Anda di halaman 1dari 81

,

KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN DARI Meretrix meretrix DI PANT AI JENU KABUPATEN TUBAN

Oleh:

BUDI SISW ANT ORO C 02498008

SKRIPSI

PROGRAM STUDIMANAJEMEN SUMBERDAYAPERAlRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Januari 2003

KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN DARI Meretrix meretrix DI PANT AI JENU

KABUP A TEN TIJBAN

Oleh:

BUDI SISW ANTORO C 02498008

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Mernperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilrnu Kelautan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDA Y A PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Januari 2003

Budi Siswantoro. C02498008. Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Penyebaran ' Dari Meretrix meretrix Di Pantai Jenu Kabupaten Tuban (Dibawah bimbingan Ismudi Muchsin dan Heryanto).

RINGKASAN

Meretrix meretrix merupakan bivalvia yang bemilai ekonomis untuk roasyarakat pesisir pantai Jenu kabupaten Tuban, Jawa Timur. Manfaat yang bisa diperoleh dari M meretrix sebagai sumber penghasilan dan sumber protein hewani bagi keluarga. Perroasalahan yang muncul adalah semakin sedikit hasil tangkapan M meretrix.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter pertumbuhan M meretrix.

Pola penyebaran dan kepadatan jenis M meretrix serta sifat fisika dan kimia perairan.

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002. Peri ode peogambilan sampel dilakukan sebulan sekali pada tiap akhir bulan .. Parameter fisika dan Kimia air yang diamati adalah suhu, kekeruhan dan salinitas. Selain itu juga diambil contoh substrat dan biota M meretrix. Lokasi penelitian adalah Desa Sugih Waras (111 °57'00" BT dan 07°17'00" LS), Kecamatan lenu, Kabupaten Tuban, Propinsi laws Timur. M meretrix diambil dari dalam bingkai kayu yang diasumsikan sebagai plot. Pembagian plot dilakukan secara sistematik. Daerah penelitian ditetapkan sebanyak 21 plot.

Analisa data adalah pola dispersi dan kepadatan untuk penyebaran M meretrix.

Analisa data yang lain adalah pengelompokan ukuran dan pendugaan parameter pertumbuhan. Pola pertumbuhan secara runtun waktu dianalisa dengan menggunakan paket ELEF AN I pada program FiSA T versi 2.0.1 yang dikeluarkan oleh ICLRAM FAO.

Suhu sangat berpengaruh pada kerang. Faktor yang dipengaruhi antara lain: metabolisme, pertumbuhan, keroatian dan respirasi. M meretrix dapat hidup secara normal pada suhu 26,0 - 31,0 °C. Peogukuran suhu air di pantai Jenu berada pada kisaran 27,4 - 28,6 °C.

Nilai salinitas akan mempengaruhi kelangsungan hidup larva trochopore pada saat penempelan, meropengaruhi keberhasilan pemijahan dan konsumsi oksigen. Kerang roampu hidup di perairan estuari pada kisaran salinitas 10,00 - 30,00 °/00' M meretrix dapat hidup di pantai Jenu karena nilai salinitas yang diukur sekitar 11,00- 24,5 ° °/00, Pada nilai salinitas yang tinggi ada kecenderungan dij umpai kepadatan M meretrix yang besar.

Nilai kekeruhan yang diukur cukup tinggi karena berkisar antara 14,00 - 60,50 NTU. Hal ini karena banyak partikel terlarut yang disebabkan oleh gelombang dan masukan air sungai Pancer. Pada nilai kekeruhan yang tinggi kecenderungan jurolah M meretrix sedikit.

Kepadatan M meretrix bulan Februari 2002 berkisar antara 7 - 9 ind/rrr', bulan Maret 2002 berkisar antara 6 - 9 ind/nr', bulan April 2002 berkisar antara 12 - 24 indlm2 dan bulan Juni 2002 berkisar antara 13 -17 Ind/rn". Kepadatan bulan Februari dan Maret tahun 2002 tergolong sedang.

I

Hasil pengamatan Indeks Dispersi dari M meretrix di pantai Jenu menunjukkan bahwa pemyebaran M meretrix mengikuti pola sebaran acak, Pola sebaran acak ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi substrat yang sebagian besar pasir dan merata di semua lokasi penelitian, Selain faktor substrat juga bisa disebabkan oleh ketersediaan makanan eli setiap tempat. M meretrix pada bulan Februari 2002 dikelompokkan menjadi lima kelompok ukuran. Panjang rata-rata adalah 15,29 mm, 24,25 mm, 29,15 mm, 35,47 nun dan 38,68 mm. M meretrix pada bulan Maret 2002 dikelompokkan menjadi empat kelompok ukuran. Panjang rata-rata adalah 30,73 nun, 35,18 nun, 39,44 mm dan 42,53 nun. M meretrix pada bulan April 2002 dikelompokkan menjadi empat kelompok ukuran. Panjang rata-rata adalah 23,77 mm, 30,04 mm, 36,93 mm dan 42,73 nun. M meretrix pada bulan Juni 2002 dikelompokkan menjadi empat kelompok ukuran. Panjang rata-rata adalah 27,35 mm, 38,98 mm, 44,11 mm dan 47,05 mm. Kelompok ukuran bulan Juni 2002 umumnya didominasi oleh kerang dewasa yang memasuki masa pemijahan.

Nilai parameter pertumbuhan La> sebesar 50,95 mm, nilai K sebesar 0,28 mmltahun dan nilai to sebesar -1,96. Persamaan Von Bertalanffy adalah

L, :::: 50,95(1 - e -{).28{I+i.96»).

SKRIPSI

: KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN DARI Meretrix meretrix D[ PANTA[ JENU KABUPATEN TUBAN

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa : Budi Siswantoro

NomorPokok

: C 02498008

Program S tudi

: Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. [r. [smudi Muchsin Ketua

Menyetujui:

I. Kornisi Pembimbing

[I. Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan

Tanggal Ujian: 31 Desember 2002

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN DARI Meretrix meretrix DI PANT AI JENU KABUP A TEN TUBAN. Skripsi ini disusun untuk menjadi dasar dalam penyelesaian tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Ismudi Muchsin dan bapak Ir. Heryanto, M. Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Fredinan Yulianda, M. Sc. dan Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran.

3. Ayahanda Redjo, Ibunda Masnuryati, Mas Akhmad Subaun, Mbak Rina dan Rudy Purnomo atas do'a, nasihat, kasih sayang dan kepercayaanya selama ini. 4. Ternan-ternan di Perikanan dan MSP angkatan 35 atas semua kerjasamanya selama ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Menyadari atas segala keterbatasan yang ada, rnudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2002

Penulis

DAFTARISI

Halaman

DAFTAR TABEL........................................................................................ Vll

DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN IX

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Tujuan.......................................................................................... 2

II. TINlAUAN PUSTAKA 3

A. Klasifikasi dan Morfologi .. 3

B. Siklus Hidup 3

C. Faktor Fisika dan Kimia yang Mempengaruhi M meretrix 5

D. Penyebaran dan Kepadatan "...................................... 7

E. Pertumbuhan................................................................................ 9

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN............................................... 12

A. Waktu dan Lokasi........................................................................ 12

B. Alat dan Bahan 12 .

C. Metode Kerja 12

1. Penentuan Stasiun Penelitian .. 12

2. Pengambilan Contoh Biota dan Kualitas Air 14

D. Analisa data................................................................................. 15

1. Pola Dispersi 15

2. Kepadatan lenis...................................................................... 16

3. Pengelompokan Ukuran 17

4. Pendugaan Parameter Pertumbuhan.............................. 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19

A. Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Pantai Jenu. 19

1. Suhu........................................................................................ 19

2. Kekeruhan 21

3. Salinitas 24

4. Substrat................................................................................... 27

B. Pola Penyebaran dan Kepadatan.................................................. 31

1. Pola Penyebaran 31

2. Kepadatan............................................................................... 34

C. Pengelompokan Ukuran Panjang dan Pertumbuhan

Meretrix meretrix 35

V. KESIMPULAN 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPlRAN .. 52

RIW A Y A T HIDUP "........ 70

DAFTAR TABEL

Tabel

Halarnan

1. Kategori ukuran partikel substrat (Brower et al)................................. 6

2. Indeks penyebaran M meretrix di pantai J enu................................... 31

3. Nilai kepadatan M meretrix di pantai Jenu bulan Februari, Maret,

April dan Juni tahun 2002................................................................... 34

4. Penge1ompokan ukuran M meretrix bulan Februari 2002... 35

5. Pengelompokan ukuran M meretrix bulan Maret 2002..................... 37

6. Pengelompokan ukuran M meretrix bulan April 2002................ ...... 39

7. Pengelompokan ukuran M meretrix bulan Juni 2002........................ 41

Vll

DAFrAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Morfologi M meretrix....................................................................... 4

2. Bagian dalarn M meretrix 4

2. Lokasi stasiun penelitian 13

4. Tipe substrat berdasarkan perbandingan pasir, liat dan debu

(Brower et aJ, 1990).......................................................................... 15

5. Sebaran suhu di Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni 2002... 20

6. Sebaran kekeruhan di pantai Jenu pada bulan Februari (I),

Maret (II) dan Juni (IV) tahun 2002.................................................. 21

7. Sebaran kekeruhan rata-rata di perairan Jenu.................................... 23

8. Sebaran salinitas di pantai Jenu pada bulan Februari (I),

Maret (II) dan Juni (IV) tahun 2002.................................................. 25

9. Se baran salinitas rata-rata di perairan J enu 26

10. Substrat pasir pada stasiun A, B, C, D, E dan F 27

11. Substrat pasir berlempung di substasiun 3 pada stasiun G................ 28

12. Substrat pasir di substasiun 1 dan 2 pada stasiun G 29

13. Hubungan antara persentase pasir dan jumlah organisme................. 30

14. Hubungan antara persentase liat dan jumlah organisme 30

15. Hubungan antara persentase debu danjumlah organisme................. 30

16. Jumlah organisme M meretrix di pantai Jenu bulan Februari, Maret,

April dan Juni 2002........................................................................... 33

17. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan Februari 2002 36

18. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan Maret 2002... 38

19. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan April 2002.... 40

20. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan Juni 2002...... 42

21. Penentuan nilai K pada program FiSAT 44

22. Gambar kurva pertumbuhan M meretrix 45

Vlll

Lampiran

Halaman

l. Data panjang kerang Meretrix meretrix 53

2. Data frekuensi panjang kerang Meretrix meretrix 62

3. Data suhu di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni

tahun 2002....... 63

4. Data kekeruhan di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni

tahun 2002 64

5. Data salinitas di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni

tahun 2002............................................................................................. 65

6. Data tekstur substrat di perairan pantai Jenu......................................... 66

7. Jumlah M Merertix pada pengamatan Februari, Maret, April dan Juni

tahun 2002 ,... 67

8. Perhitungan Chi kuadrat........................................................................ 68

ix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Moluska dari kelas bivalvia seperti Meretrix meretrix sudah sejak lama dimanfaatkan oleh manusia sehinggajenis ini bemilai ekonomis. Kerang ini juga telah dimanfaatkan oleh masyarakat Jenu di Kabupaten Tuban untuk bahan makanan atau rnenambah penghasilan keluarga. Pengambilan M meretrix di daerah intertidal Jenu dilakukan secara tradisional, langsung dengan tangan pada pagi hari ketika air rnulai surut. Kerang yang kelihatan langsung dipungut dan langsung dimasukkan ke dalam tas.

Jumlah orang yang mengambil M meretrix di Pantai Jenu berfluktuasi dari waktu ke waktu bergantung pada keberadaan sumberdaya itu sendiri. Ketika kerang ini banyak ditemukan, musim hujan dengan puncaknya sekitar bulan Desember, jumlah pengambil meningkat. Sementara itu di bulan-bulan lain tingkat pengambilan kerang menurun. Berdasarkan pengarnatan penulis yang tinggal di daerah Jenu, keadaan demikian terjadi sepanjang tahun secara terns menerus. Pembicaraan dengan penduduk di pantai tersebut mengindikasikan adanya penurunan perolehan kerang. Penulis memperkirakan penurunan ini karena dua hal yaitu bertambalmyajumlah orang yang mengambil kerang dan kemungkinan adanya penurunanjumlah kerang di pantai Jenu.

Pengambilan M meretrix yang dilakukan secara terns menerns di daerah Jenu sedikit banyak akan mempengaruhi populasi kerang ini. Tingginya tingkat eksploitasi menyebabkan turunnya populasi kerang M meretrix di daerah tersebut. Hal tersebut kemudian akan berpengaruh padajumlah rekruitmen M meretrix yang ada di alamo Jika rekruitmen berkurang maka ketersediaan stok M meretrix di alamjuga akan berkurang. Selanjutnya akan terjadi penurunan populasi. Dengan demikian terjadi siklus penurunan populasi. Akhirnya keadaan tersebut berpengaruh pada kehidupan masyarakat di pantai Jenu yang mata pencahariannya relatifbergantung padajumlah populasi M meretrix. Keadaan tersebut dapat diperparah lagi oleh kondisi lingkungan yang buruk

1

karena akan menyebabkan tingginya kematian M meretrix. M meretrix tidak bisa mentolerir adanya perubahan lingkungan yang drastis.

Penurunan populasi seperti disebutkan di atas dapat dihindari dengan perbaikan pengelolaan kerang di pantai Jenu dan dengan menjaga lingkungan agar tetap sesuai dengan kebutuhan optimum M meretrix. Tentu saja pengelolaan sumberdaya alam seperti kerang M meretrix memerlukan informasi yang tepat mengenai perikehidupan kerang itu sendiri. Hal tersebut harus dimulai dengan mencari informasi tentang parameter populasi dan kondisi lingkungan tempat hidup M meretrix. Parameter populasi yang dapat dikaji antara lain: pertumbuhan, kematian dan rekruitmen.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji populasi dan kondisi lingkungan M meretrix di Pantai Jenu, sebagai tahap awal bagi pengelolaannya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan bagi pengambil kebijakan untuk pengelolaan M meretrix, sehingga sumberdaya alam tersebut bermanfaat bagi masyarakat Jenu secara lestari.

B. Tujuan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :

I. Mengetahui parameter pertumbuhan dari M meretrix.

2. Mengetahui pola penyebaran dan kepadatanjenis dari kerang M Meretrix.

3. Mengetahui kualitas air dan substrat di tempat hidup M Meretrix.

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. -Klasiflkasl dan Morfologi

Klasifikasi lamis (Meretrix meretrix) menurut Abbot (1974).

Filum: Moluska Klas : Bivalvia

Subklas : Heterodonta

Ordo : Veneroida

Superfamili : Veneroidea Famili : Veneridae

Subfamili : Meretricinae Genus: Meretrix

Spesies : Meretrix meretrix

Menurut Nateewathana (1994) ciri morfologi M meretrix adalah: cangkang tipis, licin, berkilap, tubuh berbentuk seperti telur, ujung belakang panjang dan beberapa datar, umbo besar, menggembung pada bagian tengah anterior dan ramping di bagian depannya, pennukaan halus, palial sinus dalam, warna bervariasi, bagian anterior berwarna putih (Gambar 1 dan Gambar 2).

