Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KULTUR SEL DAN JARINGAN TUMBUHAN (MATERI II)


“TEKNIK TEKNIK STERILISASI KULTUR SEL DAN JARINGAN”

Oleh :

Kelompok : I (Satu)
Anggota : 1. Zulkifli Nurkamiden (Kooperatif)
2. Aprilia Kadir (Kooperatif)
3. Putri Satiawati botutihe (Kooperatif)
4. Tia Tamrin (Kooperatif)
5. Enisa kobandaha (Kooperatif)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna
melengkapi tugas yang diberikan oleh Bapak Yolan Dunggio, S.Pd., M.Si yaitu
dosen Mata Kuliah Kultur Sel Dan Jaringan Tumbuhan di Universitas Bina
Mandiri Gorontalo. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan telah
mendapat bantuan dari berbagai macam pihak sehingga memperlancar pembuatan
makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini seperti sudah disebutkan diatas adalah
untuk menyelesaikan tugas Kultur Sel Dan Jaringan Tumbuhan. Di samping
makalah ini juga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
para pembaca guna mendapatkan wawasan tentang Kultur Sel Dan Jaringan
Tumbuhan khususnya Teknik-teknik Sterilisasi Kultur Sel Dan Jaringan
Tumbuhan.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
pada penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritikan dari pembaca.

Gorontalo, Mei 2021

i
PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................I

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3

2.1 Pengertian Sterilisasi.............................................................................4

2.2 Sterilisasi Menurut Para Ahli................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.............................................................................................9

3.2 Saran ......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara

mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, protoplasma, sel,

sekelompok sel, jaringan maupun organ, serta menumbuhkannya dalam keadaan

aseptik serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara

aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang

tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan

bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Sany 2007: 1).

Adapun prinsip-prinsip dalam kultur jaringan sendiri kita ketahui antara lain:

1) Potensi Sel : Setiap sel dari manapun asalnya, akan mampu tumbuh menjadi

tanaman sempurna kalau diletakkan pada lingkungan yang sesuai (Scheleiden

& Sachwan, 1901),

2) Regenerasi Tanaman : Proses menuju diferensiasi kearah pembentukan organ

baru.

3) Bebas Kontaminasi Mikroorganisme.

4) Lingkungan (media) yang sesuai dengan pertumbuhan jaringan.

Dapat dilihat salah satu prinsip adalah terbebas dari kontaminasi

mikroorganisme. Ini artinya kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman

1
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, menggunakan media buatan yang

dilakukan di tempat steril. Lingkungan yang sesuai dapat di penuhi dengan

menentukan media tumbuh yang sesuai dan penempatan pada kondisi yang

terkendali berkaitan dengan intensitas dan periodisitas, cahaya, temperatur, dan

kelembaban serta keharusan sterilisasi (Hendaryono & Wijayani 1994: 2).

Sterilisasi dalam segala kegiatan kultur jaringan harus dilakukan di tempat

yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.

Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang

disemprotkan seca ramerata pada peralatan yang digunakan, teknisi yang

melakukan kultur jaringan pun juga harus dalam keadaan steril. Tidak hanya

terbatas pada peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus dalam

kondisi aseptik. Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur

pada dasarnya untuk menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme yang ada di

peralatan maupun di udara bebas sekitar ruangan. Perlakuan tersebut mutlak di

lakukan terutama pada ruang penaburan atau tempat yang digunakan untuk

penanaman eksplan (Fardiaz 1992: 2).

Faktor-faktor yang perlu di perhatikan untuk keberhasilan kultur jaringan

yaitu bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang

digunakan, substansi organik yang ditambahkan dan terang atau gelapnya saat

inkubasi. Dari sekian banyak permasalahan yang harus diteliti dan di perhatikan

adalah komposisi media tumbuh pada kultur jaringan karena sangat besar

2
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang

dihasilkannya.

Teknik aseptic merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam kutur jaringan.

Keaseptikan harus di jaga dalam proses pengkulturan, selain itu juga termasuk

sterilisasi bahan tanaman (eksplan). Pada tahap ini dilakukan berbagai perlakuan

untuk membersihkan kotoran yang ada di permukaan bahan tanaman

(disinfestasi). Selain itu, zat pengatur tumbuhan adalah senyawa organic bukan

hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat

merubah proses fisiologi tanaman (Daisy 1994: 4).

