Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jeruk mandarin ( Citrus reticulate Blanco) adalah tanaman asli Cina bagian tenggara dan Jepang
bagian selatan, serta dibudidayakan di daerah tropis, termasuk Indonesia (Irsyam, 2015). Di
antara 18 spesies jeruk yang diidentifikasi di Indonesia, jeruk mandarin populer tetapi
musiman, oleh karena itu sangat kompetitif dan mendapatkan harga yang bagus di pasar lokal
(Budiyati 2014). Pengembangan jeruk mandarin di Indonesia menghadapi kendala yang
berbeda dibandingkan dengan daerah asalnya karena kurangnya suhu yang rendah untuk
memicu induksi pembungaan. Namun, tekanan air dapat digunakan untuk induksi
pembungaan di bawah iklim tropis (Srivastavadkk., 2 000; Poerwanto dan Susila 2014). Stres air
tidak ada karena musim hujan yang berkepanjangan terutama selama La Nina, sehingga
mengurangi produksi bunga dan buah masing-masing sekitar 60% dan 40-60% (Sutopo dkk., 2
016). Pemerintah Indonesia telah mendedikasikan area produksi jeruk mandarin di dataran
rendah, di bawah 600 m di atas permukaan laut. Oleh karena itu Borneo Prima, jeruk mandarin
yang beradaptasi dengan baik di dataran rendah, telah diperkenalkan sejak tahun 2007
(Apriyantono, 2007). Buahnya memiliki kulit jeruk yang sesuai dengan permintaan pasar lokal
(Nafisah dkk., 2 014). Namun, itu memiliki kanopi yang lebat dan berorientasi vertikal (Azizu
dkk., 2 016). Kanopi yang lebat kurang efektif untuk pengelolaan hortikultura (Poerwanto dan
Susila, 2014) dan lebih sensitif terhadap serangan hama (Morales dan Davies, 2000; Palsu,
2012). Selain itu, varietas tersebut menunjukkan produksi bunga yang rendah terutama pada
kondisi tidak adanya cekaman air (Sutopo dkk.,2016). Mengembangkan metode berbiaya
rendah untuk meningkatkan pembungaan pada budidaya tersebut penting untuk
meningkatkan produksi mandarin lokal. Oleh karena itu, manipulasi kanopi diusulkan dalam
penelitian ini sebagai metode alternatif.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari cara memanipulasi pucuk mekanis melalui
pembengkokan dan defoliasi yang diterapkan pada jeruk mandarin cv

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh 4 perlakuan manipulasi
pucuk yang diterapkan pada jeruk Mandarin CV yaitu mulai dari pengendalian tanpa perlakuan,
pembengkokan pucuk, defoliasi dan kombinasi tekukan pucuk dan defoliasi
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

A. Tanaman Jeruk di Indonesia

Buah jeruk digemari oleh konsumen dari semua kalangan baik anak-anak, remaja, dan orang tua. Jumlah
penduduk Indonesia cenderung meningkat sehingga produksi dan kualitas perlu ditingkatkan. Jeruk
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan,
dan sumber devisa negara. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu maupun produksi yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas.
Keseimbangan antara permintaan dan penawaran dapat dicapai dengan peningkatan produksi jeruk
nasional. Kualitas buah yang dihasilkan masih beragam, terutama bila dibandingkan dengan jeruk impor,
sehingga hal ini mempengaruhi besarnya penawaran. (Departemen Pertanian, 1994).Tingginya tingkat
impor jeruk di Indonesia terlihat dari ketersediaan jeruk impor di swalayan-sawalayan bahkan di pasar-
pasar tradisional yang ada di Indonesia. Hal ini memperlihatkan adanya permintaan jeruk jenis tertentu
dan merupakan tantangan bagi petani produsen dalam negeri. Permintaan jeruk tersebut harus diikuti
oleh penelitian hingga dihasilkan jeruk yang sesuai dengan selera konsumen. Beragamnya varietas jeruk
menyebabkan mutu jeruk yang dihasilkan sangat beragam pula akibatnya pemasaran jeruk tidak efisien.
Untuk itu harus dicari jeruk-jeruk unggul yang sesuai dengan selera konsumen baik dalam maupun luar
negeri yang dibudidayakan. Boleh jadi beberapa varietas jeruk tidak disukai di dalam negeri tetapi kalau
pasar luar negeri membutuhkan maka budidaya jeruk jenis

