Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

OLEH:

NAMA : AULIA SEPTIA


NO. BP : 2210252031
KELAS KULIAH : PROTEKSI A
KELAS PRAKTIKUM : PROTEKSI A
DOSEN PENJAB : DUMA PUTRI TAMA, SP. MP
DOSEN PENGAMPU :1. Dr. Ir. DARNETTY, M.Sc
2. Dr. Ir. REFLINALDON, M.Si
ASISTEN :1. SYUKRINA RIZKI VELLA (1910253010)
2. ALFIA RAHMI (2010252032)
3. THOMAS SYAIFUDIN MUNTHE (2110251036)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Agroklimatologi.
Laporan ini juga sebagai salah satu syarat dalam Ujian Akhir Pratikum.
Laporan ini saya buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami
kutip dari berbagai sumber baik dari buku maupun media elektronik. Semoga isi
dari Laporan ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam Laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Padang, 19 Mei 2023

AS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3

A. Penyakit Pada Tanaman .................................................................................. 3

B. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri ............................................ 5

C. Penyakit Jamur................................................................................................ 7

D. Nematoda dan virus ........................................................................................ 9

E. Hama pada tanaman .......................................................................................11

F. Morfologi serangga dan non serangga .......................................................... 14

G. Gejala serangan hama ................................................................................... 17

H. Ordo penting serangga .................................................................................. 19

I. Perkembangbiakan serangga .......................................................................... 22

J. Pengendalian OPT (Pestisida)........................................................................ 24

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM ..................................................................... 26

A. Waktu dan tempat ......................................................................................... 26

B. Alat dan Bahan .............................................................................................. 26

C. Cara kerja ...................................................................................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 28

A. HASIL .......................................................................................................... 28

B. PEMBAHASAN ........................................................................................... 32

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 38

ii
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 38

B. SARAN ......................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 41

LAMPIRAN..................................................................................................................... 45

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangga adalah Binatang terbanyak didunia. Serangga mempunyai nama
lain insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecure. Kata
tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan secare berarti
“memotong” atau “membagi”. Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai tubuh
terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari duakata
hexa dan poda. Hexa mempunyai arti “enam” dan poda mempunyai arti “kaki”
sehingga hexapoda berarti binatang berkaki enam. Golongan Binatang secara
berurutan akan terdiri atas beberapa phyila, satu phyila terdiri atas beberapa klas,
demikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus meningkat dalam setiap
kelompok. Kelompok spesies/ jenis terdiri atas sekitar satu juta nama (Rahmawati,
2012).
Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme
pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman
dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan yang
disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan
dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini merupakan konsekuensi
logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat budidaya tanaman. Hama
dari jenis serangga merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang
selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.
Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga dapat menurunkan
produkttifitas tanaman dan menurunkan nilai ekonomis dari hasil produksitanaman
dan dapat menyebabkan tanaman akan layu dan bahkan mati (Rahmawati, 2012).
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan
kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama
terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenisserangga
yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifathama. Hama
tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klasserangga (insecta),
dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga
hama pengganggu tanaman. Hama gudang merupakan hamayang sering menyerang
bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam penyimpanan dan gejala yang

1
ditimbulkan sangat merugikan. Hama Gudang mempunyai sifat yang khusus yang
berlainan dengan hama-hama yang menyerangdi lapangan, hal ini sangat berkaitan
dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatasyang tentunya memberikan pengaruh
faktor luar yang terbatas pula.Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini
hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula
Janis dan spesiesnya masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau
penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang (Rahmawati, 2012).
Umumnya petani tidak dapat membedakan antara tanaman yang terserang
hama dan tanaman yang terserang penyakit. Secara biologi Penyakit tumbuhan
adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat
menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena dapat mengurangi kualitas
dan kuantitas hasil. Penyakit yang menyerang tanaman biasanya menimbulkan
gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui
penyakit yang menyerang tanaman. Penyakit tumbuhan salah satunya dapat
disebabkan oleh jamur. Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai
tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang
biak dengan spora namun tidak memiliki klorofil, tumbuhnya berupathallus (belum
ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun) serta tidakmempunyai sistem
pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Agarter hindarnya tanaman dari
penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka pengetahuan lebih lanjut tentang jamur
harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif dan
ramah lingkungan dengan eksploitasi agenshayati (Tjahjadi, 2014).

B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum dasar dasar perlindungan tanaman ini yaitu untuk
mengetahui gejala serangan penyakit, hama yang merugikan bagi tanaman, untuk
mengetahui bentuk serangan dilihat dari tipe mulut serangga serta untuk
mengetahui jenis pestisida apa saja yang bisa dijadikan pada tanaman yang
terserang penyakit atau hama.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Pada Tanaman
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan
inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensu patogen atau
factor lingkungan dan berkembangnya gejala dan ketidak mampuan tumbuhan
untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya (Dahiwale,2012)
Secara sederhana penyakit tumbuhan dapatlah diberibatasan sebagai
kerusakan proses fisiologi, yang disebabkan oleh rangsangan yang terus menerus
dari penyebab utama, melalui hambatannya aktifitas seluler, dan disekspresikan
dalam bentuk karakter patologi yang khas yang disebut symptom atau gejala
(Satrahidayat,2013).
Pengertian secara umum dari penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan
atau penyimpangan dari rangkaian proses fisiologi didalam tubuh tumbuhan,
termasuk gangguan aktivitas seluler yang ditunjukan oleh perubahan morfologi dan
menimbulkan kerusakan (kerugian) (Bambang,2014).
Penyakit sebenarnyaadalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari
organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik baiknya
karena adanya suatu gangguan. Penyakit tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh
gejala mereka dari pada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis
seperti bakteri tanggal hanya dari 19% (Jakson,2012).
Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang
merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang,
patogen, dan faktor lingkungan, Berikut segitiga penyakit : Pertama ada tanaman
inang, tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu
penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan
tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, Kesehatan tanaman dan
ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman
inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang
sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang
perantara. Kedua ada pathogen, pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas
bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit tumbuhan antara lain
yaitu cendawan, virus, bakteri, nematoda, spiroplasma dan riketsia. Ketiga Faktor

3
lingkungan, faktor lingkungan merupakan factor yang dapat memberikan pengaruh
terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intentitas dan lam
curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah,
kesuburan tanah, kandungan bahan organic, angin, api dan pencemaran air
(Adinugroho,2012).
Ilmu Penyakit Tanaman merupakan bagian dari Ilmu Perlindungan Tanaman
yang membahas mengenai semua faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan
pada tanaman. Kerusakan yang dimaksud disebabkan oleh aktifitas atau serangan
organism di dalam bagian tubuh tanaman, di luar tubuh, atau di sekitarnya. Di dalam
tubuh biasanya dilakukan oleh organisme yang menginfeksi bagian tubuh tanaman
seperti pada daun, batang dan perakaran; jasad yang melakukan perusakan di
antaranya: fungi, bakteri, virus, serangga baik fase ulat maupun fase dewasa. Di
bagian luar tubuh dilakukan oleh berbagai jenis dari golongan organisme seperti
tersebut di atas. Gangguan dari bagian sekitar tubuh tanaman misalnya, pengaruh
persaingan dengan gulma dalam mendapatkan air, hara, sinar, dan kebutuhan hidup
lainnya (S Sutarman, 2017).
Kerusakan-kerusakan yang dimaksud bukan karena kesalahan atau
kelemahan dari sistem budidaya dan ekspliotasi, karena kedua masalah tersebut di
tangani oleh ahli masing-masing. Khusus untuk masalah gulma ada disiplin ilmu
tersendiri yaitu Ilmu Gulma yang akan diberikan pada mahasiswa-mahasiswa
Pertanian. Di bidang pertanian sering dijumpai dua kata untuk menunjukkan obyek
yang sama yaitu tanaman dan tumbuhan. Penyebutan tumbuhan dalam pemaparan
di berbagai literatur menunjukkan semua organisme dunia plantae baik yang
tumbuh alami atau tidak disengaja maupun yang sengaja dibudidayakan untuk
keperluan produksi. Namun demikian dalam konteks pembicaraan di bidang
pertanian, maka istilah tumbuhan yang dimaksud lebih tepat ditujukan pada
organisme yang sengaja dibudidayakan untuk tujuan produksi (S Sutarman, 2017).

4
B. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri
Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang
sebagian dan panjang 5mm besar berbentuk batang dengan lebar kurang dari 1 DNA
diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organela mitokondria dan protoplas.
Daerah inti berupa anyaman benang halus yang langsung berbatasan dengan
sitoplasma berisi ribosom.Bakteri berkembang biak dengan membelah diri (Pratiwi,
2012).
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya
hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan
inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada
beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau
kapsula.Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida (Pratiwi, 2012).
Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi atas tiga
golongan,yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil
(bacillus) berbentuk serupa dengan tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari
bakteri itu merupakan basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang,
bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan
panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung
basilyang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih
bergandengan itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa
bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang
bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebut streptokokus, ada yang
bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok
merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok
serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari spirilum) ialah bakteri yang bengkok atau
berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak.
Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan
golongan kokus maupun golongan basil (Wanmustafa, 2013).

