Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI

TANAMAN HORTIKULTURA

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea Mays)


DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK SP-36 YANG
BERBEDA

Disusun Oleh :

Nama : Kriston Alfredo Siregar


NPM : E1J016001
Shift : C1
Co-Ass : Muhammad Isra Aulia
Dosen : Dr. Ir. Marlin, M.Sc

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
RINGKASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea Mays) DENGAN


PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK SP-36 YANG BERBEDA

Kriston Alfredo Siregar

E1j016001

Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian


Universitas Bengkulu

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan produksi pangan di
Indonesia, pupuk sangat dibutuhkan oleh banyak orang untuk menambah unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman dan dapat memperbaiki strukstur tanah yang tidak selalu menyediakakn
unsur hara pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempraktekkan secara langsung
teknologi produksi tanaman jagung dan membandingkan pertumbuhan dan hasil jagung manis
pada beberapa dosis pupuk SP-36. Penelitan ini di laksanakan di Zona Pertanian Terpadu,
Universitas Bengkulu pada Agustus 2018 Sampai November 2018. Penelitian dilakukan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dan menggunakan satu factorial, yakni
dosis pupuk SP-36. Pupuk SP-36 dibagi ke dalam tiga taraf dosis yakni 150 Kg/ha, 300 Kg/ha,
dan 450 Kg/ha dan diulang sebnayak tiga kali. Hasil pengamatan menujukkan bahwa pemberian
pupuk SP-36 tidak memberikan nyata terhadap semua variabel pengamatan pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dosis terbaik untuk
pertumbuhan hasil dan tanaman jagung adalah 0 Kg/ha.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun sebagai laporan akhir kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan

Pada Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

Oleh

Kriston Alfredo Siregar

E1J016001

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui


Oleh Dosen/ Co assisten pada
Tanggal…..….Desember 2018

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Co-Asisten Praktikan,

Dr. Ir. Marlin, M.Sc M. Isra Aulia Kriston Alfredo Siregar


NIP. 19700314 199403 2002. NPM.E1J015096 NPM. E1J016001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan hikmat sehingga penulis dapat menyusun laporan praktikum Teknologi
Produksi Tanaman Hortikultura.

Laporan ini disusun dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak diantaranya :

1. Ibu Dr. Ir. Marlin, M.Sc selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah
praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura,
2. Saudara Muhammad Isra Aulia selaku Co-Asisten pada praktikum ini
3. Teman teman Shift C1 dan semua yang berperan dalam proses penyusunan laporan
praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan praktikum ini
dapat memberikan manfaat khususnya petani di Indosesia.

Bengkulu, Desember 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN……………………………………………………………………..ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….iv.
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Hipotesis………………………………………………………………....1
II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 2
2.1 Botani Jagung ................................................................................................ 2
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung .................................................................. 2
2.3 Pemupukan..................................................................................................... 3
2.4 Pupuk Posfor………………………………………………………………...3
III METODOLOGI ................................................................................................ 6
3.1 Waktu Dan Tempat ........................................................................................ 6
3.2 Rancangan Percobaan .................................................................................... 6
3.3 Metode Percobaan .......................................................................................... 6
3.4 Variabel Yang Diamati .................................................................................. 7
3.5 Analisis Data .................................................................................................. 7
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 8
4.1 Gambaran Umum Percobaan ......................................................................... 8
4.2 Rangkuman Anava ......................................................................................... 8
4.3 Hasil dan Pembahasan .................................................................................. 9
V PENUTUP ........................................................................................................ 13
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13
5.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15

v
vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk kelangsungan hidupnya di dunia,


hal ini menyebabkan manusia butuh untuk mempertahankan kebutuhan pangan memalui
dengan menjaga kestabilan pangan agar di masa depan tetap dapat menjaga ketahanan pangan.
Kebutuhan pangan yang besar menuntut manusia untuk mengembangkan teknologi atau sebuah
sistem yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Jagung merupakan sebagai bahan pangan pokok kedua setelah beras. Jagung memiliki
banyak kandungan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia. Dalam memenuhi
kebutuhan petani untuk meningkatkan hasil produksi tanaman yang dibudidayakannya salah
satunya jagung, diperlukan adanya perawatan dan pemeliharaan yang tepat untuk tanaman yang
dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya tanaman agar petani dapat
menantikan hasil produksi yang lebih maksimal. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam
memelihara tanaman tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan pemupukan.

