adanya serangan hama dan penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan
disilangkan. Fluktuasi musim dan suhu seringkali juga memiliki peran penting dalam kegiatan
persilangan. Disamping itu perlu penetapan tujuan dari persilangan. Keberhasilan persilangan
sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada
pengetahuan akan bunga, misalnya stuktur bunga, waktu berbunga, saat bunga mekar, kapan
bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari) dan tipe penyerbukan
(Mangondijojo,2003). Jagung merupakan salah satu jenis tanaman berpenyerbuk silang yang
proses persilangannya seringkali dibantu oleh angin (anemogami). Jagung termasuk tanaman
berputik tunggal, dimana benang sari dan putik berada dalam satu tanaman, namun berbeda
bunga. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious) (Bahar, 2004). Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1)
penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya
saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada
tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus
pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus
tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga
betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan sinkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu
penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang
bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga
(Syukur, 2009). Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan
silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa
penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak
dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnot et al.,
2010).
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ilmu pemuliaan tanaman yaitu:

1. Mengumpulkan, mengidentifikasi dan mengkoleksi plasma nutfah kultivar lokal tanaman


pangan dan hortikultura khususnya yang berasal dari NTB.
2. Menentukan bagian-bagian bunga dan fungsinya serta untuk menentukan tanaman yang
menyerbuk sendiri atau menyerbuk silang.
3. Melatih mahasiswa agar memahami teknik penyerbukan silang buatan pada tanaman
menyerbuk sendiri.
4. Melatih mahasiswa agar memahami teknik penyerbukan silang buatan pada tanaman
menyerbuk silang.
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Tabel Hasil Pengamatan Plasma Nutfah

N Nama Gambar Keterangan


o

1 Jagung Ungu

2 Jagung Manis

3 Jagung Ketan
2.2 Tabel Hasil Pengamatan Biologi Bunga

No Nama Bunga Tipe Gambar Ket


. (Nama Ilmiah) Penyerbuka
n

1. Bunga Komak Penyerbuka 1. mahkota


(Lablab n sendiri 2. kelopak
purpureus) 3. tangkai
4. putik
5. serbuk sari

2. Bunga Kecipir Penyerbuka 1. mahkota


n sendiri 2. kelopak
(Psphocarpus 3. tangkai
tetragonolobu 4. putik
s) 5. serbuk sari
3. Bunga Cabai Penyerbuka 1. mahkota
n sendiri 2. kelopak
(Capsicum 3. tangkai
frutescens) 4. putik
5. serbuk sari
4. Bunga Penyerbuka 1. mahkota
Kangkung n sendiri 2. kelopak
3. tangkai
(Ipomea 4. putik
aquatica) 5. serbuk sari

5. Bunga Labu Penyerbuka a. mahkota


n silang b. kelopak
(Cucurbita) c. tangkai
d. putik
e. serbuk sari
6. Bunga Padi Penyerbuka 5. mahkota
n sendiri 6. kelopak
(Oryza sativa) 7. tangkai
8. putik
9. serbuk sari
2.3 Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Menyerbuk Sendiri