5
Macam-Macam Bakteri
1. Bakteri Endofit
Bakteri endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan
membentukkoloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap
tanamantingkat tinggi dapat mengandung beberapa bakteri endofit yang
mampumenghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai
akibatkoevolusi atau transfergenetik dari tanaman inangnya ke mikroba endofit.
Tipeasosiasi biologis antara mikroba endofit dengan tanaman inang bervariasi
darinetral, komensalisme sampai simbiosis.Pada situasi ini tanaman merupakan
sumber makanan bagi mikroba endofit dalam melengkapi siklus hidupnya (Lucas,
2014).
2. Bakteri Penambat Nitrogen
Kebutuhan bakteri terhadap unsur N dapat di pengaruhi oleh sumber N
yangterdapat dalam berbagai senyawa organik maupun dari N udara. Peranan
nitrogensecara biologis oleh sejumlah spesies bakteri endofit diazotrof memiliki
keunggulan di bandingkan rhizosfer, karena keberadaanya di dalam jaringan
interseluler tanaman yang tidak mudah hilang, sementara hara nitrogen yang berada
di alam sangat bersifat labil, mudah tercuci air dan erosi, dan mudah nguap ke
udara.Selainitu sejumlah bakteri endofit juga mampu menghasilkan asam indol
asetat (AIA) yang merupakan fitohormon golongan auksin yang berperan dalam
memperpanjang sel dan organ (Ima, 2012).
3. Biofertilizer
Biofertilizer didefinisikan sebagai produk yang mengandung mikroba hidup
atau sel mikroba yang tersembunyi yang mengaktifkan proses biologis untuk
membuat pupuk atau membentuk unsur yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi
tanaman. Aktifitas mikroba ini mempengaruhi ekosistem tanah dan menghasilkan
zat tambahan buat tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara
bagitanaman merupakan masalah yang sering dialami pertanaman kelapa
sawit,termasuk pada pertanaman yang belum di hasilkan. Keterbatasan seperti ini
akan menjadi faktor pembatas terhadap ketersediaan unsur hara yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman seperti nitrogen.

6
C. Penyakit Jamur
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup
dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein
dan senyawa pati dari organisme lain. Zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia
dari proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme. Jamur dalam bahasa Inggris
disebut mushroom termasuk golongan fungi. Jamur hidup diantara jasad hidup
(biotik) atau mati (abiotik), dengan sifat hidup heterotrop (organisme yang
hidupnya tergantung dari organisme lain) dan saprofit (organisme yang hidup pada
zat organik yang tidak diperlukan lagi atau sampah) (Dewi, 2015).
Jamur merupakan organisme yang mempunyai inti sel, dapat membentuk
spora, tidak berkrolofil, terdapat benang – benang tunggal atau benang – benang
yang bercabang dengan dinding selulosa atau khitin (Suarnadwipa, et al., 2012).
Jamur benang atau biasa disebut jamur merupakan organisme anggota
Kingdom Fungi dan tubuh jamur berupa benang yang disebut hifa, sekumpulan hifa
disebut miselium. Miselium dapat mengandung pigmen dengan warna merah, ungu,
kuning, coklat, dan abu-abu. Jamur juga membentuk spora berwarna hijau,
biruhijau, kuning, jingga, serta merah muda. Warna-warna tersebut dapat menjadi
ciri khas spesies jamur. Jamur benang pada umumnya bersifat aerob obligat, pH
pertumbuhan berkisar antara 2 - 9, suhu pertumbuhan berkisar 10 - 35ºC. Jamur
memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia atau hewan. Organisme ini dapat
menghasilkan berbagai jenis toksin yang disebut mikotoksin. Aflatoksin merupakan
nama sekelompok senyawa yang termasuk mikotoksin, yang bersifat sangat toksik.
Aflatoksin diproduksi terutama oleh jamur Aspergillus sp. (Handajani &
Setyaningsih, 2016).
Salah satu jenis jamur yang terdapat di alam adalah Aspergillus sp. Genus
Aspergillus mempunyai lebih dari 200 spesies, dan yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia ada 20 spesies. Aspergillus dapat tumbuh subur pada suhu 10
- 400C, pH 5 - 8, kelembaban 80 - 90% dengan kadar air 16% - 17%. Sporanya
disebarkan oleh angin sehingga dapat mengkontaminasi berbagai bahan pangan
Sebagai mikroba kontaminan jika dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit yang
disebut Aspergilosis. Bahan makanan yang sering terkontaminasi aflatoksin adalah

7
jagung, kacang - kacangkan, daging, gandum, dan susu. Jika terinfeksi aflatoksin
pada manusia dapat bersifat karsinogen, genotoksik, immune suppression, dan
pertumbuhan terhambat. Selain itu aflatoksin dapat menurunkan respons imun dan
meningkatkan efek infeksi virus hepatitis (Safika, et al., 2014).
Adapun morfologi dari jamur A.flavus yaitu koloni berwana hijau muda
dengan bentuk koloni granular dan kompak. A. flavus merupakan Genus dari
Aspergillus sp. yang dapat cepat tumbuh pada media SGA yang diinkubasi pada
suhu 370C – 400C. Hal ini sesuai dengan Elmer yang mengatakan bahwa pada
isolasi murni dalam media SGA A.flavus memiliki koloni berwarna hijau
kekuningan atau kuning kecoklatan Koloni A.flavus pada saat muda berwarna
putih, dan akan berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah membentuk
konidia. Kepala konidia berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan,
Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdimeter 3 – 6 μm (Syafurrisal, 2014).
Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh factor substrat,
kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa- senyawa kimia di
lingkungannya. Sumber karbon adalah nutrisi yang paling penting bagi
pertumbuhan jamur dan harus tersedia dalam jumlah yang lebih besar dari nutrisi
yang lain.(Riyanto, 2015).
Sumber karbon yang umum digunakan oleh jamur adalah karbohidrat
(polisakarida, disakarida, monosakarida), asam organik, asam asam amino dan
produk natural seperti lignin. karbohidrat merupakan komponen esensial semua
organisme dan zat yang paling banyak menyusun sel. Fungsi karbohidrat adalah
sebagai sumber energi, membentuk struktur sel dan struktur penunjang tanaman (
Wulandari, et al, 2012).

8
D. Nematoda dan virus
Nematoda adalah jenis cacing tanah yang dapat ditemukan di tanah, air
tawar,air laut, dan di jaringan tanaman dan jaringan binatang. Nematoda
merupakanhewan yang terdapat pada semua jenis tanah, seperti tanah berpasir yang
bercampurdengan lempung, membuat nematoda dapat bergerak bebas, hal ini
dikarenakantanah yang ringan serta memiliki pori dan rongga tanah yang besar serta
udara yangcukup didalam tanah (Munif, 2012).
Nematoda terdiri dari 2 jenis yaitu nematoda parasit dan nematoda non
parasit. Nematoda parasit merupakan salah satu hama yang dapat menurunkan
produksi dalam sektor pertanian. Penurunan produksi bisa dilihat dari penurunan
kualitas maupun kuanitas produksi. Nematoda ini menyerang tanaman dengan
menghisap cairan yang ada pada tanaman dengan menggunakan alat penghisapnya
yang disebut stilet. Sehingga dengan adanya serangan nematoda perlu adanya
pengendalian sehingga tidak menyebabkan penyakit pada tanaman. Pengendalian
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap serangan
hama nematoda (Harni, 2014).
Kerapatan nematoda parasit yang ada pada tanaman dipengaruhi
beberapafaktor. Faktor yang mempengaruhi biasanya akan mengakibatkan
peningkatannematoda di habitatnya. Faktor faktor tersebut diantaranya
ketersediaan hara dan kebutuhan tanaman, kondisi perakaran, serasah yang
dihasilkan, bahan organik dan kemampuan mengendalikan gulma. Jenis pohon
yang ditanam akan berpengaruh pada bentuk dan sebaran tajuk pohon, sehingga
kerapatan nematoda juga berbeda (Sagita, 2014).
Nematoda parasit biasanya dijumpai pada tubuh inang bagian dalam.
Nematoda ini memiliki 3 tipe serangan yaitu ekto parasit, endo parasit dan
semiendo parasit. Nematoda endo parasit terbagi menjadi 2 yaitu endo parasit
berpindahdan menetap Meloidogyne spp. Merupakan nematoda yang menyerang
umbi 4 kentang. Nematoda ini termasuk dalam nematoda endo parasit menetap
yang merupakan nematoda betina. Nematoda ini menyerang tanaman kentang
dengan gejala permukaan umbi tidak rata dan bergeombang serta terdapat bintil-
bintil pada umbi (Aprilyani, 2015).