B. Morfologi Tanaman Jeruk

Jeruk keprok borneo prima berasal dari Desa Tanjung Labu, Kecamatan Rantau Pulung, kabupaten Kutai
Timur Provinsi Kalimantan Timur. Ditemukan pada tahun 2003 oleh Tim Monitoring Program
Pengembangan Agribisnis Jeruk Rantau Pulung yang digagas oleh Community Development (Comdev)
PT Kaltim Prima Coal (KPC) berkerja sama dengan Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok - Sumatera Barat,
dan Loka Penelitian Jeruk (Lolit Jeruk) Tlekung – Malang. Tidak seperti jeruk keprok dataran rendah pada
umumnya, jeruk keprok ini cukup unik karena buahnya berwarna orange seperti jeruk keprok yang
tumbuh di dataran tinggi. Lokasi ditemukannya jeruk keprok ini berada pada ketinggian ± 50 m dari
permukaan laut. Atas prakarsa Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan
Timur, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah-Subtropika Tlekung, Dinas Pertanian Kabupaten Kutai
Timur dan PT Kaltim Prima Coal, jeruk tersebut didaftarkan dan telah dilepas oleh Departemen
Pertanian sebagai varietas baru jeruk keprok dengan nama Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata
Blanco) pada bulan September tahun 2007 sesuai SK Menteri Pertanian Nomor
464/Kpts/SR.120/9/2007. Diskripsi buah Jeruk Borneo Prima antara lain : tinggi tanaman 3-5 m; warna
batang coklat kehijuan; tipe daun tunggal; bentuk buah lonjong; warna buah pada saat masih muda
berwarna hijau setelah tua berwarna kuning; bobot buah 234 gram; warna daging buah orange; jumlah
buah pertandan 2-4; rasa buah manis dan potensi hasil 20 kg/pohon/tahun.

Selama periode tahun 2009-2013 pengembangan kawasan budidaya Jeruk Borneo Prima telah mencapai
luas 1.568 Ha atau telah mencapai 31,4 persen dari target 5.000 Ha yang dicanangkan oleh pemerintah
provinsi Kalimantan Timur. Pengembangan kawasan budidaya telah dilakukan di Kutai Kartanegara
dengan luas 109 hektare, Kutai Timur (277 hektare), Berau (293 hektare), Bulungan (299 hektare),
Nunukan (295 hektare) dan Paser (295 hektare).

C. Pertumbuhan Tanaman Jeruk

Kondisi lingkungan tanaman jeruk keprok Borneo Prima selalu tergenang karena ditanam di lahan rawa.
Pada lahan rawa tingkat kesuburan tanah sangat rendah serta terjadi pencucian unsur hara yang tinggi.
Rendahnya tingkat kesuburan tanah, yaitu pH tanah serta tingginya pencucian menyebabkan
ketersediaan hara rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan pH tanah dilakukan pemberian pupuk
kandang. Pada kondisi pH tanah yang baik, ketersediaan hara khususnya P menjadi tersedia dan tidak
terikat oleh Fe atau Al. Dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk yang telah baik,
barulah tanaman akan memasuki periode transisi. Selain dengan pemberian pupuk kandang, juga
dilakukan pelengkungan cabang untuk merangsang tanaman menuju periode transisi pertumbuhan
juvenil ke dewasa.

Tanaman jeruk keprok memiliki pertumbuhan dominansi apikal, di mana pertumbuhan tanaman
mengarah ke atas. Meristem apikal memproduksi hormon auksin dan hormon auksin ditransferkan ke
akar atau ke seluruh bagian tanaman. Aliran auksin dari daerah apikal menuju akar, akan melewati
tunas-tunas lateral. Tunas-tunas lateral yang dilewati auksin pertumbuhannya terhambat. Pelengkungan
cabang memengaruhi pergerakan hormon auksin sehingga mematahkan dominansi apikal.
Pelengkungan cabang akan menghambat pergerakan auksin dari daerah meristem apikal ke akar
sehingga terjadi penumpukan di daerah tajuk atau cabang yang dilengkungkan. Terhambatnya hormon
auksin pada cabang yang dilengkungkan memacu munculnya tunas-tunas lateral. Menurut Mullins
(1967) cabang horizontal mengandung auksin dan giberelin yang kurang daripada cabang yang tumbuh
ke atas. Hal ini terjadi akibat pergerakan gravitasi yang memengaruhi metabolisme maupun distribusi
zat tumbuh tanaman apel. Dengan berkurangnya zat pendorong pertumbuhan ini kadar zat penghambat
pertumbuhan meningkat dan menstimulasi pembungaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Permasalahan:
Masa berbuah mangga “Tommy Atkins"
(Mangifera indica). yang khas yaitu bersifat
musiman dan dalam waktu yang relatif singkat