.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui prinsip-prinsip sterilisasi alat

dan bahan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan.

.3 Rumusan Masalah

Bagaimana cara serta prinsip-prinsip sterilisasi alat dan bahan dalam teknik

kultur jaringan tumbuhan?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aterilisasi

Sterilisasi merupakan  suatu proses  untuk  mematikan semua organisme yang

terdapat di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat digunakan

untuk mensterilkan bahan apa saja  yang dapat tembus uap air dan tidak rusak

bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110-121. Sterilisasi dalam

setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk

kehidupan terutama mikro organism atau usaha untuk membebaskan alat dan

bahan dari segala bentuk kehidupan terutama mikrobia (Fardiaz 1992: 4).

2.2 Sterilisasi Menurut Para Ahli

Menurut Hamdan (2012:11), bahwa sterilisasi dalam setiap proses yang umum

dilakukan dapat berupa: (a). Sterilisasi secarafisik (pemanasan, penggunaan sinar

gelombang pendek yang dapat dilakukan  selama senyawa kimia yang akan di

sterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi).

Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruan gpanas” (oven dengan

temperatur 170–180 dan waktu yang digunakan 2 jam yang umumnya untuk

peralatan gelas), (b). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan

disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin), (c).  Sterilisasi secara mekanik,

digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan

tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem

4
kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-

partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba).

Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium

kultur jaringan tumbuhan dengan mengunakan tekanan 15 psi (1,02atm) dansuhu

121°C . Sterilisasi dengan autoklaf adalah salah satu metode sterilisasi dengan

uap air di bawah tekanan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan

media kultur jaringan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang

lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya

untuk mensterilkan media digunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in² (SI =

103,4Kpa) selama 15 menit (Torres 1989: 1).

Menurut Yuan (2012: 2), bahwa dalam metode kultur jaringan diperlukan

lingkungan yang steril. Ada beberapa metode sterilisasi alat dan bahan tanaman.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa carayaitu dengan pembakaran,

pemanasan kering, pemanasan basah, penyaringan atau secara kimiawi. Sterilisasi

dengan pembakaran yaitu alat-alat yang terbuat dari logam dapat disterilkan

dengan cara memanaskan atau membakar di atas lampu spirtus. Sterilisasi dengan

udara panas/kering padaalat-alat dari gelas seperti cawan petri, erlenmeyer,

tabung piala, botol eksplan, tabung reaksi dan sebagainya dapat disterilkan

dengan udara panas (oven) pada suhu 130 – 160o C selama 1 – 2 jam. Alat-alat

ditata tidak terlalu rapat agar sirkulasi udara antar tumpukan alat dapat berjalan

lancar, sehingga semua alat dapat disterilkan dan dapat dengan mudah dijaga

kesterilannya saat dikeluarkan dari alat sterilisasi.

5
Sterilisasi dengan uap panas (basah)padabahan atau alat dapat disterilkan

dengan uap panas atau secara basah pada uap panas biasa atau uap panas dengan

tekanan tinggi, secara terus menerus (kontinyu) atau secara terputus putus

(diskontinyu), khususnya medium pada suhu atau tekanan yang rendah. Untuk

sterilisasi dengan cara ini sering kali menggunakan otoklaf. Sterilisasi medium

biasanya dilakukan pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15-30 menit,

namun untuk medium yang tidak mudah rusak dapat dilakukan pada suhu atau

tekanan yang sedikit lebih tinggi. Sterilisasi dengan bahan kimiayaitubahan kimia

tertentu sering digunakan untuk sterilisasi alat maupun bahan. Etanol 70% sering

digunakan untuk sterilisasi permukaan pada alat yang sering dikombinasi dengan

pembakaran pada api. NOCl (natrium hipoklorit) dan formalin juga sering

digunakan untuk sterilisasi permukaan atau disinfestasi permukaan atau disinfeksi

permukaan (Torres 1989: 1).

Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan  tersebut bebas

dari mikrobia, baik dalam bentuk vegetative ataupun spora. Suatu benda atau

substansi hanya dapat dikatakan steril atau tidak steril, tidak  akan pernah

mungkin ada setengah steril atau hamper steril. Untuk sterilisasi alat dan medium

digunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang disebut autoclave. Sterilisasi

dilakukan untuk membunuh bakteri dan cendawan yang melekat pada eksplan

maupun pada alat serta bahan yang digunakan dalam penanaman eksplan (Fardiaz

1992: 4).

6
Menurut Pramono (2007: 1), bahwa metode sterilisasi alat dan bahan tanaman

juga dilakukan sterilisasi dalam kegiatan  kultur jaringan harus dilakukan di

tempat yang steril,  yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga

steril.  Sterilisasi lingkungan kerja yaitu sterilisasi yang dilakukan dalam

penanaman eksplan agar mendapat tempat atau ruang yang steril dan bebas dari

mikroorganisme. Tempat untuk menanam dan memindahkan eksplan yaitu

disebut Laminar Air Flow. Dengan di hembuskannya aliran udara halus  dari

blower melalui suatu filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) dengan pori-

pori kurang dari 0,3 µm. Fungsi aliran udara ini yaitu dapat mencegah

kontaminan yang air borne selama penanaman. Sebelum bekerja, bagian dalam

laminar disterilkan dengan alcohol 70% dan diratakan dengan tissue, kemudian

dilanjutkan dengan menyalakan lampu UV selama 0,5-1 jam untuk mematikan

kontaminan di permukaan tempat kerja.

Sterilisasi alat dan media dilakukan pada alat-alat seperti botol, erlenmeyer,

beaker glass, petridish, pinset, scalpel, gunting, jarumose, dll sebaiknya sebelum

disterilisasi peralatan di cuci dengan detergen kemudian dibilas dengan aquades

dan dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kertas merang. Temperatur yang

digunakan untuk sterilasasi alat-alat dengan autoclave 121°C pada tekanan 17,5

psi selama 20-30 menit. Sterlisasi bahan tanam yaitu bahan tanam yang ada di

lapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan

hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak dihilangkan maka media

yang mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan sumber energy bagi

7
kontaminan yang ada. Prinsip sterilasasi eksplan adalah dapat mematikan

kontminan tanpa membunuh eksplan, karena baik kontaminan maupun eksplan

merupakan benda hidup. Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah awal

keberhasilan dalam kerja kultur in vitro (Hadioetomo 1993: 1).

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sterilisasi alat dilakukan pada alat-alat seperti botol, erlenmeyer, beaker

glass, petridish, pinset, scalpel, gunting, jarumose, dll sebaiknya sebelum

disterilisasi peralatan di cuci dengan detergen kemudian dibilas dengan

aquades dan dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kertas merang

dan dimasukkan kedalam autoklaf.

2. Temperatur yang digunakanuntuksterilasasialat-alatdengan autoclave

121°C padatekanan 15 psi selama 20-30 menit.

3. Fungsi sterilisasi adalah untuk menghindari adanya mikroorganisme yang

masih terbawa oleh alat-alat yang akan digunakan, karena adanya

mikroorganisme menyebabkan kontaminasi bahkan dapat menumbuh

kembangkan bakteri yang belum benar-benar steril.

4. Segala peralatan yang digunakan dalam kultur jaringan harus dalam

keadaan steril melalui proses sterilisasi.

5. Sterilisasi adalah membebaskan bahan dari semua mikroba. Cara

sterilisasi terdapat kesamaan seperti pada oven dan autoclave. Hanya saja

yang menjadi perbedaan yaitu metode penggunaannya.

9
3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak luput dari berbagai kekurangan

yang terdapat di dalamnya, hal hal yang perlu ditanggapi dan memberi

masukan/saran terhadapnya. Untuk itu tanggapan serta saran dari teman teman

dapat menjadi tambahan dari materi makalh ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT.Gramedia: Jakarta.

237 hal

Sany.2007. PembiakanTanamanMelaluiKulturJaringan. Jakarta: Gramedia. 213 hal.

Wetherell, dkk. 1976. Biologi. Jakarta: Erlangga. 211 hal

11

Anda mungkin juga menyukai