9
Nematoda akar merupakan salah satu nematoda parasit yang
kehadirannyaterkenal dengan sangat merugikan pada pertanaman di dunia. Hal
demikian terjadikarena perusakan pada tanaman yang diakibatkan oleh nematoda
parasit sangatsusah untuk dikendalikan. Nematoda ini akan bertahan hidup jika
berada paadakondisi lahan yang lembap (Aatif, 2015).
Kata virus berasal dari Bahasa latin yang artinya lender yang beracun dan
bisa menular. Dahulu virus dianggap bukan makhluk hidup, tetapi hanya racun yang
lersusun dari jenis protein yang bisa berkembang biak didalam sel hidup. Sekarang
sudah diketahui bahwa virus adalah organisme yang hidup karena ternyata bisa
berkembang biak secara besar-besaran (Pracaya, 2012).
Karena tanaman umumnya tidak bergerak , virus mereka harus ditularkan
oleh vektor .Ini dapat termasuk vektor non - spesifik mekanis seperti mesin
pemotong rumput atau alat pemangkasan, tetapi mayoritas virus tanaman akut
vektor serangga tanaman. Studi terbaru menunjukkan bahwa infeksi virus dapat
mempengaruhi senyawa volatil tanaman menghasilkan, dan ini pada gilirannya
dapat menarik serangga. Dalam beberapa kasus tanaman yang terinfeksi virus
adalah host yang lebih baik bagi serangga , mengakibatkan peningkatan makan.
Meskipun beberapa penelitian telah dilakukan , tampaknya ada korelasiyang
menarik antara jenis transmisi dan kualitas tanaman . Virus yang ditularkan secara
non - persistent (yaitu, mengakuisisi serangga dan mengirimkan virus dengan cepat
melalui host sederhana) Pengendalian virus tanaman sukar dilakukan karena virus
mudah tersebar melalui beberapa media seperti bahan tanaman yang diperbanyak
secara vegetative, biji, dan serangga vector. Selain itu banyak virus tanaman yang
memiliki kisaran inang yang sangat luas, baik pada tanaman monokotil maupun
dikotil. Penggunaan varietas tahan adalah salah satu metode pengendalian yang
murah dan mudah ( Taufik, 2013).

10
E. Hama pada tanaman
Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu dan menimbulkan
kerugian secara tanaman,merusak tanaman ekonomi,membuat produksi suatu
tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga
hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen dan thorax
Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis
serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani
yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi
pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga
tanaman akan layu dan bahkan mati (Harianto, 2014).
Akibat dari serangan hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut
kualitatif dan susut daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau
volume bahan karena sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif
adalah turunnya mutu secara langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya
bahan yang tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan
peningkatan jumlah butir gabah yang rusak. (Pranata 2015).
Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena bagian lembaga yang
sangat kaya nutrisi dimakan oleh hama yang menyebabkan biji tidak mampu
berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya
harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian). Kerugian akibat serangan hama
dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang
tidak terkontrol. Hama merupakan semua serangga maupun binatang yang
aktifitasnyamenimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada
kerugian secara ekonomis.Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri
khas masing-masing. diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe
mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek (Rioardi,
2014).
Hama merupakan masalah utama yang meresahkan petani, hama-hama
tersebut banyak merugikan hasil panen para petani. Ada tiga faktor yang
menyebabkan sebuah spesies dapat menjadi hama yaitu spesies hama harus berada

11
pada tingkat perkembangan yang tepat, lingkungan mendukung, tanaman harus
berada pada stadia yang tepat perkembangan dan pertumbuhan yang rentan dan
ketiga faktor tersebut harus terjadi dalam waktu yang bersamaan. Serangga di
bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama. Serangga merupakan kelompok
hewan dominan yang terdapat di muka bumi. Sebagian bersifat sebagai predator,
parasitoid, atau musuh alami. Serangga memiliki peranan yang positif maupun
negatif dalam bidang pertanian. Peranan negatif serangga dibidang pertanian adalah
sebagai pemakan tanaman budidaya, vektor penyebab penyakit pada tanaman dan
peranan positifnya adalah sebagai polinator atau penyerbukan alami bagi tumbuhan
(Nasamsir, 2014).
Masalah hama terjadi karena adanya sistem yang tidak seimbang. Beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya permasalahan hama, yakni kebakaran, banjir,
pembukaan lahan baru, penggunaan areal tanah yang luas hanya untuk satu jenis
tanaman (monokultur), masuknya hama dari suatu daerah ke daerah lain dan
punahnya predator-predator hama dan pindahnya habitat predator hama karena
penggunaan pestisida. Solusi pengendalian hama jangka panjang dibutuhkan untuk
mengembalikan keseimbangan alam di lahan pertanian, perkebunan dan
lingkungan alami. Ini tentu saja memerlukan waktu bertahun-tahun, sehingga PHT
juga meliputi solusi pengendalian hama jangka pendek, termasuk penggunaan
pestisida alami. Pengelompokan hama pada masing-masing komoditas ditekankan
kepada hubungan ekonominya, sehingga terdapat hama penting (major pests), hama
kurang penting (minor pests), hama kadang-kadang (occasional pests) dan hama
migran (migrant pests) (Ampnir, 2012).
Hama tanaman adalah jenis hama yang digolongkan menjadi tiga bagian,
golongan binatang menyusui, seperti tikus, kelinci dan lain-lain. Golongan
serangga atau insekta, dan golongan burung seperti burung pipi, manyar dan lain-
lain. Ketiga golongan hama tersebut merupakan golongan hama yang sangat
berbahaya yang menyerang tanaman padi. hama adalah binatang atau hewan yang
secara kasat mata tampak jelas dilapangan atau suatu tempat tertentu dengan
menimbulkan gejala serangan pada tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang
melebihi batas ambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat dikelompokan
sebagai kelompok hewan menyusui (mamalia) seperti tikus, kelompok serangga

12
(insekta) seperti belalang, dan kelompok burung (aves) seperti burung pipit. PHT
dapat diilustrasikan sebagai sistem pengelolaan yang menggabungkan berbagai
subsistem pengelolaan, seperti sub sistem pengelolaan hara tanaman, konservasi
tanah dan air, bahan organik dan organisme tanah, tanaman (benih, varietas, bibit,
populasi tanaman dan jarak tanam), pengendalian hama dan penyakit/organisme
penggangu tanaman, dan sumber daya manusia (Ampnir, 2012).

13
F. Morfologi serangga dan non serangga
Serangga merupakan kelompok utama hama, karena serangga merupakan
kelompok terbesar dalam dunia hewan (+ 2/3 spesies hewan yang telah diketahui
adalah serangga. Serangga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, serangga
dapat berkembang biak dengan cepat, serangga dapat menjadi resisten terhadap
insektisida. Serangga termasuk hewan poikilotermik (suhu tubuhnya dapat berubah
mengikuti perubahan suhu lingkungannya sehingga lebih efisien dalam penggunaan
energy (Martoredjo, 2012).
Insekta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal darikata
heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan
berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbag
idalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas
insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.Secara morfologi, tubuh
serangga terbagi atas tiga bagian utama, yaitu:kepala (caput), dada (thoraks) dan
perut (abdomen). Pada bagian-bagian tertentu terdapat embelan dan alat-alat
tertentu.
1. Kepala (caput)
Bentuk umum Kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada Kepala
terdapat alat mulut, antenna, mata majemuk, dan mata tunggal. Permukaan belalang
Kepala serangga sebagian besar berupa lubang. Melalui lubang ini berjalan urat-
daging, dan kadang-kadang saluran darah dorsal. Kepala serangga terdiri dari 3
sampai 7 ruas yang memiliki fungsi sebagai alat untuk pengumpulan makanan,
penerima rangsangan dan memproses informasi diotak. Kepala serangga keras
karena mengalami sklerotasi (Martoredjo, 2012).
Tipe Kepala serangga berdasarkan posisi alat mulut terhadap sumbu
dibedakan atas : Hypognatus (vertikal), bagian dari alat mulut mengarah ke bawah
dan dalam posisi yang sama dengan tungkai. Contoh ordo Orthoptera. Sedangkan
Prognatus (horizontal), bagiam alat mulut yang mengarah ke depan dan biasanya
serangga ini aktif mengejar mangsa. Contohnya ordo Coleoptera. Dan
Opistognathus (oblique), bagian dari mulut mengarah ke belakang dan terletak
diantara sela sela pasangan tungkai. Contohnya Ordo Hemiptera (Hadi, 2018).
2. Antena

14
Serangga mempunyai sepasang antenna yang terletak pada Kepala dan
biasanya tampak seperti benang memanjang. Antena merupakan organ penerima
rangsang, seperti bau, rasa, raba dan panas. Pada dasarnya, antenna serangga terdiri
atas tiga ruas, ruas dasar dinamakan scape. Scape ini termasuk kedalam daerah yang
menyelaput pada Kepala. Ruas kedua dinamakan flagella (Jumar,2016).
3. Mata
Mata pada serangga terdiri dari mata majemuk dan mata tunggal. Mata
majemuk terdiri dari kelompok unit masing-masing tersusun dari sistem lensa dan
sejumlah kecil sensori. Sistem lensa ini fungsinya untuk memfokuskan sinar
menuju elemen fotosensitif dan keluar dari sel sensori berjalan kebelakang menuju
lobus optik dari tiap otal faset terdiri dari satu unit yang disebut ommatidia (Hadi,
2018).
4. Dada (toraks)
Pada dasarnya tiap ruas toraks dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian
dorsal disebut tergum, bagian ventral disebut sternum dan bagian lateral disebut
pleuron. Sklerit yang terdapat pada sternum dinamakan sternit, pada pleuron
dinamakan pleurit dan tergum dinamakan tergit. Pronotum dari beberapa jenis
serangga kadang menggalami modifikasi, seperti dapat terlihat pada pronotum ordo
Orthoptera yang membesar dan mengeras menutupi hampir semua bagian protoraks
dan mesotoraksnya (Jumar, 2016).
5. Sayap
Serangga merupakan satu satunya Binatang invertebrate yang memiliki
sayap. Adanya sayap memungkinkan serangga dapat lebih cepat menyebar dari satu
tempat ke tempat lain dan menghindar dari bahaya yang mengancamnya (Jumar,
2016).
6. Kaki
Terdapat 6 ruas pada kaki serangga, ruas pertama yaitu koksa yang
merupakan ruas dasar, trochanter, satu ruas kecil sesudah koksa, femur, biasanya
ruas pertama yang panjang pada tungkai, tibia, ruas kedua yang panjang, tarsus,
biasanya beberapa ruas kecil dibelakang tibia, pretarsus, terdiri dari kuku-kuku dan
berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus. Sebuah

15
bantalan atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium dan bantalan
yang terletak didasar kuku disebut pulvili (Hadi, 2018).

