Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jeruk mandarin ( Citrus reticulate Blanco) adalah tanaman asli Cina bagian tenggara dan Jepang
bagian selatan, serta dibudidayakan di daerah tropis, termasuk Indonesia . Di antara 18 spesies jeruk yang
diidentifikasi di Indonesia, jeruk mandarin populer tetapi musiman, oleh karena itu sangat kompetitif dan
mendapatkan harga yang bagus di pasar lokal [ CITATION Emi14 \l 1033 ] . Pengembangan jeruk
mandarin di Indonesia menghadapi kendala yang berbeda dibandingkan dengan daerah asalnya karena
kurangnya suhu yang rendah untuk memicu induksi pembungaan. Namun, tekanan air dapat digunakan
untuk induksi pembungaan di bawah iklim tropis [ CITATION Sri00 \l 1033 ] . Stres air tidak ada
karena musim hujan yang berkepanjangan terutama selama La Nina, sehingga mengurangi produksi
bunga dan buah masing-masing sekitar 60% dan 40-60% [ CITATION Sut16 \l 1033 ] . Menurut
Apriyanto tahun 2007, bahwa pemerintah Indonesia telah mendedikasikan area produksi jeruk mandarin
di dataran rendah, di bawah 600 m di atas permukaan laut. Oleh karena itu Borneo Prima, jeruk mandarin
yang beradaptasi dengan baik di dataran rendah, telah diperkenalkan sejak tahun 2007 Buahnya memiliki
kulit jeruk yang sesuai dengan permintaan pasar lokal [ CITATION Naf13 \l 1033 ]. Namun, itu
memiliki kanopi yang lebat dan berorientasi vertikal [ CITATION Azi16 \l 1033 ]. Kanopi yang lebat
kurang efektif untuk pengelolaan hortikultura [ CITATION Poe14 \l 1033 ] dan lebih sensitif terhadap
serangan hama [ CITATION Mor00 \l 1033 ]. Selain itu, varietas tersebut menunjukkan produksi
bunga yang rendah terutama pada kondisi tidak adanya cekaman air [ CITATION Sut16 \l 1033 ].
Mengembangkan metode berbiaya rendah untuk meningkatkan pembungaan pada budidaya tersebut
penting untuk meningkatkan produksi mandarin lokal. Oleh karena itu, manipulasi kanopi diusulkan
dalam penelitian ini sebagai metode alternatif.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari cara memanipulasi pucuk mekanis melalui
pembengkokan dan defoliasi yang diterapkan pada jeruk mandarin cv

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh 4 perlakuan manipulasi pucuk
yang diterapkan pada jeruk Mandarin CV yaitu mulai dari pengendalian tanpa perlakuan, pembengkokan
pucuk, defoliasi dan kombinasi tekukan pucuk dan defoliasi
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Tanaman Jeruk di Indonesia

Buah jeruk digemari oleh konsumen dari semua kalangan baik anak-anak, remaja, dan orang tua.
Jumlah penduduk Indonesia cenderung meningkat sehingga produksi dan kualitas perlu ditingkatkan.
Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber
pendapatan, dan sumber devisa negara. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu maupun produksi yang
sesuai dengan kebutuhan konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas.
Keseimbangan antara permintaan dan penawaran dapat dicapai dengan peningkatan produksi jeruk
nasional. Kualitas buah yang dihasilkan masih beragam, terutama bila dibandingkan dengan jeruk impor,
sehingga hal ini mempengaruhi besarnya penawaran. Tingginya tingkat impor jeruk di Indonesia terlihat
dari ketersediaan jeruk impor di swalayan-sawalayan bahkan di pasar-pasar tradisional yang ada di
Indonesia. Hal ini memperlihatkan adanya permintaan jeruk jenis tertentu dan merupakan tantangan bagi
petani produsen dalam negeri. Permintaan jeruk tersebut harus diikuti oleh penelitian hingga dihasilkan
jeruk yang sesuai dengan selera konsumen. Beragamnya varietas jeruk menyebabkan mutu jeruk yang
dihasilkan sangat beragam pula akibatnya pemasaran jeruk tidak efisien. Untuk itu harus dicari jeruk-
jeruk unggul yang sesuai dengan selera konsumen baik dalam maupun luar negeri yang dibudidayakan.
Boleh jadi beberapa varietas jeruk tidak disukai di dalam negeri tetapi kalau pasar luar negeri
membutuhkan maka budidaya jeruk jenis

