Anda di halaman 1dari 31

Gulma – Gulma IAS (Invasive Alien Species)

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi produksi tanaman III

(ilmu gulma)

Disusun oleh,

Kelas E kelompok 6:

1. Faradina Istiqomah (150510190026)


2. Ahmad Syahid (150510190030)
3. Isabela Anjani (150510190044)
4. Aisyah Bunga Rania (150510190147)
5. Nisa Rosyidah (150510190207)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN KAMPUS JATINANGOR

2020
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gulma – Gulma invasive
Aliens Spesies” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Perlindungan Tanaman III (Ilmu Gulma ). Selain itu, kami juga mengharapkan dengan
adanya penulisan ini dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai contoh contoh
gulma invasive aliens species.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari adanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah yang kami buat.

Jatinangor, 25 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 2
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
1. Cuscuta japonica ........................................................................................................................ 3
2. Harendong Bulu ( Clidemia hirta L.) ......................................................................................... 6
3. Chromolaena odorata L (kirinyu) ........................................................................................... 10
4. Putri Malu(Mimosa pudica L).................................................................................................. 15
5. Mikania Micrantha .................................................................................................................. 22
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................... 26
Kesimpulan ....................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 27

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan pengganggu yang disebut gulma, merupakan bagian integral dari suatu
sistem pertanian (lingkungan), akan tetapi gulma menjadi salah satu kendala biologis utama
(faktor pembatas) dalam proses produksi untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan
potensi hasil tanaman. Oleh karena itu, masalah gulma dalam sistem produksi pada budi daya
pertanian tidak dapat diabaikan begitu saja melainkan perlu mendapat perhatian karena gulma
dapat merugikan. Perlu dicatat, selama manusia masih memerlukan pangan maka
pembangunan pertanian berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan. Konsekuensinya,
masalah gulma juga akan terus menjadi permasalahan pada budi daya pertanian yang perlu
mendapat perhatian terutama bagi petani.
Tumbuhan pengganggu didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh tidak pada
tempatnya, tumbuhan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan yang dapat merugikan karena
tumbuhan ini akan menjadi saingan utama bagi tanaman yang dibudidayakan (tan am an
pokok). Tumbuhan pengganggu juga dapat menjadi inang bagi hama tertentu (serangga) dan
penyakit yang dapat merusak dan merugikan tanaman. Pada kondisi tertentu tumbuhan
pengganggu juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dan pada kondisi
yang ekstrim gulma dapat menjadi racun bagi konsumen.
Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan
sejumlah besar biji dalam waktu singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar. Beberapa gulma
akan terus menebarkan bijinya walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma
kebun biasa, bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos
jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan. Salah satu gulma yang juga banyak didapatkan
disekitar hijaun makanan ternak yaitu putri malu.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana identifikasi dan morfologi gulma invasive?
2. Bagaimana dampak gulma invasife terhadap ekonomi, ekologis dan manusia?
3. Bagaimana bentuk penyebaran serta pengendalian gulma invasive?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengenai identifikasi dan morfologi gulma invasife.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis gulma invasive dan mengetahui dampak terhadap ekonomi,
ekologi dan manusia.
3. Untuk mengetahui model penyebaran dan teknik pembasmian atau pengendalian gulma
invasife

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma menyaingi tanaman terutama
dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam
memperoleh hara. Gulma dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium
hingga tiga kali daya serap tanaman. Pemupukan merangsang pertumbuhan gulma sehingga
meningkatkan daya saingnya. Nitrogen merupakan hara utama yang menjadi kurang tersedia
bagi tanaman karena persaingan dengan gulma. Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah
diketahui melalui warna daun yang pucat. Gulma merupakan tanaman pengganggu tanaman budi
daya. Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma ini
tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun secara keseluruhan kerugian yang
ditimbulkan terbilang sangat besar. Gulma ini dapat mampu berkompetisi kuat dengan tanaman
budi daya untuk memenuhi kebutuhan unsure hara, air, sinar matahari, udara dan ruang tumbuh.

IAS (Invasive Alien Species) adalah spesies yang diintroduksi baik secara sengaja
maupun tidak disengaja dari luar habitat alaminya, bisa pada tingkat spesies, subspesies, varietas
dan bangsa, meliputi organisme utuh, bagian-bagian tubuh, gamet, benih, telur maupun propagul
yang mampu hidup dan bereproduksi pada habitat barunya, yang kemudian menjadi ancaman
bagi biodiversitas, ekosistem, pertanian, sosial ekonomi maupun kesehatan manusia, pada tingkat
ekosistem, individu maupun genetik. Spesies asli adalah spesies yang telah menjadi bagian suatu
ekosistem secara alamimengalami proses adaptasi yang telah berlangsung lama. Spesies
asing/alien adalah spesies yang dibawa/terbawa masuk ke suatu ekosistem secara tidak alami.
Spesies invasif adalah spesies, baik spesies asli maupun bukan, yang secara luas mempengaruhi
habitatnya, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, atau menbahayakan
manusia. Spesies asing tidak selalu invasif, spesies invasif belum tentu berasal dari luar/asing.
IAS merupakan kombinasi dari spesies asing dan spesies invasive.Penyebaran spesies asing
invasif ini disadari sebagai salah satu ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati dan
penghidupan masyarakat secara umum. Dampak spesies asing yang bersifat invasif ini mampu
merubah struktur dan komposisi spesies dalam ekosistem alami. Spesies lokal tidak mampu
bersaing dan terancam kepunahan. Sifat invasif belum tentu muncul dihabitat baru, namun bukan
berarti aman, bisa jadi karena jumlah yang dimasukkan belum cukup untuk menjadi invasif.
sebagai kewaspadaan dini, karantina perlu mengawasi pemasukan jenis asing, karena kita tak
pernah tahu kapan dan dalam kondisi apa spesies asing tersebut akan menjadi invasif. Selama
jutaan tahun hambatan alam berupa lautan, pegunungan, sungai dan gurun menjadi isolasi alam
yang berfungsi sebagai penghalang pergerakan alami makhluk hidup dalam sistem ekologi.
Isolasi tersebut membentuk keragaman khas dan unik pada suatu kawasan ekosistem alami.
Isolasi alam yang mampu membatasi pergerakan spesies tersebut kini tidak efektif. Globalisasi
dalam bentuk peningkatan arus perdagangan dan transportasi lintas negara membuat suatu
spesies bisa berpindah melintasi jarak yang jauh dan masuk ke habitat baru sebagai spesies asing.

2
BAB III PEMBAHASAN

1. Cuscuta japonica

Cuscuta japonica merupakan tanaman tahunan, parasitik pada tanaman merambat yang telah
terintroduksi di Amerika Serikat. Tanaman Cuscuta japonica berasal asli dari Asia dan baru ini
beberapa serangan ditemukan di texas. Tanaman ini mengancam vegetasi asli dengan membunuh
bibit inang atau dengan membuat pohon inang lebih rentan terhadap penyakit.

Karakteristik

- Nama Ilmiah: Cuscuta japonica


- Nama Umum : Japanese Dodder
- Nama Daerah : tali putri
- Golongan :
- Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Eudikotil
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Cuscuta
Spesies : Cuscuta japonica

 Deskripsi morfologi

Batangnya berdaging, membulat, kuning pucat dengan bintik-intik merah dan


goresangoresan serta memiliki banyak cabang. Daun sangat kecil dan menyerupai sisik. Bunga
melimpah, berwarna kuning pucat dan tidak bertangkai. C. japonica merupakan tali putri parasit

3
dengan sulur kekuningan dengan diameter 1-2 mm, hampir tanpa klorofil, banyak memiliki
cabang. Tanaman merambat berlawanan arah jarum jam melilit batang dan daun inang. Tidak
memiliki daun. Perbungaan berupa kuncup longgar dengan panjang 3 cm, bunga subsessile 5-
10, yang masing-masing didukung oleh bract bulat telur atau bracteoles. Kelopak berbentuk
cangkir berukuran sekitar 2 mm, dan terpecah. Sepal berwarna keputihan, tidak berwarna atau
terkadang keunguan, hampir bundar, sub-equal, dan tuberculate pada sisi bawah. Corolla putih,
lonceng/tubular, pangan 3-7 mm dengan 5 lobus dangkal tegak atau deflexed, bulat telur-
segitiga, dan jauh lebih pendek dari tabung. Benang sari dimasukkan pada toraks, kepala sari
kuning pada filamen yang sangat pendek atau tidak ada filamen. Scales lonjong, fimbriate, dan
panjangnya setengah tabung. Ovarium bulat dan halus. Single style adalah sama dengan
ovarium, dengan dua stigma, jauh lebih pendek dari style. Kapsul matang berbentuk bulat telur
sekitar 5 mm. Biji coklat, 2-2,5 mm, 1-3 per kapsul.