16
G. Gejala serangan hama
Gejala adalah kedaan patologi dan fisiologi dari tumbuhan terhadap
akitivitas dari patogen atau faktor yang lain. Gejala merupakan perubahan yang
terjadi pada suatu tanaman budidaya akibat serangan hama. Kerusakan adalah
kehilangan yang dirasakan oleh tanaman akibat serangan OPT, antara lain dalam
bentuk penurunan kuantitas dan kualitas produksi. Kerusakan adalah kondisi
abnormal yang terjadi pada tanaman akibat serangan hama, dimana kondisi tersebut
menyebabkan tanaman mengalami penurunan. Tanda adalah semua pengenal dari
penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit,
miselium, warna spora bledeok, lendir (Gendroyono, 2016).
Tipe alat mulut menggigit mengunyah adalah jenis alat mulut yang terdiri
atas sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur, serta organ
tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan.
Identifikasi berdasarkan gejala serangannya yakni dengan memperhatikan tipe alat
mulut menggigit dan mengunyah maka akan ditemukan bagian tanaman yang
hilang, apakah dimakan, digerek atau digorok. Contoh serangga dengan tipe alat
mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan
Lepidoptera (Gendroyono, 2016).
Tipe alat mulut meraut dan menghisap adalah tipe alat mulut ini diwakili
oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan
tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut
menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa
merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya
menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup
dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Hama ini
meraut jaringan hingga keluar cairan, cairan ini kemudian dihisap paruh konikal.
Jaringan yang terserang cenderung berwarna putih atau belang yang kemudian
tampak mengerut (Gendroyono, 2016).

Tipe alat mulut menjilat mengisap (Sponge) adalah tipe alat mulut ini
misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala terdapat labium
yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas pangkal tabung

17
disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari labium ini
berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum. Bahan pangan
padat menjadi lembek dan busuk akibat ludah yang dikeluarkan hama ini untuk
melunakkan makanan, kemudian baru dihisapnya. (Gendroyono, 2016).
Tipe Alat Mulut Mengisap, tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada
ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus,
yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak
sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga
segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini
adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang
sangat memanjang dan menggulung. Biasanya dimiliki oleh imago dari ordo
lepidoptera. Serangga dewasa umumnya bukan merupakan hama yang bertindak
sebagai hama adalah serangga yang mempunyai alat mulut mengunyah pada stadia
larva (Gendroyono, 2016).
Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap. Contohnya kepik, yang mempunyai
alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut
yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet.Ada
empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap
cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini
merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. Serangga
hama dengan tipe alat mulutnya menusuk dan mengisap gejala serangan yang
ditimbulkan yaitu pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan stilet yang
akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian
tanaman yang diserangnya (Gendroyono, 2016).

18
H. Ordo penting serangga
Spesies serangga didistribusikan tidak merata antara kelompok taksonomi
lebih tinggi dimulai dari kumbang (Coleoptera), lalat (Diptera), tawon, semut, dan
lebah (Hymenoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera) dan Kepik
(Hemiptera). Haldane menunjukkan bahwa banyak sekali spesies untuk kumbang
karena mereka terdiri dari hampir 40% dari total serangga keseluruhan (lebih dari
350.000 spesies). Hymenoptera memiliki lebih dari 115.000 spesies, dengan
Diptera dan Lepidoptera masing-masing memiliki 150.000 spesies, dan Hemiptera
hampir 100.000. Ordo sisa serangga hidup, tidak melebihi kira-kira 20.000 spesies
Orthoptera (belalang dan jangkrik). Dermaptera dengan kurang dari 2000 spesies
dan kecoak (Blattodea, termasuk rayap) dengan hanya sekitar 6600 spesies. Ordo
Orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya ”lurus” dan pteron artinya
“sayap”. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan
lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan
disebut Tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang
teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga nigricornis) (Rioardi, 2014).
Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah
(sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli).
Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas)
pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang
disebut Tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada
tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai
pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota
ordo Orthoptera antara lain yaitu kecoa (Periplaneta sp.), belalang sembah/mantis
(Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis). Ada mulutnya bertipe
penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula,
sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium
dengan palpus labialisnya (Hansamunahito, 2016).
Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Ordo
Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan sebagian besar
anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago), namun

19
beberapa diantaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan tubuh
serangga lain, anggota ordo ini umumnya memiliki dua pasang sayap (beberapa
spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal dan
bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai
adanya mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2016).
Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap
depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal,
sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia :
telur, menjadi nimfa, lalu menjadi dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang
belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut
pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat
pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut muncul
pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran,
yakni saluran makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2014).
Ordo Coleoptera artinya coleos berarti “seludang” dan pteron berarti
“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti
seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Metamorfose
bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur
kemudian larva lalu kepompong (pupa) dan menjadi dewasa (imago). Alat mulut
bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan
baik (Rioardi, 2014).
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui
pada bagian habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi). Anggota ordo ini
ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai predator
bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal serta tidak
memiliki vena (Hartati, 2018).
Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya
“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada
imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe sempurna
(Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia yaitu telur kemudian larva

20
lalu kepompong dan menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki
thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut
seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga
dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut Proboscis, palpus maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang
sempurna (Rioardi, 2018).
Ordo Homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga
golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga
ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Tipe
metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia :
telur menjadi nimfa dan menjadi dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya
dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap
dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Rioardi, 2014).
Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara morfologi mirip
dengan anggota ordo hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada bagian
sayap depan dan tempat pemuncuan rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki
tekstur yang homogeny biasa keras semua atau membranus semua, sedangkan
sayap belakang bersifat membranus (Rioardi, 2014).
Di artinya “dua”dan pteron artinya“sayap”merupakan bangsa lalat, nyamuk
meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan
parasitoid.Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong -imago).
Jenis serangga dalam golongan ini, antara lain :lalat buah (Bactrocera sp.), lalat
bibit kedelai (Agromyza phaseoliTryon), lalat bibit padi (Hydrellia philippina),
hama ganjur (Orseoliaoryzae Wood Mason) (Borror, 2015).
Merupakan bangsa capung, memiliki anggota yang besar danmudah
dikenal, Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada stadiumlarva dijumpai
adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalamair.Salah satu jenis serangga
yang masuk pada ordo ini adalah Contohnya Capung (Ischnura ceruvula) (Borror,
2015).

21
I. Perkembangbiakan serangga
Umumnya serangga mengawali siklus hidupnya dari telur. Masa
perkembangan di dalam telur disebut perkembangan embrionik dan setelah
penetasan telur disebut perkembangan pasca-embrionik/metamorfosa.
Perkembangan embrionik ada 3 yaitu ovipar, vivipar, ovovivipar.
Ovipar : serangga betina meletakkan telur yang telah matang, baik yang dibuahi
atau tidak. Perkembangan embrio tjd diluar tubuh induk dan embrio memperoleh
makanan dari kuning telur/yolk. Contoh : serangga secara umum.
Vivipar : serangga betina seolah olah melahirkan larva/nimfa, perkembangan
embrio berlangsung dalam tubuh induk, embrio memperoleh makanan dari kuning
telur dan tubuh induk. Contoh : aphididae.
Ovovivipar : telur mengandung cukup kuning telur untuk memberi makan embrio
yang sedang berkembang dan telur tsbt ditahan oleh induknya sampai larva siap
menetas. Contoh : thysanoptera, beberapa diptera.