B. Siklus Hidup

M meretrix adalah hewan yang bersifat diosious, sehingga ada individu yang menghasilkan sel sperma dan ada individu yang menghasilkan sel telur. Pemijahan M meretrix di alam terjadi pada bulan Mei sampai Agustus. Pada saat pemijahan M meretrix akan keluar dari substrat lalu masing masimg individu akan mengeluarkan sel sperma dan sel telur. Pembuahan akan berlangsung jika sel sperma bertemu dengan sel telur. Enam belas jam setelah pembuahan embrio akan berkembang menjadi larva Ir-shaped veliger. Larva D-shaped veliger adalah larva yang berenang bebas, larva ini biasanya dikenal sebagai planktonik larva. Perkembangan selanjutnya adalah muncul pediveliger setelah enam hari. Juvenil muda muncul setelah 17 hari. Pada

3

4

tahap juvenil muda ini M meretrix mulai melakukan settlement. Tahap akhir dari perkembangan larva adalah juvenile setelah 2,5 bulan. Pada tahap juvenile ini telah muncul berbagai corak wama cangkang (Nugranad dan Noodang et ai, 2000).

Gambar 1. Bentuk luar M Meretrix

6

8 1 23

I Anteriorl

-4 I Posterior I ..._#--+- 5

I Panjang Total I

Gambar 2. Bagian dalam cangkang M meretrix

Keterangan: l.umbo, 2. ligamen, 3. gigi lateral, 4. bekas otot aduktor posterior,S. palial sinus, 6. palialline, 7. bekas otot aduktor anterior, 8. gigi lateral anterior dan 9. gigi kardinal

5

'-

C. Faktor Fisika dan Kimia Air yang Mempengaruhi M. meretrix Keberadaan kerang di habitatnya akan sangat bergantung pada faktor fisika dan kimia lingkungan. Beberapa faktor fisika dan kimia yang berpengaruh adalah suhu, substrat, kekeruhan dan salinitas.

Suhu sangat berpengaruh secara langsung maupun tidaklangsung terhadap kehidupan biota laut. Wilbur dan Owen (1964) menyatakan bahwa suhu akan berpengaruh langsung terhadap metabolisme tubuh. Pertumbuhan tubuh ak.an menjadi rendah atau bahkan berhenti sama sekali bila suhu berubah ekstrem, Pengaruh langsung yang ditimbulkan adalah kematian serta menghambat pertumbuhan, metabolisme dan respirasi (Hutagalung in Ginting, 1999). Sementara itu biota di daerah tropis terkondisi dengan kisaran suhu yang relatif sempit dan stabil (Widigdo, 2001) sehingga perubahan suhu sedikit saja akan menyebabkan gangguan terbadap kehidupan dan kesehatan biota. Kebanyakan M meretrix mampu hidup pada kisaran suhu normal 26-31 °c (Setyawati, 1986).

Pengaruh tidaklangsung suhu terhadap biota perairan adalah mengubah faktor fisika-kimia perairan. Meningkatnya suhu perairan akan meningkatkan daya akumulasi berbagai zat kimia serta menurunkan kadar oksigen dalam air. Kenaikan akumulasi zat kimia akan berpengaruh terhadap metabolisme biota perairan seperti M meretrix, tennasuk keseirnbangan kadar garam di dalam tubuh kerang. Penurunan kadar oksigen di dalam air air ak.an berpengaruh terhadap pemafasan biota perairan.

Substrat sangat berperan penting bagi hewan penghuni dasar. Peranan substrat antara lain: ternpat hidup hewan epifauna dan hewan infauna, tempat meneari makan terutama bagi pemakan deposit dan tempat berlin dung dari serangan predator serta proses-proses fisika dan kirnia perairan bagi infauna yang membenamkan diri (Setyawati, 1986). Nybakken (1988) menyatakan bahwa hewan penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada substrat lumpur dan substrat lunak yang merupakan daerah dengan kandungan bahan organik lebih sedikit. M meretrix sebagai hewan pemakan plankton dan

membenamkan diri menyukai habitat pasir haIus. Hal ini karena substrat pasir halus mempunyai retensi yang tinggi terhadap kehilangan air dan kemudahannya untuk digali.

Secara khusus Brower, Zar dan Von Ende (1990) mengelompokkan substrat kedalam beberapa kategori menurut ukuran diameter partikelnya seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kategori ukuran partikel substrat (Brower et al., 1990)

Kategori I>iameter (mm) Partikel (Il)

Liat <0,002 <2
Debu 0,002-0,05 2-50
Pasir sangat halus 0,05-0,1 50-100
Pasir haIus 0,1-0,25 100-250
Pasir sedang 0,25-0,50 250-500
Pasir kasar 0,50-1,00 500-1000
Pasir sangat kasar 1,00-2,00 1000-2000 Kekeruhan di suatu perairan merupakan faktor yang berpengaruh pada kehidupan bivalvia. Bivalvia sebagai hewanjilter feeder akan terganggu pada saat penyaringan makanan jika perairan terlalu keruh. Disamping itu, kekeruhan yang tinggi akan menurunkan kecerahan perairan serta rnengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga menghambat proses fotosintesis dan menurunkan produktifitas perairan. Nybakken (1988) menyatakan bahwa kekeruhan pada perairan pesisir tidak sarna sepanjang tahun, air akan sangat keruh pada musim hujan karena aliran limpasan yang biasanya disertai dengan kandungan sedimen tinggi. M meretrix jarang ditemukan pada lokasi tepat di depan mulut sungai. Hal ini karena perairan di depan mulut sungai sifatnya mudah teraduk sehingga air lebih keruh. Ketidakseimbangan substrat akan menghambat kerang untuk membenarnkan diri (Setyawati, 1986). Wiranti (1987) mengatakan bahwa kekeruhan terjadi pada waktu singkat selama banjir tidak ada pengaruh terhadap kerang, tetapi jika kekeruhan terjadi dalam waktu yang cukup panjang kemungkinan akan

6

7

mempengaruhi pertumbuhan alga yang sangat dibutuhkan oleh kerang. Substrat yang stabil akan sangat membantu pada saat proses penempelan larva.

Salinitas menggambarkan keadaan garam di perairan. Pada umumnya salinitas disebabkan oleh tujuh ion utama yaitu: natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), klor (CI), sulfat (S04) dan bikarbonat (HC03) (Widigdo, 2001). Menurut N ybakken (1988) fluktuasi salinitas secara alamiah di daerah pasang surut disebabkan oleh dua hal, yaitu penguapan besar dan hujan lebat. Kerang-kerangan mampu hidup pada perairan estuari dengan salinitas 10 - 30 °/00 maupun pada perairan laut dengan salinitas berkisar antara 33 °/00 sampai 37 °/00, Kerang-kerangan sulit hidup baik pada perairan yang berfluktuasi salinitas tinggi, yaitu berkisar antara 0 - 22 °/00 (Setyawati, 1986). Salinitas pun sangat berpengaruh pada larva trochopore sampai pada tahap penempelan spat. Penempelan spat akan berjalan lancar dan anakan kerang tetap bertahan hidup jika salinitas perairan 29 - 30 °/00 (Setyobudiandi, 2000). Menurut Bielawski in Wilbur dan Owen (1964) menyatakan bahwa kebutuhan oksigen kerang Dreissena polymorpha di laut Kaspia akan optimal pada kisaran salinitas 7,2- 10 ,0 ° 100 dan kebutuhan oksigen akan menurun pada salinitas di atas 10,0 0100 .

D. Penyebaran dan Kepadatan

Secara geografik, kerang M meretrix mempunyai sebaran yang cukup di Indonesia. M meretrix adalah hasil tangkapan para nelayan di daerah Aceh (pantai timur), Jawa Barat (pantai selatan), Sumatera Utara (pantai timur), Riau (pantai tirnur), Jawa Timur (pantai utara), Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku dan Irian Jaya (Dirjen Perikanan, 1994).

Secara vertikal, kelas Pelecypoda ditemukan mulai batas pasang terendah sampai kedalaman 75 rn. Kerang jenis M meretrix mampu hidup di daerah intertidal sampai daerah subtidal dengan kedalaman sekitar 20 m. Pada perairan yang lebih dalam kemampuan sinar rnatahari untuk rnencapai dasar perairan akan terhalang oleh berbagai partikel terlarut, sehingga proses fotosintesis fitoplanktonjadi terganggu. Jika fotosintesis fitoplankton

meretrix eenderung melakukan proses penempelan pada daerah yang kaya makanan.

M meretrix menyukai habitat berupa substrat pasir halus karena kerang ini menguburkan dirinya. Pasir halus meroudahkan kerang ini roerobenarokan diri. Kedalaman M meretrix roembenarokan diri tidak terlalu besar karena kerang ini meropunyai siphon yang pendek. Sebagai hewanjilter feeder M meretrix tidak akan mampu menjulurkan siphonnya keluar dari lapisan perroukaan untuk menyaring makananjika hidupnya di tempat yang lebih dalam (Setyawati, 1986).

Krebs (1989) menyatakan bahwa penyebaran adalah sebaran individu suatu populasi dari tempat hidupnya Terjadinya penyebaran dari individu suatu populasi ini bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan hidupnya dan keadaan populasi itu sendiri (Odum, 1971). Noverzan (1987) menyatakan bahwa pada umumnya pola dispersi dan keadaan tubuh biota makrofauna benthik dipengaruhi oleh substrat dasar dari tempat hidupnya. Penyebaran kerang pada pantai berpasir sangat dipengaruhi oleh gradien ukuran partikel.

Odum (1971). Krebs (1989) dan Parsons, Takahashi dan Hargrave (1977) menyatakan bahwa pola dispersi seeara garis besar ada 3 buah mengikuti pola sebaran peluang, yaitu pola acak, homogen dan mengeloropok. Umumnya organisme benthik yang relatif sessil eenderung roengikuti pola dispersi mengelompok, sedangkan tingkat agregasi dari pola dispersi tersebut tergantung pada kondisi substrat dasar dan kondisi lingkungan teropat hidupnya

Menurut Krebs (1989) kepadatan adalahjurolah biota perunit area atau perunit massa, misalnya 100 ekor per hektar. Kepadatan populasi suatu habitat sangat dipengaruhi oleh imigrasi dan natalitas yang memberi penambahan jumlah kepada populasi. Sedang emigrasi dan mortalitas roemberi pengurangan jurnlah kepada populasi. Kerang dengan kepadatan 50-100 ind/rrr' disebut

9

kepadatan maksimum, kepadatan 16-50 ind/m2 disebut kepadatan sedang dan kepadatan 7-16 ind/nr' disebut kepadatan minimum (Tuan, 2000).

E. Pcrtumbuhan

Pertumbuhan adalab perubaban ukuran panjang atau berat tubuh pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dan biota air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) suhu dan kualitas air, (2) ukuran, kualitas dan ketersediaan makanan organisme, (3) ukuran, umur dan j enis kelamin ikan bersangkutan, dan (4) jumlab biota lain yang memanfaatkan sumber makanan yang sarna. Menurut Wilbur dan Owen (1964) ada dua macam pertumbuhan yang dijumpai yaitu : pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak adalab perubaban ukuran baik berat maupun panjang yang sebenamya dalam waktu satu tabun. Pertumbuhan nisbi adalah persentasc pertumbuhan pada tiap interval waktu.

Menurut (Effendie, 1997) pertumbuhan allometri adalah perubahanperubaban kecil saja dari sebagian tubuh biota, misalnya perubahan panjang cangkang. Pertumbuhan isometric atau isogenik adalab perubaban terus menerus secara proporsionil yang terjadi pada biota. Pertumbuhan kerang biasanya diduga dari peningkatan panjang maksimum atau minimum pada bagian anterior dan posterior.

Kajian pertumbuhan terhadap makhluk hidup seperti M meretrix pada dasarnya menyangkut ukuran badan sebagai fungsi dari umur. Data komposisi umur kerang biasanya didapatkan dengan menghitung lingkaran tabun pada bagian keras seperti cangkang kerang. Lingkaran-lingkaran tahun ini dibentuk oleh adanya fluktuasi kondisi lingkungan yang senantiasa berubab dari waktu ke waktu. Lingkaran tabun ini dapat dibedakan dari musim ke musim terutama untuk biota yang hidup di daerab subtropis. Untuk biota yang hidup di daerab tropis perubaban yang terjadi pada lingkaran-lingkaran tabun relatif sulit dibaca. Hal ini sangat berkaitan dengan fluktuasi kondisi lingkungan yang jarang berubab secara drastis. Metoda yang mungkin untuk menganalisa

10

pertumbuhan badan sebagai fungsi dari umur adalah analisa data frekuensi panjang.

Model pertumbuhan yang dipakai harus mampu menjelaskan dan memprediksi perubahan yang terjadi pada biota pada suatu waktu. Model pertumbuhan Von Bertalanffy adalah salah satu dari model pertumbuhan yang dapat dipakai untuk menjelaskan pertumbuhan dari kerang M meretrix di pantai J enu.

Program ELEFAN I berkaitan dengan estimasi parameter-parameter pertumbuhan dengan menggunakan analisa frekuensi panjang (Pauly dan David, 1981 ; Pauly, 1987). ELEFAN I digunakan untuk mengestimasi parameter pertumbuhan ikan dan invertebrata. Parameter pertwnbuhan diestimasi dengan persamaan Von Bertallanfy Growth Formula (VBGF) bermusim,

ELEFAN I terdiri atas dua tahap utama yaitu :

Tahap 1. Melakukan Restrukturisasi frekuensi-panjang Tahap 2. Penyesuaian kurva pertumbuhan

Proses restrukturisasi frekuensi panjang dengan cara mengatur grup-grup panjang. Untuk mengoperasikan ELEF AN I dalam penyesuaian kurva-kurva pertwnbuhan lebih mudah dilakukan dengan runtun waktu. Dengan data yang telah direstrukturisasi memungkinkan untuk menentukan suatu ukuran objektif untuk goodness of fit. Pauly dan David (1981) menyarankan perbandingan

ESP

ASP. ASP (Available Sum of Peak) adalah skor maksimum yang dapat

dicapai sebuah kurva, yaknijumlah dari puncak-puncak positifyang ditunjukkan dengan panah-panah. ESP (Explained Sum Of Peaks) adalah skor yang digunakan untuk mengukur seberapa dekat suatu kurva mendekati the best

ESP

fit. Kurva pertumbuhan yang meropunyai nilai ASP tertinggi yang dipilih.

ELEF AN I bekerja dengan persamaan pertumbuhan Von Bertallanfy yang

11

dikaitkan dengan musim (Pauly dan Gaschutz, 1979 in Sparre dan Venema, 1999).