 Asal tanaman

Cuscuta japonica merupakan tanaman asli dari wilayah Asia. Tanaman ini tersebar luas dari
Afrika sampai Asia, Cina Tengah dan Selatan, Jepang, sampai Asia Tenggara dan Australia
Utara. Baru-baru ini ditemukan serangan Cuscuta japonica pada daerah Texas, Florida, dan
Carolina Selatan. Tali Putri tumbuh terutama di pantai dan daerah-daerah yang langsung berada
di belakang pantai, sering membentuk selimut tebal di balik belukar. Kadang-kadang, varietas ini
dijumpai di darat, tetapi tidak lebih dari ketinggian diatas 600 m dpl. dan dijumpai baik pada
daerah-daerah lembab dan kering. Umumnya terdapat pada tinggi 5-500 m dari permukaan air
laut.

 Dampak ekonomi

Di awal kehadirannya bersimbiosis dengan tumbuhan inang, tali putri hanya membelit,
melilit, dan kemudian sedikit mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Kebutuhan
nutrisi, air, dan mineral untuk melanjutkan kehidupannya ia gantungkan pada tumbuhan inang.
Namun, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya, tali putri tak hanya “sedikit
menghisap” nutrisi sang inang. Ia juga akan bersaing memperebutkan ruang dan jatah cahaya
matahari. Yang semula hanya melilitkan sulurnya pada bagian batang bawah tumbuhan inang,
secara perlahan ia akan bergerak naik dan secara bergerombol “hinggap” dan menutupi
tumbuhan inang. Akibat “perbuatan” tali putri, tak sedikit tumbuhan yang menjadi inangnya
hidup meranggas. Sebagian lainnya malah mengering, lalu mati. Jika kebetulan tumbuhan yang
dijadikan inang tali putri termasuk tanaman komoditas penting yang diusahakan petani, seperti
tomat, kehadiran tali putri sangatlah merugikan. Produktivitas bisa turun dan petani akan
mengalami kerugian ekonomi yang cukup berarti.

4
 Dampak ekologi

Penyebaran secara vegetatif dapat terjadi melalui pertumbuhan luas batang yang dapat
mencapai hingga 5 meter hanya dalam kurun waktu 2 bulan. Regenerasi juga dapat terjadi dari
potongan-potongan atau patahan batang yang terlepas atau didistribusikan secara sengaja dan
tidak sengaja oleh manusia, hewan, atau peralatan mesin. Ketika kontak langsung terjadi antara
Cuscuta dengan tumbuhan inang, Cuscuta menjadi penyerap yang kuat untuk metabolit sehingga
menyebabkan pengurasan yang parah pada sumber daya inang. Spesies Cuscuta memang
mengandung klorofil fungsional tetapi dengan jumlah kloroplas yang sangat rendah dan daya
fotosintesisnya hanya 1-2 % dari tanaman hijau normal lainnya. Oleh karena itu Cuscuta hampir
sepenuhnya bergantung pada inang untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Efek yang
sangat merusak dari keberadaan Cuscuta japonica pada inangnya sama halnya dengan jenis
gulma lain seperti Mikania micrantha di Cina. Kedua gulma ini sangat menjadi perhatian para
ahli tumbuhan dan ahli ekologi karena keberadaannya sangat invasif dan dapat menyebabkan
degradasi habitat sehingga dapat mengurangi jumlah kenaekaragaman hayati.

 Dampak manusia

Dampak yang ditimbulkan oleh cuscuta japonica terhadap manusia yaitu menyulitkan
pekerjaan pada lahan penanaman. Hal ini terjadi karena bentuk dari tanaman yang kecil seperti
benang bergerombol dan cenderung menyambung antar helainya. Selain itu , karena
pertumbuhannya yang cepat makan pembasmian tanaman ini harus dilakukan dengan segera. Hal
ini akan menyulitkan manusia jika pembasmian tidak dilakukan secara tepat waktu karena
pertumbuhan tanaman cucusta japonica yang cepat. Namun selain itu tanaman cucusta juga dapat
menjadi obat untuk beberapa penyakit manusia yaitu penyakit borok dan batuk berdarah.

 Pengendalian

Parasit taliputri dapat dibasmi dengan jalan memangkas tumbuhan inang dari permukaan
tanah, tetapi dapat juga membasminya dengan menyemprot menggunakan herbisida. Jika parasit
belum menghasilkan biji-biji maka pembasmian dengan jalan pemangkasan masih
dimungkinkan. Tetapi apabila parasit sudah berada pada fase generatif dan menghasilkan biji-biji
yang masak maka pemberantasan dengan jalan pemangkasan tidak lagi efektif, karena biji-biji
parasit sudah tersebar siap berkecambah dan bertumbuh untuk memparasiti tanaman yang sehat.
Dalam hal demikian pemberantasan hanya bisa efektif bila dilakukan dengan jalan pembakaran
ataupun penggunaan herbisida. Beberapa peneliti melaporkan bahwa insek dapat membasmi
parasit taliputri. Disamping itu juga ada beberapa organisme lain yang dilaporkan menyerang
parasit taliputri, tetapi pengaruh pengrusakannya cenderung lamban dan tidak menyeluruh.
parasit taliputri tidak menyerang beberapajenis rerumputan, jagung, maupun tanaman serealia
yang lain, maka jenis-jenis tersebut dapat ditanam sebagai bagian dari tanaman rotasi pada suatu
areal yang terkontaminasi oleh parasit taliputri. Tanpa inang yang cocok untuk diparasiti maka

5
taliputri hanya akan mampu berkecambah, namun kemudian tidak akan dapat melanjutkan
hidupnya. beberapa herbisida yang mampu memberantas parasit taliputri secara lebih selektif.
DCPA, H-26905 [O-ethyl-O-(3-methyl-6-nitiophenylN-sec-butylphosphorothioamidate)], dan
glyphosate (N-phosphonomethylglycine) adalah jenis-jenis herbisida yang mampu memberantas
parasit taliputri yang menyerang kacang-kacangan secara selektif. Diantara ketiga jenis herbisida
tersebut diatas maka glyphosate merupakan herbisida yang paling banyak dipilih karena
digunakan dalam dosis yang rendah, yaitu 75 - 150 gr. per hektar. Dibandingkan penggunaan
dengan herbisida jenis lain maka penggunaan glyphosate dapat menghemat biaya antara $ 5
sampai $ 10 per hektar. Pada studi awal yang dilakukan Nagar and Sanwal (1984)
mengindikasikan bahwa serangan parasit taliputri dapat dihentikan melalui penyemprotan
dengan larutan 0,1 M garam CaC12 selama 5 minggu.

2. Harendong Bulu ( Clidemia hirta L.)

Harendong bulu (Clidemia hirta) tercatat dalam 100 spesies asing paling invasif di dunia
(ISSG, 2005).Clidemia hirtamerupakan flora invasif yang sangat berpengaruh di komunitasnya.
Clidemia hirtaadalah tumbuhan gulma dan invasif yang banyak tumbuh di lahan pertanian, lahan
bekas tebangan dan merupakan spesies pionir yang agresif karena kemampuan bijinya
berkecambah cepat, yang menginvasi tempat-tempat terbuka, tanah longsor, tepi jalan, jalan
setapak, ladang bekas tebangan dan rumpang di hutan serta dapat cepat tumbuh dan toleran
terhadap naungan. Tingkat kehadiran Clidemi hirta tinggi, hampir ditemukan pada semua plot
sehingga mendominasi dan memiliki pengaruh di komunitasnya.

 Karakteristik (Identifikasi dan Morfologi)


Nama Ilmiah : Clidemia hirta L.
Nama Umum : Harendong bulu,
Nama Daerah :Harendong bulu (Sunda), Senduduk bulu (Sumatera)
Golongan : Herbaceous (gulma berdaun lebar)

6
Klasifikasi Ilmiah Gulma Invansif Harendong bulu (Clidemia hirta L.)
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas : Dicotyledoneae
- Ordo : Myrtales
- Famili : Melastomataceae
- Genus : Clidemia
- Spesies : Clidemia hirta L.