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan produksi pangan di
Indonesia, pupuk sangat dibutuhkan oleh banyak orang untuk menambah unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman dan dapat memperbaiki strukstur tanah yang tidak selalu menyediakakn
unsur hara pada tanaman. Seperti yang diketahui selama ini pupuk dapat diklasifikasi
berdasarkan bahan pembuatannya yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk oraganik
merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik sedangkan pupuk anorganik merupakan
pupuk sintetik yang berasal dari bahan kimia. Diperlukannya kebijakan dalam menggunakan
pupuk untuk tanaman. Maka oleh karena itu diperlukannya pengolaan tanaman dan sumber
daya terpadu yang menggunakan komponen pengolaan lingkungan fisik tanaman melalui
pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik dengan cara tepat.

1.2 Tujuan
Mempraktekkan secara langsung teknologi produksi tanaman jagung.
Membandingkan pertumbuhan dan hasil jagung manis pada beberapa dosis pupuk SP-36.
1.3 Hipotesis
Pemberian pupuk SP-36 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Jagung

Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput – rumputan. tanaman jagung (Zea mays
L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman Jagung dalam sistematika
taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaeae
Genus : Zea
Spesies : Zea Mays L.
(Rukmana, 2010).
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak.
Sementara pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang tanaman jagung
bulat silindris, tidak ber lubang, dan beruas – ruas (berbuku – buku) sebanyak 8 – 20 ruas. Jumlah ruas
tersebut bergantung pada varietas yang ditanam dan umur tanaman. Tanaman jagung tingginya sangat
bervariasi, tergantung pada jenis varietas yang ditanam dan kesuburan tanah. Struktur daun tanaman
jangung terdiri atas tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Jumlah daun setiap tanaman jagung
bervariasi antara 8 – 48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 18 - 12 helai tergantung pada
varietas dan umur tanaman daun jagung berbentuk pita atau garis dengan letak tulang daun di tengah-
tengah daun sejajar dengan daun, berbulu halus,serta warnanya bervariasi (Rukmana, 2010).
Daun tanaman jagung dan keluar dari buku – buku batang. Daun terdri dari tiga bagian yaitu
kelopak daun, lidah daun dan helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang (Purwono dan
Hartono, 2008).

1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya. Ketinggian


tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas permukaan laut.
Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah 23–27°C. Curah
hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per
bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat
2
kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada
musim, namun tergantung pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup,
penanaman jagung pada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih
baik. Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya memerlukan
cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam memanfaatkan CO2
yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat berlangsung karena tanaman daging
buah, inti buah, kulit buah jagung memiliki sel seludang daun atau bundle seath cells yang
mengelilingi pembuluh daun (Belfield dan Brown, 2008).

1.3 Pemupukan

Salah satu upaya peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, kualitas hasil dan
produktivitas tanaman adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang
melalui pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu
pertumbuhan tanaman secara optimal (Salikin, 2003).

Di Indonesia penanaman jagung manis (Zea mays saccharata. STURT L.) dewasa ini
telah berkembang. Tanaman jagung manis sangat respons terhadap tanah dengan kesuburan
tinggi. Selaras dengan pernyataan di atas dalam hal pengolahan tanah harus diperhatikan aspek
pemupukan. Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu pemupukan yang tepat sangat
penting agar produksi optimum. Pupuk yang biasa diberikan dalam budidaya jagung manis
adalah pupuk organik (alami) dan pupuk buatan (kimia). Pupuk organik yang umum diberikan
pupuk kandang dan pupuk hijau, sedangkan pupuk buatan yang umum diberikan adalah urea,
KCl, NPK dan SP 36 yang diberikan pada saat penanaman (Hardjodinomo, 1970)