L, ~ L. • [l-eXp{- K'V -1.)-( ~~). Sinv -rJ}]

Ini adalah persamaan Von Bertallanfy biasa dengan tarnbahan terminologi :

(~~). Sin(t -r.)

keterangan : 1r = 3,14159

Terminologi itu menghasilkan osilasi laju pertumbuhan secara aktual dengan mengubah 10 dalam tahun. Parameter ts disebut titik musim panas dan mengambil nilai antara 0 dan 1. Saat dimana pecahan ts dari tahun itu telah terlewati laju perturnbuhan menjadi paling tinggi, Pada saat tw = ts + 0,5 (tw adalah titik rnusim dingin) rnaka laju pertumbuhan rnenjadi yang terkecil. Parameter C (amplitude) juga biasanya mengambil nilai antara 0 dan 1. Bila C=O berarti tidak terjadi sifat musiman dalam laju pertumbuhan. Nilai C untuk pengamatan daerah tropis adalah O.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi

Penel i tian ini dilaksanakan di Desa Sugih Waras ( 111 Os 7' 00" BT dan 07°17'00" LS), Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Jenu adalah salah satu wi 1 ayah di Kabupaten Tuban yang mempunyai kondisi pantai yang landai dengan substrat pasir berlumpur. Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Februari sampai Juni tahun 2002. Pengambilan contoh dilaksanakan sebanyak empat kali.

Kegiatan penelitian di lapangan meliputi pengambilan contoh air, substrat dan biota. Selanjutnya dilakukan analisa parameter fisika dan kimia air, ukuran panjang cangkang dan komposisi substrat. Parameter fisika dan kimia air yang diamati adalah suhu, salinitas dan kekeruhan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk mengambil biota adalah bingkai kayu dengan ukuran luas 1 m2 dan tinggi 30 cm. Alat yang digunakan untuk mengukur biota adalah kaliper. Alat yang digunakan untuk mendapatkan data parameter fisika-kimia perairan adalah termorneter, S-C- T -meter Analog YSI model 33, turbiditimeter, penggaris kayu dan botol contoh. Bahan yang digunakan untuk mengawetkan biota adalah alkohol 70%.

C. Metode Kerja

1. Penentuan Stasiun Penelitian

Penentuan titik stasiun dilakukan secara sistematik. Titik stasiun disusun sejajar dengan garis pantai. Jumlah titik stasi un ada tujuh buah. Jarak antara dua stasiun minimal 50 m. Satu titik stasiun mempunyai tiga buah titik pengamatan. Penentuan titik pengamatan antara satu dengan yang lainnya dibedakan oleh jarak dari garis pantai. Setiap titik pengamatan mempunyai luas 1 m2•

12

111 °57'00" BT

LautJawa

u

Jarak ± 1000 m
S
Jarak ± 100 m
C D E F G 0
a....._.. a a a a 1 -...l
0
-
-.l
0
a a a a a 2 ~
l'
(JJ
a a a a a 3
II1II ..
Jarak ± 300 m A B

a a

Jarak±25m * a a

a a

t

a

Titik pengamatan

Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D Stasiun E Stasiun F Stasiun G

Sungai Pancer

Lokasi di desa Sugih Waras (111°S7'OO"BT dan 07°17'OO"LS), Kecamatan Jenu,

Kabupaten Tuban,

Propinsi Jawa Timur

Gambar 2. Penentuan stasiun penelitian

14

Cara untuk mengambil M meretrix dari pantai adalah sebagai berikut: terlebih dahulu ditentukan 21 titik pengamatan, bingkai kayu diletakkan pada titik-titik ini. M meretrix yang dijumpai di dalam bingkai kayu diambil selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik yang sudah di lebel, M meretrix yang ada di plastik selanjutnya diawetkan dengan larutan alkohol 70 %. Sampel awetan ini selanjutnya di bawa ke laboratorium Moluska Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI Cibinong untuk diukur panjang cangkang. Panjang cangkang diukur dari bagian ujung posterior sampai ujung anterior. Panjang cangkang yang diukur ini adalab panjang total dari M meretrix.

Pengukuran dan pengambilan contah air dilakukan bersamaan dengan pengambilan M meretrix. Pengukuran parameter fisika kimia air ada yang dilakukan langsung di lapangan tetapi ada juga yang dikerjakan di laboratorium. Pengukuran suhu dilakukan di lapangan secara lang sung. Sedangkan pengukuran kekeruhan dan salinitas dilakukan di laboratorium Limnologi di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB.

Contob substrat dasar perairan diambil pada masing-masing stasiun lalu dimasukkan ke dalarn kantong plastik dan diberi label. Contoh substrat dasar dianalisa untuk mengetahui komposisi persentase liat, debu, dan pasir. Penentuan tipe ini menggunakan segitiga Miller (Brower et ai, 1990) yang menggolongkan tipe substrat berdasarkan perbandingan liat, pasir dan debu. Analisa tekstur substrat dilakukan di Laboratorium Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Bogar.

11)(1 I)

100 so

80

3'J

70 60 !O 40

I Persentase pasir

10

o

Gambar 4. Tipe substrat berdasarkan perbandingan pasir, Hat dan debu (Brower e/ al.,1990)

D. Analisa Data

1. Pola Dispersi

Dispersi dari biota ditentukan pola atau bentuknya dengan rnenggunakan indeks Dispersi Morissita (Brower et al., 1990).

Rumus untuk rnencari pola dispersi :

keterangan :

n = Jumlah unit pengambilan contoh

15

16

indeks Dispersi Morissita dengan kriteria sebagai berikut :

Id = I : Pola dispersi acak

Id > 1 : Pola dispersi mengelompok Id < 1 : Pola dispersi seragam

Uji chi kuadrat untuk mencari kecocokan dan digunakan untuk menguji apakah distribusi yang diamati menyimpang secara signifikan dari suatu distribusi frekuensi hipotesis yang diharapkan. Kriteria uji chi kuadrat

derajat bebas k-I keterangan :

Oi = frekuensi yang diamati, kategori ke-i Ei = frekuensi yan diharapkan, kategori ke-i. K = jumlah kategori

Nilai X2 hitung dibandingkan dengan nilai X2 tabeL Jika nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka penyebaran adalah mengelompok. Pada saat X2 hi tung lebih kecil dari X2 tabel maka penyebaran adalah acak.

2. Kepadatan Jenis

Kepadatan adalah jumlah individu persatuan luas atau volume (Brower et al., 1990). Kepadatan jenis kerang persatuan luas dapat dihitung dengan

rumus:

D=.!_

m

keterangan :

D = kepadatan jenis kerang

x = jumlah individu jenis kerang pada kuadrat yang diukur (ind) m = luas kuadrat pengambilan contoh (m 2)

17

3. Pengelompokan Ukuran

Untuk mengelompokkan suatu data distribusi frekuensi panjang menjadi beberapa kelompok ukuran, maka digunakan metode Bhattacharya. Metode Bhattacharya adalah metode yang digunakan untuk memisahkan data sebaran frekuensi panjang ke dalam beberapa distribusi normal (sebaran normal) dari distribusi total. Satu distribusi normal yang telah ditentukan akan menggambarkan satu kelompok kerang yang mempunyai kelom pok umur yang berbeda dari kelompok umur lainnya. Distribusi normal mempunyai persamaan sebagai berikut :

FC(X)=[ n*dl ]e-(~)

s *.,fi;

keterangan :

Fe (x) = Frekuensi teoritis n = Jumlah ikan

dl = interval kelas

x =- panjang rata-rata s = standar deviasi

Suatu distribusi normal dapat ditransfonnasikan ke dalam suatu garis lurus apabila angka-angka diganti dengan logaritmanya dan perbedaan dihitung diantara nilai-nilai yang berurutan. Dengan menganggap A Log F sebagai peubah y dan titik tengah kelas pada sebaran frekuensi panjang kerang sebagai peubah bebas x, maka didapatkan hubungan :

Y=a+bx keterangan :

X= titik tengah kelas

Y = selisih Log frekuensi

Selanjutnya nilai rata-rata dan simpangan baku satu distribusi normal dapat dicari.

Panjang rata-rata mempunyai rumus :

a X=--

b

18

Simpangan baku mempunyai rumus : dl

s=-

-b

4. Pendugaan Parameter Pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan kerang berdasarkan rumus Von Bertalanffy dengan persamaan

L, = L"" ( 1 - e -K(t-to))

keterangan :

4 = Panjang kerang pada saat umur t (mm) L = Panjang infinit

00

K = Laju pertumbuhan kerang

to = Umur pada saat panjang 0

Untuk mendapatkan parameter-parameter pertumbuhan

( L, dan L",,) dad persamaan Von Bertalanffy, maka digunakan meta de FordWalford. Metode Ford-Walford dilakukan dengan meregresikan panjang biota pada waktu t (L) dengan panjang biota pada saat t+l (L t+l). Bentuk persamaan Ford-Walford yang sudah dilinierkan adalah 4+1 = a + L atau Y = a + b X. Dengan meregresikan 4+1 pada sumbu Y dan L, pada sumbu X maka akan didapatkan nilai a sebagai titik perpotongan pada sumbu X dan sumbu Y dan b sebagai kemiringan. Dari nilai a dan b selanjutnya dapat di cari nilai koefisien pertumbuhan ( K) dan panjang infinit (L ).

00

K = - Log eb L = .E:

'" I-b

Untuk mencari parameter pertumbuhan (to) maka digunakan rumus Pauly.

Log 1 0 (-to) = - 0,3922 - 0,275 Log 10 L 00 - 1,038 Log 10K

A. Parameter Fisika dan Kimia Perairan di Pantai Jenu 1. Suhu

Perbedaan nilai suhu yang terukur bisa disebabkan oleh musim, waktu pengamatan dan adanya awan. Suhu pada musim hujan dan pagi hari lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu pada musim kemarau dan pada siang hari. Pada musim hujan, awan yang terbentuk dan terakumulasi di anglcasa akan menghambat sinar matahari yang diterima perairan. Hal ini akan meyebabkan rendahnya suhu yang terukur. Sebaliknya sedikit atau tidak adanya awan, seperti pada musim kemarau, akan memudahkan sinar matahari sampai ke perairan dan memanaskannya, sehingga nilai suhu akan tinggi. Pada pagi hari juga suhu perairan lebih rendah karena pada saat itu kalor telah dilepas ke lingkungan sekitar perairan sementara pemasukan kalor tidak dimungkinkan karena tidak adanya sinar matahari di waktu malam.

Sebaran subu menunjukkan bahwa suhu pada bulan Februari, Maret dan April tahun 2002 berkisar antara 27,0 - 28,0 DC. Sedangkan untuk bulan Juni 2002 suhu berkisar antara 28,0 - 29,0 DC. Subu pada bulan Februari • Maret dan April tahun 2002lebih rendah dari suhu bulan Juni 2002. Hal ini mungkin karena bulan Februari, Maret dan April tahun 2002 adalah musim hujan, sedangkan pada bulan Juni 2002 adalah musim kemarau (Gambar 5).

Suhu perairan pantai Jenu sangat coeok untuk M meretrix. Metabolisme tubub dan perkembangan eangkang bivalvia akan dipengaruhi oleh suhu (Wilbur dan Owen, 1964). M meretrix mampu hidup pada kisaran suhu normal 26,0 - 31,0 °c (Setyawati, 1986). Pada kisaran suhu yang disebutkan itu metabolisme tubuh dan perkembangan eangkang M meretrix tidak akan mengalami gangguan. Demikian juga pada suhu dengan kisaran 27,0 - 29,0 "C kemungkinan metabolisme tubub dan perkembangan eangkang M meretrix di Jenu tidak mengalami gangguan.

19

20

Pemijahan M meretrix sangat tergantung pada suhu. M. meretrix memijah pada suhu antara 26,0 - 29,0 °C (Nugranad et al, 2000), Berdasarkan hal ini pemijahan M meretrix di pantai Jenu pada bulan Juni akan berhasil jika dilihat dari faktor suhu.

Februari

30,00 ... --------------, i! 29,00 I

~ 28,00- ~ ! 1:

VI 27,00 ! ! ! F-=

26,00 +-------------1

5t.A 51. B si C 51. 0 51. E 5t. F 51. G 5tasiun

~ ;~:~~l

"§ 28,00 1-- ---r/---::o'f.----..f-f.----..!-i

• 27,00 fIr--

26,00 +--------------1

Maret

Gambar 5. Sebaran suhu di Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002

StA StB si.c St.D St.E St.F st.o

StHlun

April

~.OO

i ~:t f I f I § ufl

26.00 ,

SI. A 51. B SI. C SI. 0 SI. E SI. F 5t. G Slasiun

Juni

30,00 ... ------------,

::::0 29,001 ~!

~ ~~:~~! !

26,00 +- -----------;

!

I

St.A St. B 51. C 51. 0 SI. ESt. F 51. G Stasiun

21

2. Kekeruhan

Hasil pengarnatan kekeruhan di setiap stasiun pada bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002 clap at dilihat pada garnbar di bawah ini.

Fe bruari (I)
~ 75
!.. 60
c; 45
! 30
2 15
J 0
::! SI.A St.B St.C SI.D SI.E St.F St.G
Staslun
Maret (II)
~ 7S
!.. 60
c; 45
I'll 30
.c
2 15
CD 0
~
CD St.A SlB SlC SLD SlE St.F SlG
~
Stasiun
April (III)
~ 75
!.. 60
e 45
~ 30
2 15
J
CD 0
~ St.A St.B St.C St.D St.E St.F St.G
Stasiun
Juni (IV) c; 75~----------------------~

~ _ 60 .. ------~'

2 =» 45 .. -~.---~- ---j1lEli~----1 III s;: 30 .. -~.-'-'

11 - 15 __

::.:: 0 -----

St.A St.B St.C St.D St.E St.F St.G Stasiun

Iii! sub stasiun 1 II sub stasiun 2 II sub ~sjun £l

Gambar 6. Sebaran kekeruhan di pantai Jenu pada bulan Februari (I), Maret (II), April (III), dan Juni (IV) tahun 2002

22

Pengamatan secara vertikal rnenunjukkan bahwa semakin ke tepi pantai pada posisi pengamatan, maka sernakin tinggi nilai kekeruhan (Gambar 6). Hal itu terlihat pada substasiun tiga, urnumnya nilai kekeruhan lebih tinggi daripada nilai kekeruhan di substasiun satu dan dua. Kondisi tersebut terjadi karena pengaruh gelornbang yang rnengaduk substrat. Pada substasiun tiga yang rnempunyai nilai kekeruhan tinggi pengadukan substrat oleh gelornbangjuga tinggi, Untuk substasiun satu nilai kekeruhan lebih rendah, hal ini terjadi karena pengadukan substrat oleh gelombang juga rendah. Adannya perbedaan kekuatan gelornbang dalam mengaduk substrat mungkin karena tingkat kedalaman yang berbeda pada masing-masing substasiun.