 Deskripsi Morfologi Gulma Harendong Bulu

Habitus : perdu, yang tegak dan naik dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Batang : berkayu,
bulat,berbulu rapat atau bersisik, percabangan simpodial, coklat. Daun : Tunggal, bulat telur,
panjang 2 – 20 m, lebar 1 – 8 cm, berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berbulu,
hijau. (Sukman Y dan Yakup, 2002). Bunga : Majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian
ujung pendek dari pangkal, ujung meruncing, daun pelindung bersisik, ungu kemerahan, benang
sari delapan sampai dua belas, panjang 3 cm, merah muda, putik satu, kepala putik berbintik
hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima, bulat telur, ungu dan putih. Buah
:Buni, bulat telur, ungu. Biji :kecil, ungu. Akar : Tunggang, coklat. (Sutidjo, 1974). Distribusi /
penyebaran : Terdapat diseluruh Indonesia, terutama di pinggir-pinggir hutan, semak belukar dan
tepi jurang. Habitat : Tumbuh di dataran rendah hingga kurang lebih 1.500 m dpl. (Sutidjo,
1974).Cildemia hirta merupakan gulma tahunan, gulma yang tangguh dengan perakarannya yang
kuat dan batangnya yang keras. Tumbuhan ini sering dijumpai di tepi hutan, semak belukar, di
tepi jurang, daerah terbuka dan terganggu seperti pinggir jalan, pang rumput dan perkebunan.
Berdasarkan nilai SDR, gulma Cildemia hirta merupakan jenis gulma dominan pada areal
pertanaman pala, gulma ini ditemui pada stadium tanaman belum menghasilkan dan stadium
tanaman menghasilkan, tetapi nilai SDR tertinggi yaitu pada stadium tanaman belum
menghasilkan (8,29 %) di bandingkan dengan tanaman menghasilkan (11,45 %). Hal ini
mengindikasikan bahwa gulma Cildemia hirta mampu tumbuh dan menyebar pada kondisi
ternaungi dengan tingkat kelembaban tanah yang tinggi maupun kondisi terbuka dengan tingkat
kelembaban tanah yang rendah. Gulma Cildemia hirta ini lebih banyak ditemukan pada stadium
tanaman menghasilkan karena pada stadium tanaman menghasilkan ini tajuk tanaman lebat,
sehingga sinar matahari yang mengenai permukaan tanah sedikit menyebabkan kelembaban
tanah tinggi yaitu 56,7 dan intensitas cahaya sangat mendukung, sehingga gulma Cildemia hirta
ini dapat tumbuh dengan cepat dan mendominasi areal pertanaman pala.

 Dampak Adanya Gulma Harendong Bulu Dari Segi Ekonomi


Gulma sangat merugikan bagi tanaman budidaya, karena gulma dapat menurunkan hasil
panen. Di samping itu, gulma dapat mengeluarkan zat allelopati yang mengakibatkan sakit
atau matinya tanaman budidaya (Sembodo, 2010). Dampak dari segi ekonominya ada secara
langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung:

7
- Bertambahnya biaya untuk pengendalian gulma.Clidemia hirta
- GulmaClidemia hirta yang tumbuh bisa mengurangi efisiensi sistem irigasi dan
menimbulkan pemborosan air akibat proses penguapan yang berlebih.
- GulmaClidemia hirta tertentu dapat mengeluarkan senyawa kimiawi yang bersifat
racun bagi tanaman sehingga merusak pertumbuhannya

Secara tidak langsung:


- Dapat mengurangi produktivitas tumbuhan bernilai ekonomi tinggi. Gulma Clidemia
hirtamenjadi salah satu masalah yang terjadi pada budidaya tanaman kelapa sawit
adalah adanya yang dapat menyebabkan menurunkan produksi kelapa sawit dan
menimbulkan kerugian pada perkebunan kelapa sawit.
- Kehilangan produkstivitas manusia karena waktu dan sumber daya dialokasikanuntuk
pengendalian spesies invasif, seperti pembersihan waduk.
- Menyebar sepanjang jalan setapak dan pinggiran jalan, meningkatkan biaya
pemeliharaan dan menurunkan nilai estetika, edukasi dan rekreasional dari kawasan.
Bahkan di Australia, memasukkan tanaman ini dapat dikenakan denda AU$60.000

 Dampak Adanya Gulma Harendong Bulu Dari Segi Ekologi


Kondisi suatu lingkungan yang sudah terbuka mengakibatkan spesies asing mudah untuk
tumbuh, terutama jenis tumbuhan invasif. Tumbuhan invasif merupakan spesies yang
mengintroduksi ke dalam ekosistem lain. Spesies invasif menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati melalui kepunahan spesies dan dampaknya terhadap fungsi
ekosistem. Pengaruh adanya jenis-jenis asing invasif terhadap suatu ekosistem sangat besar,
membahayakan dan biasanya berjalan terus menerus. Jenis-jenis tersebut dapat merusak
jenis-jenis asli dan ekosistem dalam skala global, sehingga menyebabkan terjadinya
degradasi dan hilangnya suatu habitat (Sunaryo & Girmansyah 2015). Clidemia hirta
merupakan tumbuhan asing invasif yang menimbulkan masalah besar terhadap
keanekaragaman hayati di Comoros Archipelago dan Réunion serta sebagai tumbuhan asing
invasif penting di Mauritius dan Seychelles (ISSG 2005).Berkembang pesatnya tumbuhan
invasif akan mengakibatkan tumbuhan invasif mendominasi di lingkungan tersebut
mengakibatkan terjadi perebutan unsur hara dan zat-zat mineral dengan tumbuhan asli di
lingkungan tersebut.Clidemia hirta merupakan tumbuhan asing invasif yang mendominasi
atau memiliki nilai INP terbesar di kawasan Hutan Kenali, Jambi dengan nilai 141,83%
(Susanti et al. 2013) dan di kawasan Cagar Alam Lembah Harau, tumbuhan ini juga
merupakan tumbuhan invasif yang dominan (Wahyuni et al. 2015).
 Dampak Adanya Gulma Harendong Bulu Bagi Manusia
Selain ancaman terhadap keanekaragaman, C. hirta dibenci di Hawai’i karena
pertumbuhannya yang cepat. Bagi para petani pekerjaan mereka menjadi terganggu dan tidak
lancar akibat gulmaC. hirta. Gangguan terhadap tanah menjadi elemen kunci berkembangnya
populasi C. hirta. Gangguan ini dapat berasal dari kebakaran hutan, longsor, badai maupun

8
bentuk lain termasuk perilaku babi hutan yang sering membongkar tanah untuk mencari
makanan. Selain dampak negatifnya, ada juga manfaat dari gulma ini, yaitu:
- Sebagai pencuci luka bernanah. Caranya : Ambil beberapa lembar daun, kemudian
diremas-remas dan disap-usapkan sambil mandi atau dicuci pada luka. Ulangi
beberapa kali dalam seminggu.
- Bisa menghentikan pendarahan pada luka sayat
- Daun ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan lendir ikan saat membersihkan
atau penghilang rasa pahit pada daun pepaya atau pepaya muda sebelum dimakan.
- Cara membuat sabun saat dihutan dan dikebun bisa menggunakan tumbuhan
ini.Caranya ambillah segenggam daunnya. Kemudian daun tersebut diremas-remas
sampai mengeluarkan buih / busa dan hasil dari remasan dapat digunakan sebagai
sabun alami dan shampoo.
- Untuk mengatasi gigitan lintah dan menghentikan pendarahannya. dll.
 Asal Gulma
Harendong bulu berasal dari Amerika Utara (Meksiko) dan Amerika Selatan (daerah
tropis dan karibia). Harendong bulu telah diperkenalkan secara luas di Asia Selatan dan
Afrika Timur, dan terjadi di dua daerah terpencil di Australia. Itu diperkenalkan ke Hawaii
pada 1940-an, pada tahun 1978 itu telah menyebar ke lebih dari 90.000 acre (360 km²) tanah
di Oahu . Pada tahun 1972, kutukan Koster pertama kali terlihat di Pulau Besar . Di Sri
Lanka itu cukup invasif di zona basah dan hutan pedalaman, terutama menyerang celah di
hutan, mencegah spesies asli lainnya muncul. Spesies ini tumbuh dengan sukses di iklim
tropis yang lembab dan biasanya menyerang habitat yang terganggu dan tidak terusik. Ini
merupakan gulma potensial dari padang rumput yang lebih basah, padang rumput terbuka,
perkebunan, tepi jalan, hutan terbuka yang lebih basah, zona riparian (tepi sungai), tepi hutan
dan hutan hujan.
 Pengendalian Gulma Invansive Harendong Bulu
Untuk mencegah gulma keluar dari suatu area, tujuan utama pengelolaan harus untuk
meminimalkan dan mencegah gangguan. Mencabut tanaman secara manual dari tanah yang
dilengkapi dengan aplikasi herbisida adalah metode pengendalian yang efektif namun
bersifat sementara. Spesies thrips Liothrips urichi dari Trinidad digunakan untuk
mengendalikan C. hirta secara biologis; ini pertama kali digunakan di Fiji pada tahun 1930
(Simmonds, 1933). Pengendalian populasi babi liar ( Sus scrofa ) telah banyak disarankan
sebagai cara yang efektif untuk mengurangi penyebaran C. hirta , karena gangguan darat
oleh mamalia eksotik ini sangat terkait dengan keberhasilan pembentukan C. hirta , serta
sejumlah tanaman invasif lainnya seperti Morella faya. Meskipun domba terbukti dapat
mengendalikan sebagian besar gulma di perkebunan, mereka tidak akan memakan C. hirta
(Francis, 2004). Menurut Mune dan Parham (1967), tidak ada pengendalian kimiawi yang
efektif untuk C. hirta . Namun, Teoh et al. (1982) melaporkan bahwa C. hirta dapat mati
karena penggunaan triclopyr. Norman dan Trujillo (1995) telah menemukan bahwa

9
mycoherbicide mengandung Colletotrichum gloeosporioides f.sp. clidemiae sebagai bahan
aktif efektif melawan C. hirta .