Metamorphosis
Setelah telur menetas, serangga pradewasa mengalami serangkaian perubahan
sampai mencapai bentuk serangga dewasa (imago). Keseluruhan rangkaian
perubahan bentuk dan ukuran dinamakan metamorphosis. Metamorfosis serangga
dapat di bedakan menjadi empat tipe yaitu : tanpa metamorfosis (Ametabola),
metamorfosis bertahap (paurometabola), metamorfosis tidak sempurna
(hemimetabola), dan metamorfosis sempurna (holometabola) (Jumar, 2016).
Pada tipe ametabola serangga pradewasa memiliki bentuk luar serupa
dengan serangga dewasa kecuali ukuran dan kematangan alat kelaminnya. Tipe
serangga ini terdapat pada serangga serangga primitif yaitu dari anggota sub kelas
Apterygota, yakni dari ordo protura, diplura, colembolla dan thysanuran (Jumar,
2016).
Pada tipe paurometabola bentuk umum serangga pradewasa menyerupai
serangga dewasa, tetapi terjadi perubahan bentuk secara bertahap seperti
terbentuknya bakal sayap dan embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua serta
pertambahan ukuran. Tipe serangga ini adalah dari golongan ordo orthoptera,

22
isoptera, thysanoptera, hemiptera, homoptera, anoplura, neuroptera, dermaptera
(Jumar, 2016).
Pada hemimetabola, ialah serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dalam daur hidupnya, serangga yang bermetamorfosis tidak sempurna
mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut : Telur, Nimfa, ialah serangga
muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini
serangga muda mengalami pergantian kulit berulang kali. Sayap serta alat
perkembangbiakannya berkembang. Imago (dewasa) ialah fase yang di tandai
dengan telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat
perkembangbiakannya serta sayap contoh pada belalang. Pada tipe ini perbedaan
serangga dewasa dan pra dewasa lebih nyata di banding dengan paurometabola
(Jumar, 2016).
Perubahan struktur tubuh pada serangga ini sangat besar dari berbagai
stadium. Serangga ini dianggap orang sebagai serangga yang maju
perkembangannya dalam sejarah evolusi serangga. Kelompok serangga ini disebut
juga Holometabola. Serangga muda yang mengalami perkembangan holometabola
disebut "larva". Bentuk larva amat berbeda dengan imago. Jenis makanan, perilaku,
dan habitatnya pun biasanya berbeda dengan imago. Sebelum menjadi imago, larva
akan berkepompong terlebih dahulu. Perubahan bentuk luar dan dalam terjadi
dalam tingkat pupa (kepompong). Sayap berkembang secara internal. Contoh
serangga yang mengalami perkembangan holometabola, antara lain ordo
Lepidoptera, Coleoptera, Diptera, dan Hymenoptera. Contohnya adatah lalat,
nyamuk (Nematocera), kumhang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat
(Lepidoptera), semut, lebah dan tawon (Hymenoptera) (Jumar, 2016).
Keberadaan serangga dalam alam dipengaruhi oleh keberadaan faktor
abiotic atau unsur iklim sebagai komponen suatu ekosistem. Pengamatan yang
diamati meliputi suhu, intensitas cahaya, kelembaban udara dan curah hujan
(Aditama & Kurniawan, 2013).

23
J. Pengendalian OPT (Pestisida)
Hama tanaman adalah jenis hama yang digolongkan menjadi tiga
bagian,golongan binatang menyusui, seperti tikus, kelinci dan lain-lain.
Golonganserangga atau insekta, dan golongan burung seperti burung pipi, manyar
dan lain-lain. Ketiga golongan hama tersebut merupakan golongan hama yang
sangat berbahaya yang menyerang tanaman padi. hama adalah binatang atau hewan
yang secara kasat matatampak jelas dilapangan atau suatu tempat tertentu dengan
menimbulkan gejalaserangan pada tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang
melebihi batasambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat dikelompokan
sebagaikelompok hewan menyusui (mamalia) seperti tikus, kelompok serangga
(insekta)seperti belalang, dan kelompok burung (aves) seperti burung pipit
(Effendi, 2019).
Hama yang sering meyerang tanaman padi di antaranya: wereng
cokelat,wereng daun padi, walang sangit, penggerek padi (bergaris, merah jambu,
putih,kuning), ulat tentara., burung, babi hutan, ulat bibit, tikus, ganjur, dan masih
banyak lagi hama lain. Sedangkan penyakitnya adalah blast, grassy stunt,
yellowdwarf, kresek, dan tungro. Pengganggu lain adalah gulma. Oleh karena itu
kitamesti jeli dalam memperhatikan peran-peran OPT di daerah kita masing-
masingtentang status OPT-nya. Hama menjadi hal penting yang selalusaja
dibicarakan dalam budidaya pertanian, termasuk pertanian padi sawah. Halini
karena hama dianggap sebagai musuh petani dalam memperoleh produksi padi.
Sebagian besar hama adalah jenis serangga, dan berbagai jenis serangga hama
tersebut mempunyai musuh alami. Musuh alami serangga hama umumnya berupa
Arthropoda dari jenis serangga dan laba-laba, serta dapat digolongkan menjadi
predator dan parasitoid. Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami
menghemat penggunaan insektisida 33-75%, meskipun pada musim hujan dengan
kelimpahanhama wereng cukup tinggi. Dengan cara ini, hasil padi di tingkat
petanimeningkat 36% dengan peningkatan keuntungan 53,7%. Ambang ekonomi
bukanharga yang tetap, tetapi berfluktuasi bergantung pada harga gabah dan
pestisida.Bila harga gabah meningkat maka ambang ekonomi akan turun dan
sebaliknya,tetapi bila harga insektisida naik maka ambang ekonomi akan naik
dansebaliknya. Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh

24
alamidimaksudkan untukmemberikan peranan yang lebih besar kepada musuh
alami,sebelum memakai insektisida (Effendi, 2019)
Menurut hasil penelitian Fattah dan Hamkah (2015) luas serangan hama
tikus pada musim kemarau lebih tinggi (10.983-17.887 ha) dibanding pada musim
hujan (3.178-9755 ha ). Hama ulat grayak (Spodoptera spp) merupakan salah satu
jenis hama yang menyerang banyak jenis tanaman (polyphagus). Untuk tanaman
padi, luas serangan hama ulat grayak disulawesi selatan sekitar 864-3.349 ha
padamusim kemarau, sedangkan pada musim hujan sekitar 233-1.568 ha. Tinggi
nya serangan hama ulat grayak pada musim kmarau pada tanaman padi karena
kondisi iklim yang mempengaruhi perkembangan telur, larva. kerusakan tanaman
padi akibat hama tiku sdapat merusak batang-batang padi yang masih muda
termasuk titik tumbuhnya sebagai makanan yang banyak mengandung hormon.
Kerusakan tanaman padi akibat dari gangguan hama ulat yaitu merusak batang dan
titik tumbuh tanaman padi. Prinsip pengaturan populasi organisme oleh mekanisme
saling berkaitan antar anggota suatu komunitas pada jenjang tertentu juga terjadi
dalam agroekosistem yang dirancang manusia. Musuh alami sebagai bagian dari
agroekosistem memiliki peranan menentukan dalam pengaturan dan pengendalian
populasi hama. Sebagai faktor yang bekerjanya tergantung dari kepadatan
yangtidak lengkap (imperfectly density dependent) dalam kisaran tertentu, populasi
musuh alami dapat mempertahankan populasi musuh alami tetap berada disekitar
batas keseimbangan dan mekanisme umpan balik negatif.
Padi mempunyai daun tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30
cm.Ujungnya runcing, tepinya rata, berpelepah, pertulangan sejajar, dan berwarna
hijau. Buahnya keras dan terjurai pada tangkai. Setelah tua, warna hijau akan
menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang berwarna putih atau
merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari tangkainya disebut gabah, danyang
sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini dimasak, maka namanya
menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk
Indonesia ( SaniSembiring Abdul.2013).

25
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dilaksanakan mulai 15
Maret sampai 31 Mei 2023 dari pukul 13.30 WIB hingga selesai, dilakukan di
Laboratorium Bioekologi Serangga, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan disaat pratikum yaitu alat tulis, pensil warna,
buku gambar, penggaris, mikroskop, jarum pentul, lilin, toples kaca, kapas,
Sedangkan bahan yang digunakan selama pratikum terdiri dari materi penyakit,
hama, siklus hidup hama, ordo penting serangga dan pestisida. Bahan yang dibawa
pada materi penyakit yaitu tanaman yang terserang penyakit busuk lunak adalah
tanaman buah naga (Hylocereus polyrhizus), tanaman yang terserang jamur yaitu
bakanae pada tanaman padi (Oryza sativa) dan tanaman yang terserang virus yaitu
Chilli leaf curl virus pada tanaman cabai (Capsicum annmu) dan materi nematoda
bahan yang dibawa adalah akar pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
Sedangkan bahan pada materi hama yang dibawa adalah belalang (Caelifera), kaki
seribu (Diplopoda), dan gejala serangan hama pada tanaman jambu air (Syzygium
aqueum). Bahan materi ordo penting serangga adalah kepik hijau (Nezara viridula
L). Bahan materi siklus hidup hama adalah lundi (Lepidiota stigma) dan bahan
materi pestisida adalah rodentisida, pestisida hama tikus.

C. Cara kerja
Penyakit
Cara kerja dari pratikum penyakit ini adalah pada minggu pertama mencari
tanaman yang terserang penyakit bakteri, minggu kedua mencari tanaman yang
terserang penyakit jamur, minggu ketiga tanaman yang terserang virus dan
nematoda. Tanaman yang terserang penyakit tersebut dibawa setiap waktu
praktikum kemudian dipresentasikan jenis tanaman dan penyakit yang menyerang
tanaman tersebut dari masing-masing kelompok. Setelah itu dilanjutkan oleh
penjelasan asisten mengenai materi penyakit tersebut. Hasil akhir dari setiap

26
praktikum kemudian digambar pada buku gambar berdasarkan bahan masing-
masing kelompok dan diberi keterangan.