Pupuk merupakan kunci kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk
menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi memupuk berarti menambah unsur hara
ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Secara umum pupuk hanya dibagi
dalamdua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu pupuk organik seperti urea (pupuk N), TSP atau
SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk K), dan pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus,
dan pupuk hijau (Lingga, 2008)

1.4 Pupuk Posfor

Menurut Prihmantoro (2007), Pupuk sintetik merupakan pupuk yang dibuat di dalam
pabrik. Bahannya dari bahan anorganik dan dibentuk dengan proses kimia sehingga pupuk ini
3
lebih dikenal dengan nama pupuk anorganik. Pupuk anorganik pada umumnya diberi
kandungan zat hara tinggi. Pupuk ini tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan hasil ramuan
pabrik. Oleh karena pupuk anorganik buatan manusia maka kandungan haranya dapat beragam
dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Dibandingkan dengan pupuk organik, pupuk
anorganik mempunyai keunggulan sebagai berikut: (1) kandungan zat hara dalam pupuk
anorganik dibuat secara tepat, (2) pemberiannya dapat disesuiakan dengan kebutuhan tanaman,
(3) pupuk anorganik mudah dijumpai karena tersedia dalam jumlah banyak, (4) praktis dalam
transportasi dan menghemat ongkos angkut, (5) beberapa jenis pupuk anorganik langsung dapat
diaplikasikan sehingga menghemat waktu. Adapun kelemahan pupuk anorganik adalah
pemakaiannya bahan-bahan kimia yang telah terbukti merusak tanah dan lingkungan. Seperti
penggunaan pupuk kimia akan berakibat merusak tanah. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka
panjang dapat merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga kemampuan tanah untuk
mendukung ketersediaan air, hara, dan kehidupan mikroorganisme menurun Penggunaan pupuk
kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak
efektif. Pemakaian pupuk anorganik yang relatif tinggi dan terus-menerus dapat
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan tanah, sehingga menurunkan
produktivitas lahan pertanian. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah
pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia. Contoh pupuk kimia adalah
pupuk NPK, SP-36, Urea, KCl, dll.

Tanaman membutuhkan unsur hara esensial seperti N, P, dan K untuk pertumbuhan dan
produksinya. Fosfor merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
banyak oleh tanaman. Tersedianya hara fosfat maka dapat mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah, biji atau gabah serta dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Pemupukan P
yang dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh
mengakibatkan menurunnya tanggap tanaman terhadap pemupukan P. Dimana peran unsur P
berperan dalam pengisian biji. Akan tetapi, sebagian besar tanah ditropika mengalami defisiensi
P sehingga ketersediaannya untuk tanaman rnenjadi lebih rendah. Hal ini terjadi karena
sebagian besar P yang terlarut di dalam tanah terikat oleh A1 ataupun Fe (Budi dkk, 2013)

Fosfor penting dalam pembentukan gula pati, dan fotosintesis, pembentukan inti pada
bagian sel, pembentukan lemak, dan albumun. Dan membawa sifat menurun tanaman. Fosfor
banyak terdapat pada sel-sel muda yang sedang berkembang dan bergerak dari jaringan tua ke
jaringan muda. Sebagian fosfor juga ditranslokasikan pada biji, buah dan daun (Ahmad, 2007).

4
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4–, dan HPO42-.
Penyerapan kedua bentuk ini oleh tanaman dipengaruhi oleh pH disekitar tanaman, (perakaran).
Unsur P ini di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk organik dan sisa tanaman), pupuk
buatan (TSP), unsur P di dalam tanah terdapat dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-
anorganik (Hardjowigeno, 1995).

Fungsi penting dari fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi,
transper dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel, serta proses-proses pada
tanaman lainnya. Oleh karena P dibutuhkan dalan jumlah yang besar maka disebut unsur hara
makro. Selain N dan K. Pada umumnya kadar P dalam tanaman dibawah kadar N dan K, yaitu
sekitar 0,1 hingga 0,2 %. Beasarnya P2O5 yang diserap beberapa tanaman berbeda-beda. Di
dalam tamnah P dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian besar tidak tersedia bagi
tanaman. Sebagian besar pupuk P yang diberikan tidak dapat digunakan tanaman karena
bereaksi dengan bahan tanah yang lain, sehingga pemupukan P dinilai kurang efisien (Winarso,
2005).