Pengamatan secara horizontal sejajar garis pantai menggambarkan bahwa stasiun-stasiun yang dekat dengan muara sungai Pancer mempunyai nilai kekeruhan yang lebih tinggi (Garnbar 6). Untuk setiap pengamatan nilai kekeruhan tinggi umumnya ditemukan pada stasiun D dan stasiun E. Sebagaimana diketahui bahwa stasiun D dan stasiun E mempunyai posisi yang dekat dengan muara sungai. Selain

i tu nilai kekeruhan akan cenderung menurun j ika j arak stasiun j auh dari muara sungai Pancer. Kondisi tersebut terlihat pada stasiun A, B, C, F dan G.

Nilai kekeruhan di perairan estuari bisa bervariasi pada setiap tempat dan waktu.

Gambar 6 menunjukkan nilai kekeruhan yang berubah menurut waktu. Kekeruhan pada bulan Februari 2002 berkisar antara 14,00 - 55,00 NTU, bulan Maret 2002 berkisar antara 19,00 - 66,00 NTU, bulan April 2002 berkisar antara 15,00 - 39,50 NTU dan bulan Juni 2002 berkisar antara 17,00 - 52,40 NTU. Perbedaan nilai kekeruhan yang diukur selama empat bulan menunjukkan bahwa nilai kekeruhan di perairan pesisir tidak sarna sepanjang tabun. Kekeruhan perairan pesisir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain limpasan air tawar dari daratan yang membawa lumpur, adanya ombak yang mengaduk dasar perairan, banyaknya partikel organik dan anorganik yang terlarut dan aktifitas masyarakat yang membuang sarnpah dan limbah di laut. Nilai kekeruhan pada bulan Februari 2002 dan Maret 2002 mungkin banyak dipengaruhi oleh limpasan air tawar dari sungai Pancer. Nilai kekeruhan bulan April 2002 rendah karena akhir musim hujan dan biasanya ditandai oleh berkurangnya limpasan air tawar. Pada bulan Juni 2002 gelombang laut kelihatanya

23

sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan nilai kekeruhan. Gambar 8 memperlihatkan nilai kekeruhan rata-rata di perairan Jenu pada bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002. Nilai kekeruhan rata-rata tertinggi ditemukan pada bulan Maret 2002 sebesar 40,00 NTU dan nilai kekeruhan rata-rata terendah ditemukan pada bulan April 2002 sebesar 24,57 NTU. Hal ini karena pada bulan Maret 2002 ada limpasan air tawar dari daratan dan di bulan April 2002 hal tersebut agak berkurang. Selain itu, adanya ombakjuga bisa berpengaruh pada tingginya nilai kekeruhan. Sebagaimana dibuktikan pada pengamatan kekeruhan bulan Juni 2002.

55,00 .-. 50,00 ~ 45,00 ~ 40,00 ffi 35,00 '5 30,00 Q) 25,00 ~ 20,00 ~ 15,00

10,00




/"" <,
»< <,
V <, --- Februari

Maret

April

Juni

Bulan Pengamatan

Gambar 7. Sebaran kekeruhan rata-rata di perairan Jenu

Pengaruh nilai kekeruhan yang tinggi terhadap kerang adalah mengurangi kandungan oksigen yang dihasilkan proses fotosintesis. Hal ini karena sinar matahari yang dibutuhkan fitoplankton pada proses fotosintesis terhambat partikel-partikel yang terlarut di air, sehingga dengan sedikitnya kandungan oksigen bisa saja kerang , akan mati. Pengaruh yang lain adalah kerang akan memerlukan energi yang tinggi untuk memisahkan makanan dan partikel yang tidak diperlukan pada perairan yang keruh (Quayle dalam Setyobudiandi, 2000).

Nilai kekeruhan yang diperbolehkan pada budidaya air laut nilainya kurang dari 30,00 NTU (Kep. Menteri Lingkungan Hidup, 1988). Perairan dengan nilai

24

kekeruhan diatas 30,00 NTU dikatakan sebagai perairan dengan ni1ai kekeruhan tinggi. Perairan Jenu yang nilai kekeruhannya diatas 30,00 NTU tidak cocok untuk budidaya air 1aut. Lokasi dekat muara sungai Pancer seperti pada stasiun D dan stasiun E ada1ah lokasi dengan nilai kekeruhan yang tinggi tidak cocok untuk lokasi budidaya kerang.

3. Salinitas

Nilai salinitas di perairan pesisir dipengaruhi oleh limpasan air tawar dan sinar matahari. Jika masukan air tawar ke perairan pesisir besar nilai salinitas menurun. Sebaliknya, jika masukan air tawar sedikit maka nilai sa1initas akan naik. Penyinaran matahari dalam waktu lama akan meningkatkan penguapan air laut selanjutnya nilai salinitas akan naik. Penyinaran matahari dalam waktu sebentar akan mengurangi penguapan air laut dan berakibat pada penurunan nilai salinitas.

Penyebaran salinitas secara vertikal pada gambar 8 menunjukkan bahwa lokasi penelitian yang semakin kearah laut maka nilai salinitasnya menjadi semakin tinggi. Hal ini karena pengaruh air laut yang lebih kuat daripada pengaruh daratan. Untuk lokasi yang dekat daratan nilai salinitasnya lebih rendah karena dipengaruhi oleh masukan air tawar. Hal tersebut terlihat bahwa secara umum nilai salinitas substasiun satu lebih tinggi daripada nilai salinitas di substasiun tiga untuk setiap stasiun pengamatan.

Penyebaran salinitas secara horizontal yaitu penyebaran yang dilihat sejajar garis pantai pada gambar 8 menunjukkan bahwa lokasi yang dekat muara sungai Pancer mempunyai salinitas yang lebih rendah daripada lokasi yang jauh dari muara sungai. Stasiun A, B, C, F dan G mempunyai salinitas yang tinggi dibandingkan dengan

stasi un D dan E karenajarak yang lebihjauh terhadap muara sungai Pancer sehingga masukan air tawar menjadi berkurang.

Februari (I)

?=itbUtl

~ 10

.6

-= 0

- e

1:ifttlWl

W 0 ~

SI. A 5t.8 SI.C St.D St.E St.F 5t.G Stasiun

51. A St.8 St.C St.D St.E St.F St.G StasI un

II sub stasiun 1 151 sub stasiun 2 I!I sub staslun 3

Maret (II)

April (III)

Juni (IV)

'? 30
C 20
W 10
J!I
E
= 0 SI. A SI.B SI.C St.D St.E St.F St.G Stasiun

SI. A St.B St.C St.D SI.E SI.F St.G Stasiun

Gambar 8. Sebaran salinitas di pantai Jenu Februari (I), Maret (II), April (III) dan Juni (IV) tahun 2002

25

26

-

e

-s 30

o

-

25

~ 20 ! 15 B

:5 10 iiS

en 5


/""
r -> o

Februari

April

Juni

Maret

Bulan pengamatan

Gambar 9. Sebaran salinitas rata-rata di perairan Jenu

Gambar 9 memperlihatkan nllai salinitas rata-rata di perairan Jenu pada bulan Februari, Maret, April dan Juni 2002. Sebaran salinitas rata-rata setiap pengamatan mengalami kenaikan dari bulan Februari 2002 sampai bulan Juni 2002 (Gambar 9). Nilai salinitas berkisar antara 12,40 -22,67 °/00. Nilai salinitas rata-rata di perairan Jenu pada bulan Februari 2002 adalah 12,4 °/00• bulan Maret 2002 salinitas rata-rata 14,07 °/00' bulan April 2002 salinitas rata-rata adalah 14,43 °/00 dan bulan Juni 2002 salinitas rata-rata adalah 22,67 °/00' Nilai salinitas rata-rata tertinggi ditemukan pada pengamatan bulan Juni 2002 sebesar 22,67 °/00' Bulan Juni 2002 mulai memasuki ' musim kemarau sehingga masukan air tawar sedikit dan penyinaran sinar matahari relatif lama. Nilai salinitas rata-rata terendah ditemukan pada pengamatan bulan Februari 2002 sebesar 12,40 °/00' Hal ini karena bulan Februari 2002 adalah musirn hujan sehingga masukan air tawar besar.

Pengaruh salinitas terhadap M meretrix antara lain menentukan kelangsungan hidup larva trochopore pada saat penempelan dan menentukan keberhasilan pemijahan. Larva trochopore akan mampu hidup sampai penempelan spat pada lingkungan dengan salinitas 29 - 30 °/00 (Setyobudiandi, 2000). M meretrix akan memijahpada salinitas 32-34 °/00 (Nugranad et al, 2000).

Berdasarkan data salinitas perbulan di Jenu menunjukkan nilai yang terukur berada dalam kisaran salinitas yang diharapkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa salinitas mungkin tidak merupakan faktor penghambat pertumbuhan M

meretrix.

4. Substrat

Contoh substrat yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan segitiga Miller.

Hasil analisa Miller menunjukkan bahwa stasiun A, B, C, D, E dan F memiliki substrat pasir (Gambar 10). Khusus untuk stasi un Gada dua tipe substrat yaitu substrat pasir berlumpur ada pada substasiun tiga (Gambar 11) dan untuk substrat pasir pada substasiun satu dan substasiun dua (Gambar 12).

!O 'fl 3l

rersentase Pasir

Gambar 10. Substrat pasir pada stasiun A, B, C, D, E dan F

27

100 0

100 !lO Be 70

10

rersentase Pasir I

Gambar 11. Substrat pasir berlempung di substasiun 3 pada stasiun G

28

29

persentase Pasir I

Gambar 12. Substrat pasir di substasiun 1 dan 2 pada stasiun G

Stasiun A sarnpai stasiun F mempunyai substrat pasir. Substrat pasir berlumpur hanya ditemukan di stasiun tujuh terutama di substasiun tiga. Substrat pasir adalah substrat yang cocok untuk kehidupan M meretrix. Hal ini karena M meretrix adalah hewan yang membenamkan diri di pasir, sedangkan substrat pasir mempunyai retensi yang tinggi terhadap kehilangan air dan kemudahannya untuk digali. Substrat pasir berlumpur masih dapat didiami oleh M meretrix karena kondisi substrat masih bersifat pasir sehingga mudah untuk membenamkan diri dan M meretrix dilumpur rnasih bisa menyaring makanan yang terlarut.

ID
~ ~ I ~~I



Il • • :

e
.E!. 88 90 92 94 96 98 100 persentase paslr I. individu 1

30

Gambar 13. Hubungan antara persentase pasir dan j umlah organisme

E 45 ~36

" 27 21

o 18 s:

.!!! 9

.! 0

.... •
"" •

.... ..". r ;
• a 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

persentase liat

Gambar 14, Hubungan antara persentase liat danjumlah organisme

ID

~ 45 .. ~~-----------------------,

f ~~ :t:::+--li=:;:----,-;==_ -=:=. ==_ -=~. ==_-=~==- -:=.1

::lI

,_

o 1

4

5

6

2

3

persentase debu

[!}il&VidU 1

Gambar 15. H ubungan antara persentase debu dan jumlah organisme

Hubungan antara pasir, Hat dan debu terhadap jurnlah M meretrix menunjukkan bahwa , antara pasir dan M meretrix mempunyai hubungan positif dengan nilai

31

korelasi 0,32. Hubungan ini berarti dengan adanya peningkatan persentase pasir akan diikuti dengan peningkatanjumlah M meretrix dengan tingkat korelasi yang rendah, Keterkaitan antara tekstur liat danjumlah M meretrix mempunyai hubungan negatif dengan nilai korelasi 0,34. Hal ini berartijika persentase liat rneningkat rnaka akan terjadi penurunanjumlah M meretrix dengan tingkat korelasi yang rendah. Untuk tekstur debu terhadap keberadaan M meretrix didapatkan hubungan yang bersifat positif. Nilai korelasi dari hubungan ini adalah 0,92. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan tekstur debu akan diikuti dengan peningkatanjumlah M' meretrix dengan tingkat korelasi yang tinggi. Keberadaan M meretrix selain dipengaruhi oleh substrat seperti yang disebutkan diatas juga ada faktor lain seperti: ketersediaan makanan, tingkat kompetisi antar individu ataupun biota lain, tingkat predasi, kondisi suhu, salinitas dan kekeruhan.

B. Pola Penyebaran dan Kepadatan

1. Pola Penyebaran

Nilai indeks penyebaran menjelaskan pola penyebaran M meretrix di pantai Jenu. Nilai indeks penyebaran M meretrix di pantai Jenu tabel 2 sebagai berikut :

Tabel2. Indeks penyebaran M meretrix di pantai Jenu

Stasiun Indeks Dispersi
Februari Maret April Juni
A 1,06 1,18 1,05 1,02
B 1,07 1,20 1,02 1,05
C 1,05 1,20 1,04 1,04
D 1,05 1,24 1,07 1,15'
E 1,10 1,08 1,04 1,04
F 1,12 1,07 1,04 1,05
G 1,05 1,07 1,03 1,04 32

Pola peoyebaran M meretrix di pantai Jenu berdasarkan hasil peogamatan Id (Indeks Dispersi Morisita) (Tabel2) dan di uji dengan chi kuadrat menggambarkan pola penyebaran acak. Sedangkan Setyawati (1986) menyatakan pola penyebaran M meretrix di Pandeglang adalah mengelompok. Perbedaan pola penyebaran ini karena antara pantai Jenu dan di Pandeglang mempunyai perbedaan habitat. Pantai Jenu umumnya didominasi oleh substrat pasir, sedangkan Pandeglang didominasi oleh substrat pasir berlumpur. Pola sebaran acak berarti suatu individu dapat ditemukan di habitat dan menyebar secara acak. Penyebaran secara acak mungkin berkaitan dengan tipe substrat pasir yang umumnya merata dan ketersediaan makanan yang ada di tempat tersebut.

M meretrix dapat ditemukan pada lapisan atas substrat. Pada lapisan atas substrat M meretrix mudah untuk menyaring makanan. Hal ini karena M meretrix mempunyai siphon yang pendek. Keberadaan M meretrix dapat menyebabkan M meretrix mudah hanyut oleh gelombang.

Kelimpahan M meretrix ditentukan oleh nilai kekeruhan, nilai salinitas, ketersediaan makanan dan substrat. Kerangjenis ini menyukai perairan yang relatif jernih sehingga kelimpahannya akan tinggi. M meretrix juga menyukai perairan dengan salinitas tinggi.

Gambar 16 menunjukkanjumlah M meretrix di substasiun 1 lebih banyak dibandingkan substasiun 3 karena substasiun 1 mempunyai kekeruhan yang rendah dan nilai salinitas yang tinggi, Sementara itu substasiun 3 mempunyai nilai kekeruhan yang tinggi dan salinitas yang rendah. Pada arah horizontal sejajar garis pantai, M meretrix melimpah pada lokasi yang jauh dari aliran sungai Pancer. Kemungkinan kekeruhan mempengaruhi kondisi ini. Pada saat lain ditemukan M meretrix pada stasiun D dan E tinggi. Sebagaimana diketahui stasi un D dan E dekat dengan muara sungai Pancer, maka hal ini mungkin lebih dipengaruhi oleh ketersediaan makanan.