Tetua Tetua Tanggal Jumlah bunga Persentase Tangal panen


jantan betina hibridisa yang keberhasilan
si disilangkan

R DN Sabtu, 28 15 0% Senin, 9 Mei


mei 2022 2022

2.4 Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Menyerbuk Silang

Tetua Tetua Tanggal Jumlah bunga Persentase Tangal panen


jantan betina hibridisa yang keberhasilan
si disilangkan

G E Sabtu, 11 1 bunga Jumlah biji Senin, 20 juni


juni 2022 yang 2022
berhasil 109
biji
2.5 Pembahasan

Pada tabel 2.1 Jagung (Zea mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Di Indonesia pada beberapa
tempat dapat dijumpai kultivar jagung lokal, artinya bahwa jenis jagung tersebut terkonservasi di
alam dalam kurun waktu yang panjang di lokasi tertentu. Dapat dipahami bahwa kultivar tersebut
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan selain itu terdapat karakter yang unik
dan disenangi petani, sehingga kultivar tersebut dapat dipertahankan dan menjadi kultivar unggul
lokal. Menurut Chafid (2015) mengatakan bahwa jagung merupakan komoditas utama dalam
pertanian di Indonesia selain padi dan kedelai. Konsumsi nasional rumah tangga terhadap
komoditas jagung pada tahun 2014 sebesar 391 ribu ton. Total konsumsi meningkat sebesar
7,63 % dari tahun 2013. Peningkatan konsumsi jagung basah berkulit sebagai substansi pangan
pokok.

Pada praktikum ini menggunakan tiga jenis jagung sebagai penelitian plasma nutfah yaitu
jagung ketan, jagung manis dan jagung ungu. Jagung ketan atau jagung pulut merupakan jagung
lokal dengan hasil per luasan yang masih kecil yaitu 2-3 ton/ha, sehingga petani belum banyak
yang berminat untuk menanamnya secara massal. Jagung ketan ditanam pada ketinggian
dibawah 200 Mdpl dan hanya perlu waktu 60 hari untuk memanennya. Lahan tanam yang baik
untuk pertumbuhan jagung ketan adalah yang memiliki tanah yang gembur. Jarak tanam untuk
menanam jagung ini adalah 75x20 cm. Populasi jagung ketan dalam 1 Ha biasanya mencapai 70
ribu tanaman. Jagung ini banyak ditanam dan dikonsumsi di Indonesia Timur. Beberapa daerah
yang menjadi sentra penanaman jagung ketan adalah Nusa Tenggara Barat, Mataram, Lombok,
Nusa Tenggara Timur, Bima, Sumbawa Besar, Ambon, Seram, Kupang, Makassar dan Palu.
Selain tersebar luas di hampir seluruh Kabupaten di pulau Sumbawa, jagung ketan ini juga
sudah tersebar di pulau Lombok seperti di beberapa daerah di Kecamatan Jerowaru Kabupaten
Lombok Timur.

Jagung manis berkembang dari tipe jagung biasa jenis dent dan flint. Pada jagung manis
terjadi mutasi gen resesif yang menghambat perubahan gula menjadi pati. Kadar gula pada
jagung manis meningkat mulai hari ke-5 hinggan hari ke-15. Budidaya jagung manis bisa
dilakukan dalam kisaran iklim yang luas. Tanaman ini memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Di
Indonesia jagung manis bisa dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga pengunungan
dengan ketinggian 1.800 meter dpl bahkan dibelahan dunia lain bisa tumbuh pada 3.000 meter
dpl. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21-27oC, pada masa
perkecambahan benih 23-27oC. Secara teori budidaya jagung manis bisa tumbuh di atas tanah
dengan tingkat keasaman 5-8 pH.

Jagung ungu atau dalam bahasa Spanyol dikenal dengan nama maiz morado adalah salah
satu jenis varietas jagung yang masih belum populer khususnya di Indonesia. Jagung ungu
banyak dikembangkan di Amerika Selatan khususnya di pegunungan Andes. Biji jagung yang
berwarna ungu telah dimanfaatkan oleh penduduk local sebagai bahan pewarna serta minuman.
Warna ungu yang terdapat pada jagung ungu disebabkan oleh tingginya kandungan antosianin,
khususnya jenis Chrysanthemin (cyanidan 3-O.glucoside), pelargonidin 3-O-B-D-Glucoside).
Antosianin berasal dari bahasa Yunani, anthos yang berarti bunga sementara kyanos berarti biru.
Antosianin yang mengatur warna biji seperti ungu, violet dan merah yang banyak terkandungan
dalam sayur dan buah.