Hama
Langkah kerja yang dilakukan saat praktikum yaitu pertama, belalang dibius
menggunakan sianida, setelah belalang dibius, belalang ditusukkan ke wadah
plastisin menggunakan jarum pentul dibagian badan sebelah kanan. Selanjutnya,
diposisikan letak belalang dengan sepasang kaki bagian depan diarahkan ke depan,
dua pasang kaki belakang diarahkan ke belakang, satu sayap depan, dan satu sayap
depan diatur dalam posisi terbuka. Dalam penentuan bagian belalang ini, harus
diketahui tipe dari mulut serangga tersebut. Kemudian dibandingkan dengan hewan
non serangga yaitu kaki seribu. Setelah itu, digambar belalang tersebut, beri warna,
dan beri keterangan. Selanjutnya praktikum tentang gejala serangan hama pada
tanaman jambu air, ordo penting serangga pada kepik hijau, dengan diamati gejala
yang ditimbulkan dan diklarifikasikan kepik hijau tersebut, diambil fotonya lalu
digambar diatas buku gambar, diberi warna, dan diberi keterangan. Selanjutnya
pratikum perkembangbiakan pada lundi dengan ditentukan metamorfosisnya, lalu
dibuat ppt dari bahan pratikum untuk ditampilkan, kemudian digambar dan diberi
pewarna.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)


Langkah kerja dari pengendalian OPT ini adalah mencari informasi penting
tentang pestisida yang dibawa (rodentisida pestisida hama pada tikus) pada
label/brosur yang berisikan lengkap seperti merek dagang pestisida, bahan aktif
pestisida, jenis pestisida, organisme sasaran dan tanaman inang, formulasi, cara
kerja, dan daya racun dosis penyemprotan. Kemudian dibuat ppt perkelompok
berisikan penjelasan tentang bahan pestisida yang dibawa. Setelah itu digambar dan
diberi keterangan pada buku gambar.

27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 1. Penyakit pada tanaman

No. Gambar Patogen Gejala


1. Xanthomonas Bercak kecil berair
berwarna coklat kemudian
bercak tersebur akan
membesar dan melebar
disekitar bagian sulur.

2. Gibberella Batang padi tumbuh


fujikuroi ubnormal, tanaman kurus,
warna daun hijau
kekuningan, memucat dan
akar tanaman membesar.

3. Chilli leaf curl Daun mengeriting dan


virus menguning serta batangnya
kerdil.

4. Nematoda Gejala yang terserang berat


Meloidogyne ukurannya lebih pendek dari
spp akar yang sehat.

28
Tabel 2. Serangga dan non serangga

No. Gambar Bahan Keterangan

1. Belalang Memiliki antena, mata


majemuk, mulut, mata tunggal,
palp, kaki berjalan, hindwing,
kaki lompat jauh, kepala, torax,
abdomen, protorax, mesotorax,
metatorax, telinga. Forewing,
2. Kaki Memiliki mata, antenna, bibir,
seribu rahang bawah, mulut, kaki,
ruas/ssegment perut, segmen
punggung, segmen anal, leher,
badan, kepala.

Tabel 3. Gejala serangan hama

Gambar Bahan Keterangan


Daun jambu air Hama yang menyerang adalah
belalang dimana gigitannya
berada dibagian dalam daun
dengan pola gigitannya teratur.

29
Tabel 4. Ordo pada serangga

Gambar Hama Keterangan


Kepik hijau Kepik hijau menyerang tanaman
kacang kacangan yang menimbulkan
gejala bitnik bitnik coklat pada kulit
polong.

Tabel 5. Metamorfosis hama

No. Gambar Hama Keterangan


1. Lundi Habitat lundi
berada dibawah
permukaan tanah
yang lembab atau
dibawah batang /
perakaran tanaman
yang sudah lapuk
2. Metamorfosis Lundi mengalami
metamorfosis
sempurna dimana
berasal dari telur-
instar 1-instar 2-
instar 3-pupa-
kumbang (dewasa)

30
Tabel 6. Pengendalian OPT (Pestisida)

No. Pestisida Keterangan


1. Cara Kerja Pestisida Sitematik
2. Dosis 1-2 kg/ha aplikasi
3. Merek barang

4. Bahan aktif Brodifakum 0,005%


5. Jenis Rodentisida
6. OPT sasaran Tikus
7. Label Fitogram

8. Pemakaian Tabur
9. Formulasi Umpan siap pakai 1-2 kg/ha aplikasi

31
B. PEMBAHASAN
a. Penyakit pada tanaman
Pada awal praktikum, Bahan praktikum yang dibawa adalah tanaman lidah
buaya yang terserang bakteri Xanthomonas. Penyakit busuk lunak ini memiliki
gejala awal berupa bercak kecil berair yang berwarna coklat. Kemudian bercak
tersebut akan membesar dan melebar di sekitar bagian sulur. Apabila gejala sudah
parah maka akan menjadi busuk berwarna kecoklatan, memiliki bau yang tidak
sedap dan memiliki bentuk yang sangat berair serta mudah sobek apabila tersenggol
atau tersentuh. Gejala ini biasa muncul di bagian sulur tanaman buah naga. Jika
terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama maka hanya akan menyisakan tulang
tanaman (lapisan kayu). Busuk lunak biasanya disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas.
Kedua, penyakit bakanae pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur
Gibberella fujikuroi. Bakanae biasanya terjadi berupa penyakit pada bibit tetapi
juga bisa ditemukan pada semua tahap pertumbuhan tanaman. Jamur ini
menginfeksi tanaman melalui akar atau mahkota dan kemudia tumbuh secara
sistemik didalam tanaman melalui batang. Jika mampu bertahan hidup pada tahap
pertama infeksi, bibit akan berkembang menjadi tanaman dengan ukuran tinggi
yang abnormal dengan daun pucat, tipis dan kering, dan dengan anakan yang lebih
sedikit. Sisi dalam batang menjadi busuk dan akar baru berkembang dari ruas atas
batang. Bercak coklat muncul pada batang tanaman yang terinfeksi. Jika tanaman
mampu bertahan hidup hingga tahap pematangan, bulir yang berkembang akan
terisi sebagian, steril, atau kosong.
Ketiga yaitu gejala virus keriting daun cabai dicirikan dengan
melengkungnya tepi daun keatas, menguningnya pembuluh dan pengurangan
ukuran daun. Selain itu, pembuluh daun menjadi bengkak dengan pemendekan ruas
dan tangkai daun. Daun yang lebih tua menjadi kasar dan rapuh..
Tanaman tomat yang terserang oleh Meloidogyne spp.
menimbulkan gall pada akarnya. Ukuran dan bentuk gall tergantung pada spesies
nematoda, jumlah nematoda di dalam akar, dan umur tanaman. Serangan berat pada
akar menyebabkan pengangkutan air dan unsur hara terhambat, tanaman mudah
layu, khususnya dalam keadaan panas dan kering, pertumbuhan tanaman terhambat
atau kerdil, dan daun mengalami klorosis akibat defisiensi unsur hara. Infeksi pada

32
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
dan buah tomat berkurang.
Pada gejala tanaman di atas permukaan tanah menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, daunnya pucat dan layu. Pada musim panas tanaman yang terserang
nematoda akan mengalami kekurangan mineral. Akibat penyakit puru akar ini
bunga dan buah akan berkurang atau mutunya menjadi rendah. Tingkat serangan
nematoda yang tinggi menyebabkan kerusakan perakaran dan terganggunya
penyerapan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan berat
tanaman menjadi kecil.
Serangan nematoda dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan transpirasi
serta status hara tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, warna
daun kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu serangan nematoda
dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lainnya
seperti jamur, bakteri dan virus. Akibat serangan nematoda dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, dan kualitas produksi.
Efek yang terjadi pada tanaman tertentu yang resisten terhadap meloidogyne
yaitu nekrosis sel yang terdapat disekitar tempat serangan larva dapat merusak akar-
akar tanaman inang dan nematoda mati tanpa menimbulkan kerusakan lain.
Perlakuan dengan menggunakan nematisida dapat mengurangi populasi nematoda
dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, baik pada tanaman inang yang resisten
maupun pada yang rentan.

b. Serangga dan non serangga


Kelas insekta dikenal sebagai hama tanaman, namum ada beberapa yang
bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator).Serta sebagai
serangga penyerbukan, Serangga digolongkan dalam phylum arthropoda. Sebagai
salah satu golongan serangga menduduki tiga perempat bagian dari semua hewan
yang ada dan dari jumlah tersebut 750.000 spesies telah berhasil diketahui dan
diberi nama, Jumlah tersebut merupakan lebih kurang 80% dari phylumnya sendiri.
Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan
kemampuan melompat. Pada umumnya belalang berwarna hijau atau coklat.
Belalang terkait erat secara biologis dengan kecoa dan jangkrik dan masuk dalam

33
kelompok serangga Orthoptera. Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
Kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 kaki
bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Belalang kayu ini memiliki tipe mulut
penguyah-penggigit, kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat
sedangkan kaki depan pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki
telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan
tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk
menyeerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang
digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
gendang telinga manusia, Belalang bernafas dengan trakea. Belalang punya 5 mata
dan belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar.
Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki)
merupakan hewan berkaki banyak. Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang
terkadang kita lihat di lingkungan sekitar kita. Myriapoda hidup di darat pada
tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan kayu. Bagian tubuh
Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan abdomen. Tubuhnya memanjang
seperti cacing. Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula
(rahang bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli
(mata tunggal). Tubuhnya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota badan
pada tiap segmennya. Setiap segmen terdapat lubang respirasi yang disebut spirakel
yang menuju ke trakea. Ekskresinya dengan tubula malpighi. Myriapoda bersifat
dioseus dan melakukan repsroduksi seksual secara internal. Myriapoda dibedakan
menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan Diplopoda.