Pemberian Paclobutrazol yang merupakan senyawa aktif


yang bergerak relatif lambat menuju meristem sub apikal, dan dapat
diserap tanaman baik melalui daun maupun akar

Target
Percepatan pembungaan mangga
Hasil panen meningkat
● Peningkatan kuantitas dan kualitas buah
mangga

Musim hujan dengan suhu yang rendah mengurangi produksi bunga dan buah masing-masing
sekitar 60% dan 40-60%

Dilakukan nya 4 perlakuan memanipulasi pucuk pada jeruk Mandarin CV, yaitu pengendalian tanpa
perlakuan, pembengkokan pucuk, defoliasi dan kombinasi tekukan pucuk dan defoliasi
Target :

● Meningkatkan produksi bunga jeruk Mandarin CV


● Mengurangi kanopi jeruk yang nampak lebat
● Meningkatkan produksi buah dengan kulit jeruk yang sesuai permintaan konsumen

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat Percobaan

Eksperimen lapangan dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai Juli 2017 di lapangan percobaan
Sindangbarang Institut Pertanian Bogor, Indonesia (6 Hai 35'25.02 ”S, 106 Hai 46'9,60 ”BT dan 239 m di
atas permukaan laut). Tanah bertekstur lempung dan tergolong latosol. Permukaan air berada sekitar
tiga meter di bawah permukaan tanah. Kelembaban tanah pohon mandarin tergantung di permukaan
air terutama curah hujan. Irigasi tidak diterapkan selama percobaan. Curah hujan bulanan, suhu harian
dan kelembaban relatif berkisar antara 370-525 mm (rata-rata 423 mm), 23-31 ° C (rata-rata 25,8 ° C),
82-88% (rata-rata 85,9%), masing-masing selama percobaan kursus.

3.2 Bahan tanaman

Pohon mandarin berumur empat tahun CV. Pencangkokan Borneo Prima pada batang bawah Rough
Lemon telah dievaluasi (Tabel 1). Pohon ditanam pada bulan Oktober 2013 dengan jarak tanam sekitar 4
x 4 m dan tidak pernah berbunga. Pohon memiliki ± 5-7 cabang primer dan ± 15-20 cabang primer. Satu
bulan sebelum percobaan, 10 kgpupuk organik dan 0,2 kg dolomit (CaCO 3) diterapkan untuk setiap
pohon. Pupuk N, P dan K dengan takaran 50 g N, 30 g P 2 HAI 5 dan 30 g K. 2 O, masing-masing,
diaplikasikan melalui penyiraman tanah mikronutrien (Nutriboron) terdiri dari 46% B 2 HAI 3, 1% Zn
dan0,5% MgO diaplikasikan melalui aplikasi daun. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok
(RAL) dengan empat perlakuan manipulasi pucuk mekanis. yaitu pengendalian tanpa perlakuan,
pembengkokan pucuk, defoliasi dan kombinasi tekukan pucuk dan defoliasi. Sebanyak 40 pohon
dievaluasi dengan sepuluh pohon untuk setiap perlakuan dalam percobaan ini.

3.3 Manipulasi tembak

Pada perlakuan pembengkokan, semua cabang sekunder ditekuk dengan sudut 70-80 Hai dari sumbu
vertikal. Tanaman kontrol memiliki sudut percabangan kurang dari 45 Hai. Posisi cabang dipegang
dengan tali dan dipasang pada bambu di atas tanah (Gambar 1). Penggundulan dilakukan secara manual
dengan membuang semua daun dan cabang hijau yang belum menghasilkan. Pada perlakuan kombinasi,
cabang dibengkokkan sebelum dikelupas. Manipulasi tembak dilakukan secara manual oleh dua orang
dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatur perlakuan dicatat (Tabel 1)
Tabel 1. Karakteristik pohon mandarin pada tahap awal percobaan dan waktu yang dicurahkan untuk
mengatur perlakuan manipulasi pucuk

Berarti diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan DMRT pada
α 5%; DAT-hari setelah pengobatan, CV-koefisien varian.(Gambar 1). Penggundulan dilakukan secara
manual dengan membuang semua daun dan cabang hijau yang belum menghasilkan. Pada perlakuan
kombinasi, cabang dibengkokkan sebelum dikelupas. Manipulasi tembak dilakukan secara manual oleh
dua orang dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatur perlakuan dicatat (Tabel 1).