Pada tabel 2.2 Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan
alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga sempurna disebut bunga banci
atau hermafrodit. Organ reproduksi betina pada bunga adalah daun buah atau carpellum yang
pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum,
jamak ovula) yang membawa gamet betina di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat
kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus
berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah. Bunga sempurna mempunyai
hampir seluruh bagian-bagian bunga. Baik bagian steril maupun bagian fertil. Khusus bagian
fertinya bunga sempurna harus mempunyai kedua jenis alat kelamin, alat jantan dan alat betina
yang berupa benang sari dan putik, sedangkan bunga tidak sempurna yaitu dalam satu bunga
hanya memiliki satu alat kelamin yaitu benang sari atau putik saja. Benang sari merupakan alat
kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari sebagai sel kelaminnya.

Bunga lengkap adalah bunga yang mempunyai kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.
Bunga lengkap pasti memiliki dua macam alat kelamin atau disebut dengan bunga berkelamin
ganda (biseksual, hermafrodit). Akan tetapi, bunga berkelamin ganda belum tentu bunga lengkap,
sedangkan bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak mempunyai salah satu atau beberapa
bagian bunga, baik perhiasan maupun alat kelamin bunga. Bunga tidak lengkap dibedakan
menjadi dua macam, yaitu perhiasan bunga tidak lengkap dan alat kelamin tidak lengkap.

Bunga berumah satu yaitu bunga yang dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga
betina, sedangkan bunga berumah dua yaitu bunga yang dalam satu pohon hanya memiliki bunga
jantan atau bunga betina. Penyerbukan sendiri yaitu jenis penyerbukan yang terjadi jika serbuk
sari dari kepala putik sari jatuh langsung ke kepala putik bunga yang sama, kemudian
penyerbukan silang terjadi jika serbuk sari berasal dan dari bunga lain pada tanaman lain yang
jenisnya sama.

Pada tabel 2.3 pada pengamatan yang telah dilakukan persilangan dari 15 bunga padi
varietas R dan DN tidak terjadi keberhasilan dari penyerbukan, teknik yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu teknik tempel. Hal itu terjadi karena beberapa faktor yang terjadi selama
dilakukannya praktikum, seperti minimnya pengetahuan praktikan, ketepatan waktu persilangan,
keadaan lingkungan, dan kesuburan dari tanaman.

Faktor keberhasilan dalam pelaksanaan persilangan ditentukan oleh faktor manusialat


yang digunakan serta faktor lingkungan. Peran pelaksana (manusia) dalam memperbesar
keberhasilan persilangan terutama ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Sedangkan
faktor kegagalannya bisa terjadi karena penyebab dari sifat self-incompatible maupun cross-
incompatible yang dimana hal itu merupakan ketidaksesuaian antara alat reproduksi jantan dan
betina sehingga penyerbukan yang terjadi tidak dapat diikuti dengan proses pembuahan yang
berakibat tidak terbentuk embrio seksual sehingga tidak terbentuk biji.

Waktu pelaksanaan penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00
sampai pukul 11.00, dimana bunga betina belum mekar sempurna tertapi bunga jantan sudah
menunjukkan kematangan serbuk sari. Penyesuaian waktu berbunga. waktu tanam tetua jantan
dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan. Pada tetua
betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke
stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Apabila penyerbukan tidak
dilakukan pada waktu kematangan bunga yang optimum, dapat terjadi tidak terbentuknya buah
atau bentuk buah yang tidak normal. Gejala itu merupakan suatu kendala yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam penyerbukan dan pembuahan baik alami maupun buatan, dan
akhirnya dapat mengakibatkan gagalnya produksi buah dan pembentukan benih

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyerbukan padi sangat dipengaruhi oleh


cuaca. Pembungaan, pembuahan, dan fase bunting merupakan fase yang paling sensitif terhadap
cuaca. Cuaca dengan suhu tinggi saat pembungaan dapat menghambat pembengkakan tepung
sari sedangkan cuaca pada suhu rendah pada saat fase bunting dapat menghambat pertumbuhan
benang sari (Matsui et al., 2000). Oleh karena itu, faktor yang menyebabkan pecahnya kotak sari
adalah pembengkakan butiran tepung sari. Cekaman cuaca dengan suhu >35°C atau <20°C dapat
menurunkan persentase pecahnya kotak sari pada saat pembungaan yang menyebabkan
penyerbukan bunga akan terhambat.