33

Februari

Maret

~A ~.B ac ~.D ~.E aF ~G Stasiun

April

St.A St.B St.C 51.0 51.E St.F St.G Staslun

Juni

51. A 51. 8 SI. C S1. 0 St. E S1. F SI. G Stasiun

5t.A SI.B SI.C S1.O SI.E SI.F SI.G Stasiun

[ii s~b~-ta-s-iu-n-1-Gl-su-b-stasiu~ "2- ~_~ubsiaSi~.·~j

Gambar 16. Jumlah organisme M meretrix di pantai Jenu bulan Februari 2002, Maret, April dan Juni tahun 2002

34

2. Kepadatan

Kepadatan M meretrix dilihat pada setiap stasiun pada bulan Februari , Maret, April dan Juni tahun 2002 pada tabel 3 adalah sebagai berikut :

Tabel3. Nilai kepadatan M meretrix di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002

Stasiun Kepadatan rata-rata (ind/rn")
Februari Maret April Juni
A 7 ± 2,65 8±4,16 24 ± 16,46 24 ± 4,04
B 7 ± 3,22 9 ± 7,57 23 ± 17,35 23 ± 4,93
C 9 ± 4,73 9 ± 7,57 20 ± 15,04 20 ± 2,08
D 7 ± 4,93 7 ± 4,73 18 ± 14,47 18 ± 10,69
E 8 ± 6,39 8 ± 7,57 16 ± 11,59 16 ± 11,59
F 8 ± 5,51 6 ± 2,65 15 ± 10,11 15±3,61
G 7 ± 3,79 9 ± 6,66 12 ± 3,61 12 ± 5,29 Tabe13 menggambarkan kepadatan M meretrix secara rata-rata setiap stasi un dengan standar deviasi. Nilai standar deviasi ini menggambarkan seberapajauh nilai pengamatan menyebar terhadap nilai rata-rata. Jika nilai standar deviasi besar menandakan variasi kepadatan pada lokasi yang diamati juga besar. Kepadatan yang bervariasi untuk setiap stasiun bisa disebabkan adanya variasi suhu, salinitas, kekeruhan dan substrat.

Kepadatan M meretrix bulan Februari 2002 memiliki standar deviasi terbesar ada pada stasiun E. Pada stasiun E terlihat nilai kekeruhan antara 32,00 NTU sampai 37,00 NTU dan nilai salinitas antara 11,50 °/00 sampai 12,50 °/00' Bulan Maret 2002 stan dar deviasi terbesar pada stasiun B, C dan E. Nilai kekeruhan pada bulan Maret 2002 pada stasiun B berkisar antara 27,70 - 30,80 NTU, stasi un C berkisar antara 39,00 - 43,50 NTU, stasiun E berkisar antara 53,00 - 58,50 NTU. Nilai salinitas pada bulan Maret 2002 pada stasi un B berkisar antara 13, 10 - 16,90 °/00, stasi un C berkisar antara 11,80 - 15,30 %0, stasiun E berkisar antara 12,60 - 13,60 °/00' Bulan

~5

April 2002 standar deviasi terbesar ada pada stasiun B yang mempunyai nilai kekeruhan berkisar antara 18,50 - 23,50 NTU dan salinitas berkisar antara 15,40- 16,90 0/00, Bulan J uni 2002 standar deviasi terbesar ada pada stasi un E yang mempunyai nilai kekeruhan berkisar antara 35,00 - 39,50 NTU dan salinitas berkisar antara 20,00 - 23,600/00,

Kepadatan M meretrix bulan Februari 2002 berkisar antara 7-9 ind/m", bulan Maret 2002 berkisar antara 6-9 ind/rn', bulan April 2002 berkisar antara 12-24 ind/m'', dan bulan Juni berkisar antara 13-17 ind/nr' (tabel3). Kepadatan M meretrix pada bulan April 2002 yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan bulan yang lain disebabkan oleh kondisi lingkungan yang cukup baik. Pada saat itu jurnlah masyarakat yang mengambil M meretrix relatif sedikit, karena sedang musim ikan dan untuk sementara pengarnbilan M meretrix berkurang.

C. Peogelompokao Ukuran Panjang dan Pertumbuhan M. meretrix

Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan pemisahan kelompok ukuran M meretrix. Hasil pengelompokan ukuran panjang M meretrix pada bulan Februari 2002 pada tabel4 adalah sebagai berikut :

Tabel4. Pengelompokan ukuran panjang M meretrix bulan Februari 2002

Kelompok Panj ang rata- s.d Korelasi Separation Populasi
ukuran rata (mm) Indeks
1 15,29 0,68 1,00 na 12
2 24,25 0,80 1,00 12,11 6
3 29,15 0,80 1,00 6,13 6
4 35,47 1,60 0,82 5,27 66
5 38,68 1,11 0,81 2,37 50 36

,....

r

o

[, 1.0 ),

o

C

II

::I

C'

o

...

~

17.16 22.06 26.96 31.86 36.76 41.66 40.56

ler9h(rrm)

Gambar 17. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan Februari 2002

Berdasarkan metode Bhatacharya tersebut, M meretrix pada bulan Februari 2002 dikelompokkan menjadi lima kelompok ukuran. Panjang rata-rata kelima kelompok ukuran ini adalah 15,29 mm (SO 0,68), 24,25 mm (SO 0,80), 29,15 mm (SO 0,80), . 35,4 7 nun (SD 1,60), dan 38,68 rom (SO 1,11). Populasi M meretrix terbesar ada pada kelompok ukuran keempat sebesar 66. Hal ini berarti bahwa populasi M meretrix pada bulan Februari 2002 didominasi oleh kelompok ukuran keempat dengan panjang rata-rata 35,47 mm. Standar deviasi tertinggi terdapat pada kelompok ukuran keempat. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh sangat tinggi. Kelima kelompok ukuran M meretrix mempunyai koefisien korelasi diatas 0,80. Hal ini berarti regresi antara D. Ln F sebagai sumbu Y dengan panjang cangkang M meretrix mempunyai hubungan linier yang sangat erat.

Gambar 17 memperlihatkan adanya sebaran normal pada kelompok ukuran M meretrix pada bulan Februari 2002. Ada dua sebaran normal yang saling tumpang tindih yaitu pada kelompok ukuran keempat dan kelompok ukuran kelima. Dua kurva normal yang saling tumpang tindih pada metode Bhattacharya masih relevan untuk digunakan dengan melihat nilai Separation Indeks (SI). Nilai Separation lndeks (SI) adalah nilai yang menjelaskan apakah dua sebaran normal yang berdekatan dapat digunakan atau tidak. Jika nilai SI lebih besar dari dua, maka dua

37

kurva normal yang berdekatan masih relevan untuk digunakan dan jika nilai SI kurang dari dua, maka dua kurva normal yang berdekatan tidak relevan lagi untuk digunakan. Kurva normal pada kelompok ukuran empat dan kelompok ukuran lima masih relevan untuk digunakan. Hal ini karena nilai SI sebesar 2,37. Sebaran normal pada kelima kelompok ukuran dapat digunakan untuk menjelaskan pengelompokan panjang M meretrix. Hal ini karena nilai koefisien korelasi pada sebaran normal yang dibuat sangat tinggi.

Hasil pengelompokan ukuran panjang M meretrix pada bulan Maret 2002 tabel 5 adalah sebagai berikut :

Tabel5. Pengelompokan ukuran panjang M meretrix bulan Maret 2002

Kelompok Panjang rata- s.d Korelasi Separation Populasi
ukuran rata (mm) Indeks
1 30,73 1,80 0,75 na 38
2 36,18 1,14 0,87 3,71 89
3 39,44 1,17 0,99 2,82 40
4 42,53 0,75 0,82 3,22 13 M. meretrix bulan Maret 2002 dikelompokkan menjadi empat kelompok ukuran.

Panjang rata-rata keempat kelompok ukuran ini adalah 30,73 mm, 36,18 mm,39,44 mm dan 42,53 mm. Standar deviasi keempat kelompok ukuran tersebut adalah 1,80; 1 ,14, 1,17 dan 0,75. Koefisien korelasi keempat kelompok ukuran ini adalah 0,75, 0,87,0,99 dan 0,82. Populasi keempat kelompok ukuran ini adalah 38,89,40 dan 13. Populasi M meretrix terbesar ada pada kelom pok ukuran kedua sebesar 89. Hal ini berarti bahwa populasi M meretrix pada bulan Maret banyak ditemukan pada kelompok ukuran kedua dengan panjang rata-rata 36,18 mm. Standar deviasi tertinggi terdapat pada kelompok ukuran kesatu. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi. Keempat kelompok ukuran M meretrix mempunyai koefisien korelasi diatas 0,75. Nilai korelasi terbesar pada kelompok ukuran ketiga sebesar 0,99. Hal ini berarti regresi antara D. Ln F sebagai sumbu Y dengan panjang

38

cangkang M meretrix pada kelompok ukuran ketiga mempunyai hubungan linier yang sangat erato

,... 2.0 r

o

.... ~

>o

~ 1.0

:J 0- Il)

L.

LI..

Length (mm)

Gambar 18. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan Maret 2002

Gambar 18 memperlihatkan adanya sebaran normal pada kelompok ukuran M meretrix pada bulan Maret 2002. Ada empat sebaran normal yang saling tumpang tindih yaitu pada kelompok ukuran kesatu, kedua, ketiga dan keempat. Nilai SI antara kelompok ukuran kedua dan kesatu adalah 3,71, nilai SI antara kelompok ukuran ketiga dan kedua adalah 2,82 dan nilai SI antara kelompok ukuran keempat dan ketiga adalah 3,22. Berdasarkan nilai SI yang diperoleh dapat dikatakan bahwa tumpang tindih padadua kelompok ukuran kesatu, kedua, ketiga dan keempat masih layak untuk digunakan. Hal ini karena nilai SI pada kelompok ukuran kesatu, kedua, ketiga dan keempat diatas dua. Sebaran normal pada kelompok ukuran dapat digunakan untuk menjelaskan pengelompokan panjang M meretrix bulan Maret 2002. Hal ini karena nilai koefisien korelasi pacta sebaran normal yang dibuat sangat tinggi,

39

H~il oenzelomookan ukuran paniang M meretrix pada bulan April 2002 pada

u uran rata (rnm) inueks
1 23,77 1,55 0,84 na 64
2 30,04 1,49 0,74 4,13 73
3 36,93 2,20 0,84 3,73 179
4 42,73 1,01 0,80 3,61 19 M meretrix bulan April 2002 dikelompokkan menjadi empat kelornpok ukuran.

Panjang rata-rata keempat kelompok ukuran ini adalah 23,77 mm, 30,04 mm, 36,93 mm dan 42,73 mm. Standar deviasi keempat kelompok ukuran tersebut adalah 1,55, 1,49,2,20 dan 1,01. Koefisien korelasi keempat kelompok ukuran ini adalah 0,84, 0,74,0,84, dan 0,80. Populasi keempat kelompok ukuran ini adalah 64, 73, 179 dan 19. Populasi M meretrix terbesar ada pada kelompok ukuran ketiga sebesar 179 individu. Hal ini berarti bahwa populasi M meretrix pada bulan April banyak ditemukan pada kelompok ukuran ketiga dengan panjang rata-rata 36,93 mm. Standar deviasi tertinggi terdapat pada kelompok ukuran ketiga. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi. Keempat kelompok ukuran M meretrix mempunyai koefisien korelasi diatas 0,70. Nilai koefisien korelasi terbesar pada kelompok ukuran kesatu dan ketiga sebesar 0,84. Hal ini berarti regresi antara I:l Ln F sebagai sumbu Y dengan panjang cangkang M meretrix pada kelompok ukuran kesatu maupun ketiga mempunyai hubungan linier yang sangat erato

40

4.0

r 3.0

o

,.. '.J

(j' 2D

e ~ ~ 0-

e 1.0

LI..

0.0 LI:D. __ ....I....I::;L",,£:::J....L'""-L..J-I..:LJ..::I::io.I..,;~:.t..J..L..J:::oI,.,L...l.J.L..JL..J..~J..:::b....r;;;;;a....c:I_

12 .26 17 .16 22 DB 26.96 31 .86 36.76 41.66 46.56

Length (rrm)

Gambar 19. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan April 2002

Gambar 19 memperlihatkan adanya sebaran normal pada kelompok ukuran M meretrix pada bulan April 2002. Ada empat sebaran normal yang saling tumpang tindih yaitu pada kelompok ukuran kesatu, kedua, ketiga dan keempat. Nilai SI antara kelompok ukuran kedua dan kesatu adalah 4,13, nilai SI antara kelompok ukuran ketiga dan kedua adalah 3,73 dan nilai SI antara kelompok ukuran keempat dan ketiga adalah 3,61. Berdasarkan nilai SI yang diperoleh dapat dikatakan bahwa tumpang tindih pada dua kelompok ukuran kesatu dan kedua, kedua dan ketiga atau ketiga dan keempat masih layak untuk digunakan. Hal ini karena nilai SI pada kelompok ukuran kesatu dan kedua, kedua dan ketiga atau ketiga dan keempat nilainya diatas dua. Sebaran normal pada keempat kelompok ukuran dapat digunakan untuk menjelaskan pengelompokan panjang M meretrix bulan April 2002. Hal ini karena nilai koefisien korelasi pada sebaran normal yang dibuat sangat tinggi.

41

Hasil pengelompokan ukuran panjang M meretrix pada bulan Juni 2002 pada tabel 7 adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Pengelompokan ukuran panjang M meretrix bulan Juni 2002

Kelompok Panjang s.d Korelasi Separation Populasi
ukuran rata-rata .Indeks
(mm)
1 27,35 2,85 0,66 na 205
2 38,98 2,02 0,90 4,78 92
3 44,11 1,22 0,98 3,17 10
4 47,05 1,20 0,99 2,43 3 M. meretrix bulan Juni 2002 dikelompokkan menjadi empat kelompok ukuran.

Panjang rata-rata keempat kelompok ukuran ini adalah 17,35 mm, 38,98 mm, 44,11 mm dan 47,05 mm. Standar deviasi keempat kelompok ukuran terse but adalah 2,85, 2,02, 1,22 dan 1,20. Koefisien korelasi keempat kelompok ukuran ini adalah 0,66, 0,90,0,98 dan 0,99. Populasi keempat kelompok ukuran ini adalah 205,92, 10 dan 3. Populasi M meretrix terbesar ada pacta kelompok ukuran pertama sebesar 205. Hal ini berarti bahwa populasi M meretrix pada bulan Juni banyak ditemukan pada kelompok ukuran pertama dengan panjang rata-rata 27,35 mm. Standar deviasi tertinggi terdapat pada kelompok ukuran pertama sebesar 2,85. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi. Keempat kelompok ukuran M meretrix mernpunyai koefisien korelasi diatas 0,65. Nilai koefisien korelasi terbesar pada kelompok ukuran keempat sebesar 0,99. Hal ini berarti regresi antara ~ Ln F sebagai sumbu Y dengan panjang cangkang M meretrix pada kelompok ukuran keempat mempunyai hubungan linier yang sangat erat.