c. Gejala serangan hama


Tanda serangan : Daun terlihat rusak karena serangan dari belalang tersebut,
jika populasinya banyak dan belalang sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini
bisa menghabiskan sekaligus dengan tulang-tulang daunnya.
Ciri serangan hama belalang yaitu bagian tepi daun menjadi bergerigi.
Belalang merupakan spesies polimorfik yang secara morfologis terdapat
perbedaan-perbedaan yang jelas antara lain dipicy oleh tingkat kepadatannya yaitu
fase gregarious (kelompok-kelompok belalang bergabung dan membentuk twarm

34
yang menjadi sangat rakus dan rusak). Belalang merupakan serangga herbivora dari
subordo caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antenna yang
hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek.
Pada umumnya serangga ini bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat
dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari
belalang Jantan. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dari gosokka femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakang umumnya panjang
dan kuat sehingga cocok untuk melompat. Anggota dari ordo ini umumnya
memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit dari pada sayap belakang
dengan vena vena menebal mengeras dan disebut legmina. Sayap belakang
membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pda waktu istirahat sayap
belakang melipat dibawah sayap depan. Tipr mulutnya adalah penggigit dan
penyunyah yang memiliki bagian bagian labrum, sepasang mendibula, sepasang
maxilla dan masing masing terdapat palpus maxillarisnya dan labium dengan
palpus labilalisnya.

d. Ordo serangga
Kepik sebagai anggota dari ordo Colcoptera mengalami metamorfosis
sempurna, dimana berasal dari telur-larva-kepompong-dewasa. Telur kepik
berbentuk lonjong dan berwarna kuning. Telur – telur ini biasanya menetas sekitar
seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Telur-telur ini biasanya menetas sekitar
seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Larva kepik umumnya memiliki
penampilan bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup
dengan makan sesuai makanan induknya dan Ketika mereka bertumbuh semakin
besar, mereka melakukan pergantian kulit. Larva yang sudah sampai hingga ukuran
tertentu kemudia akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong pada usia
dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada
benda benda seperti daun atau ranting dan berwarna kuning dan hitam. Kepik
dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah sekitar satu minggu. Sayap
depan kepik yang baru keluar masih rapuh dan berwarna kuning pucat sehingga ia
akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan sayapnyaa sebelum mulai aktivitas.

35
Morfologi kepik struktur mulutnya yang berbentuk jarum. Sayap depan yang bagian
pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membrane.
Kepik tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangg adari ordo
hemiptera yang baru menetass biasanya memiliki penampilan yang sama dengan
induknya, namun ukurannya lebih kecil dan tidak bersayap. Fase anakan ini dikenal
dengan nama nimfa. Nimfa hemiptera ini kemudia melakukan pergantian kulit
berkali kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.
Dengan kata lain : telur nimfa dewasa. Cara pengendalian kepil dengan
menggunakan pengendalian secara hayati dengan cara pemangkasan pada buah
yang terserang hama kepik.

E. Metamorfosis Hama
Uret atau lundi adalah fase larva kumbang Scarabaeidae atau Cerambycidae
dengan ciri larva berukuran besar, gemuk, putih, badan tembus cahaya, kepala
warna coklat dan taring besar. Kaki berwarna coklat terdapat pada rongga dada dan
larva membentuk huruf C. Hama uret, nama ilmiah Lepidiota stigma adalah
serangga hama polifag (pemakan rupa-rupa) yang menyerang perakaran berbagai
jenis tumbuhan. Fase hidup yang paling mengganggu pertanian adalah fase larva
yang dikenal dengan nama umum hama uret atau gayas. Serangga tahap dewasa
dikenal sebagai ampal.
Uret tergolong sebagai hama yang dapat merusak akar rumput, tanaman
hortikultura seperti nanas, cabai, kacang, pangan seperti padi, jagung, dan ubi kayu,
maupun tanaman perkebunan dan tanaman tahunan, seperti karet, kelapa, dan kopi.
Hama uret mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa,
dan imago berbentuk kumbang yang berlangsung selama satu tahun. Uret
menyerang tanaman dengan cara memakan perakaran tanaman dan memakan
pangkal batang tanaman, sehingga menghentikan aliran unsur hara yang seharusnya
disalurkan ke bagian atas tanaman dan pada akhirnya tanaman tersebut mati. Untuk
mengatasi hama uret ini, Kebun Raya Banua telah melakukan beberapa cara, yaitu:
Pengendalian mekanis dengan cara mengumpulkan dan membuang hama uret yang
ditemukan di area tersebut atau menjadi pakan ikan; Memberikan insektisida ke

36
dalam tanah; dan Menanam tanaman yang tahan terhadap serangan uret, salah
satunya yaitu tanaman bakung amarilis bunga orange.

F. Pengendalian OPT (Pestisida)


Ada beberapa teknik pengamatan hama yang bisa diterapkan yaitu mulaidari
pengamatan tetap dan pengamatan keliling.Pengamatan tetap adalah pengamatan
yang dilakukan pada petak contoh tetap yang mewakili bagianterbesar dari wilayah
pengamatan, perangkap lampu, curah hujan, stasiunmeteorologi pertanian khusus.
Pengamatan pada petak contoh tetap bertujuanuntuk mengetahui perubahan
kepadatan populasi OPT dan musuh alami sertaintensitas serangan. Petak contoh
tetap ditempatkan padalima jenis tanamandominan. Untuk komoditas terluas
diamati empat petak contoh tetap sedangkanempat komoditas lainnya masing-
masing diamati satu petak contoh. Dengandemikian pada setiap wilayah
pengamatan terdapat delapan petak contoh pengamatan tetap.
Hama tikus merupakan jenis hama yang meyerang bagian batang padi muda
yang memiliki kandunganhormon. Akibat dari serangan hama tikus yaitu kerusakan
pada bagian tengah petak. Tikus disebut hama karena tikus merusak tanaman padi
pada fase tumbuh dari semai hingga panen bahkan sampai penyimpanan.Kerusakan
parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif,karena tanaman sudah
tidak mampu membentuk anakan baru.pada serangan berat, tikus merusak tanaman
padi mulai dari tengah petak, meluas kearah pinggir dan menyisakan1-2 baris
tanaman padi dipinggir petakan.
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan membersihkan saluran-
saluran air, menghilangkan penumpukan jerami di lahan sawah, penggunaaan
musuh alami seperti burung hantu, menggunakan orang-orangan, dan lain
sebagainya. Selain itu, pengendalian tikus juga bisa dilakukan menggunakan
pestisida jika hama tikus sudah melebihi kapasitasnya. Pengendalian dilakukan
menggunakan rodentisida.

37
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensu patogen atau factor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya Secara sederhana
penyakit tumbuhan dapatlah diberibatasan sebagai kerusakan proses fisiologi, yang
disebabkan oleh rangsangan yang terus menerus dari penyebab utama, melalui
hambatannya aktifitas seluler, dan disekspresikan dalam bentuk karakter patologi
yang khas yang disebut symptom atau gejala
Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang
sebagian m.mm dan panjang 5mbesar berbentuk batang dengan lebar kurang dari 1
DNA diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organela mitokondria dan
protoplas. Daerah inti berupa anyaman benang halus yang langsung berbatasan
dengan sitoplasma berisi ribosom.Bakteri berkembang biak dengan membelah diri.
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya
memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti
(dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada
beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau
kapsula.Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida.
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup
dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein
dan senyawa pati dari organisme lain. Zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia
dari proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme. Jamur dalam bahasa Inggris
disebut mushroom termasuk golongan fungi. Jamur hidup diantara jasad hidup
(biotik) atau mati (abiotik), dengan sifat hidup heterotrop (organisme yang
hidupnya tergantung dari organisme lain) dan saprofit(organisme yang hidup pada
zat organik yang tidak diperlukan lagi atau sampah). Jamur benang atau biasa
disebut jamur merupakan organisme anggota Kingdom Fungi dan tubuh jamur
berupa benang yang disebut hifa, sekumpulan hifa disebut miselium. Miselium
dapat mengandung pigmen dengan warna merah, ungu, kuning, coklat, dan abu-
abu. Jamur juga membentuk spora berwarna hijau, biruhijau, kuning, jingga, serta