2.1.2 Morfologi Tanaman Jeruk

Jeruk keprok borneo prima berasal dari Desa Tanjung Labu, Kecamatan Rantau Pulung,
kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Ditemukan pada tahun 2003 oleh Tim Monitoring
Program Pengembangan Agribisnis Jeruk Rantau Pulung yang digagas oleh Community Development
(Comdev) PT Kaltim Prima Coal (KPC) berkerja sama dengan Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok -
Sumatera Barat, dan Loka Penelitian Jeruk (Lolit Jeruk) Tlekung – Malang. Tidak seperti jeruk keprok
dataran rendah pada umumnya, jeruk keprok ini cukup unik karena buahnya berwarna orange seperti
jeruk keprok yang tumbuh di dataran tinggi. Lokasi ditemukannya jeruk keprok ini berada pada
ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Atas prakarsa Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Kalimantan Timur, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah-Subtropika Tlekung, Dinas
Pertanian Kabupaten Kutai Timur dan PT Kaltim Prima Coal, jeruk tersebut didaftarkan dan telah dilepas
oleh Departemen Pertanian sebagai varietas baru jeruk keprok dengan nama Jeruk Keprok Borneo Prima
(Citrus reticulata Blanco) pada bulan September tahun 2007 sesuai SK Menteri Pertanian Nomor
464/Kpts/SR.120/9/2007. Diskripsi buah Jeruk Borneo Prima antara lain : tinggi tanaman 3-5 m; warna
batang coklat kehijuan; tipe daun tunggal; bentuk buah lonjong; warna buah pada saat masih muda
berwarna hijau setelah tua berwarna kuning; bobot buah 234 gram; warna daging buah orange; jumlah
buah pertandan 2-4; rasa buah manis dan potensi hasil 20 kg/pohon/tahun.

Selama periode tahun 2009-2013 pengembangan kawasan budidaya Jeruk Borneo Prima telah
mencapai luas 1.568 Ha atau telah mencapai 31,4 persen dari target 5.000 Ha yang dicanangkan oleh
pemerintah provinsi Kalimantan Timur. Pengembangan kawasan budidaya telah dilakukan di Kutai
Kartanegara dengan luas 109 hektare, Kutai Timur (277 hektare), Berau (293 hektare), Bulungan (299
hektare), Nunukan (295 hektare) dan Paser (295 hektare).

2.1.2 Pertumbuhan Tanaman Jeruk

Kondisi lingkungan tanaman jeruk keprok Borneo Prima selalu tergenang karena ditanam di
lahan rawa. Pada lahan rawa tingkat kesuburan tanah sangat rendah serta terjadi pencucian unsur hara
yang tinggi. Rendahnya tingkat kesuburan tanah, yaitu pH tanah serta tingginya pencucian menyebabkan
ketersediaan hara rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan pH tanah dilakukan pemberian pupuk
kandang. Pada kondisi pH tanah yang baik, ketersediaan hara khususnya P menjadi tersedia dan tidak
terikat oleh Fe atau Al. Dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk yang telah baik,
barulah tanaman akan memasuki periode transisi. Selain dengan pemberian pupuk kandang, juga
dilakukan pelengkungan cabang untuk merangsang tanaman menuju periode transisi pertumbuhan juvenil
ke dewasa.

Tanaman jeruk keprok memiliki pertumbuhan dominansi apikal, di mana pertumbuhan tanaman
mengarah ke atas. Meristem apikal memproduksi hormon auksin dan hormon auksin ditransferkan ke
akar atau ke seluruh bagian tanaman. Aliran auksin dari daerah apikal menuju akar, akan melewati tunas-
tunas lateral. Tunas-tunas lateral yang dilewati auksin pertumbuhannya terhambat. Pelengkungan cabang
memengaruhi pergerakan hormon auksin sehingga mematahkan dominansi apikal. Pelengkungan cabang
akan menghambat pergerakan auksin dari daerah meristem apikal ke akar sehingga terjadi penumpukan di
daerah tajuk atau cabang yang dilengkungkan. Terhambatnya hormon auksin pada cabang yang
dilengkungkan memacu munculnya tunas-tunas lateral. Menurut Mullins (1967) cabang horizontal
mengandung auksin dan giberelin yang kurang daripada cabang yang tumbuh ke atas. Hal ini terjadi
akibat pergerakan gravitasi yang memengaruhi metabolisme maupun distribusi zat tumbuh tanaman apel.
Dengan berkurangnya zat pendorong pertumbuhan ini kadar zat penghambat pertumbuhan meningkat dan
menstimulasi pembungaan.
2.2 Kerangka Pemikiran