3. Chromolaena odorata L (kirinyu)

Kirinyu (Chromolaena odorata) adalah gulma berbentuk semak berkayu yang dapat
berkembang cepat sehingga sulit dikendalikan. Tumbuhan ini merupakan gulma padang rumput
yang sangat merugikan karena dapat mengurangi daya tampung padang penggembalaan. Selain
sebagai pesaing agresif, kirinyu diduga memiliki efek allelopati serta menyebabkan keracunan
bahkan kematian pada ternak Menurut FAO (2006), menurut Abdullah (2013) kirinyuh sangat
merugikan karena dapat mengurangi kapasitas tampung padang penggembalaan, dapat
menyebabkan keracunan, bahkan mungkin sekali kematian ternak, menimbulkan persaingan
dengan rumput pakan, sehingga mengurangi produktivitas padang rumput, dan dapat
menimbulkan bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau. Ki rinyuh dapat tumbuh pada
ketinggian 1000 – 2800 m dpl, tetapi di Indonesia banyak ditemukan di dataran rendah (0 – 500
m dpl) seperti di perkebunan-perkebunan karet dan kelapa serta di padang-padang
penggembalaan.

 Klasifikasi
- Kingdom : Plantae
- Super Divisi : Spermatophyta
- Phylum : Magnoliophyta
- Kelas : Magnoliopsida
- Sub Kelas : Asteridae

10
- Ordo : Asterales
- Famili : Asteraceae
- Genus : Chromolaena
- Spesies : Chromolaena odorata L. King & H.E. Robins.

Nama daerah: kirinyuh(sunda)

 Asal & penyebaran tanaman

Menurut VANDERWOUDE et al. (2005), Ki rinyuh berasal dari Amerika Tengah, tetapi kini
telah tersebar di daerah-daerah tropis dan subtropics Penyebaran Tumbuhan ini dianggap gulma
yang serius di banyak Negara Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara, dapat tumbuh dengan
cepat dan membentuk infestasi yang dapat mempengaruhi pertanian, pertanian, padang rumput
dan 12 keanekaragaman hayati lainnya, sebagai gulma yang mengganggu fungsi ekosistem alam
(Breeÿen et al, 2006 dalam Vaisakh, 2012). Tumbuhan ini sangat cepat tumbuh dan berkembang
biak. Karena cepatnya perkembangbiakan dan pertumbuhannya, gulma ini cepat juga
membentuk komunitas yang rapat sehingga dapat menghalangi tumbuhnya tumbuhan lain
melalui persaingan (FAO, 2006).

 Morfologi tanaman

Ki rinyuh termasuk keluarga Asteraceae/ Compositae. Daunnya berbentuk oval, bagian


bawah lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6 – 10 cm dan lebarnya 3 – 6
cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap-hadapan. Karangan
bunga terletak di ujung cabang (terminal). Setiap karangan terdiri atas 20 – 35 bunga. Warna
bunga selagi muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat. Pangkal agak membulat dan ujung
tumpul, tepinya bergerigi, mempunyai tulang daun tiga sampai lima, permukaannya berbulu
pendek dan kaku. dan bila diremas terasa bau yang sangat menyengat, percabangan berhadapan,
berbunga majemuk yang terlihat berwarna putih kotor. Selain itu gulma ini mampu
menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena adanya rambut
palpus. Berkembang biak secara biji dan stek batang (Thamrin dkk, 2007). Ki rinyuh berbunga
pada musim kemarau, perbungaannya serentak selama 3 – 4 minggu (PRAWIRADIPUTRA,
1985). Pada saat biji masak, tumbuhan mengering. Pada saat itu biji pecah dan terbang terbawa
angin. Kira-kira satu bulan setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal
batang bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah sehingga dalam
waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area.
Pengamatan YADAV dan TRIPATHI (1981) menunjukkan bahwa pada komunitas yang rapat,
kepadatan tanaman bisa mencapai 36 tanaman dewasa per m2 ditambah dengan tidak kurang dari
1300 kecambah, padahal setiap tanaman dewasa masih berpotensi untuk menghasilkan tunas.
Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi area dengan sangat cepat. Hal ini didukung karena
jumlah biji yang dihasilkan oleh bunga yang sudah tua sangat melimpah. Setiap tumbuhan

11
dewasa mampu memperoduksi sekitar 80 ribu biji setiap musim. Pada saat biji pecah dan
terbawa angin, lalu jatuh ke tanah, biji tersebut dapat dengan mudah berkecambah. Dalam waktu
dua bulan saja, kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area. Kepadatan tumbuhan
biasa mencapi 36 batang tiap meter persegi, yang berpotensi menghasilkan kecambah, tunas, dan
tumbuhan dewasa berikutnya (Sugiyanto, 2013).

 Dampak terhadap ekologi

Kirinyuh merupakan gulma padang rumput keberadaan tumbuh-tumbuhan lain selain dari
pakan ternak di padang rumput, terutama di padang rumput alam, Namun apabila populasinya
sudah sangat tinggi sehingga menekan pertumbuhan dan populasi rumput pakan yang ada, maka
tumbuhan tersebut sudah berubah menjadi gulma (BINGGELI, 1997). Yang dimaksud dengan
gulma di padang rumput adalah semua jenis tumbuhan yang merugikan produktivitas ternak di
padang rumput, baik secara langsung maupun tidak langsung. Biasanya gulma padang
penggembalaan merupakan tumbuhan yang tidak palatabel, berkayu dan atau beracun. Ki rinyuh
tergolong ke dalam gulma yang beracun dan berkayu (GINTING et al., 1981) karena kandungan
nitratnya yang sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan aborsi bahkan kematian ternak.
Karena cepatnya perkembangbiakan dan pertumbuhannya, gulma ini cepat juga membentuk
komunitas yang rapat sehingga dapat menghalangi tumbuhnya tumbuhan lain melalui persaingan
(FAO, 2006).

Menurut Abdullah (2013) kirinyuh sangat merugikan karena dapat mengurangi kapasitas
tampung padang penggembalaan, menimbulkan persaingan dengan rumput pakan, sehingga
mengurangi produktivitas padang rumput, dan dapat menimbulkan bahaya kebakaran terutama
pada musim kemarau.

 Dampak terhadap ekonomi

Gulma ini merupakan pesaing agresif dan mungkin memiliki efek allelopati. Gulma ini dapat
menurunkan produktivitas pertanian dengan menginvasi lahan-lahan pertanian tanaman pangan
dan perkebunan kakao, kelapa, kelapa sawit dan tembakau yang tidak terpelihara, menyebabkan
keracunan, bahkan dapat mengakibatkan kematian bagi ternak serta menimbulkan bahaya
kebakaran terutama pada musim kemarau. Pada tahun 1994 C. odorata telah berada di
Queensland, bahkan kini digolongkan pada gulma kelas 1, yaitu gulma yang mendapat prioritas
untuk dikendalikan (Department Of Natural Resources, Mines & Water, 2006). Karantina
Australia pada tahun 2003 telah menganggarkan dana sebanyak 200 juta AUD untuk
mengendalikan berbagai hama dan gulma. Untuk C. odorata saja selama tujuh tahun sejak 1994
telah dihabiskan dana sebanyak 1,1 juta AUD. Van der Laan, 1914 cit Siapyung et al., 1992
menyatakan bahwa C. odorata meruapakan inang serangga vektor penyakit pseudomozaik pada
tanaman tembakau Deli.

12
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh Ki rinyuh terhadap subsektor peternakan ternyata
sangat tinggi. Australia yang merupakan negara peternakan telah kehilangan lebih dari 1 juta
AUD selama tujuh tahun untuk mencegah dan mengendalikan gulma ini (PHELOUNG, 2003).