Pada tabel 2.4 Hasil perkembangan bakal buah yang berhasil kurang lebih 109 biji.
Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan
penyerbukan. Jika calon buah malai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi
pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah
terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan dari 250 biji dipengaruhi oleh
kompabilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina ( varietas E), antesis jantan ( varietas G) yang
dapat dilihat dari morfologi bunga, kesuburan tanaman serta factor lingkungan seperti cahaya
matahari, suhu dan kelembapan pada rumah kaca tersebut.

Terdapat faktor keberhasilan dan faktor kegagalan dalam melakukan kegiatan


penyerbukan buatan, diantaranya yaitu faktor keberhasilan dalam pelaksanaan persilangan
ditentukan oleh faktor manusialat yang digunakan serta faktor lingkungan. Peran pelaksana
(manusia) dalam memperbesar keberhasilan persilangan terutama ditentukan oleh keterampilan
dan pengetahuan. Sedangkan faktor kegagalannya bisa terjadi karena penyebab dari sifat self-
incompatible maupun cross-incompatible yang dimana hal itu merupakan ketidaksesuaian antara
alat reproduksi jantan dan betina sehingga penyerbukan yang terjadi tidak dapat diikuti dengan
proses pembuahan yang berakibat tidak terbentuk embrio seksual sehingga tidak terbentuk biji.
Waktu yang digunakan untuk penyerbukan antara pukul 06.00 sampai pukul 11.00.
Apabila penyerbukan tidak dilakukan pada waktu kematangan bunga yang optimum, dapat
terjadi tidak terbentuknya buah atau bentuk buah yang tidak normal. Gejala itu merupakan suatu
kendala yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penyerbukan dan pembuahan baik alami
maupun buatan, dan akhirnya dapat mengakibatkan gagalnya produksi buah dan pembentukan
benih. Kemudian, pengamatan hasil penyerbukan buatan dilakukan kurang lebih sekitar satu
minggu setelah dilakukan penyerbukan buatan atau ditandai dengan terbentuknya calon bakal
buah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyerbukan jagung sangat dipengaruhi oleh


cuaca. Pembungaan, pembuahan, dan fase bunting merupakan fase yang paling sensitif terhadap
cuaca. Cuaca dengan suhu tinggi saat pembungaan dapat menghambat pembengkakan tepung
sari sedangkan cuaca pada suhu rendah pada saat fase bunting dapat menghambat pertumbuhan
benang sari (Matsui et al., 2000). Oleh karena itu, faktor yang menyebabkan pecahnya kotak sari
adalah pembengkakan butiran tepung sari. Cekaman cuaca dengan suhu >35°C atau <20°C dapat
menurunkan persentase pecahnya kotak sari pada saat pembungaan yang menyebabkan
penyerbukan bunga akan terhambat.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan hasil praktikum dari 4 acara di atas adalah:

6. Di NTB terdapat berbagai jenis variestas jagung banyak di temui, khususnya di pulau
bima. Ada beberapa jenis jagung yang dapat di temukan diantaranya adalah jagung manis,
jagung ketan, dan jagung purut ungu. Plasma nutfah di kumpulkan, diidentifikasi dan
dikoleksi agar dapat di lakukan pembaharuan varietas. Melalui keragaman plasma nutfah
diharapkan akan mampu menciptakan keragaman-keragaman lainnya yang dapat
menciptakan varietas unggul.
7. Biologi bunga merupakan aspek penting dalam pemuliaan tanaman dan untuk
mengetahui lokasi benang sari bunga dan putik. Kajian biologi bunga juga dapat
membantu menentukan cara penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang. Berdasarkan
kesempurnaan bagiannya, bunga dapat dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga
tidak sempurna. Bunga sempurna, atau bunga sempurna, adalah bunga yang lengkap
dengan semua bagian bunga, termasuk kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.
Sedangkan bunga tidak sempurna ada beberapa bagian yang tidak lengkap. Reproduksi
tanaman dapat terjadi dengan dua cara: seksual (dengan biji) dan aseksual (vegetatif).
Ada dua jenis penyerbukan, penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan
sendiri adalah penyerbukan putik oleh serbuk sari dari bunga itu sendiri atau dari bunga
lain dari tanaman yang sama. Penyerbukan silang adalah perpindahan serbuk sari dari
kepala sari bunga satu tanaman ke kepala putik bunga lain dari tanaman yang sama dari
spesies terkait. Angin, serangga, Burung, siput, hewan kecil lainnya, dan air dapat
membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya.
8. Penyerbukan sendiri pada tanaman padi dapat dilakukan dengan cara buatan yaitu dengan
cara mengumpulkan serbuk sari dari tanaman padi varietas lain kemudian meletakannya
pada putik varietas padi yang berbeda. Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh
pengetahuan pemulia mengenai struktur bunga, waktu berbunga, saat bunga mekar,
kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari), dan tipe penyerbukan
(sendiri atau silang). Pada pengamatan yang sudah dilakukan terhadap hasil percobaan
hibridisasi bulir padi yang berhasil terbentuk sebanyak 0 bulir dari 15 bulir penyerbukan,
yang mana percobaan tersebut gagal dilakukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti minimnya pengetahuan praktikan, ketepatan waktu persilangan, keadaan
lingkungan, dan kesuburan dari tanaman. Berdasarkan tabel diatas persentase hasil yang
didapatkan 0% atau gagal.
9. Tanaman menyerbuk silang adalah tanaman yang dalam proses penyerbukannya, polen
atau serbuk sari berasal dari tanaman lain yang berbeda secara genotip. Individu tanaman
menyerbuk silang hampir selalu memiliki komposisi genetik heterozigot, sehingga
keturunannya akan memiliki komposisi genetik heterosigot maupun homozigot pada
beberapa pasangan alelnya. Penyerbukan silang terjadi pada bunga yang sama atau antar
bunga yang berbeda tapi dalam satu tanaman atau diantara bunga pada klon yang sama.
Penyerbukan silang pada praktikum ini dilakukan pada tanaman jagung. Tetua betina
yaitu varietas E dan tetua jantan yaitu varietas G. Pada percobaan jagung yang dilakukan
terdapat sebanyak jumlah biji yang berhasil didapatkan yaitu kurang lebih 109 biji.
Daftar Pustaka

Ja Posman Napitu. 2008. Kajian Yuridis Plasma Nutfah Bagi Ketahanan Ekonomi Negara.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Silitonga, T. S.2004. Pengelolaan dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi di Indonesia. Bul.
Plasma Nutfah 10(2):56-71.

KPN. 2000. Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah (Buku I). Komisi Nasional Plasma Nutfah.
Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian.

Hasanah, M. 2003. Penelaahan terhadap plasma nutfah khusus tanaman obat. Makalah
Disampaikan pada “Apresiasi Pengelolaan Plasma Nutfah“ Komisi Nasional Plasma
Nutfah; Bogor 23-27 Juli 2003.

Sitaresmi T, RH Wening, AT Rakhmi, N Yunani, U Susanto.2013. Padi Varietas Lokal dalam


Perakitan varietas un

Chafid, M., R. Widianingsih, Noviati., B. Waryanto, L. Nuryati, Suwandi., Tarmat., Victor. 2015.
Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. Pusat Data dan Informasi
Pertanian Kementrian Pertanian.Diakses
https://www.researchgate.net/publication/325602407_Evaluasi_Keragaan_Generasi_Per
ama Selfing_Jagung_Ketan_Lokal tanggal 23 September 2019.

Soeranto, H. 2003. Peran IPTEK Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman untuk Mendukung Industri
Pertanian.Jurnal Pemuliaan Tanaman. Vol 3(1).