5
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Medan baru Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Kecamatan Kandang Limun, Kota
Bengkulu. Praktikum dilaksanakan mulai 28 Agustus 2018 – 21 November 2018.
3.2 Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan petakan
berukuran 4 m x 6 m, 3 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali.
 150 Kg/ha
 300 Kg/ha
 450 Kg/ha
3.3 Metodologi Percobaan
a. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan secara manual dengan cangkul, dengan membuat petakan
berukuran 4 m x 6 m, dengan jarak antar bedengan sekaligus sebagai drainase adalah 0.5 m dan
kedalamannya 10 cm. Setelah persiapan lahan, setiap petakan diberi Perlakuan pupuk kandang
sesuasi dengan dosis tertentu.
b. Penanaman
Penanaman dilakukan 2 hari setelah penyiapan lahan. Penanaman dilakukan dengan
melubangi tanah agar benih dapat ditanam dengan baik, kemudian ditutup. Untuk setiap lubang
tanam, diberikan 1 benih jagung dengan kedalaman lubang tanam 3-5 cm. Jarak terpinggir
adalah setengah jarak tanam. Setelah dilakukan penanaman, dilakukannya pemberian pupuk an
organik, yakni Urea, KCl, dan SP-36 pada dosis perlakuan tertentu.
c. Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan sistem seperti arisan dengan mengacak nomor
tanaman lalu diambil satu persatu. Sampel yang dipilih harus tidak boleh berada dipinggir
barisan.
d. Pemupukan
Dosis pupuk jagung yang digunakan dalam praktikum ini pupuk anorganik sesuai dengan
Perlakuan yang diberikan. Pupuk kimia jagung yang digunakan dalam praktikum ini adalah SP-
36. Pemupukan ini di lakukan, pada masa vegetatif.

6
e. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu.
f. Perawatan Tanaman
Perawatan yang dilakukan pada tanaman jagung ini adalah perawatan yang umum seperti
penyiaraman yang dilakukan setiap hari, penyiangan gulma dengan dengan alat, dan
pengelolaan OPT yang dilakukan secara manual, dengan membuang, mengusir, dan menangkap
OPT (gulma dan hama) yang ada pada lahan tanaman jagung.
g. Panen
Panen dilakukan dengan mengambil 6 tanaman sampel. Penanenan dilakukan setelah 3
bulan penanam dengan mengambil sampel pengamatan kemudian melakukan penimbangan
berat buah segar, mengukur panjang tongkol dan diameter tengkol.

3.4 Variabel yang Diamati


a. Tinggi tanaman (cm) diamati setiap minggu dimulai dari minggu kedua setelah tanam, yakni
dengan mengukur tinggi tanaman dimulai dari pangkal bawah batang sampai dengan ujung
daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman tidak dilakukan setelah keluar bunga jantan.
b. Jumlah daun (helai) diamati setiap minggu yang dilakukan dengan menghitung daun yang
sudah keluar sempurna.
c. Jumlah tongkol diamati setelah tongkol keluar dengan menghitung jumlah tongkol yang ada
pada tanaman sampel.
d. Bobot tongkol ditimbang setelah dilakukan pemanenan dengan menimbang tongkol yang
masih ada.
e. Panjang tongkol diukur setelah pemanenan dilakukan dengan cara mengukur panjang
tongkol dengan penggaris.
f. Diameter tongkol diukur setelah pemanenan dilakukan dengan cara mengukur diameter
tongkol dengan jangka sorong.
g. bobot brangkasan
Bobot brangkasan ditimbang setelah pemanenan dilakukan dengan memadatkan seluruh
bagian tanaman dari akar, batang, daun, tongkol dan bunga agar dapat ditimbang dengan
timbangan.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisi menggunakan Analisis Varian (ANAVA) , dengan uji taraf F
5%. Hasil yang berbeda nyata selanjutnya di uji lanjut menggunakan DMRT.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Percobaan


