Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN MEDIA MS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II

Rexy Andreas Sitorus 1913010079

Aleksius Marianus Harefa 1913010196


Firman Lase 1913010113
Surya Darma Putra Girsang 1913010200
Mirza Calvin 1913010086

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2023
PENDAHULUAN

Latar belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman

secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan

cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, protoplasma, sel,

sekelompok sel, jaringan maupun organ , serta menumbuhkannya dalam keadaan

aseptik serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara

aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang

tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan

bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Sany 2013: 1).

Adapun prinsip-prinsip dalam kultur jaringan sendiri kita ketahui

antara lain (1). Totipotensi Sel: Setiap sel dari manapun asalnya, akan mampu

tumbuh menjadi tanaman sempurna kalau diletakkan pada lingkungan yang sesuai

(Scheleiden & Sachwan, 2011), (2). Regenerasi Tanaman: Proses menuju

diferensiasi ke arah pembentukan organ baru, (3). Bebas Kontaminasi

Mikroorganisme, dan (4). Lingkungan (media) yang sesuai dengan pertumbuhan

jaringan. Dapat dilihat salah satu prinsip adalah terbebas dari kontaminasi

mikroorganisme. Ini artinya kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman

dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, menggunakan media buatan yang

dilakukan di tempat steril. Lingkungan yang sesuai dapat dipenuhi dengan

menentukan media tumbuh yang sesuai dan penempatan pada kondisi yang

terkendali berkaitan dengan intensitas dan periodisitas, cahaya, temperatur, dan

kelembaban serta keharusan sterilisasi (Hendaryono & Wijayani 2014: 2).


Sterilisasi merupakan hal yang erat dengan pembuatan medium

isolasi dan pembiakan mikroorganisme secara murni. Pengertian umum

sterilisisasi adalah suatu proses yang berusaha membebaskan bahan atau alat dari

mikroorganisme. Namun perlu diketahui bahwa bahan atau alat yang telah melalui

proses sterilisasi tidak akan benar-benar bebas dari mikroorganisme. Tujuan

utama sterilisasi adalah untuk meminimalkan gangguan oleh mikroorganisme

yang tidak dikehendaki (kontaminan), sekaligus meminimalkan gangguan akibat

proses sterilisasi itu sendiri sekecil mungkin (Sany 2017: 1).

Sterilisasi dalam segala kegiatan kultur jaringan harus dilakukan di

tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga

steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol

yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang

melakukan kultur jaringan pun juga harus dalam keadaan steril. Tidak hanya

terbatas pada peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus dalam

kondisi aseptik. Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur

pada dasarnya untuk menghindari kontaminasi oleh mikro organisme yang ada di

peralatan maupun di udara bebas sekitar ruangan. Perlakuan tersebut mutlak

dilakukan terutama pada ruang penabur atau tempat yang digunakan untuk

penanaman eksplan (Fardiaz 2012: 2)

Tujuan Praktikum

1. Mempelajari cara sterilisasi alat menggunakan autoklaf

2. Mengetahui alat-alat yang harus disterilisasi dalam kegiatan kultur

jaringan tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua

organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat

digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat tembus uap air dan

tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110-121 . Sterilisasi

dalam setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua

bentuk kehidupan terutama mikroorganisme atau usaha untuk membebaskan alat

dan bahan dari segala bentuk kehidupan terutama mikrobia (Fardiaz 2012: 4).

Menurut Hamdan (2012: 11), bahwa sterilisasi dalam setiap proses

yang umum dilakukan dapat berupa: (a). Sterilisasi secara fisik (pemanasan,

penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa

kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau

tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas”

(oven dengan temperatur 170–180 dan waktu yang digunakan 2 jam yang

umumnya untuk peralatan gelas), (b). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan

penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin), (c). Sterilisasi secara

mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau

tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan

saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan

seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba).

Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan

medium kultur jaringan tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm)

dan suhu 121°C . Sterilisasi dengan autoklaf adalah salah satu metode sterilisasi
dengan uap air di bawah tekanan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada

alat dan media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan

yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas.

Biasanya untuk mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in²

(SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit (Torres 2019: 1).

Menurut Yuan (2012: 2), bahwa dalam metode kultur jaringan

diperlukan lingkungan yang steril. Ada beberapa metode sterilisasi alat dan bahan

tanaman. Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan

pembakaran, pemanasan kering, pemanasan basah, penyaringan atau secara

kimiawi. Sterilisasi dengan pembakaran yaitu alat-alat yang terbuat dari logam

dapat disterilkan dengan cara memanaskan atau membakar di atas lampu spirtus.