 Dampak terhadap manusia

Pangkal agak membulat dan ujung tumpul, tepinya bergerigi, mempunyai tulang daun tiga
sampai lima, permukaannya berbulu pendek dan kaku. dan bila diremas terasa bau yang sangat
menyengat, yang menganggu manusia. karena pertumbuhannya yang sangat cepat, tanaman
kirinyuh ini dapat merusak tanaman budidaya, sehingga dapat merugikan para petani. Maka tak
heran, daun kirinyuh sering dibuang begitu saja.

Tetapi apabila diolah terdapat beberapa manfaat dari gulma kirinyuh ini diantaranya:

- Mengobati Luka
- Untuk penyakit diabetes
- Melancarkan peredaran darah
- Mencegah penyakit penyumbatan darah
- Mengatasi infeksi pada kulit
- Obat borok
- Obat eksim
- Meredakan bengkak
- Anti inflamasi

 Pengendalian Secara Umum kirinyuh

1. Pengendalian Secara Mekanik

Pengamatan Prawiradiputra (1985) menunjukkan bahwa pada umumnya C.


odorata dikendalikan dengan cara pemangkasan, kemudian hasil pangkasannya dibenamkan ke
dalam tanah atau dibakar. Namun, cara ini sebenarnya tidak efektif karena dalam waktu yang
singkat, biasanya dua bulan di awal musim hujan, gulma ini sudah tumbuh Pengendalian dengan
cara manual ini menurut Mcfadyen (2004) tidak efisien karena memerlukan banyak tenaga
manusia. Di Australia, gulma ini dikendalikan dengan cara pembabatan menggunakan traktor
sebagai pengganti tenaga manusia.

2. Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian ini memberikan hasil yang lebih baik daripada pemangkasan, namun apabila
tidak dilakukan dengan terus menerus gulma ini masih bisa tumbuh kembali. Jenis herbisida
yang digunakan biasanya yang mengandung bahan aktif 2,4-D (2,4-dikhloro fenoksi asam
asetat), 2,4,5-T (2,4,5-trikhloro fenoksi asam asetat), triclopyr atau picloram (4-amino-3,5,6-

13
asam trikhloropikolinik) (Tjitrosoedirdjo, 1991) atau campurannya dengan glyphosate (N-
fosfonometil glisin). Di Ghana digunakan dalapon untuk mengendalikan gulma ini (Oppong-
Anane & Francais, 2002).

3. Pengendalian Secara Biologi

Salah satu musuh alami yang telah berhasil diaplikasikan adalah lalat Procecidochares
connexa yang diintroduksi dari Argentina pada akhir tahun 1993 hingga pertengahan 1994. Cara
bekerja lalat ini yaitu semua pucuk C. odorata yang diinvasi lalat ini membentuk puru sehingga
mengurangi jumlah bunga dan menghambat pertumbuhannya (Tjitrosemito, 1996). Sementara
itu, di Indonesia pernah diteliti rumput Brachiaria brizantha untuk menekan pertumbuhan gulma
ini (Risdiono, 1975). Penggunaan rumput Brachiaria juga sudah digunakan di Cina dengan
menggunakan B. decumbens dan hasilnya cukup baik (WU & XU, 1991). Sebagaimana cara-cara
biologis pada gulma lainnya, penggunaan serangga dan rumput memberikan hasil yang baik,
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.

4. Pengendalian Hayati Menggunakan Pareuchaetes pseudoinsulata

Salah satu upaya pengendalian hayati C. odorata adalah dengan menggunakan P.


pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae) yang telah dilakukan dihampir semua
negara-negara ASEAN. Malaysia dan Thailand telah melepas serangga tersebut di areal
perkebunan kelapa sawit pada tahun 1977, sedangkan di Filipina P. pseudoinsulata dijumpai
kehadirannya pada tahun 1987 (Muniappan & Marutani, 1988). Hasil penelitian Sipayung et
al. (1991) menunjukkan bahwa P. pseudoinsulata berpotensi untuk mengendalikan C.
odorata dan tidak merusak tanaman kelapa sawit. Di Indonesia, penggunaan agens pengendali
biologi dalam pengendalian C. odorata dilakukan dengan mengintroduksi P.
pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae) dari Guam, Amerika Selatan dan pertama
kali di lepaskan pada tahun 1992. Namun P. pseudoinsulata hanya berhasil menekan populasi
gulma tersebut di Sumatera Utara, dan Riau dan telah berhasil mapan dan berkembangbiak,
sedangkan di Jawa dilaporkan tidak berhasil. Menurut Oppong-Anane & Francais (2002), di
Ghana digunakan serangga P. pseudoinsulata. Serangga ini juga sudah dicoba digunakan di
Guam dan pulau-pulau lain di Pasifik seperti Palau, Kosrae, Pohnpei dan Yap. Serangga ini
ternyata efektif mengendalikan C. odorata.

14
4. Putri Malu(Mimosa pudica L)

Putri malu atau Mimosapudica adalah perdu pendek anggota suku polong- polongan yang
mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/layu dengan sendirinya
saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama,
putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena
setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.

 Karakteristik (Identifikasi dan Morfologi)

Nama Ilmiah : Mimosa pudica L

Nama Umum : Putri malu

Nama Daerah :Sihirput, Sikerput (Batak), Padang getap (Bali), Daun kaget-
kaget(Manado), Rebah bangun (Minangkabau), Kucingan (Jawa), Rondo
kagit (Sunda), Todusan (Madura).

Golongan : Daun Lebar, Perennial

Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut, seperti:
- Makahiya(Filipina, berarti "malu")
- Morivivi (Hindia Barat)
- Nidikumba(Sinhala, berarti "tidur"
- Mate-loi (Tonga, berarti "pura-pura mati")

15
Klasifikasi Ilmiah Gulma Invasife putri malu atau Mimosa pudica L

- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Magnoliopsida
- Ordo : Fabales
- Family : Fabaceae
- Genus : Mimosa
- Spesises :Mimosa pudica L

 Deskripsi Morfologi Gulma Putri Malu.

Putri malu adalah tumbuhan perdu yang dianggap sebagai gulma bagi sebagian
orang.Tumbuhan ini mudah dijumpai di tepi jalan, halaman rumah, lapangan yang terbengkalai
danlahan pertanian.Putri malu tergolong ke dalam tumbuhan perdu berpotensi menjadi gulma,
cepat berkembangbiak, tumbuhnya memanjat atau rebah, tinggi mulai dari 0,3-1,5 meter.
Berakar serabut, tumbuhnya menyebar di permukaan dan dalam tanah hingga kedalaman 15- 60
cm.Bentuk batang bulat, memiliki rambut-rambut pendek dan berduri tajam. Batang
dapattumbuh tegak dan rebah kepermukaan tanah.Putri malu berdaun majemuk dan menyirip
kedudukannya menyirip genap ganda dua yang sempurna(Bipinnatus). Setiap sirip terdiri dari 4-
26 pasang anak daun. Helaian anak daunberbentuk memanjang sampai lanset ujung runcing,
pangkal bundar, tepi rata, permukaan atasdan bawah licin, panjang helai anak daun 6-16 mm,
lebar 1-3 mm, warnanya hijau, warna tepidaun ungu. Apabila daun tersebut disentuh, maka akan
menyungkup/melipat dan akan normalsetelah beberapa menit.Mahkota bunga seperti bulu
tersusun rapi membentuk bola dalam tandan, memiliki tangkaiyang berambut, berwarna
ungu.Putri malu mempunyai buah yang berbentuk polong dan pipih seperti garis yang
mempunyai ukuran sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuran buah-buah tumbuhan
lainnya.Biji tumbuhan putri malu sangat kecil sama halnya ukuran buahnya, biji dengan
berbentuk pipih seperti polong. Bunga yang telah terbuahi akan menjadi polong, bertangkai,
dalam satutangkai terdiri dari 3-8 polong atau lebih, berwarna hijau dan berambut-rambut
pendek,jumlah biji dalam polong 1-2 atau lebih pada jenis lainnya. Tanaman ini dapat tumbuh di
daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia dengan ketinggian1 – 1200 m di atas permukaan
laut (mdpl). Tumbuhan putri malu dapat tumbuh dimana saja dengan begitu suburnya disekitar
kita. Putrimalu dapat tumbuh secara liar dimana saja, dan tanaman ini tidak memerlukan
perawatanyang khusus misalnya seperti pemupukan atau penyiraman. Tanaman putri malu bisa
tumbuhdimana saja diatas permukaan tanah, baik diatas permukaan tanah yang lembab maupun
diataspermukaan tanah yang gersang. Tanaman putri malu biasanya tumbuh diatas tanah
yanglapang baik itu diladang, diperkebunan, diperkarangan rumah dan pada tempat yang
lainnyadisekitar kita.Perbanyakan gulma putri malu secara generatif dengan biji.