Percobaan praktikum kali ini dilakukan berlokasi di kebun Zona Pertanian Terpadu
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, tahapan awal yaitu pembukaan lahan dengan
membersihkan lahan dari gulma, mengukur luas lahan, membuat petakan pada setiap perlakuan
dan membuat siring. Setelah itu dilakukan pengolahan lahan sekaligus diberikan perlakuan,
kemudian pemberian pupuk anorganik sesuai dosis dari perlakuan masing-masing. Pengolahan
lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan membuat petakan 4 m x 6 m untuk
penanaman, setelah itu dilakukan penanaman dengan jarak tanam 20 cm x 80 cm dengan
menggunakan tali plastik dan melubangi tanah dengan menggunakan tugal dengan 1 benih
perlubang tanam. Setelah penanaman dilakukan perawatan, pembumbunan, penyiangan,
pengairan dan juga pengamatan. Pengamatan itu dilakukan 2 Minggu Setelah Tanam. Adapun
variabel pengamatannya adalah tinggi tanaman dan jumlah daun,luas daun tanaman. Berikutnya
setelah dilakukan pengamatan beberapa variabel dilakukan panen pada akhir bulan November
2018.
4.2 Rangkuman Hasil Anava
Adapun rangkuman hasil analisis varians yang dibuat pada pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung pada berbagai dosis SP-36.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Anava

Variabel KT Galat KT Perlakuan F Hitung Notasi


Tinggi tanaman 572,6099 406,4902 0,70989 NS
Jumlah daun 2,94444 1,44444 0,490566 NS
Luas daun 10209,07 14781,18 1,447848 NS
Bobot tongkol 643,5944 1089,079 1,692181 NS
Diameter tongkol 0,174319 0,175553 1,007075 NS
Panjang tongkol 6,585517 29,31643 4,451653 NS
Berat brangkasan 13689,24 48369,07 3,533365 NS

8
4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

a. Tinggi tanaman
Grafik Tinggi Tanaman

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 Kg/ha 150 Kg/ha 300 Kg/ha 450 Kg/ha

Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di lampiran menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap tinggi tanaman jagung
berpengaruh tidak nyata jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan itu secara statistika
berpengaruh tidak nyata, berdasarkan praktik lapangan didapati bahwa lahan yang tidak
dipupuk SP-36 pertumbuhan tinggi tanamannya lebih baik dibanding dengan dosis 150 Kg/ha,
300 Kg/ha dan 300 Kg/ha. Hal ini mungkin terjadi karena sebelumnya lahan tersebut sudah
dipupuk menggunakan pupuk kandang, sehingga kebutuhan akan unsur hara P sudah tercukupi
sehingga tidak memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman jagung manis. Hal ini juga
disebababkan karena unsur P tidak berperan dalam proses vegetative tanaman, melainkan
berperan pada masa generative tanaman.

b. Jumlah Daun
Grafik Jumlah Daun

10.5

10

9.5

8.5

7.5 9
0 Kg/ha 150 Kg/ha 300 Kg/ha 450 Kg/ha
Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di lampiran menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah daun jagung berpengaruh
tidak nyata jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan itu secara statistika berpengaruh
tidak nyata, berdasarkan praktik lapangan didapati bahwa dosis pupuk SP-36 300 Kg/ha
terhadap jumlah daun menyebabkan jumlah daun lebih banyak daripada dosis yang lainnya.
Darihasil ini didapat bahwa dosis terbaik untuk pembentukan daun adalah dosis 300 Kg/ha

c. Luas Daun
Grafik Luas Daun

d.500
e.450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
0 Kg/ha 150 Kg/ha 300 Kg/ha 450 Kg/ha

Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di lampiran menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap luas daun jagung berpengaruh
tidak nyata jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan itu secara statistika berpengaruh
tidak nyata, berdasarkan praktik lapangan didapati bahwa dosis pupuk SP-36 yang terbaik
terhadap luas daun tanaman adalah dosis 300 Kg/ha.. Hal ini dikarenakan bahwa tanah pada
lahan sudah tersedia unsur hara Fosfor yang mencukupi akibat dari lahan yang sebelumnya
dipupuk menggunakan pupuk kandang.
10
4.3.2 Komponen Hasil Tanaman
a. Bobot Tongkol
Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di rangkuman menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap bobot tongkol tanaman jagung
berpengaruh tidak nyata (ns) jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan itu secara
statistika tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan bahwa tanah pada lahan sudah tersedia
unsur hara Fosfor yang mencukupi akibat dari lahan yang sebelumnya dipupuk menggunakan
pupuk kandang.

b. Panjang Tongkol
Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di rangkuman menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap panjang tongkol
tanaman jagung berpengaruh tidak nyata (ns) jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang
diberikan itu secara statistika tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan bahwa tanah pada
lahan sudah tersedia unsur hara Fosfor yang mencukupi akibat dari lahan yang sebelumnya
dipupuk menggunakan pupuk kandang. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya ini adalah
pada saat pemupukan merupakan musim penghujan, sehingga pupuk terbawa oleh air dan
belum sempat diserap oleh tanaman.

c. Diameter Tongkol
Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di rangkuman menunjukkan bahwa pengaruh
pemberia pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap diameter tongkol
tanaman jagung berpengaruh tidak nyata (ns) jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang
diberikan itu secara statistika tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan bahwa tanah pada
lahan sudah tersedia unsur hara Fosfor yang mencukupi akibat dari lahan yang sebelumnya
dipupuk menggunakan pupuk kandang. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya ini adalah
pada saat pemupukan merupakan musim penghujan, sehingga pupuk terbawa oleh air dan
belum sempat diserap oleh tanaman.

d. Berat Brangkasan
Hasil analisis ragam (ANAVA) pada tabel di rangkuman menunjukkan bahwa pengaruh
pemberia pemberian pupuk SP-36 dengan dosis yang berbeda terhadap diameter tongkol
tanaman jagung berpengaruh tidak nyata (ns) jadi bisa dikatakan bahwa perlakuan yang
diberikan itu secara statistika tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan bahwa tanah pada
lahan sudah tersedia unsur hara Fosfor yang mencukupi akibat dari lahan yang sebelumnya
11
dipupuk menggunakan pupuk kandang. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya ini adalah
pada saat pemupukan merupakan musim penghujan, sehingga pupuk terbawa oleh air dan
belum sempat diserap oleh tanaman.

12
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum ini didapat beberapa kesimpulan yakni :

 Mahasiswa telah mengetahui teknologi budidaya tanaman jagung mulai dari proses
penyiapan lahan hingga panen.
 Pemberian pupuk SP-36 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua variabel
pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Oleh karena itu, dosis pupuk SP-
36 terbaik adalah 0 Kg/ha. Dosis 0 Kg/ha menunjukkan hasl yang tidak berbeda nyata
terhadap dibandingkan dengan dosis 150 Kg/ha, 300 Kg/ha, dan 450 Kg/ha.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengapa pemebrian pupuk SP-36 ini tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap semua variabel. Sebaiknya tanaman jagung dipupuk
menggunakan dosis 0 Kg/ha

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. A. 2007. Ilmu Kimia dan Kegunaan Tumbuh-Tumbuhan Obat Indonesia, 43-44,
63-64 . Bandung : ITB Press.

Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). Canberra.
Budi, dkk. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap Bahan Organik
Tithonia diversifolia dan Pupuk SP-36. Vol.1, No.3, Juni 2013
Hardjodinomo, S. 1970. Ilmu Memupuk. Bina Cipta: Bandung. 30 hlm
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta..
Lingga, D. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Prihmantoro, H. 2007. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Purwono dan Hartono. 2008. Morfologi Jagung. Azka Press:Jakarta.
Rukmana . 2010. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Jagung.Kementerian Pertanian, Balai
Penelitian Tanaman Serealia : Makassar.
Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Gava Media. Yogyakarta.