Gambar 1. Ilustrasi distribusi flush baru di pohon (1.1) dan cabang sekunder (1.2) di bawah perlakuan
manipulasi pucuk yang berbeda pada 40 HST. Menggambar kanopi tanpa daun bertujuan untuk
penyederhanaan. Ruas tersebut diukur dari pangkal cabang ke atas. Kontrol C, pembengkokan B,
defoliasi D, kombinasi B + D pembengkokan dan defoliasi.

3.4 Pengamatan

Penyiraman, karakteristik tajuk, dan laju pembungaan dievaluasi. Tunas baru termasuk daun (flush)
diamati sampai bulan keenam setelah perlakuan. Panjang flush baru diukur dari dasar hingga titik
tumbuh atas. Distribusi flush di pohon dan cabang juga diilustrasikan. Cabang sekunder sepanjang satu
meter dipilih dan kemudian dipartisi imajiner setiap 10 cm, mulai dari cabang pangkal sampai atas.
Pencatatan jumlah pertumbuhan flushes di setiap segmen cabang. Ciri-ciri tajuk seperti bentuk tajuk,
jumlah daun dan cabang dicatat. Jumlah cabang negatif dan cabang mati dibandingkan dengan jumlah
cabang dan ditampilkan sebagai tingkat persentase. Cabang yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung dianggap sebagai cabang negatif (Poerwanto dan Susila, 2014).

Pembungaan diamati setiap hari, meliputi penurunan bunga, set buah, dan jumlah buah. Kadar nitrogen
(N) dan karbon (C) dievaluasi dari daun yang mengembang sepenuhnya pada posisi ketiga hingga
keempat dari ujung tumbuh yang tidak aktif dengan menggunakan metode Kjeldahl dan Gravimetri,
masing-masing. Jumlah cabang yang berbunga, memerah atau tidak aktif dibandingkan dengan jumlah
cabang dan digunakan untuk mengevaluasi sebaran cabang tersebut pada seluruh tajuk mandarin.

3.5 Analisis statistik

Analisis varian dilakukan dengan menggunakan Software Analisis Statistik (SAS) versi 9.4. Untuk setiap
perbedaan yang signifikan antara perlakuan dievaluasi dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) di P
= 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Floribunda 5(3) 2015 82 Peninjauan Ulang Marga Citrus (Rutaceae) Di Kawasan Madura Arifin Surya
Dwipa Irsyam1 & Tatik Chikmawa

Budiyati Emi. 2014. Keragaman plasma nutfah jeruk danpengembangannya sebagai substitusi buah
impor. Tersedia online di <http: //balitjestro.litbang.pertanian.go.id/keragaman-plasmanutfah- jeruk-
dan-pengembangannya-sebagai-subtitusi-buah-impor />.

Srivastava, AK, S. Singh danA.D. Huchche, 2000. Analisis tentang jeruk berbunga - ulasan. Agric.
Putaran., 21 (1): 1-15.

Poerwanto, R. dan AD Susila, 2014. Teknologi Hortikultura. IPB Tekan, Bogor, ID.

Sutopo, NE Palupi dan TG Aji, 2016. Pengaruh la nina pada jerukpohon: studi kasus berbunga tiga
spesies jeruk di Batu, Indonesia. Buku Program Seminar Internasional Hortikultura Tropis. ( Abstr.
PP30).

Apriyantono, A. 2007. Deskripsi Mandarin Citrus cv Borneo Prima. Lampiran Keputusan Menteri
Pertanian No.464 / Kpts / SR.120 / 9/2007 tersedia online di <http: //balitjestro.litbang.
pertanian.go.id/unduh/?drawerfolder=unduhan*SK% 20Pelepasan% 20dll>.

Azizu, MN, R. Poerwanto, MR Suhartanto dan K. Suketi. 2016.Pembengkokan dan pembuahan pada
masa transisi jeruk mandarinCV. Borneo Prima di lahan basah Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. J.
Hort., 26 (1): 81-88.

Nafisah, SN, S. Suharno dan N. Tinaprilla, 2013. Sikap dan persepsikonsumen terhadap jeruk lokal dan
jeruk impor di pasar modern Kota Bogor. Forum Agribisnis, 4 (1): 71-84.

Morales, P. dan FS Davies, 2000. Pemangkasan dan pengaruh tepiiklim mikro tajuk, hasil dan kualitas
buah orlando tangelo.Ilmu hortikultura, 35 (1): 30-35

[Balitjestro] Badan Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2014. Nilai Kelayakan Ekonomi
Usaha Tani Jeruk Siam. http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/nilai-kelayakan-ekonomiusahatani-
jeruk-siam/ (Diakses, 20 Oktober 2016)

Anda mungkin juga menyukai