16
 Asal Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica)

Tanaman tropis Putri Malu (Mimosa pudica) masih menimbulkan pertanyaan bagi para
ilmuwan. Baru-baru ini, terungkap bahwa ia mampu membedakan antara makhluk hidup dan
benda mati.Mimosa merupakan tanaman herba abadi berukuran 30-150 cm yang berasal dari
daerah tropis Amerika Selatan, di sana ia dianggap sebagai gulma. Sementara di daerah lain di
dunia, ia ditanam sebagai tanaman hias. Mimosa mekar dari bulan Mei sampai September
dengan bunga bulat kecil berwarna ungu. Penyerbukannya biasa terjadi oleh angin ataupun
serangga.

Ciri khas tanaman ini ialah tanggapannya terhadap potensi ancaman. Apabila disentuh,
ditiup, atau dipanaskan, daunnya akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya
perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain
yang tidak ikut tersentuh.

Baru-baru ini, peneliti Australia menemukan bahwa Putri Malu mampu mendidik diri
mereka sendiri. Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Oecologia, Putri Malu “ingat”
karakteristik masing-masing kontak, dan jika dianggap bukan ancaman, ia tak akan
menghabiskan energi untuk melipat daun.Perilaku ini adalah khas hewan, mereka tidak hanya
menerima informasi, tapi mungkin menggunakannya di masa depan melalui sistem saraf.
Perilaku reaksi tanaman, dengan mempertimbangkan data historis, pertama kali dijelaskan dalam
kasus ini.Studi terbaru dilakukan oleh spesialis dari State University of New York di Albany.
Mereka mempelajari bahwa Mimosa pudica dapat membedakan musuh potensial dengan baik.
Dalam eksperimen tersebut, tanaman melepaskan aroma busuk ketika seseorang melakukan
kontak dengan akar-akarnya atau robekan tanaman dari tanah, tapi sentuhan dari kayu, kaca atau
logam tidak memicu respon tersebut. Senyawa yang dihasilkan tanaman tersebut untuk
memproduksi aroma antara lain sulfur dioksida, asam methylsulfinic, asam piruvat, asam laktat
dan thioformaldehyde.

 Dampak Adanya Gulma Invasive Putri Malu dari Segi Ekonomi,

Secara ekonomi, dampak invasi spesies asing ini sangat signifikan. Dunia pertanian
menghadapi berbagai jenis hama dan penyakit tanaman asing yang belum dikenal petani cara
penanganannya. Beberapa jenis bakteri dan patogen baru memberikan dampak serius dalam
dunia peternakan. Ekosistem air tercemar oleh berbagai gulma, bakteri dan virus yang mampu
mendegradasi produksi perikanan. Pada akhirnya semuanya berujung pada peningkatan biaya
untuk mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit baru tersebut.

Di berbagai negara maju prinsip kehati-hatian terhadap dampak spesies asing invasif ini
diwujudkan dalam perangkat peraturan secara ketat. Sebagai contoh di Amerika Serikat

17
menerapkan Bioterorism Act karena persebaran spesies asing invasif telah diangkat menjadi isu
nasional yang menggangu tidak hanya ekonomi dan ekologi, namun keamanan suatu negara.

Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma invasife putri malu dari segi ekionomi dapat
dibedakan atas dampak secara langsung dan dampak secara tidak langsung.

Dampak ekonomi gulma invasive putri malu secara langsung diantaranya :

a. Keberadaan gulma putri malu pada lahan persawahan dapat menjadikan tanaman padi
gulma putri malu mengalami persaingan unsur hara yang berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan tanaman padi.
b. Adanya gulma putri malu dapat merusak produk hasil pertanian itu.
c. Adanya peraturan yang melarang produk impor yang terkontaminasi oleh spesies invasif.
d. Bertambahnya biaya untuk pengendalian gulma karena tidak mudah mengendalikan
gulma putri malu dengan cara manual, sehingga penggunaan herbisisda dalam jumlah
yang besar pada ruang lingkup lahan yang besar juga dapat menambah biaya
pengendalian.

Dampak ekonomi gulma invasive putri malu secara tidak langsung diantaranya:

a. Kehilangan produktivitas manusia karena waktu dan sumber daya dialokasikan untuk
pengendalian spesies invasive untuk gulma putri malu.
b. Dapat mendegradasi servis ekosistem yaitu penurunan kebutuhan hara akibat dari adanya
gulma.
c. Dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur karena perubahan ekosistem karena apabila
gulma putri malu menyerang dalam ruang lingkup besar maka akan menyebabkan
merusakan ekosistem untuk tanaman yang akan ditanam karena berkaitan dengan unsur
unsur dalam tanah.

 Dampak adanya gulma invasive putri malu dari segiekologi

Kehadiran spesies tumbuhan invasif gulma putri malu dapat menurunkan populasi lokal,
pergantian komunitas tumbuhan serta spesies tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia yaitu dapat merubah ekosistem yang artinya setiap spesies tumbuhan invasif putri malu
berkompetisi dengan spesies tumbuhan lokal dalam memanfaatkan faktor tumbuh seperti nutrisi,
air, CO2 , dan tempat tumbuh, karena spesies invasif tidak memiliki musuh alami, mereka
menang dalam berkompetisi dan menjadi dominan. Selanjutya dapat menurunkan biodiversita
yaitu kehadiran spesies tumbuhan invasif merupakan ancaman bagi spesies yang endangered
(terancam punah).

18
Secara langsung dan tidak langsung invasi ini juga berpengaruh terhadap siklus nutrien di
ekosistem. Misalnya, sejenis serangga asing yang invasif menggeser populasi serangga asli
sehingga merubah komposisi makanan hewan pemakan serangga dan hilangnya serangga
polinator yang bisa membantu penyerbukan tanaman dan pepohonan penghasil buah tertentu.

Di berbagai negara maju prinsip kehati-hatian terhadap dampak spesies asing invasif ini
diwujudkan dalam perangkat peraturan secara ketat. Sebagai contoh di Amerika Serikat
menerapkan Bioterorism Act karena persebaran spesies asing invasif telah diangkat menjadi isu
nasional yang menggangu tidak hanya ekonomi dan ekologi, namun keamanan suatu negara.

Kerugian-kerugian atau dampak negatif yang dapat terjadi sebagai akibat kehadiran dan
investasi gulmaputri malu diberbagai tempat, di antaranya adalah:

1. Kerusakan iingkungan akibat invasife gulma terutama jenis gulma asing yang terbawa tanpa
sengaja. Benih gulma yang terbawa tanpa sengaja dari daerah lain ke suatu daerah,
kemudian tumbuh dan berkembang pesat yang akhirnya gulma tersebut menjadi masalah,
2. Gulma putri malu seringkali tumbuh dan menutupi jaringan irigasi sehingga mengganggu
sistem pengairan, dan secara periodic jaringan irigasi yang tertutupi oleh gulma harus
dibersihkan sehingga memerlukan biaya yang besar,
3. Reklamasi lahan rawa pasang surut oleh Kementerian Pekerjaan Umum telah dibangun
saluran-saluran baik saluran primeir, sekunder dan tersier. Dalam periode waktu tertentu
saluran-saluran tersebut ditutupi/ditumbuhi gulma sehingga menghambat aliran arus air
pasang surut. Untuk menormalisasi fungsi saluran-saluran diperlukan biaya sang at besar,
4. Pada saluran primeir atau sungai-sungai kecil yang difungsikan sebagai jaringan navigasi.
Kehadiran dan penutupan gulma yang rapat mengakibatkan sistem transportasi air pada
saluran primeir atau sungai kecil terse but terhambat dan fungsi sistem drainase terganggu,
5. Saluran-saluran tersier dan saluran skala mikro pada sistem tata air mikro di lahan rawa
pasang surut karena investasi dan penutupan gulma, mengakibatkan saluran tata air mikro
tidak berfungsi dengan baik,
6. Pada sarana transportasi darat yakni jalan-jalan (pinggiran/tepi jalan) menjadi rusak karena
ditumbuhi oleh gulma. Penetrasi akar- akar gulma merusak badan jalan dan penutupannya
pada bagian tepi jalan sehingga memerlukan biaya untuk membersihkan

 Dampak Adanya Gulma Invasive Putri Malu bagi Manusia

Dampak adanya gulma putri malu bagi manusia tentu dapat mengganggu tanaman yang
ditanam oleh manusia sehingga dapat mempengaruhi terhadap tingkat produktivitas pada
tanamannya. Gulma putri malu juga dapat membahayakan bagi manusia karena apabila kita
mencabut gulma putri malu atau menggunakan cara manualgulma putri malu dapat
membahayakan tangan karena mempunyai duri yang tajam. Selain itu disampaing gulma putri
malu memiliki kerugian bagi manusia, gulma putri malu juga memiliki manfaat.