38
merah muda. Warna-warna tersebut dapat menjadi ciri khas spesies jamur. Jamur
benang pada umumnya bersifat aerob obligat, pH pertumbuhan berkisar antara 2 -
9, suhu pertumbuhan berkisar 10 - 35ºC. Jamur memiliki potensi bahaya bagi
kesehatan manusia atau hewan. Organisme ini dapat menghasilkan berbagai jenis
toksin yang disebut mikotoksin. Aflatoksin merupakan nama sekelompok senyawa
yang termasuk mikotoksin, yang bersifat sangat toksik. Aflatoksin diproduksi
terutama oleh jamur Aspergillus sp.
Gejala adalah kedaan patologi dan fisiologi dari tumbuhan terhadap
akitivitas dari patogen atau faktor yang lain. Gejala merupakan perubahan yang
terjadi pada suatu tanaman budidaya akibat serangan hama. Kerusakan adalah
kehilangan yang dirasakan oleh tanaman akibat serangan OPT, antara lain dalam
bentuk penurunan kuantitas dan kualitas produksi. Kerusakan adalah kondisi
abnormal yang terjadi pada tanaman akibat serangan hama, dimana kondisi tersebut
menyebabkan tanaman mengalami penurunan. Tanda adalah semua pengenal dari
penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit,
miselium, warna spora bledeok, lendir..
Tipe alat mulut menggigit mengunyah adalah jenis alat mulut yang terdiri
atas sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur, serta organ
tipis sebagai penyobek. Tipe Alat Mulut Mengisap, tipe alat mulut ini biasanya
terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe
yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang
tidak sempurna. Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap. Contohnya kepik, yang
mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera).
Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi
selongsong stilet.Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat
penusuk dan mengisap cairan tanaman

39
B. SARAN
Sebelum dilakukannya praktikum, praktikan diharuskan memakai jas labor
dengan rapi diluar ruangan laboratorium terlebih dahulu, praktikan juga harus
menyiapkan bahan dan materi sebelum praktikum dimulai dan juga praktikan
diharuskan belajar dan memahami materi yang akan dipraktikumkan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Aatif, H. Muhammad., N. Javed., S. A. Khan., S. Ahmed., and M. Raheeel. 2015.


Virulence of Entomopathogenic Nematodes against Meloidogyne
incognita for Invasion, Development and Reproduction at Different
Application Times in Brinjal Roots. Agriculture & Biologi Journal. 17
(5) : 995-1000
Adinugroho W.C. 2012. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman.IPB.Bandung.
Aditama & Kurniawan, 2013. Struktur Komunitas Serangga Nokturnal Area
Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika .1 (4).
Ampnir, Louwisa. 2012. Inventarisasi Jenis-Jenis Hama Utama dan ketahanan
Biologi pada beberapa varietas Kedelai (Glycine max L. Merril) di Kebun
Percobaan Manggoapi Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan
Teknologi Pertanian. Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Aprilyani., S., dan G. Suastika. 2015. Meloidogyne incognita Penyebab Umbi
Berbintil pada Kentang di Beberapa Sentra Produksi Kentang di Jawa.
Jurnal Fitopatologi Indonesia. 11 (5) : 143-149.
Bambang Purnomo, 2014. Kedudukan dan Sejarah Ilmu Penyakit Hutan, Faperta
Unib.
Boror, 2015. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch dan Strategi
pengendaliannya. Litbag Pertanian
Dahiwale, M. A. and N. S. Suryawanshi (2012): Integrated management
ofcarbendazim resistant Alternaria alternata using homoeopathic
medicine.Bionano frontier. 3(2): 330-331
Dewi , I.K. 2015. Efektivitas pemberian blotong kering terhadap pertumbuhan
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) Pada media Serbuk Kayu. Skripsi.
Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Solo.
Effendi, Baehaki S. 2019. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi
Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural
Practices).Pengembangan Inovasi Pertania. 2(1):65-78

41
Gendroyono, H. 2016. Perlindungan Tanaman. Kalimantan Timur: Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Hadi, dkk. 2018. Biologi insekta ENTOMOLOGI. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamkah dan Abddul Fattah. 2015. Tingkat Serangan Hama Utama Padi Pada Dua
Musim Yang Berbeda di Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
Handajani, N.S. dan Setyaningsih, R. 2016. Identifikasi Jamur dan Deteksi
Aflatoksin B 1 terhadap Petis Udang Komersial. BIODEVERSITAS.
7(3):212–215.
Hansamunahito, 2016. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara:
Jakarta.
Harianto, 2014. Pengenalan dan Pengendalian Hama-penyakit Tanaman Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao:Jember.

Harni, R. 2014. Resistensi Tanaman Terhadap Nematoda Parasit. Jurnal Penelitian,


2 (3): 171-178
Hartati, 2018. Laporan Praktikum Zoologi Arachnida dan Myriapoda.
http://biologi-staincrb.web.id. Diakses pada tanggal 8 November 2014.
Ima. 2012. ” Jenis Mikroorganisme sumber Kontaminasi Kultur In Vitro DiSub-
Lab. Biologi Laboratorium Mipa Pusat Uns”.Biodiferitas. 2 (1) : 21-23.
Jackson RW (editor). (2012). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and
Molecular Biology. Caister Academic Press.
Jumar. 2016. Entomologi Pertanian. Rineka cipta. Jakarta
Lucas. 2014. Mikroba dan Bakteri. Kartika. Surabaya : Erlangga
Martoredjo Toekidjo. 2012. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia :Jakarta
Munif, A., Kristiana. 2012. Hubungan Bakteri Endofit dan Nematoda Parasit
Penyebab Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Provinsi Bangka
Belitung. Jurnal Pertanian Indonesia. 3.(1) : 71-78.
Nasamsir. 2014. Pengaruh jamur pada patogen tanaman. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
Pracaya. 2012 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik.
Kanisius. Yogyakarta. 308 hal

42
Pranata R. I. 2015, Pengantar Ilmu Hama Gudang BIOTROP. BIOTROP Tropical
Pest Biology: Bogor
Pratiwi. 2012. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.Sodik. 1990. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. Jakarta: PT. Grammedia.
Rahmawati. 2012. Hama dan penyakit tanaman. Pustaka baru press: Yogyakarta.
Rianawaty. 2012. Biology 2 for Junior High School Year VIII. Jakarta :Dispenbud
Rioardi, 2014. Ordo-Ordo Serangga. http://
Rioardi.wordpress.com/2009/01/21/ordo-ordo serangga.Diakses pada
tanggal 8 November 2014.
Riyanto F. 2015. Pembibitan jamur tiram (Pleurotus astreatus) Di Balai
Pengembangan Dan Promosi Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPPTPH)
Ngipiksari Sleman, Yogyakarta. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Sagita, L., B. Siswanto., K. Hairiah. 2014. Studi Keragaman dan Kerapatan
Nematoda pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Sub Das
Konto.Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1 (1) : 51-60
Sastrahidayat. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Safika, Jamin, P., dan Aisyah, S. 2014. Deteksi Aflatoksin B1 pada jenis makanan
olahan jagung menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay
(ELISA). Jurnal Medika Veterinaria. 9(1) : 23-25
Sani sembiring,abdul. 2013. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit dan Hama Tanaman
Padi. Pelita informasi budi dharma (3) 2 : 65–78.
Semangun, H. 2012. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press.
S. Sutarman. 2017. Dasar-dasar ilmu penyakit tanaman. UMSIDA Press, Sidoarjo.
Sodik. 2015. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Grammedia
Suarnadwipa, N. dan W, H. 2012. Pengeringan jamur dengan dehumidifier. Jurnal
Teknik Mesin CAKRAM. 2 (1) : 30–33.
Suriawira. 2005. Mikrobiologi Bakteri. Jurnal sains. 3 (4) : 8-12.
Syafurrisal, A. 2014. Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang Komersial Dengan
Penambahan Volume Air Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Dan

43
Kandungan Protein Kasar. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Airlangga. Surabaya.
Syarief, R. dan H. Halid. 2016. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arean: Jakarta.
Taufik M,. Hidayat SH, Sujiprihati S, Suastika G, Mandang SM. 2013. Ketahanan
Beberapa Varietas Cabai Terhadap Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal
mottle virus. Jurnal Hama dan Penyakit Tropika 7 (2): 130 - 139.
Tjahjadi, 2014.Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta
Wanmustafa. 2013. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase Oleh Gliomastix Sp. T3-
7 Pada Bakteri. Jurnal Sains Dan Semi Pomits. 2 (1) : 1-5.
Wulandari, F., Rostiny, & Soekobagiono. (2012). Pengaruh lama perendaman resin
akrilik heat cured dalam eugenol minyak kayu manis terhadap kekuatan
transversa. Journal of Prosthodontics, 3 (1) : 1-5.

44
LAMPIRAN

GAMBAR KETERANGAN

Penyakit busuk lunak pada tanaman


buah naga

Busuk lunak pada wortel

Bercak daun mentimun

45
GAMBAR KETERANGAN

Hawar daun padi

Hawar daun pada buncis

Tanaman layu pada daun cabai

46
GAMBAR KETERANGAN

Penyakit blas pada padi

Hawar bakteri pada tanaman singkong

Bulai pada jagung

47
Antraknosa pada pisang

Hawar pelepah pada padi

Antraknosa

48
Virus Gemini

Chilli leaf curl virus

Penyakit batik pada kakao

49
Gambar Keterangan

Penyakit mosaik

Psorosis pada jeruk

Penyakit mosaic pada singkong

50
Penyakit mosaik

Nematoda pada akar tomat

Gejala serangan hama

51
Gejala serangan hama

Gejala serangan hama

Gejala serangan hama

Gejala serangan hama

52
Gejala serangan hama

Gejala serangan hama

Ordo penting serangga

53
Pestisida

Pestisida

54

Anda mungkin juga menyukai