42

4.0

Gambar 20. Sebaran normal frekuensi panjang M meretrix bulan Juni 2002

,....

~ 3.0

e'oJ

>u

ij 2.0

:J 0-

~ 1.0

1.1..

onw_--~~~~LUWU~~~~~~~~~~

12.26 17.16 22.06 26.93 31.00 36.76 41.$ 46.56

Length (rom)

Gambar 20 memperlihatkan adanya sebaran normal pada kelompok ukuran M meretrix pada bulan Juni 2002. Ada empat sebaran normal yang saling tumpang tindih yaitu pada kelompok ukuran kesatu, kedua, ketiga dan keempat. Nilai SI antara kelompok ukuran kedua dan kesatu adalah 4,78, nilai SI antara kelompok ukuran ketiga dan kedua adalah 3,17 dan nilai SI antara kelompok ukuran keempat dan ketiga adalah 2,43. Berdasarkan nilai Sf yang diperoleh dapat dikatakan bahwa tumpang tindih pada dua kelompok ukuran kesatu dan kedua, kedua dan ketiga atau ketiga dan keempat masih layak untuk digunakan. Hal ini karena nilai SI pada kelompok ukuran kesatu dan kedua, kedua dan ketiga atau ketiga dan keempat nilainya diatas dua. Sebaran normal pada keempat kelompok ukuran dapat digunakan untuk menjelaskan pengelompokan panjang M meretrix bulan Maret 2002. Hal ini karena nilai koefisien korelasi pada sebaran normal yang dibuat sangat tinggi.

M meretrix pada bulan Februari 2002 terbagi atas lima kelompok ukuran. Hal itu disebabkan oleh adanya rekrutmen kerang-kerang muda yang memasuki populasi. Rekruitment tersebut dibuktikan dengan kehadiran kerang-kerang yang berukuran lebih kecil daripada yang lainnya. Ukuran kerang yang kecil menujukkan umur kerang yang masih muda. Berangsur-angsur kelompok kerang M meretrix yang rnasih muda tersebut bertambah umurnya dan akhimya berbaur dengan kelompok kerang yang lebih besar. Kerang-kerang muda mempunyai pertumbuhan yang amat

43

cepat, sementara itu kerang-kerang tua bertumbuh lambat, Akibatnya adalah bersatunya kelompok-kelompok umur yang berbeda.

Populasi M meretrix bulan Februari 2002 didorninasi oleh panjang rata-rata 35,47 mm dan 38,68 mm sebanyak 116 individu sebagai biota yang berukuran besar. M. meretrix berukuran besar lebih dominan karena unggul dalam kompetisi makanan dan kompetisi ruang,

Pada bulan Maret 2002 populasi terbagi atas empat kelompok ukuran. Tiga dari empat kelompok ukuran ini diduga perkembangan M meretrix bulan Februari 2002. Adanya perkembangan terlihat pada panjang 29,15 mm menjadi 30,73 mm, 35,47 mm menjadi 36,18 mm dan 38,68 mm menjadi 39,44 mm, Pertumbuhan M meretrix bulan Maret ini terjadi karena didukung oleh ketersediaan makanan dan suhu yang coeok. Pada bulan Maret 2002 hanya ada satu kelompok ukuran yang tidak menggarnbarkan pertumbuhan panjang di bulan Februari 2002 dengan panjang 42,53 mm. Kelompok ukuran ini diduga sebagai biota yang masuk ke lokasi penelitian yang mungkin terbawa arus.

Pada bulan April 2002 ditemukan empat kelompok ukuran M meretrix. Dari keempat kelompok ukuran ini ada indikasi sebagai perkembangan panjang M meretrix di bulan Maret 2002. M meretrix dengan panjang rata-rata 36,93 mm berasal dari M meretrix dengan panjang 36,18 mm. M meretrix pada panjang 42,73 mm sebagai perubahan dari M meretrix dengan panjang 42,53 mm. Untuk M meretrix pada panjang rata-rata 23,77 mm diduga sebagai individu barn karena ukurannya yang keeil.

Pada bulan Juni 2002 ditemukan empat kelompok ukuran M meretrix. M meretrix dengan ukuran panjang lebih besar dari 38,00 mm sangat dominan. M meretrix inilah yang akan melakukan pemijahan. Musim pemijahan M meretrix terjadi pula di bulan Juni 2002.

Parameter pertumbuhan M meretrix yang runtun waktu dieari dengan program ELEF AN I pada paket Fi SAT. Hasil kurva perturnbuhan M meretrix adalah sebagai berikut :

44

1.00
0.90
o.eo
0.10
~ 0_6()
~ 0.50
0.40
0.30
0.20
0.10 , I I' I I " j t' I I I " I I

2.40 03.10 3.40 4.10 4 AO

Orowth pe,lo'mance index (.')

Gambar 21. Penentuan nilai K pada program FiSAT

Model pertumbuhan yang digunakan untuk menjelaskan pertumbuhan M meretrix adalah VBGF (Von Bertalanffy Growth Function) yang sudah biasa diterapkan pada ikan dan invertebrata. Alasan lain karena model pertumbuhan VBGF mampu menjelaskan dan memprediksi perubahan yang terjadi pada biota untuk waktu tertentu.

Pertumbuhan pada M. meretrix pada dasarnya menyangkut ukuran tubuh sebagai fungsi dari umur. Ukuran tubuh M meretrix yang dianalisa adalah ukuran panjang cangkang total. Panjang cangkang total diukur pada bagian anterior sampai posterior. Hasil pengukuran panjang cangkang total ditampilkan dalam sebaran frekuensi panjang. Sebaran frekuensi panjang dapat menjelaskan adanya pengelompokan ukuran dengan metode Bhatacharya.

Kurva pertumbuhan M meretrix secara runtun waktu dianalisa dengan menggunakan paket ELEF AN I pada program FISA T versi 2.0.1 yang dikeluarkan oleh ICLRAM FAG. Nilai nilai yang diperoleh antara lain Leo sebesar 50,95 nun. Hal ini berarti panjang tak hingga yang dapat dicapai oleh M meretrix di pantai Jenu adalah 50,95 nun. Nilai C "amplitude" adalah O. Hal ini karena pantai Jenu berada di daerah tropis, sehingga pengaruh musiman terhadap pertumbuhan tidak ada. Nilai

ESP adalah 0,300 (Gambar 21) untuk melihat besar nilai K. Pada nilai ESP A~ A&

sebesar 0,300 dan nilai K sebesar 0,28. Nilai K dipengaruhi oleh dua hal yaitu : dari spesies itu sendiri dan dari lingkungan. Nilai K ini termasuk kecil, kemungkinan kondisi habitat selama ini mengalami fluktuasi. Nilai to dihitung dengan rumus Pauly. Nilai to sebesar -1,96.

so

40

10

o

Gambar 22. Gambar kurva perturnbuhan M meretrix

45

Kurva pertumbuhan hasil penyesuaian pada program ELEFAN I (Gambar 22).

Gambar itu menunjukkan kurva pertumbuhan yang datar. Hal ini menunjukkan bahwa M meretrix membutuhkan waktu lama untuk mencapai panjang maksimum. Menurut kurva pertumbuhan M meretrix akan rnembutuhkan waktu yang lama sekitar 2 tahun untuk mencapai panjang maksirnum.

Populasi M meretrix di perairan Jenu bersifat dinarnis, pada waktu tertentu bisa bertarnbah dan juga bisa berkurang. Pertambahan populasi M meretrix di perairan Jenu disebabkan oleh: rekruitmen melalui kelahiran, pertumbuhan dan penarnbahan M meretrix dari tempat lain. Proses rekruitmen yang menghasilkan individu baru dimulai dengan adanya pemijahan. Keberhasilan pemijahan akan berakibat baik pada proses rekruitmen. Rekruitmen M meretrix akan banyak, jika pemijahan berhasil.

M meretrix melakukan pemijahan pada perairan yang bersalinitas 34 - 35 ppt (Nugranad et aI, 2000). Kecepatan pertumbuhan biota termasuk M meretrix sangat dipengaruhi oleh adanya kecukupan sumber makanan, habitat yang cocok dan ruang hidup yang long gar.

46

Perpindahan M meretrix sangat dipengaruhi oleh adanya arus dan pasang surut.

Arus di perairan pesisir yang paling dominan adalah arus menyusur pantai (Long Shore Current). Pada musim timur arus menyusur pantai akan bergerak dari arah timur ke barat. Pada musim barat arus menyusur pantai akan bergerak dad arah barat ke timur, Pengamatan dilakukan pada bulan Februari 2002 sampai April 2002, dan bulan Juni 2002. Pada bulan Februari 2002 sampai April 2002 arus menyusur pantai akan bergerak dari barat ke timur dan pada bulan Juni adalah musim peralihan dari musim barat ke musim timur. Arus menyusur pantai lebih banyak dipengaruhi oleh angin tirnur. Pasang surut adalah naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu. Pasang surut terjadi karena interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi. Pola pasang surut di pantai Jenu adalah pasut tunggaL Pasut tunggal berarti selama 24 jam akan terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Ketika terjadi pasang maka M meretrix akan mencari makan dengan menjulurkan siphon yang pendek. Aktifitas lain yang berhubungan dengan pasang surut adalah reproduksi dan pemijahan.

M.meretrix akan berkurang disebabkan oleh kematian alami dan kematian kareria manusia. Kematian alami meliputi kematian karena biota sudah berumur tua, kematian karena adanya predasi oleh burung laut, ikan atau kepiting dan kematian karen a adnya perubahan lingkungan seperti perubahan suhu dan salinitas secara tibatiba. Kematianjuga disebabkan kegiatan manusia yang melakukan pengambilan M meretrix di alam.

Masalah yang dialami masyarakat pengambil M meretrix adalah semakin sedikitnyajumlah populasi yang ada di alamo Hasil penelitian ini menunjukkan masih didapatkan rentang kelompok umur dari yang terkecil sampai yang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan populasi lebih banyak diakibatkan oleh aktifitas masyarakat dan tidak disebabkan oleh perubahan lingkungan. Penurunan populasi karena adanya fluktuasi lingkungan dan predasi tetap ada tetapi jumlahnya tidak sebanyak yang diakibatkan oleh manusia.

Upaya-upaya pengelolaan untuk melestarikan sumberdaya M meretrix harus segera dilakukan. Berbagai upaya pengelolaan antara lain: memperkenalkan adanya

47

usaha pembatasan ukuran terhadap kerang yang diambil dan budidaya. Usaha pembatasan ukuran kerang yang diambil dimaksudkan agar M. meretrix yang belum layak untuk diambil supaya dikembalikan di alam agar dapat dipelihara. Usaha budidaya hendaknya dapat dilihat lokasi-lokasi yang mempunyai persyaratan yang cacak untuk kehidupan kerang, misalnya pada lokasi yangjauh dari sungai Pancer bisa dijadikan lokasi budidaya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Nilai suhu mengalami mengalami peningkatan dari bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002. Peningkatan suhu diperkirakan karena perubahan musim. Salinitas pada daerah dekat laut lebih tinggi dibandingkan lokasi dekat daratan. Daerah yang dekat dengan aliran sungai Pancer mempunyai nilai salinitas lebih rendah dibandingkan lokasi yang jauh dari sungai. Keberadaan M meretrix banyak pada lokasi yang bersalinitas tinggi terutarna dekat laut. Nilai kekeruhan tinggi dapat ditemukan pada lokasi dekat daratan dan dekat aliran sungai Pancer. Pada lokasi dengan nilai kekeruhan yang tinggi ada kecenderungan jumlah M meretrix menurun. Tekstur substrat didominasi oleh substrat pasir. Keberadaan substrat pasir merata di, semua lokasi penelitian, Pola penyebaran M meretrix lebih bersifat acak, Tingkat kepadatan M meretrix bulan Februari dan Maret tahun 2002 tergolong rendah dan tingkat kepadatan bulan April dan JUDi tahun 2002 tergolong sedang. Bulan Februari 2002 diperoleh lima kelompok ukuran dan kelompok ukuran 35,47 mm mempunyai populasi terbanyak. Bulan Maret, April, dan Juni tahun 2002 diperoleh empat kelompok ukuran. Koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,28 mm/bulan, panjang maksimum L~ sebesar 50,95 mrn dan to sebesar -1,96. Persamaan Von Bertallanfy LI = 50,95(1- e-O,28(I+l,96)).

B. Saran

Disarankan agar menambahkan pengamatan pada masa mendatang terhadap struktur komunitas plankton di pantai Jenu. Pengamatan terhadap kondisi gonad sangat diperlukan, Hal ini karena pertumbuhan dapat dihubungkan dengan data kematangan gonad. M meretrix dikenal mempunyai warna yang berrnacam-macarn, ada baiknya diteliti hubungan antara kekeruhan, salinitas dan suhu terhadap

M meretrix dengan warna cangkang yang berbeda.

48

DAFT AR PUSTAKA

Abbot, R. T. 1974. American seashells, the marine mollusca of the Atlantic and Pacific coasts of North America. Second Edition. Van Nostrand Reinhold Com PSfY . New York -Cincinnati - Toronto- London- Meul bourn. 663 h.

Brower, J. E., 1. H. Zar, dan Carl N. Von Ende. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. Third Edition. WM. C. Brown Publisher. Xi + 237 h.

Direktorat Jendral Perikanan. 1994. Statistik Perikanan Indonesia.

Effendie, M. Ichsan. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka.Nusantara.

Jakarta. 155 h.

Gayanilo, Jr., D. Pauly. 2002. The FAO-ICLRAM.Stok assesment tools. (FiSAT versi 2.0.1). http:// www.fao.org/fi/projects/fias.ASP. dan 6 disket.

Ginting, D. P. R. 1999. Struktur demografi Anadara spp dan hubungannya dengan kualitas habitat di perairan pesisir Desa Rawameneng, Kecamatan Blanakan, Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan. Institiut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP 021MENKLHl1988. Pedornan penetapan baku mutu lingkungan dalam hi mpunan peraturan di bidang lingkungan hldup 1 991. Eko J aya Jakarta. Jakarta: 235-291 h.

Krebs, C. 1. 1989. Ecological methodology. Harper and Row Publisher Inc. New York. Xii + 654 h.

Legendre, L. dan P. Legendre. 1983. Numerical ecology. Elsevier Science Publ.

Amsterdam-Oxford-New York. xvi + 419 h.

Nateewathana, A. 1994. Taxonorni account of commercial and edible molluscs, excluding cephalopods of Thailand, h 93-116. Proceeding of the Fifth Workshop of the Tropical Marine Mollusc Programe (TMMP). 12-23 September 1994. Ujung Pandang. Universitas Hassanudin. Ujung Pandang.