Permasalahan:
Musim hujan dengan suhu yang rendah
mengurangi produksi bunga dan buah masing-
masing sekitar 60% dan 40-60%

Dilakukan nya 4 perlakuan memanipulasi pucuk pada jeruk Mandarin


CV, yaitu pengendalian tanpa perlakuan, pembengkokan pucuk,
defoliasi dan kombinasi tekukan pucuk dan defoliasi

Target
● Meningkatkan produksi bunga jeruk Mandarin CV
● Mengurangi kanopi jeruk yang nampak lebat
● Meningkatkan produksi buah dengan kulit jeruk yang sesuai
permintaan konsumen
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat Percobaan

Eksperimen lapangan dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai Juli 2017 di lapangan percobaan
Sindangbarang Institut Pertanian Bogor, Indonesia (6 Hai 35'25.02 ”S, 106 Hai 46'9,60 ”BT dan 239 m di
atas permukaan laut). Tanah bertekstur lempung dan tergolong latosol. Permukaan air berada sekitar tiga
meter di bawah permukaan tanah. Kelembaban tanah pohon mandarin tergantung di permukaan air
terutama curah hujan. Irigasi tidak diterapkan selama percobaan. Curah hujan bulanan, suhu harian dan
kelembaban relatif berkisar antara 370-525 mm (rata-rata 423 mm), 23-31 ° C (rata-rata 25,8 ° C), 82-
88% (rata-rata 85,9%), masing-masing selama percobaan kursus.

3.2 Bahan tanaman

Pohon mandarin berumur empat tahun CV. Pencangkokan Borneo Prima pada batang bawah
Rough Lemon telah dievaluasi (Tabel 1). Pohon ditanam pada bulan Oktober 2013 dengan jarak tanam
sekitar 4 x 4 m dan tidak pernah berbunga. Pohon memiliki ± 5-7 cabang primer dan ± 15-20 cabang
primer. Satu bulan sebelum percobaan, 10 kgpupuk organik dan 0,2 kg dolomit (CaCO 3) diterapkan
untuk setiap pohon. Pupuk N, P dan K dengan takaran 50 g N, 30 g P 2 HAI 5 dan 30 g K. 2 O, masing-
masing, diaplikasikan melalui penyiraman tanah mikronutrien (Nutriboron) terdiri dari 46% B 2 HAI 3,
1% Zn dan0,5% MgO diaplikasikan melalui aplikasi daun. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak
Kelompok (RAL) dengan empat perlakuan manipulasi pucuk mekanis. yaitu pengendalian tanpa
perlakuan, pembengkokan pucuk, defoliasi dan kombinasi tekukan pucuk dan defoliasi. Sebanyak 40
pohon dievaluasi dengan sepuluh pohon untuk setiap perlakuan dalam percobaan ini.

3.3 Manipulasi tembak

Pada perlakuan pembengkokan, semua cabang sekunder ditekuk dengan sudut 70-80 Hai dari
sumbu vertikal. Tanaman kontrol memiliki sudut percabangan kurang dari 45 Hai. Posisi cabang
dipegang dengan tali dan dipasang pada bambu di atas tanah (Gambar 1). Penggundulan dilakukan secara
manual dengan membuang semua daun dan cabang hijau yang belum menghasilkan. Pada perlakuan
kombinasi, cabang dibengkokkan sebelum dikelupas. Manipulasi tembak dilakukan secara manual oleh
dua orang dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatur perlakuan dicatat (Tabel 1)
Tabel 1. Karakteristik pohon mandarin pada tahap awal percobaan dan waktu yang dicurahkan untuk
mengatur perlakuan manipulasi pucuk

Berarti diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan DMRT
pada α 5%; DAT-hari setelah pengobatan, CV-koefisien varian.(Gambar 1). Penggundulan dilakukan
secara manual dengan membuang semua daun dan cabang hijau yang belum menghasilkan. Pada
perlakuan kombinasi, cabang dibengkokkan sebelum dikelupas. Manipulasi tembak dilakukan secara
manual oleh dua orang dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatur perlakuan dicatat (Tabel 1).