19
Berikut ini manfaat tanaman putri malu untuk kesehatan.

1. Menyembuhkan luka penderita diabetes,


2. Menyembuhkan batuk.
3. Mengobati luka, penyakit hepatitis
4. Menghentikan pendarahan dan infeksi pada luka
5. Mengatasi insomnia, demam dll

 Pengendalian Gulma Invasive Putri Malu

Tumbuhan putri malu dapat tumbuh dimana saja dengan begitu suburnya disekitar kita.
Putri malu dapat tumbuh secara liar dimana saja, dan tanaman ini tidak memerlukan perawatan
yang khusus misalnya seperti pemupukan atau penyiraman. Tanaman putri malu bisa tumbuh
dimana saja diatas permukaan tanah, baik diatas permukaan tanah yang lembab maupun diatas
permukaan tanah yang gersang. Tanaman putri malu biasanya tumbuh diatas tanah yang lapang
baik itu diladang, diperkebunan, diperkarangan rumah dan pada tempat yang lainnya disekitar
kita (Tjoet Nyak, 2011).

Cara terbaik untuk mengendalikan gulma putri malu adalah dengan menggalinya dan
membunuhnya sebelum mempunyai waktu untuk menyebar. Itulah salah satu sebabnya tukang
kebun mencangkul tanah diantara tanaman. Beberapa gulma putri malu dicabut sampai ke akar
atau dipotong bersama tanah dengan menggunakan bagian tajam pacul. Dulu anak-anak dibayar
untuk mencabut gulma liar ini di ladang jagung. Gulma juga bisa dimusnahkan dengan
menggunakan bahan kimia yang disebut herbisida. Pemusnah gulma pilihan hanya akan
memusnahkan gulma dan bukan tanaman. Kini ada keprihatinan tentang dampak yang
membahayakan yang dapat disebabkan oleh bahan kimia tersebut, terhadap tanaman liar bahkan
binatang (Lukman. 2011).

Teknik Pengendalian Gulma Secara Terpadu dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa. Sekitar 2-3
minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat
dengan takaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam
barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti
2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2-3 minggu
setelah tanam padi.
2. Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya dilakukan
penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon
dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35
hari setelah tanam padi.

20
Teknik pengendalian gulma adalah sebagai berikut
- Pengendalian secara preventif
Tindakan yang paling dini dalam upaya mneghindari kerugian infestasi adalah
pencegahan (tindakan preventif)hal ini dimaksudkan untum mengurangi dan menekan
pertumbuhan gulma sehingga pengendalian dapat dikurangi atau ditiadakan.
- Perlunya peraturan/ perundang-undangan
Gulma pada umumnya berkembang biak dan menyebar menggunakan biji, struktur
biji gulma yang kecil dan ringan sangat menunjang untuk terbang kemana-mana.
- Karantia Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya organisme pengganggu
tumbuhan melalui undang-undang.
- Pengendalian mekanis
Pengendalian gulma mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan
cara merusak bagian-bagian tanaman sehingga gulma tersebut mati atau
pertiumbuhannya terhambat.
- Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimawi merupakan teknik pengendalian yang
menggunakan zat kimia herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang mematkan
tumbuhan atau menghambat pertumbuhan normalnya termasuk gulma

21
5. Mikania Micrantha

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania micrantha

Mikania Micrantha adalah tanaman menjalar abadi yang tumbuh paling baik di daerah
dengan kelembaban tinggi, cahaya dan kesuburan tanah, meskipun dapat beradaptasi di tanah
yang kurang subur. Benih-benih seperti bulu disebarkan oleh angin. Satu batang dapat
menghasilkan antara 20 sampai 40 ribu biji dalam satu musim. Spesies ini berasal dari zona sub-
tropis di Amerika Utara, Tengah, dan Selatan. Mikania micrantha merupakan gulma tahunan
yang tumbuh merambat dengan cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit
yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya tumbuh dominan pada areal
kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi seluruh
pelepah/tajuk kelapa sawit. Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati berupa phenol dan
flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Viabilitas biji mencapai lebih
dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai 95%.

22
Morfologi Tanaman Mikania Micrantha
1. Batang: Tumbuh menjalar, membelit, warnanya hijau muda adakalanya bercorak ungu,
bentuknya bersegi/bertulang membujur, berambut halus dan jarang, duduknya daun-daun
berhadapan, daun-daun sebelah ujung berukuran lebih kecil.
2. Buku: Terdapat dua helai daun berhadapan, tunas baru dan perbungaan, antara pertautan
kedua tangkai daun terdapat anggota badan (appendage) yang tidak berambut.
3. Daun: Helai daun berbentuk hati atau bulat telur segi tiga, pangkalnya bersegi tumpul,
permukaannya tak berambut, berambut halus.
4. Bunga: Tumbuh dari ketiak daun dan ujung batang/cabang, perbungaan bercabang-
cabang, tiap cabang dengan banyak kepala bunga yang tersusun berbentuk malai rata,
warnanya putih berbentuk tabung berlekuk lima.
5. Buah: Warnanya coklat kehitam-hitaman, panjang 2 mm, mempunyai banyak papus
kemerah-merahan panjangnya 2,5 mm.
6. Habitat gulma Mikania micrantha. Dominan di areal tanaman muda dan tanaman
menghasilkan. Biasanya di perkebunan karet, kelapa sawit, coklat dan buah-buahan.
7. Pengendalian gulma Mikania micrantha
a. Secara Manual. Mendongkel harus diiringi dengan pengayapan dan pengikirannya
dari permukaan tanah agar tidak tumbuh kembali.
b. Secara Kimiawi. Herbisida, seperti dicamba, triclopyr, picloram dan 2,4-D amine.
Berbagai tindakan pengendalian terhadap Mikania telah dicoba di banyak negara. Ia
cukup rentan terhadap herbisida [1] 2,4-D dan 2,4,5-T dan paraquat . Cuscuta , tumbuhan
parasit, telah digunakan di Assam dan Sri Lanka untuk menekan penyebaran Mikania
dari lahan limbah ke perkebunan teh. Tindakan pengendalian lainnya termasuk jamur
karat Puccinia spegazzinii dan spesies thrips Liothrips mikaniae .
Contoh keberhasilannya dapat dilihat di Hong Kong yang pertama kali tercatat pada
tahun 1884, kini telah menyebar ke seluruh wilayah dan menyerbu taman negaranya. [6]
8. Spesies invasif
Mikania micrantha adalah gulma yang tersebar luas di daerah tropis. Tumbuh sangat
cepat (secepat 80 hingga 90 milimeter (3,1 hingga 3,5 inci) dalam 24 jam untuk tanaman
muda) dan menutupi tanaman lain, semak dan bahkan pohon. [4] Mikania adalah masalah
di Nepal, meliputi lebih dari 20% Taman Nasional Chitwan . [5]

1. Dampak Ekonomi

Keuntungan ekonomi akibat Mikania sedikit dibandingkan dengan kerugian akibat


infestasi di berbagai ekosistem. Ini digunakan sebagai makanan ternak di banyak negara. Domba
secara istimewa merumput Mikania di Malaysia dan ternak lain juga menyukainya. Di Kerala,
India, gulma digunakan sebagai makanan ternak di beberapa bagian negara bagian, terutama
selama musim panas ketika ketersediaan rumput langka. Namun, Mikania diketahui
menyebabkan hepatotoksisitas dan kerusakan hati pada sapi perah. Efek antibakteri dari Mikania
dan kemanjurannya dalam penyembuhan luka telah dilaporkan. Di Assam (NE India), suku Kabi

23
menggunakan sari daun Mikania sebagai penangkal gigitan serangga dan sengatan kalajengking.
Daunnya juga digunakan untuk mengobati sakit perut. Penggunaan jus Mikania sebagai agen
kuratif untuk gatal dilaporkan dari Malaysia. Namun, dalam semua kasus seperti itu, bukti
terapeutik langka atau kurang. Di Afrika, daun mikania digunakan sebagai sayuran untuk
pembuatan sup. Gulma digunakan sebagai tanaman penutup di perkebunan karet di Malaysia. Itu
juga ditanam di lereng untuk mencegah erosi tanah. Pupuk hijau Mikania dilaporkan dapat
meningkatkan hasil padi di Mizoram, India. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Mikania
tidak cocok untuk mulsa dan pengomposan karena kandungan airnya yang tinggi.