Sterilisasi dengan udara panas/kering pada alat-alat dari gelas seperti cawan petri,

erlenmeyer, tabung piala, botol eksplan, tabung reaksi dan sebagainya dapat

disterilkan dengan udara panas (oven) pada suhu 130 – 160o C selama 1 – 2 jam.

Alat-alat ditata tidak terlalu rapat agar sirkulasi udara antar tumpukan alat dapat

berjalan lancar, sehingga semua alat dapat disterilkan dan dapat dengan mudah

dijaga kesterilannya saat dikeluarkan dari alat sterilisasi.


METODE PRAKTIKUM

Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada bulan desember 2022 bertepatan di

laboratorium kebun percobaan dan peternakan Universitas Pembangunan Panca

Budi Medan.

Alat dan Bahan

Alat

Autoklaf Botol Kultur kain lap

Beacker Glass Erlenmeyer keranjang talam

Petridis Pipet

TetesPinset Scalpel

Batang Pengaduk Alumunium Foil

Bahan

Detergen - Aquades

Bayclean

Prosedur kerja

1. Semua alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan seperti botol kultur,

erlenmeyer, petridis, beacker glass dan lainnya di cuci sampai bersih

menggunakan deterjen dan bilas dengan air mengalir sampai bersih,

2. Kemudian rendam alat-.alat kedalam larutan bayclean dibiarkan 15 menit

lalu bilas dengan air mengalir dan keringkan,

3. Semua alat bungkus dengan kertas kecuali botol kultur,


4. Sterilkan dengan autoklaf selama 50 - 60 menit dengan suhu 121˚C

dengan tekanan 17,5 psi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No Pembuatan Media Jumlah Foto


1 Media yang dibuat 20

2 Media yang 13
terkontaminasi

3 Media yang steril 7

Pembahasan

Kontaminasi dapat terjadi pada media ataupun pada eksplan yang

digunakan. Kontaminasi bisa terjadi kemungkinan disebabkan karena kurang

sempurnanya sterilisasi pada saat proses penanaman eksplan dalam laminator.

Penyebab lain adalah pemotongan jaringan yang kurang hati-hati sehingga

sebagian embrio kebiul rusak. Sel-sel tersebut dapat juga mati karena pengaruh

panas dari alat-alat yang digunakan pada waktu pemotongan atau penanaman

eksplan.
kontaminasi merupakan faktor pembatas dalam keberhasilan kultur

jaringan yang dapat berasal dari bahan tanaman baik eksternal maupun internal,

organisme kecil yang masuk ke dalam media, botol kultur dan peralatan yang

kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur, dan kecerobohan dalam

pelaksanaan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman deng

an metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media.

Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partum-

buhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya . media

yang biasa adalah media Murashige & Skoog (MS).

Akibat terjadinya kontaminasi terhadap proses pembuatan media ms ialah

berawal dari lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor ataupun kecerobohan

dalam bekerja.

Saran

Sebaiknya mahasiswa sebelum melakukan praktikum dapat memahami

modul ataupun penuntun praktikum agar tidak terjadi kesalahan di saat proses

praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit Palawa Sari. Denpasar


Barat. Bali. ISBN 978-602-8409-44-5.

Praminik, D dan F. Rachmawati. 2010. Pengaruh Jenis Media Kultur In Vitro dan
Jenis Eksplan terhadap Morfogenesis Lili Oriental. J. Hort. 20(2): 111-
119.

Purwanto, A. S., Purwatono dan S. Mardin. 2007. Modifikasi MS dan Perlakuan


Penambahan Air Kelapa untuk Menumbuhkan Eksplan Tanaman Kentang.
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”. 11(1):1-7.

Rismayanti dan Hamzah, F. 2010. Pengaruh Pemberian chlorox (NaOCI) pada


Sterilisasi Permukaan untuk Perkembangan Bibit Aglaonema (Donna
carmen) secara In Vitro. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan
Tahunan PEI XX. Komisariat Daerah Sulawesi Selatan.

Shonhaji. A. 2014. Efektivitas Sterilisasi Eksplan Lapang Acacia mangium willd


dalam dalam Perbanyakan Tamanan Melalui Teknik Kultur Jaringan.
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Malang.

Anda mungkin juga menyukai