Gambar 1. Ilustrasi distribusi flush baru di pohon (1.1) dan cabang sekunder (1.2) di bawah perlakuan
manipulasi pucuk yang berbeda pada 40 HST. Menggambar kanopi tanpa daun bertujuan untuk
penyederhanaan. Ruas tersebut diukur dari pangkal cabang ke atas. Kontrol C, pembengkokan B,
defoliasi D, kombinasi B + D pembengkokan dan defoliasi.
3.4 Pengamatan

Penyiraman, karakteristik tajuk, dan laju pembungaan dievaluasi. Tunas baru termasuk daun (flush)
diamati sampai bulan keenam setelah perlakuan. Panjang flush baru diukur dari dasar hingga titik tumbuh
atas. Distribusi flush di pohon dan cabang juga diilustrasikan. Cabang sekunder sepanjang satu meter
dipilih dan kemudian dipartisi imajiner setiap 10 cm, mulai dari cabang pangkal sampai atas. Pencatatan
jumlah pertumbuhan flushes di setiap segmen cabang. Ciri-ciri tajuk seperti bentuk tajuk, jumlah daun
dan cabang dicatat. Jumlah cabang negatif dan cabang mati dibandingkan dengan jumlah cabang dan
ditampilkan sebagai tingkat persentase. Cabang yang tidak terkena sinar matahari secara langsung
dianggap sebagai cabang negatif (Poerwanto dan Susila, 2014).

Pembungaan diamati setiap hari, meliputi penurunan bunga, set buah, dan jumlah buah. Kadar nitrogen
(N) dan karbon (C) dievaluasi dari daun yang mengembang sepenuhnya pada posisi ketiga hingga
keempat dari ujung tumbuh yang tidak aktif dengan menggunakan metode Kjeldahl dan Gravimetri,
masing-masing. Jumlah cabang yang berbunga, memerah atau tidak aktif dibandingkan dengan jumlah
cabang dan digunakan untuk mengevaluasi sebaran cabang tersebut pada seluruh tajuk mandarin.

3.5 Analisis statistik

Analisis varian dilakukan dengan menggunakan Software Analisis Statistik (SAS) versi 9.4. Untuk
setiap perbedaan yang signifikan antara perlakuan dievaluasi dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) di P = 0,05.
Daftar Pustaka

Azizu, M. R. (2016). Pembengkokan dan pembuahan pada masa transisi jeruk mandarinCV. Borneo
Prima di lahan basah Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. J. Hort, 26 (1): 81-88.
Chikmawa, T., & Surya Dwipa Irsyam , A. (2015). Peninjauan Ulang Marga Citrus (Rutaceae) Di
Kawasan Madura. Floribunda, 5(3).
Emi, B. (2014). Keragaman plasma nutfah jeruk danpengembangannya sebagai substitusi buah impor.
Tersedia online di http: //balitjestro.litbang.pertanian.go.id/keragaman-plasmanutfah- jeruk-dan-
pengembangannya-sebagai-subtitusi-buah-impor.
Morales, P. d. (2000). Pemangkasan dan pengaruh tepiiklim mikro tajuk, hasil dan kualitas buah orlando
tangelo. Ilmu hortikultura, 35 (1): 30-35.
Nafisah, S. S. (2013). Sikap dan persepsikonsumen terhadap jeruk lokal dan jeruk impor di pasar modern
Kota Bogor. Forum Agribisnis, 4 (1): 71-84.
Poerwanto, R., & AD, S. (2014). Teknologi Hortikultura. IPB Tekan, Bogor, ID.
Srisvatava, A., Singh, S., & AD, H. (2000). Analisis tentang jeruk berbunga - ulasan. Agric. Putaran, 21
(1): 1-15.
Sutopo, N., & Aji, T. (2016). Pengaruh la nina pada jerukpohon: studi kasus berbunga tiga spesies
jeruk di Batu, Indonesia. ( Abstr. PP30): Buku Program Seminar Internasional Hortikultura
Tropis.

Anda mungkin juga menyukai