Matondang, R. H., dan Rusdiana, S. 2013. Langkah-Langkah Strategis Dalam Mencapai


Swasembada Daging Sapi Atau Kerbau.Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 32(3):131-139.

Harjadi, S. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Yogyakarta.

Wahid, A. S. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen pada Padi Sawah dengan Metode
Bagan Warna Daun. Jurnal Litbang Pertanian. Vol22(4): 156-161.

Widyastuti, Y., I. A. Rumanti., dan Satoto. 2012. Perilaku Pembungaan Galur-galur Tetua Padi
Hibrida.Iptek Tanaman Pangan. Vol 7(2): 67-78.

Allard, 2011. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan, Universitas Terbuka. Jakarta

Lakitan, 2010. Identifikasi Bunga. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.


Widya. 2012. Morfologi tumbuhan. UGM Press. Yoyakarta.

Sunarto. 2011. Pemuliaan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.

Mangondijojo, W. 2003. Dasar – Dasar PemuliaanTanaman. Penerbit Kansius. Yogyakarta

Bahar, H., F. Kasim., dan S. Zen. 2004. Stabilitas dan adaptabilitas enam populasi jagung di
tanah masam. 1 : 55-61.

Sinnot, E.W., L.C. Dunn and T. Dobzhansky. 2010. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book
Company Inc. New York.

Syukur, M., S. Sujiprihati. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan
Tanaman Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor
Lampiran

Acara 1

Acara 2
Acara 3

a. Tetua jantan yang digunakan : R

b. Tetua Betina yang digunakan: DN


c. Kapan emaskulasi dilakukan : Pada saat setelah buah padi dipotong sedikit bagian atas
d. Jelaskan cara emaskulasi : Setelah buah padi dipotong sedikit bagian atasnya maka selanjutnya
dilakukan estimasi yaitu pengangkatan serbuk sari dari padi dengan mengunakan jarum pentul, jarum
pentul tadi basahi sedikit dengan air atau tempelkan jarum pentul pada air agar serbuk sari mudah
diangkat atau dikeluarkan, kemudian lakukan pengangkatan sermbuk sari secara hati-hari agar
mencegah terbelahnya kedua sisi padi
e. Kapan penyerbukan dilakukan : Penyerbukan dilakukan pada saat pagi hari

f. Jelaskan cara pelaksanaannya : Pelaksanaanya dilakukan pada pagi hari dengan mengunakan tanaman
padi yang belum terisi bulir atau belum melakukan penyerbukan, Persilangan dilakukan dengan
menggunakan peralatan seperti pinset, gunting, steples, bulu ayam, alat tulis menulis, kertas
pembungkus/kantung dan tanaman padi, kemudian gunting malai padi yang belum dibuahi tersebut lalu
keluarkan benang sari dengan pinset, kemudian dilakukan penyerbukan dengan mengambil malai dari
tetua jantan yang akan diletakan pada cawan , kemudian dari malai tersebut dikeluarkan tepungsarinya,
setelah itu dilakukan penyerbukan kepada tetua betina (Tanaman yang telah dikastrasi) , lalu setelah itu
padi ditutup dengan kertas minyak dan ditandai dengan mengikatkan benang.
Acara 4

1.Tetua jantan yang digunakan :Varietas G

2.Tetua Betina yang digunakan:Varietas E

3.Kapan penyerbukan dilakukan : Pada tanggal 11 juni 2022, pada pagi hari jam 07.00

4.Jelaskan cara pelaksanaannya : Cara melakukan persilangan ini yaitu dengan menyiapkan
peralatan seperti , gunting, steples, alat tulis menulis, kertas pembungkus/kantung dan tanaman
jagung, kemudian mengambil tetua jantan dan dicampurkan ke tetua betina menggunakan
kantung palstik dan dikocok,kemudian dibungkus tetua jantan dan betina dan ditunggu sampai
satu ming

Anda mungkin juga menyukai