14
LAMPIRAN

1. Tabel ANAVA

Tinggi Tanaman

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 135.9 125.83 143.83 405.56 135.1867
300 131 137.5 190.16 458.66 152.8867
450 124.83 150.83 117.16 392.82 130.94
391.73 414.16 451.15 1257.04

Fk 175572.2
jk tot 3703.653
jk per 812.9804
jk blok 600.2335
jk galat 2290.439

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 812.9804 406.4902 0.70989 6.944272 NS
blok 2 600.2335 300.1167 0.524121
gal 4 2290.439 572.6099
total 8 3703.653

Jumlah Daun

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 11 9 9 29 9.666667
300 9 9 12 30 10
450 7 10 9 26 8.666667
27 28 30 85

Fk 802.7778
jk tot 16.22222
jk per 2.888889
jk blok 1.555556
jk galat 11.77778

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 2.888889 1.444444 0.490566 6.944272 NS
blok 2 1.555556 0.777778 0.264151
gal 4 11.77778 2.944444
total 8 16.22222

15
Luas Daun
Luas Daun

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 412.98 361.29 466.42 1240.69 413.5633
300 420.5 473.1 509.08 1402.68 467.56
450 133.49 471.59 379.93 985.01 328.3367
966.97 1305.98 1355.43 3628.38

Fk 1462793
jk tot 100206.9
jk per 29562.36
jk blok 29808.25
jk galat 40836.28

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 29562.36 14781.18 1.447848 6.944272 NS
blok 2 29808.25 14904.13 1.459891
gal 4 40836.28 10209.07
total 8 100206.9

PANEN

Diameter Tongkol

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 3.63 4.4 4.02 12.05 4.016667
300 3.395 3.14 4.14 10.675 3.558333
450 3.3 4.04 3.62 10.96 3.653333
10.325 11.58 11.78 33.685

Fk 126.0755
jk tot 1.463056
jk per 0.351106
jk blok 0.414672
jk galat 0.697278

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 0.351106 0.175553 1.007075 6.944272 NS
blok 2 0.414672 0.207336 1.189403
gal 4 0.697278 0.174319
total 8 1.463056

16
Panjang Tongkol

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 22.3 16.6 23.75 62.65 20.88333
300 22 16.05 21.5 59.55 19.85
450 14.08 16 15 45.08 15.02667
58.38 48.65 60.25 167.28

Fk 3109.178
jk tot 110.8338
jk per 58.63287
jk blok 25.85887
jk galat 26.34207

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 58.63287 29.31643 4.451653 6.944272 NS
blok 2 25.85887 12.92943 1.963313
gal 4 26.34207 6.585517
total 8 110.8338

Bobot Tongkol

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 138.3 182.5 187.15 507.95 169.3167
300 183.3 213.75 197.5 594.55 198.1833
450 113.3 224.16 149.16 486.62 162.2067
434.9 620.41 533.81 1589.12

Fk 280589.2
jk tot 10496.61
jk per 2178.157
jk blok 5744.079
jk galat 2574.378

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 2178.157 1089.079 1.692181 6.944272 NS
blok 2 5744.079 2872.039 4.462499
gal 4 2574.378 643.5944
total 8 10496.61

17
Berat Brangkasan

perlakuan 1 2 3 yi yi-
150 232.5 272.5 369.16 874.16 291.3867
300 268.3 545 654.17 1467.47 489.1567
450 211.16 359.16 186.6 756.92 252.3067
711.96 1176.66 1209.93 3098.55

Fk 1066779
jk tot 203164.8
jk per 96738.14
jk blok 51669.68
jk galat 54756.95

sk db jk kt fhit ftab notasi


per 2 96738.14 48369.07 3.533365 6.944272 NS
blok 2 51669.68 25834.84 1.887237
gal 4 54756.95 13689.24
total 8 203164.8

18
Dokumentasi

SAMPEL

19
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN JAGUNG

20
HASIL PANEN

21

Anda mungkin juga menyukai