Noverzan, A. 1987. Studi demografi dan estimasi produksi kerang bulu (Anadara antiquata, LINNAEUS) di perairan pantai Tanjung Pasir Tangerang Jawa Barat. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan dan lImu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor. 81 h.

49

50

Nugranad, J. dan Noodang et al. 2000. Breeding of the oriental hard clam Meretrix meretrix (L. 1758). Proceeding of the Fifth Workshop of the Tropical Marine Mollusc Programe (TMMP). 12-23 September 1994. Ujung Pandang. ' Universitas Hassanudin. Ujung Pandang.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo. PT Gramedia. J akarta. Xv + 443 h.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of ecology. W. B. Saunders Company. Philadelphia London-Toronto. xiv + 574 h.

Pauly, D., 1981. Tropical stok assessment package for programmable calculator and micro-computers. ICLRAM News" 4(3): 10-13

Pauly, D. 1987. A. review of the ELEFAN system for analysis oflength-frequency data in fish and aquatic invertebrates. ICLRAM Conf. Proc., (13) 7-34.

Parson,T. R., M. Takahashi and B. Hargrave. 1977. Biological oceanographic process. Pergamon Press. Oxford.

Setyawati, Y. 1986. Distribusi jenis-jenis kerang (Bivalvia) di pantai Muara sungai Ciseukeut, Desa Mekarsari Kecamatan Cigeulis, Panimbang Jawa Barat. Karya Ilmiah. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan I1mu Kelautan. IPB. Bogor. 93 h.

Setyobudiandi, I. 2000. Sumberdaya hayati moluska kerang Mytillidae. Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Program Studi Manajernen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan I1mu Kelautan.

Sparre, P. dan S. C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. buku 1 : manual dan buku : 2 latihan. F AO dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Tim Mahasiswa MSP. 1997. Laporan studi lapang sumberdaya hayati non ikan moluska di Panimbang Kabupaten Pandeglang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. 33 h.

Tuan, V. S. 2000. Status and solutions for farming and management of the clam Meretrix lyrata at Go Cong Dong, Tien Giang. Provience, Vietnam. Proceeding of the Fifth workshop of the Tropical Marine Mollusc Program (TMMP).

Widigdo, B. 2001. Rumusan kriteria ekobiologis dalam menentukan potensi alami kawasan pesisir untuk budidaya tambak, suatu bahan kuliah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogar (Tidak Dipublikasikan). 33 h.

Wilbur, K. and G. Owen. 1964. Physiology of mollusca. Vall. Academik Press.

New York. 211-242 h.

Wiranti, I. 1987. Studi keragaman ekologis komunitas moluska di perairan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Jawa Barat. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogar (Tidak Dipublikasikan). 87 h.

51

Larnpiran 1. Data panjang kerang Meretrix meretrix

Februari Maret April Juni
No No No No
urut Panianq (mm) Urut Panjang (mm) Urut Panjang (mm Urut Panjang (mml
1 11,77 1 22,75 1 12,01 1 17,36
2 11,86 2 25,21 2 18,56 2 17,81
3 12,18 3 25,62 3 19.80 3 18,00
4 12,85 4 25,64 4 20,90 4 19,55
5 12,98 5 26,07 5 21,00 5 20,25
6 13,34 6 26,31 6 21,16 6 21,08
7 14,00 7 26,63 7 21,36 7 21,29
8 14,25 8 26,69 8 21,75 8 21,55
9 14,80 9 27,26 9 21,75 9 21,83
10 14,91 10 27,64 10 21,76 10 21,85
11 15,16 11 27,71 11 22,05 11 22,15
12 15,22 12 27,76 12 22,10 12 22,30
13 15,52 13 28,15 13 22,34 13 22,93
14 15,59 14 28,20 14 22,45 14 23,10
15 15,67 15 28,36 15 22,74 15 23,19
16 15,78 16 28,59 16 22,75 16 23,34
17 15,89 17 28,61 17 22,76 17 23,35
18 16,10 18 28,65 18 22,80 18 23,59
19 16,72 19 28,80 19 22,98 19 23,90
20 16,86 20 29,25 20 23,01 20 24,03
21 16,94 21 29,30 21 23,01 21 24,05
22 17,58 22 29,52 22 23,03 22 24,40
23 18,85 23 29,65 23 23,04 23 24,44
24 20,25 24 29,65 24 23,17 24 24,54
25 23,18 25 29,86 25 23,27 25 24,78
26 23,61 26 29,90 26 23,29 26 25,08
27 23,75 27 29,95 27 23,31 27 25,11
28 24,45 28 29,99 28 23,56 28 25,24
29 24,89 29 30,19 29 23,83 29 25,29
30 25,11 30 30,63 30 24,01 30 25,35
31 26,09 31 30,68 31 24,03 31 25,35
32 26,71 32 30,70 32 24,03 32 25,45
33 27,21 33 30,79 33 24,04 33 25,49
34 27,67 34 30,81 34 24,10 34 25,53
35 28,96 35 31,00 35 24,10 35 25,59
36 29,05 36 31,14 36 24,12 36 25,69
37 29,15 37 31,15 37 24,25 37 25,70
38 29,97 38 31,29 38 24,30 38 25,76
39 30,19 39 31,40 39 24,30 39 25,95
40 30,63 40 31,67 40 24,38 40 26,05
41 30,84 41 31,70 41 24,40 41 26,05
42 30,98 42 31,71 42 24,46 42 26,09
43 31.71 43 31,79 43 24,53 43 26,15 53

54

Larnpiran 1 (lanjutan)

No No No No
urut Panjang (mm)_ urut Panjangimml urut Panjang (mm urut Panl_ang (rnrn)
44 31,75 44 31,92 44 24,56 44 26,25
45 31,79 45 32,02 45 24,57 45 26,30
46 32,27 46 32,09 46 24,68 46 26,34
47 32,31 47 32,23 47 24,70 47 26,37
48 32,72 48 32,31 48 24,71 48 26,40
49 32,78 49 32,35 49 24,85 49 26,44
50 33,00 50 32,71 50 24,90 50 26,47
51 33,23 51 33,00 51 24,94 51 26,50
52 33,30 52 33,24 52 24,95 52 26,51
53 33,34 53 33,29 53 25,00 53 26,55
54 33,41 54 33,39 54 25,05 54 26,60
55 33,58 55 33,40 55 25,14 55 26,61
56 33,70 56 33,46 56 25,14 56 26,65
57 33,95 57 33,64 57 25,14 57 26,66
58 34,00 58 33,76 58 25,14 58 26,70
59 34,06 59 33,78 59 25,25 59 26,71
60 34,09 60 34,08 60 25,41 60 26,74
61 34,10 61 34,15 61 25,65 61 26,75
62 34,14 62 34,16 62 25,70 62 26,92
63 34,14 63 34,40 63 25,81 63 26,96
64 34,19 64 34,40 64 25,90 64 27,00
65 34,24 65 34,41 65 26,09 65 27,04
66 34,25 66 34,50 66 26,29 66 27,05
67 34,38 67 34,50 67 26,48 67 27,05
68 34',42 68 34,55 68 26,56 68 27,11
69 34,43 69 34,60 69 26,60 69 27,14
70 34,56 70 34,64 70 26,63 70 27,14
71 34,60 71 34,69 71 26,98 71 27,25
72 34,63 72 34,85 72 27,08 72 27,25
73 34,74 73 34,85 73 27,25 73 27,30
74 34,88 74 34,98 74 27,45 74 27,34
75 34,92 75 35,00 75 27,53 75 27,39
76 34,99 76 35,00 76 27,59 76 27,40
77 35,07 77 35,05 77 27,64 77 27,40
78 35,07 78 35,14 78 27,84 78 27,52
79 35,07 79 35,21 79 27,92 79 27,60
80 35,12 80 35,35 80 27,96 80 27,63
81 35,15 81 35,35 81 28,39 81 27,65
82 35,25 82 35,40 82 28,40 82 27,67
83 35,26 83 35,42 83 28,41 83 27,75
84 35,39 84 35,46 84 28,44 84 27,76
85 35,55 85 35,50 85 28,58 85 27,76
86 35,59 86 35,54 86 28,66 86 27,79
87 35,75 87 35,55 87 28,72 87 27,80
88 35,80 88 35,59 88 28,91 88 27,80
89 35,89 89 35,59 89 29,06 89 27,92
90 35,89 90 35,61 90 29,10 90 27,94 55

Lampiran 1 (lanjutan)

No No No No
urut Panjang (mm) urut Panjang (mm) urut Panj_ang (mm\ urut Panjangjmml
91 35,89 91 35,70 91 29,16 91 27,96
92 35,96 92 35,71 92 29,16 92 27,98
93 36,00 93 35,76 93 29,19 93 28,00
94 36,03 94 35,81 94 29,25 94 28,03
95 36,08 95 35,85 95 29,34 95 28,03
96 36,11 96 35,87 96 29,59 96 28,05
97 36,12 97 35,87 97 29,60 97 28,10
98 36,19 98 35,91 98 29,61 98 28,10
99 36,26 99 35,96 99 29,64 99 28,13
100 36,30 100 36,00 100 29,79 100 28,14
101 36,45 101 36,09 101 29,80 101 28,16
102 36,54 102 36,17 102 29,85 102 28,24
103 36,58 103 36,20 103 29,85 103 28,39
104 36,64 104 36,30 104 30,00 104 28,40
105 36,77 105 36,35 105 30,00 105 28,41
106 36,78 106 36,35 106 30,00 106 28,41
107 36,80 107 36,35 107 30,06 107 28,46
108 36,82 108 36,40 108 30,14 108 28,48
109 36,88 109 36,44 109 30,25 109 28,49
110 37,09 110 36,55 110 30,30 110 28,53
111 37,15 111 36,68 111 30,41 111 28,54
112 37,15 112 36,75 112 30,51 112 28,55
113 37,20 113 36,79 113 30,55 113 28,55
114 37,34 114 36,83 114 30,64 114 28,61
115 37,63 115 36,90 115 30,70 115 28,64
116 37,64 116 36,95 116 30,73 116 28,64
117 37,77 117 36,99 117 30,75 117 28,68
118 37,77 118 37,00 118 30,86 118 28,69
119 37,77 - 119 37,05 119 31,02 119 28,70
120 37,84 120 37,05 120 31,04 120 28,71
121 37,95 121 37,19 121 31,09 121 28,74
122 37,99 122 37,20 122 31,11 122 28,74
123 37,99 123 37,22 123 31,33 123 28,75
124 38,01 124 37,22 124 31,51 124 28,75
125 38,05 125 37,36 125 31,55 125 28,81
126 38,09 126 37,55 126 31,60 126 28,85
127 38,24 127 37,66 127 31,81 127 28,86
128 38,28 128 37,69 128 31,85 128 28,90
129 38,28 129 37,76 129 31,87 129 28,93
130 38,41 130 37,77 130 31,99 130 28,94
131 38,50 131 37,86 131 32,06 131 28,94
132 38,52 132 37,96 132 32,25 132 28,98
133 38,57 133 38,05 133 32,28 133 29,00
134 38,60 134 38,06 134 32,35 134 29,05
135 38,64 135 38,15 135 32,46 135 29,06
136 38,69 136 38,16 136 32,61 136 29,11
137 38,69 137 38,21 137 32,65 137 29,12 Larnpiran 1 (lanjutan)

No No No No
urut Panjal!9 (mm) urut Panjangj_mml urut Panlal}g (mml urut Pan lang (mmJ
138 38,74 138 38,26 138 32,65 138 29,15
139 38,78 139 38,43 139 32,71 139 29,20
140 38,82 140 38,45 140 32,74 140 29,20
141 38,96 141 38,55 141 32,80 141 29,24
142 39,01 142 38,56 142 32,96 142 29,25
143 39,29 143 38,61 143 32,98 143 29,26
144 39,40 144 38,70 144 33,01 144 29,26
145 39,51 145 38,70 145 33,14 145 29,28
146 39,84 146 39,12 146 33,15 146 29,28
147 40,00 147 39,15 147 33,15 147 29,30
148 40,21 148 39,19 148 33,21 148 29,30
149 40,56 149 39,40 149 33,21 149 29,31
150 41,79 150 39,50 150 33,26 150 29,36
151 41,80 151 39,55 151 33,28 151 29,36
152 41,87 152 39,55 152 33,31 152 29,45
153 42,04 153 39,60 153 33,31 153 29,53
154 42,14 154 39,71 154 33,38 154 29,54
155 42,22 155 39,76 155 33,54 155 29,55
156 42,94 156 39,95 156 33,65 156 29,55
157 43,11 157 40,04 157 33,66 157 29,55
158 43,73 158 40,16 158 33,69 158 29,55
159 4400 159 40,20 159 33,76 159 29,55
160 40,34 160 33,83 160 29,59
161 40,38 161 33,91 161 29,59
162 40,40 162 33,92 162 29,60
163 40,75 163 33,94 163 29,60
164 40,95 164 34,02 164 29,78
165 41,51 165 34,15 165 29,78
166 41,70 166 34,16 166 29,85
167 41,76 167 34,22 167 29,85
168 42,04 168 34,23 168 29,96
169 42,30 169 34,49 169 29,99
170 42,45 170 34,50 170 30,00
171 43,62 171 34,50 171 30,01
172 4598 172 34,50 172 30,05
173 34,55 173 30,08
174 34,65 174 30,09
175 34,71 175 30,13
176 34,74 176 30,25
177 34,83 177 30,25
178 34,88 178 30,55
179 34,90 179 30,59
180 34,90 180 30,63
181 34,96 181 30,70
182 35,04 182 30,75
183 35,06 183 30,75
184 35,09 184 30,75 56

57

Lampiran 1 (lanjutan)

No No
urut Panjang (rnrn) urut Panjang (rnrn)
185 35,15 185 30,80
186 35,15 186 30,84
187 35,16 187 30,84
188 35,25 188 30,89
189 35,26 189 30,94
190 35,30 190 31,06
191 35,30 191 31,09
192 35,33 192 31,10
193 35,38 193 31,13
194 35,40 194 31,16
195 35,42 195 31,20
196 35,43 196 31,29
197 35,44 197 31,39
198 35,50 198 31,55
199 35,54 199 31,60
200 35,60 200 31,71
201 35,61 201 31,80
202 35,64 202 31,86
203 35,64 203 32,24
204 35,75 204 32,24
205 35,76 205 32,30
206 35,82 206 32,46
207 35,83 207 32,60
208 35,84 208 32,63
209 35,85 209 33,15
210 35,85 210 33,70
211 35,86 211 34,26
212 35,87 212 34,26
213 35,90 213 34,49
214 35,92 214 34,55
215 35,96 215 34,57
216 36,00 216 34,94
217 36,01 217 35,36
218 36,09 218 35,44
219 36,10 219 35,47
220 36,15 220 35,64
221 36,16 221 35,74
222 36,17 222 35,76
223 36,24 223 36,21
224 36,26 224 36,32
225 36,26 225 36,54
226 36,28 226 36,60
227 36,29 227 36,61
228 36,30 228 36,70
229 36,30 229 36,74
230 36,35 230 36,78
231 36,35 231 36,80 58