2. Dampak Ekologi
Mikania micrantha adalah gulma penyerang yang memberikan dampak serius pada
ekosistem. Karena sifat sembung rambat mudah beradptasi, pertumbuhannya yang cepat dan
merajalela, Sembung rambang disebut”hama yang ada setiap 1 mil” dan terdaftar menjadi salah
satu gulma terganas di dunia. Salah satu cara pengendalian pertumbuhan sembung rambat yang
cukup menjanjikan adalah dengan pemanfaatannya untuk memproduksi furfural, karena limbah
sembung rambat banyak mengandung pentosan. Furfural disintesis dengan menggunakan asam
belimbing wuluh (Averrhoa blimbi) sebagai katalis yang merupakan asam organik dan ramah
lingkungan. Pada penelitian ini, sembung rambat (100-70 mesh), belimbing wuluh, dan garam
(NaCl) dimasukan ke dalam labu leher tiga disambungkan dengan pendingin liebig untuk
mengalirkan uap furfural. Di dalam Pendingin liebig dialirkan air pendingin untuk
mengkondensasikan uap furfural. Kemudian furfural ditambung dalam erlenmeyer. Media
pemanas yang digunakan adalah hot plate dengan pengadukan, temperatur pada media pemanas
diatur (80°C, 100°C, 120°C, 140°C dan 160° C dan waktu (30 menit, 60 menit, 90 menit, 120
menit, 150 menit, 180 menit, 210, 240, 270, 300 dan 330 menit). Perbandingan sampel dengan
asam blimbing wuluh 1:6. Volume total diatur 750 ml. Furfural diektraksi dari air menggunakan
klorofom sebagai solvent. Setelah ekstraksi lapisan atas mengandung air dan lapisan bawah
mengandung klorofom dan furfural. Furfural yang dihasilkan diidentifikasi dengan uji warna
anilin asetat, Spektrofotometer Infra Merah (FTIR) dan Kromatografi Gas Mass
Spectrofotometer (GCMS). Untuk katalis asam sulfat didapat yield tertinggi pada waktu 150
menit dengan suhu 120°C sebesar 11,13% dan untuk katalis belimbing wuluh didapat yield
tertinggi pada suhu 100°C dan waktu 300 menit sebesar 7,192%.Dampak lainnya yaitu M.
micrantha dipengaruhi oleh virus yang disebut virus layu Mikania micrantha (MMWV), yang
merupakan Fabavirus

3. Dampak terhadap Manusia


Ini digunakan untuk menyembuhkan luka dan menghentikan pendarahan luar minor di
Fiji tetapi khasiat obatnya masih belum sepenuhnya ditemukan. Ini juga merupakan obat
antiseptik lokal yang sangat populer di Negara Bagian Mizoram India , secara lokal dikenal
sebagai Japan Hlo . Penggunaannya juga telah dilaporkan di negara bagian Arunachal Pradesh ;
daun segar ditumbuk dan kemudian dioleskan di atas laserasi untuk menghentikan pendarahan

24
dan penyembuhan selanjutnya. Di Bangladesh digunakan untuk mengobati tukak lambung dan
sebagai antiseptik lokal.

25
BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
Untuk menghindari agar tumbuhan yang masuk kemudian tidakmerugikan karena bersifat
invasif, maka perlu dikembangkan metoda atau cara untuk memprediksi seperti apa kinerja
tumbuhan yang diimpor ke wilayah Indokesia. Kalau diprediksi berpeluang besar akan menjadi
invasif maka tumbuhan demikian ini harus ditolak dan dicegah masuk kedalam wilayah
Indonesia. Yang boleh masuk adalah tumbuhan yang bermanfaat saja. Sistem bisa dipakai untuk
memprediksi tumbuhan yang diimpor akan menjadi invansif atau tidak disebut analisis resiko
tumbuhan invasif. Jadi dengan kata lain jenis asing invasif (IAS) ini menimbulkan dampak
terhadap penurunan jumlah keanekaragaman hayati dalam ekosistem. Selain itu dampak lanjutan
yang nyata adalah adanya kerugian secara ekonomi misalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan pencegahan, pengendalian, kehilangan produksi, dan seterusnya. Gulma,
salah satu kelompok IAS telah menyebabkan kehilangan hasil pertanian setidaknya 25% dan
juga mengakibatkan penurunan kualitas daerah tangkapan ikan pada ekosistem laut dan perairan
darat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, S. (2003). SEBUAH TINJAUAN TENTANG PARASIT TALI PUTRI (Cuscuta spp.)
DAN PENGENDALIANNYA. Berita Biologi, 6(6), 793-800.

Sutarno, S. A., Irianto, S., & Kusumaningrum, A. (2001). Keanekaragaman Flora Hutan
Jobolarangan Gunung Lawu: 2. Spermatophyta. Biodiversitas, 2.

Andriani, P. (2019). Identifikasi Tumbuhan Asing Invasif (Invasive Alien Species) Herba Di
Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Sebagai Media Pendukung Pembelajaran Pada
Submateri Faktor Menghilangnya Keanekaragaman Hayati Di SMAN 1 Lembah Seulawah Aceh
Besar (Doctoral dissertation, UIN AR-RANIRY).

Susanti, Suraida T, Febriana H. 2013. Keanekaragaman tumbuhan invasif di kawasan Taman


Hutan Kenali Kota Jambi.Prosiding Seminar Bidang Biologi Jilid 2 Semirata MIPA; 10-12
Mei 2013; Lampung, Indonesia. Lampung (ID): . Universitas Lampung

Wahyuni R, Solfiyeni, Chairul. 2015. Analisis Vegetasi Spesies Tumbuhan Asing Invasif di
Kawasan Cagar Alam Lembah Harau. Prosiding Seminar Bioeti 3;19 September 2015; Padang
Indonsia. Padang (ID): Jurusan Biologi Universitas Andalas.

Firdaus, S. U. (2016). UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA KONSENTRASI LARUTAN DAUN KIRINYUH


(Choromolaena odorata (L.) King & Robinson). Jurnal Agribisnis , 132-141.

kuswanti, i. (2017, maret 23). 14 Manfaat Daun Kopasanda (Chromolaena Odorata). Retrieved oktober
24, 2020, from kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/igha/58d36355187b614b0706a95c/14-
manfaat-daun-kopasanda-chromolaena-
odorata?page=all#:~:text=Khasiat%20daun%20kopasanda%20dapat%20Anda,Anda%20agar%20tidak%2
0menimbulkan%20penyumbatan.&text=Infeksi%20terjadi%20karena%20ada%20luka

M. Thamrin, S. A. (2013). Tumbuhan Kirinyu Chromolaena Odorata (L) (Asteraceae: Asterales) Sebagai
Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera Litura. jurnal penelitian dan
pengembangan pertanian .

PRAWIRADIPUTRA, B. R. (2007). KI RINYUH (Chromolaena odorata (L) R.M. KING DAN H.


ROBINSON):GULMA PADANG RUMPUT YANG MERUGIKAN . Balai Penelitian Ternak , 46-52.

Puslitbang Hutan Tanaman. (2012). Potensi Invasif Beberapa Jenis Acacia dan Eucalyptus di
Indonesia. Bogor: Badan Litbang dan Pengembangan Kehutanan

27
Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice Nutrient Disorders & Nutrient Management.
Potash & Phosphate institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC) and
International Rice Research Institute (IRRI). 192.

Fauzia, S. 2009. Serapan Sianida (CN) pada Mikania cordata (Burm.F) B.L. Robinson,
Centrosema pubescens Bth dan Leersia hexandra Wartz yang Ditanam Pada Media
Limbah Tailing Terkontaminasi CN. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Bogor. Vol.10(1):69-76.

Havlin, L.J., S.L. Tisdale, J.G. Beaton, W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizer. An
Intriduction to Nutrient Management, seventh edt. Pearson Prentice Hall. New
Jersey.Liang, J., R.E. Karamanos and J.W.B. Stewart. 1992. Plant Availability of Zn
Fractions in Saskatchewan Soils. Canadian. J. Soil. Sci. 72:507-517.Neilsen, D., P.B.
Hoyt, and A.F. Mckenzie. 1987. Measurement of Plant Available Zinc in British
Columbia Orchad Soils. Commun. Soil. Sci. Plant Anal.18:161-186.

Singh, J.P., R.E. Karamanos, and J.W.B. Stewart. 1986. Phosphorus-Induce Zinc
Deficiency in Wheat on Residual Phosphorus Plots. Agron. J. 68:668-675.Swietlik, D.
1996. Responses of Citrus Trees in Texas to Foliar and Soil Zn Applications. Editor
Proc. Int. Soc. Citriculture. p. 772-776.

28

Anda mungkin juga menyukai