Larnpiran I (lanj utan)

No No
urut Panjang (mm) urut Panjang (rnrn)
232 36,35 232 36,81
233 36,36 233 36,91
234 36.45 234 37,05
235 36.45 235 37,10
236 36.46 236 37,11
237 36.47 237 37,25
238 36,55 238 37,33
239 36,56 239 37,34
240 36,59 240 37,35
241 36,60 241 37,51
242 36,64 242 37,63
243 36,64 243 37,66
244 36,65 244 37,85
245 36,69 245 38,00
246 36,72 246 38,00
247 36,74 247 38,01
248 36,76 248 38,05
249 36,80 249 38,10
250 36,87 250 38,14
251 36,89 251 38,26
252 36,90 252 38,28
253 36,96 253 38,35
254 36,96 254 38,45
255 37,00 255 38,46
256 37,04 256 38,46
257 37,08 257 38,50
258 37,12 258 38,58
259 37,12 259 38,60
260 37,13 260 38,70
261 37,13 261 38,75
262 37,15 262 38,83
263 37,20 263 38,84
264 37,20 264 38,89
265 37,24 265 38,94
266 37,25 266 38,96
267 37,26 267 39,00
268 37,30 268 39,30
269 37,40 269 39,30
270 37,41 270 39,30
271 37,42 271 39,31
272 37,46 272 39,32
273 37,46 273 39,50
274 37,49 274 39,54
275 37,50 275 39,55
276 37,50 276 39,56
277 37,51 277 39,69
278 37,55 278 3975 Lampiran 1 (lanjutan)

No No
urut PanjanQ (mm) urut Panlanq (mm)
279 37,55 279 39,90
280 37,60 280 39,95
281 37,62 281 39,99
282 37,64 282 40,15
283 37,70 283 40,25
284 37,71 284 40,27
285 37,75 285 40,31
286 37,76 286 40,38
287 37,80 287 40,62
288 37,83 288 40,74
289 37,83 289 40,96
290 37,84 290 41,05
291 37,85 291 41,11
292 37,86 292 41,15
293 37,89 293 41,16
294 37,95 294 41,35
295 37,95 295 41,35
296 37,99 296 41,40
297 38,01 297 41,78
298 38,04 298 41,78
299 38,05 299 41,87
300 38,05 300 42,04
301 38,07 301 42,14
302 38,16 302 42,15
303 38,19 303 42,80
304 38,21 304 42,91
305 38,24 305 43,06
306 38,25 306 43,55
307 38,25 307 43,60
308 38,32 308 44,00
309 38,39 309 44,30
310 38,45 310 44,40
311 38,46 311 45,10
312 38,48 312 47,43
313 38,50 313 47,58
314 38,54 314 48,81
315 38,55
316 38,58
317 38,60
318 38,60
319 38,66
320 38,75
321 38,79
322 38,80
323 38,91
324 38,91
325 38,98 59

60

Lampiran 1 (lanjutan)

No
urut Panjan_g_1mml
326 38,98
327 39,00
328 39,09
329 39,10
330 39,13
331 39,14
332 39,17
333 39,29
334 39,29
335 39,29
336 39,30
337 39,33
338 39,35
339 39,38
340 39,40
341 39,50
342 39,51
343 39,54
344 39,59
345 39,65
346 39,76
347 39,79
348 39,80
349 40,00
350 40,06
351 40,11
352 40,12
353 40,14
354 40,26
355 40,36
356 40,37
357 40,55
358 40,59
359 40,61
360 40,65
361 40,76
362 40,83
363 40,88
364 41,00
365 41,39
366 41,60
367 41,69
368 41,74
369 41,84
370 41,85
371 41,98
372 42,40 61

Lampiran 1 (lanjutan)

No
urut Panjang (mm'
373 42,45
374 42,56
375 42,57
376 42,58
377 42,74
378 42,75
379 42,86
380 43,28
381 43,33
382 43,69
383 44,43
384 46,65 Lampiran 2. Data frekuensi panjang kerang M meretrix

frekuensi frekuensi frekuensi frekuensi
No kelas selang kelas nilai tengah Februari Maret April Juni
1 11,77-12,75 12,26 3 0 1 0
2 12,75-13,73 13,24 3 0 0 0
3 13,73-14,71 14,22 2 0 0 0
4 ' 14,71-15,69 15,20 7 ° 0 °
5 15,69-16,67 16,18 3 0 0 °
6 1667-17,65 17,16 4 0 0 1
7 1765-18,63 18,14 0 ° 1 2
8 18,63-19,61 19,12 1 0 0 1
9 19,61-20,59 20,10 1 0 1 1
10 20,59-21,57 21,08 0 0 4 3
11 21 57-22,55 22,06 0 0 7 4
12 22,55-23,53 23,04 1 1 13 5
13 23,53-24,51 24,02 3 0 15 6
14 24,51-25,49 25,00 2 1 18 9
15 25,49-26,47 25,98 1 4 6 17
16 26,47 -27,45 26,96 2 3 7 28
17 27,45-28,43 27,94 1 6 10 29
18 28,43-29,41 28,92 3 6 12 45
19 29,41-30,39 299O 2 8 15 26
20 30,39-31,37 30,88 3 9 13 19
21 31 37-32,35 31,86 5 10 10 9
22 32,35-33,33 32,84 5 5 20 4
23 33,33-34,31 33,82 14 9 15 3
24 34,31-3529 34,80 17 17 21 4
25 35,29-36,27 35,78 16 24 36 7
26 36,27-37,25 3676 14 21 40 13
27 37,25-38,23 37,74 13 13 39 14
28 38,23-39,21 38,72 16 11 28 17
29 39,21-40,19 39,70 5 10 21 15
30 40,19-41 ,17 40,68 2 6 11 11
31 41 17-42 15 41,66 5 4 7 8
32 42,15-43,13 42,64 3 2 8 4
33 43,13-44,11 43,62 1 1 3 3
34 44,11-45,09 446O 1 ° 1 2
35 45,09-46,07 45,58 0 1 0 1
36 46,07-47,05 46,56 0 0 1 0
37 47,05-4803 47,54 0 0 0 2
38 4803-49,01 48,52 0 0 ° 1
N 159 172 384 314
x 32,39 34,88 33,55 31,63 62

Lampiran 3. Data suhu di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002

Stasiun Suhu DC
Februari Maret April Juni
A 27,00 27,00 28,00 28,00
B 27,00 27,00 28,00 28,00
C 27,00 27,00 28,00 28,00
D 27,00 28,00 28,00 29,00
E 28,00 28,00 28,00 29,00
F 28,00 28,00 27,00 29,00
G 28,00 28,00 27,00 29,00
rata 27,40 27,60 27,70 28,60 63

Lampiran 4. Nilai kekeruhan di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002

Sub Kekeruhan (NTU)
stasiun Februari Maret April Juni
Al 20,00 19,20 17,00 18,00
A2 23,00 20,90 18,00 19,00
A3 26,00 22,90 22,00 23,00
Bl 15,00 27,70 18,50 26,00
B2 18,00 28,50 21,00 28,00
B3 21,00 30,80 23,50 30,00
Cl 20,00 39,00 23,70 30,00
C2 25,00 42,00 26,30 31,00
C3 36,00 43,50 28,00 35,00
Dl 32,00 50,00 28,00 43,50
02 33,00 65,50 29,00 44,00
03 55,00 66,00 33,00 47,50
EI 32,00 53,00 35,00 48,00
E2 33,00 55,00 36,50 49,60
E3 37,00 58,50 39,50 52,40
Fl 30,00 50,00 15,00 20,00
F2 30,00 52,00 16,00 22,00
F3 33,00 55,50 20,00 27,00
Gl 13,00 19,00 17,00 16,00
G2 14,00 19,50 20,00 17,00
G3 15,00 21,50 29,00 21,00
Rata-rata 26,71 40,00 24,57 30,86 64

Lampiran 5. Nilai salinitas di pantai Jenu bulan Februari, Maret, April dan Juni tahun 2002

Sub Salinitas
stasiun Februari Maret April Juni
Al 14,00 19,00 17,00 25,10
A2 13,00 17,00 15,00 24,30
A3 9,00 15,00 13,00 24,10
Bl 13,00 16,90 16,90 23,60
B2 13,00 15,00 15,70 22,30
B3 10,00 13,10 15,40 23,10
Cl 12,80 15,30 16,00 22,90
C2 12,20 13,40 13,00 21,70
C3 11,00 11,80 10,00 21,40
,
Dl 12,00 11,90 15,80 22,80
D2 11,00 10,90 12,90 21,40
D3 10,00 10,20 10,30 20,00
EI 12,50 13,60 15,60 23,60
E2 12,00 12,80 13,70 21,80
E3 11,50 12,60 12,70 20,00
Fl 15,00 15,00 16,80 24,70
F2 12,8 14,00 14,60 23,60
F3 11,20 13,00 13,60 23,70
01 16,00 16,80 17,00 23,00
02 13,00 14,70 14,80 22,00
03 10,00 13,50 13,20 21,00
Rata-rata 12,40 14,07 14,43 22,67 65

Lampiran 6. Data tekstur substrat di perairan pantai Jenu

No Stasiun sub stasiun persentase tekstur substrat
Pasir (%) Liat (%) Debu (%)
1 A Al 97,70 1,30 1,00
2 A2 97,90 1,60 0,50
3 A3 98,40 1,20 0,40
4 B Bl 99,40 0,40 0,20
5 B2 97,80 1,30 0,90
6 B3 99,00 0,70 0,40
7 C Cl 99,50 0,20 0,30
8 C2 97,60 1,40 1,00
9 C3 99,20 0,50 0,30
10 D Dl 98,70 0,90 0,40
11 D2 97,60 1,50 0,90
12 D3 99,20 0,60 0,20
13 E El 98,50 1,30 0,20
14 E2 97,70 1,40 0,90
15 E3 99,30 0,30 0,40
16 F Fl 98,50 1,00 0,50
17 F2 98,20 1,50 0,30
18 F3 91,80 4,70 3,50
19 G Gl 98,80 0,90 0,30
20 G2 95,90 2,00 2,10
21 03 88,80 5,00 6,20 66

Lampiran 7. Jumlah M meretrix pada pengamatan Februari, Maret, April dan Juni 2002

Sub Jumlah M meretrix
stasiun Februari Maret April Juni
Al 10 13 43 20
A2 6 7 15 13
A3 5 5 14 13
Bl 11 15 43 21
B2 6 7 14 13
B3 5 5 12 12
CI 14 18 37 15
C2 7 6 12 12
C3 5 4 10 11
Dl 13 12 35 29
D2 5 5 11 11
D3 4 3 9 10
El 18 17 29 30
E2 4 5 10 11
E3 3 3 8 9
Fl 14 9 27 17
F2 5 5 10 12
F3 4 4 9 10
G1 11 17 16 21
G2 5 6 11 13
G3 4 5 9 11
Jumlah 159 171 384 314 67

Larnpiran 8. Perhitungan Chi kuadrat

Nilai indeks dispersi Morissita

Stasiun Februari Maret April Juni Total
A 1,06 1,18 1,05 1,02 4,31
B 1,07 1,20 1,02 1,05 4,34
C 1,05 1,20 1,04 1,04 4,33
0 1,05 1,24 1,07 1,15 4,51
E 1,10 1,08 1,04 1,04 4,26 .
F 1,12 1,07 1,04 1,05 4,28
G 1,05 1,07 1,03 1,04 4,19
Total 7,50 8,04 7,29 7,39 30,22 Nilai yang diharapkan dari pengamatan

Stasiun Februari Maret April Juni
A 1,07 1,15 1,04 1,05
B 1,08 1,15 1,05 1,06
C 1,07 1,1-5 1,04 1,06
D 1,12 1,20 1,09 1,10
E 1,06 1,13 1,03 1,04
F 1,06 1,14 1,03 1,05
G 1,04 1 ,11 1,01 1,02 Nilai X2 hitung adalah:

X2 (1,06 -1,07Y (1,07 -1,08)2 (1,05 -1,07)2 (1,05 ~ 1,12Y (1,10 -1,06)2

= + + + + +

1,07 1,08 1,07 1,12 1,06

(1,12 -1,06 Y (1,05 ~ 1,04 Y (1,18 -1,15 Y (1,20 -1,15)2 (1,20 ~ 1,15 Y

~----~+ + + + +

1,06 1,04 1,15 1,15 1,15

(1,24 ~ 1,20 Y (1,08 -1,13 Y (1,07 ~ 1,14 Y (1,07 ~ I,ll Y (1,05 -1,04 Y

~----~+ + + + +

1,20 1,13 1,14 1,11 1,04·

68

--~-.~-.----~:::_:=. ===~

69

(1,02 - 1,075)2 (1,04 -1,04 Y (1,07 - 1,09)2 (1,04 - 1,03 Y (1,04 - 1,03 Y

~----~+ + + + +

1,05 1,04 1,09 1,03 1,03

(1,03 -1,OlY (1,02 -1,05y (1,05 -1,06Y (1,04 -1,06Y (1,15 -1,1 0)2

--'----------'----+ + + + +

1,01 1,05 1,06 1,06 1,10

(1,04 -1,04 Y (1,05 - 1,05 Y (1,04 - 1,02 Y

--'-------~+ +~--~

1,04 1,05 1,02

= 0,030,35

Nilai distribusi Chi kuadrat pada tabel pada deraj ad bebas 18 X20,95 = 9,39

Ni lai X 2 hi tung < X 2 tabe I maka dikatakan po la penye baran bersifat acak.

Penulis dilahirkan di Tuban, Kabupaten Tuban 30 April 1980 sebagai anak ketiga dari empat bersaudardari pasangan Bapak Redjo dan Ibu Masnuryati.

Pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di TK ABA II. desa Bulujowo (tamatan tahun 1986) dan kemudian di lanjutkan di SDN Bulujowo I (tamatan tahun1992).

Penulis menempuh pendidikan lanjutan pertama di SMPN I Jatirogo dan

RIWAYAT HIDUP

tarnat tahun 1995, kemudian menempuh pendidikan lanjutan atas di SMU Muhammadiyah I Yogyakarta. Setelah tarnat dari SMU

Tahun 1998 penulis diterima di lnstitut Pertanian Bogor pada tahun 1998 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk di Jurusan Manajernen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, IPB.

Selama di IPB, penulis aktifberorganisasi pada Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) selama peri ode 1999/2000 dan 2000/2001. Pen uli s pernah men j adi asisten pada mata kuliah Ekolo gi Perairan dan mata kuliah Sumberdaya Hayati Ikan. Penulis pemah melakukan magang di Balai Budidaya Air Tawar di Sukabumi.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul " Kajian Tentang Pertumbuhan dan Penyebaran Meretrix meretrix di Pantai Jenu Kabupaten Tuban".

70

Anda mungkin juga menyukai